ANGGARAN PERSEDIAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
KELAS : PES-I
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...........................................................................................22
B. Saran .....................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anggaran persediaan
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari anggaran persediaan
3. Untuk mengetahui jenis dan manfaat anggaran persediaan
4. Untuk mengetahui metode penilaian persediaan
5. Untuk mengetahui biaya-biaya dalam persediaan
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran persediaan
7. Untuk mengetahui data dan informasi untuk menyusun anggaran persediaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
I Made Adnyana, Penganggaran Perusahaan, (Jakarta Selatan: LPU-UNAS, 2020),
hlm.1.
3
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari
peralatan atau mesin.
2
Hartini, Penganggaran Perusahaan, (Bandung: CV Media Sains Indonesia, 2022),
hlm.22.
4
produktivitas, serta kurang dapat memanfaatkan kesempatan untuk perluasan
usaha. Tujuan penyusunan anggaran:
5
tertanam dalam bentuk persediaan. 3 Adapun fungsi dari suatu anggaran di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Fungsi perencanaan
Proses ini mencakup penentuan tujuan perusahaan, pengembangan kondisi
lingkungan agar tujuan tersebut dapat dicapai, pemilihan tindakan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, penentuan langkah-langkah untuk
menerjemahkan rencana menjadi kegiatan yang sebenarnya, dan melakukan
perencanaan kembali untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi.
2) Fungsi koordinasi
Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan
berbagai unit atau segmen yang ada di dalam organisasi agar dapat bekerja
secara selaras ke arah pencapaian tujuan. Perlu diketahui bahwa koordinasi
harus diusahakan, sehingga tidak dapat diharapkan berjalan secara otomatis
karena setiap individu di dalam organisasi mempunyai kepentingan dan
persepsi yang berbeda terhadap tujuan organisasi. Proses untuk menyelaraskan
hubungan antara karyawan dan pekerja mereka agar saling berhubungan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan ini terdiri dari kegiatan membagi
pekerjaan di antara kelompok, individu, dan mengkoordinasikan hubungan
antara kegiatan individu dan kelompok.
3) Fungsi komunikasi
Jika organisasi diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi tersebut
harus menentukan saluran komunikasi melalui berbagai unit dalam organisasi
tersebut. Komunikasi itu sendiri meliputi penyampaian informasi yang
berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan, rencana, pelaksanaan, dan
penyimpangan yang timbul. Dalam penyusunan kebijakan dan strategi,
berbagai unit dan tingkatan organisasi perlu berkomunikasi dan berperan serta
dalam proses anggaran. Selanjutnya, setiap orang yang bertanggungjawab
3
M. Fuad, Edy Sukarno, dkk., Anggaran Perusahaan: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2020), hlm.5-6.
6
terhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya melalui laporan
pengendalian produk.
4) Fungsi motivasi
Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana di
dalam melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan. Memotivasi para
pelaksana dapat didorong dengan pemberian insentif dalam bentuk hadiah
berupa uang, penghargaan, dan sebagainya kepada mereka yang mencapai
prestasi.
5) Fungsi pengendalian dan evaluasi
Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dengan
pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul apakah
sudah menjadi tanda bahaya bagi organisasi atau unit-unitnya. Penyimpangan
tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan
balik untuk perbaikan masa yang akan datang.
6) Fungsi Pendidikan
Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer
mengenai bagaimana bekerja secara terinci pada pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat
pertanggungjawaban lain di dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan
demikian, anggaran bermanfaat untuk latihan kepemimpinan bagi para manajer
atau calon manajer agar dimasa depan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi. 4
4
Herispon, Anggaran Perusahaan: Analisis dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.
9-10.
7
persediaan material, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi
yaitu:
8
Unit persediaan, besarnya persediaan bias ditentukan berdasarkan rata-
rata penjualan perbulan atau pendekatan yang lain.
metode penentuan harga pokok
9
daripada manfaat. Standar yang ditetapkan secara sembarangan tersebut
mungkin merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Standar yang ditetapkan terlalu tinggi akan
menimbulkan frustasi atau ketidakpuasan. Sebaliknya, penetapan standar
yang terlalu rendah akan meningkatkan biaya yang tidak terkendali serta
menurunkan laba dan semangat kerja.
5) Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan
Anggaran yang disusun dengan menerapkan standar yang relevan
akan memberi pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam
menemukan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara yang baik, yakni perusahaan dapat menggunakan
sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap menguntungkan. Terhadap
penyimpangan dalam operasional perusahaan perlu dilakukan evaluasi
sehingga menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran
selanjutnya.
Untuk mengoptimalkan kegunaan anggaran, penyusunan anggaran perlu
memperhatikan beberapa syarat berikut ini.
1) Realistis, tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.
2) Luwes, tidak terlalu kaku dan berpeluang untuk disesuaikan dengan
keadaan yang mungkin berubah. Untuk itu, pihak manajemen perlu
mengamati perubahan lingkungan yang terus-menerus sehingga dapat
melakukan penyesuaian bilamana diperlukan.
3) Berkelanjutan, membutuhkan perhatian terus-menerus dan bukan
merupakan suatu usaha yang insidentil. 5
5
Edi Yanto, Nurfitriana, Ijma., Konsep Dasar: Penganggaran Perusahaan,
(Bandung:Widina Bhakti Persada, 2022), hlm. 80-81.
10
biaya produksinya, yaitu yang terdiri dari biaya bahan baku/mentah, biaya upah
tenaga kerja langsung dan biaya pabrik tidak langsung.
Pada metode FIFO barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap
dikeluarkan (diproses) lebih awal pula. Ini berarti bahwa bahan mentah yang
sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan harga beli bahan
mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal. Akibatnya sisa persediaan
bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir.
Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila
terjadi perubahan tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang
sedang diproses dinilai berdasarkan tarif (standar) biaya produksi lama.
Pada metode LIFO barang yang masuk (dibeli) lebih akhir dianggap
dikeluarkan (diproses) lebih awal. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang
diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan harga beli bahan mentah
dari pembelian yang dilakukan lebih akhir. Akibatnya sisa persediaan akhir
bahan mentah akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari pembelian yang
dilakukan lebih awal.
Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila
terjadi peubahan tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang
sedang diproses dinilai berdasarkan tarif (standar) biaya produksi yang baru.
11
sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan rata-rata harga beli
bahan mentah dari pembelian-pembelian yang telah dilakukan. Akibatnya sisa
persediaan akhir bahan mentah juga akan dinilai dengan rata-rata harga beli
bahan mentah tersebut.
Penerapan metode ini pada penilaiaan barang jadi, apabila terjadi perubahan
tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diprose
dinilai berdasarkan tarif (standar) biaya produksi yang lama dengan tarif
(standar) biaya produksi yang baru tersebut.6
E. Biaya-Biaya Persediaan
6
Ibid., hlm. 91.
12
f. Biaya absolescence
g. Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang
Total biaya penyimpanan:
TCC = C. P. A
Persediaan rata-rata
A =Q/2
=(S/N)/2
Keterangan :
Q = kuantitas pesanan
S = Penjualan tahunan
N = Frekuensi pemesanan
C = Biaya penyimpanan
P = Harga beli per unit
13
Pengiriman cheque dan kemudian auditnya
- Total biaya pemesanan
TOC = F. ( S / Q )
Keterangan :
Q = Kuantitas pesanan
S = Penjualan tahunan
F = Biaya tetap
- Total Biaya Persediaan
TIC = TCC + TOC
Atau
TIC = C. P. ( Q / 2 ) + F. ( S / Q)
Biaya kehabisan bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan karena persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini
meliputi biaya pesan secara cepat atau khusus dan biaya produksi karena adanya
operasi ekstra.
14
dilakukan dengan mendasarkan pada perencanaan produksi dan jadwal produksi
yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang akan dibeli
perusahaan tersebut dapat diperhitungkan dengan cara jumlah kebutuhan bahan
baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari
bahan baku tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam
perusahaan yang bersangkutan.
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi merupakan
salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang dianggarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku dalam jumlah unit tertentu. Semakin
tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan tersebut, maka untuk
mencapai jumlah persediaan tertentu akan memerlukan anggaran persediaan
bahan baku yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari modal
yang tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.
