Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sahna Junita

Nim : 442021019

PROSPEK DAN TANTANGAN AKUAKULTUR DI INDOESIA

1. Aspek Kelembagaan

Dalam Akuakultur selain Budidaya, Penangkapan, pengolahan, dan yang lainnya. Maka
perlu adanya Kelembagaan. Kelembagaan sendiri adalah salah satu sistem yang normatif dan
dijadikan sebagai wadah acuan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, yang
mencakup gagasan, aturan, tata cara kegiatan, dan ketentuan sanksi (reward system). System
norma tersebut merupakan hasil proses berangsur-angsur menjadi suatu system yang
terorganisasi. Artinya, system itu telah teruji kredibilitasnya, dipercaya sebagai sarana
mencapai tujuan tertentu. Kelembagaan pelaku utama kegiatan dalam kegiatan dapat
berbentuk kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi.
1.Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang dibentuk oleh nelayan;
2. Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) yang dibentuk oleh pembudi daya ikan; dan
3. Kelompok Pengolah Pemasar (POKLAHSAR) yang dibentuk oleh pengolah dan pemasar
ikan.
4. Kelompok Usaha Garam (KUGAR) yang dibentuk oleh petambak garam;
5. Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang dibentuk oleh masyarakat dalam
rangka pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.

Karakteristik Kelembagaan
Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama dapat dilihat dari kondisi masyarakat
serta pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi:Penerapan tekonologi dikembangkan
dengan memperhatikan kondisi spesifik lokasi. Kelembagaan pelaku utama perikanan lebih
bekerja dan berusaha dengan pendekatan partisipatif dan kekeluargaan.
Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh sumberdaya perikanan yang dinamis,
kompleksitas fisik perairan.
Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada digunakan pendekatan kawasan dan
pendekatan wilayah. Pelaku utama kelautan dan perikanan mayoritas pada usaha skala kecil
sehingga kurang mendapat akses pembangunan dan model kelembagaan lebih ditujukan
kepada peran aktif masyarakat sebagai subyek pembangunan diwilayahnya. Kelompok
pelaku utama kelautan dan perikanan yang efektif dan baik harus memiliki 5 buah ciri-ciri
sebagai berikut:
1.Merupakan kelompok kecil yang efektif (kira-kira 20 orang) untuk bekerja sama dengan : -
Belajar teknologi, manajemen usaha perikanan dan sebagainya - Mengambil keputusan dan
bertanggung jawab atas pelaksanaannya - Berproduksi dan memelihara kelestarian
sumberdaya alam - Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama
2.Anggotanya adalah pelaku utama yang berada di dalam lingkungan pengaruh seorang
kontak pelaku utama
3.Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama dalam bidang usaha perikanan
4.Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam tradisi/kebiasaan, domisili,
lokasi usaha, status ekonomi, bahasa, pendidikan dan usia
5.Bersifat informal, artinya :
Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan mereka sendiri. - Memiliki peraturan
sanksi dan tanggung jawab, meskipun tidak tertulis.
Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas
Terbentuknya sebuah kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan di suatu wilayah
tertentu diharapkan akan merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dalam upaya
untuk menuju ke arah terciptanya pelaku utama yang tangguh, yaitu mampu mengambil
keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri,
menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada.Untuk itu maka dengan adanya
kelembagaan perikanan, segalahal dapat diatur atau termenejmen sesuai pada kepentingan
bersama untuk mewujudkan pemberdayaan dan pengelolaan yang baik.
Selain pelajar maupun mahasiswa, seluruh elemen dari bebagai macam instansi maupun
birokrasi pemerintah maupun swasta,pemuda dan masyarakat secara kolektif perlu menjadi
lokomotif sebagai penggerak terbentuknya Kelembagaan Perikanan sebagai korporasi
Pembangunan berkelanjutan.

2. Kebutuhan Benih
Ciri Benih Ikan yang Baik dan Berkualitas :
1. Pembenih Terpercaya ( Sudah mempunyai nama )
Pembenih terpercaya dalam hal terpercaya karena pembenih tersebut sangat
mengutamakankualitas.Benih berkualitas dihasilkan oleh hatchery (balai benih) yang
menggunakan standar tinggi dalam pembenihan atau pembenih (breeder) terpercaya karena
mengusai di bidang pembenihan serta terpercaya karena pengalaman dan latar belakang
keilmuan serta yang menerapkan sistem produksi benih yang baik.
2. Sehat dan Tidak Cacat
Secara visual kondisi benih yang akan di budidayakan bisa kita amati. Benih yang hendak di
budidayakan haruslah benih yang sehat dan tidak cacat, baik cacat karena turunan maupun
cacat karena luka atau terserang penyakit.
Kriteria Benih yang sehat akan aktif bergerak dan akan merespon bila diberi rangsangan.
Rangsangan Tersebut bisa kita lakukan dengan pemberian pakan. Apabila pakan tersebut
langsung di santap maka benih bisa di pastikan baik.
3. Ukuran Benih sama
Ukuran Benih sama atau benih yang berukuran seragam. Dimana Benih yang mempunyai
ukuran sama dapat memanfaatkan pakan lebih efisien karena tidak ada ikan yang selalu kalah
bersaing dalam memperoleh makanan.
Apabila benih tidak sama maka di kuatirkan yang besar akan mendapatkan porsi makan
banyak sedangkan yang lebih kecil akan tertinggal pertumbuhannnya.
4. Respon terhadap Pemberian Pakan
Respon terhadap Pemberian Pakan mengindentifikasikan bahwa benih cepat mendapatkan
rangsangan. Benih yang berkualitas akan merespon pemberian pakan dengan menyambarnya
ketika diberi pakan. Gerak lincah dan aktif.
5. Bebas dari Organisme Penyakit
Benih berkualitas bebas dari organisme penyakit seperti parasit, bakteri, jamur, atau virus.
6. Sesuai dengan Standar
Benih berkualitas dapat dikenali berdasarkan sifatnya dalam memenuhi kriteria kualitatif
maupun kuantitatif.
- Kriteria kualitatif adalah kondisi yang ditunjukan oleh benih berdasarkan asal-usul
dan hasil pengamatan secara kasat mata. Benih yang baik merupakan hasil pemijahan
yang bukan satu keturunan dengan bentuk tubuh yang normal dengan pergerakan
aktif, bak terhadap arus air maupun terhadap rangsangan dari luar.
- Kriteria kuantitatif dapat diketahui dari data umur, panjang, keseragaman ukuran,
bobot minimal, serta keseragaman kelincahan gerakannya terhadap rangsangan dari
luar dan terhadap arus air.
3. Parasit dan Penyakit Ikan
1. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu :
1. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada kulit, sirip,
sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya merupakan kelompok besar
organisme patogen didaerah iklim sedang dan daerah tropis. Ektoparasit yang sering
menyerang atau menyebabkan kematian pada ikan budidaya maupun ikan aqurium antara lain
: ichthyophthirius multifilis, Trichodina sp, Oodum sp, Gyrodactilus sp, Dactilogyrus sp dan
Lerneae.
a. Gyrodactyliasis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit helmin yang termasuk kedalam kelas monogenia, Sub
kelas Polyonchoinea, ordo Gyrocylidea, dan famili Gyrodactylidae. Parasit ini ditemukan
pada kulit dan sirip ikan. Bentuk tubuhnya kecil dan memanjang (oval), bagian posterior
terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah (anchor), serta tidak
mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.
b. Dactylogyriasis
Penyebab penyakit ini adalah cacing golongan Monogenia, genus Dactylogyrus. Biasanya
parasit ini bersama-sama dengan Gyrodactylus menyerang benih ikan mas terutama yang