3) Biaya-biaya persediaan
4) Kebijaksanaan pembelanjaan
15
tersebut. Seberapa besar dana yang akan digunakan untuk investasi dalam
persediaan bahan baku tentunya juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan
apakah anggaran untuk persediaan bahan baku ini dapat memperoleh prioritas
utama, kedua justru yang terakhir dalam perusahaan yang bersangkutan.
disamping itu tentunya finansial perusahaan secara keseluruhan juga akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiayai seluruh kebutuhan
persediaan bahan bakunya.
5) Pemakaian bahan
6) Waktu tunggu
16
pembelian optimal yang berbeda pula. pemilihan model pembelian yang akan
digunakan oleh perusahaan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari
perusahaan bahan baku untuk masing-masing perusahaan yang bersangkutan.
Karakteristik masing-masing bahan baku yang digunakan dalam perusahaan
dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian yang
sesuai dengan masing-masing bahan baku dalam perusahaan tersebut. Sampai
saat ini, model pembelian yang sering digunakan dalam perusahaan adalah
model pembelian dengan kuantitas pembelian yang optimal (economical
ordering quantity).
8) Persediaan pengaman
9) Pembelian kembali
17
yaitu kelebihan bahan baku dalam gudang karena bahan baku yang dipesan
datang terlalu awal. 7
7
Didit Herlianto, Anggaran Keuangan, (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2011), hlm.8-10.
18
misalnya sewa gudang, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya
modal yang tertanam dalam barang yang disimpan, dan sebagainya.
Bilamana biaya simpan murah, maka akan memungkinkan penetapan
kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan barang jadi ditetapkan
dalam jumlah sedikit.
e) Risiko simpan barang jadi. Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan
harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan barang jadi,
seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang
menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana
resiko simpan rendah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan
persediaan baran jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana
resiko simpan tinggi, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
f) Tingkat perputaran barang jadi (inventory turn over) di waktu-waktu
yang lalu. Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran
persediaan barang jadi rendah, maka akan mendorong penetapan
persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana
tingkat perputaran barang jadi tinggi, maka akan mendorong penetapan
persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
g) Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah
hingga menjadi barang jadi. Bilamana untuk memproses bahan mentah
hingga menjadi barang jadi membutuhkan waktu lama, maka
ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi
hanya membutuhkan waktu singkat, maka ditetapkan persediaan barang
jadi dalam jumlah sedikit.
2. Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor
pertimbangan, seperti misalnya:
a) Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan
datang, yang tertuang dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.
19
Untuk menghadapi jumlah produksi yang akan meningkat,
diperlukan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sedangkan untuk menghadapi jumlah produksi yang akan menurun,
hanya diperlukan pesediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.
b) Fasilitas penyimpanan yang tersedia. Bilamana fasilitas
penyimpanan tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak
pula. Sebaliknya, bilamana fasilitas yang tersedia terbatas, maka
persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
c) Modal kerja yang tersedia. Bilamana modal kerja yang tersedia
cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan persediaan
bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal
kerja yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah
ditetapkan dalam jumlah sedikit.
d) Biaya simpan bahan mentah (carrying cost). Yaitu biaya-biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan
mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan, barang
yang disimpan, dan sebagainya. Bilamana biaya penyimpanan
murah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan
bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana biaya
simpan mahal, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
e) Risiko simpan baham mentah. Yaitu kerugian-kerugian yang timbul
dan harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan
mentah, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut,
barang menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya.
Bilamana resiko simpan rendah, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah
banyak. Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka
persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
20
f) Tingkat perputaran bahan mentah (inventory turn over) di waktu-
waktu yang lalu. Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat
perputaran persediaan bahan mentah rendah, maka akan mendorong
penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran bahan mentah tinggi, maka
akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah
sedikit.
g) Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan (dibeli),
dengan bahan mentah tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba
digudang perusahaan (lead time). Bilamana tenggang waktunya
lama, maka ditetapkan persediaan bahan mentah dalam jumlah
banyak. Sebaliknya, bilamana tenggang waktunya singkat, maka
ditetapkan persediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit. 8
8
M. Munandar, Budgeting Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan
Kerja, (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm.82.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23