berukuran 3 – 10 cm. Infeksi parasit ini biasanya tidak fatal, kecuali bila intensitas
penyerangan sangat tinggi. Parasit ini memiliki ciri khas yaitu; bentuk tubuh pipih
dorsoventral dan bilateral simetris, mempunyai ophistaptor yang dilengkapi dengan 14 kait
tepi dan sepasang kait pusat (anchor), warna transparan, mempunyai bintik mata 2 pasang,
panjang tubuh 1 – 2 mm, pada bagian anterior mempunyai empat lekukan.
2. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan seperti: saluran
pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparasit yang sering menyerang ikan adalah : parasit
dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp), dan phylum Plathihelminthes (Lytocestus sp).
a. Sanguinicolosis
Penyebabnya adalah parasit trematoda yang ditemukan didarah ikan. Cacing dewasa hidup
didarah ikan tanpa memiliki succer, bahkan berenang aktif dengan cara gerak bergelombang
didalam tubuh. Banyak ditemukan di jantung, dan pembulu darah di insang. Ikan yang
terenfeksi akan terlihat inang berwarna pucat atau lembaran insang tembus cahaya.
Selanjutnya penggerakan menjadi lambat.
b. Lytocestusiasis
Penyebabnya adalah parasit Plathyhelmintes, kelas Cestoidea, genus Lytocestus, spesies
Lytocestus parvulus. Biasanya menyerang usus ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ciri-ciri
dari parasit ini adalah; tubuh pipih memanjang dorsoventral dan berbentuk seperti pita
2.Bakteri
Bukan hanya parasit, ikan pun rentan terpapar oleh bakteri. Paparan bakteri umumnya terjadi
akibat kebersihan akuarium yang kurang dijaga dengan baik, kondisi overcrowding dalam
akuarium, hingga pemberian pakan yang kurang tepat.
Umumnya infeksi bakteri disebabkan oleh Aeromonas, Vibrio, Edwardsiella, Pseudomonas,
dan Flavobacterium spp. Ada beberapa tanda klinis terkait infeksi bakteri pada ikan, seperti
penurunan nafsu makan, kerusakan sirip, hingga kematian mendadak pada ikan
3.Gas Bubble Disease
Gas bubble disease atau penyakit gelembung gas merupakan kondisi di mana terdapat
gelembung yang terperangkap dalam mata atau kulit ikan. Bukan hanya itu, gelembung juga
kemungkinan terdapat dalam organ ikan.
Umumnya, gelembung muncul akibat gas yang keluar dari aliran darah saat terjadi
peningkatan tekanan atau supersaturasi gas nitrogen, oksigen, atau karbondioksida di air.
Kondisi ini memicu pembentukan emboli (gelembung gas) pada insang atau kelenjar koroid
pada mata.
Kondisi pipa udara yang tidak tepat atau perubahan suhu yang begitu cepat saat pergantian air
menjadi faktor pemicu penyakit ini. Sebaiknya, saat akan menambahkan air dalam akuarium
lakukan secara perlahan atau pastikan suhu air sama.
4.Popeye Disease
Beberapa jenis ikan memiliki mata menonjol yang normal dan sehat. Namun, terkadang mata
yang menonjol, bengkak, dan terlihat keruh menjadi tanda dari adanya gangguan penyakit
pada ikan. Salah satunya adalah penyakit popeye atau exophthalmia. Kondisi ini dapat
dialami pada salah satu mata ikan atau keduanya.
Kondisi ini bisa terjadi akibat cedera mata pada ikan yang disebabkan oleh perkelahian
dengan ikan atau gesekan dengan benda dalam akuarium.
Popeye disease yang disebabkan oleh cedera dapat pulih dengan sendirinya. Selain itu,
popeye disease juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, atau jamur dari dalam
akuarium. Kondisi air yang kurang baik juga bisa memicu kondisi ini pada ikan.
5.Kanker
Sama seperti hewan lain, ikan juga memiliki risiko mengalami penyakit kanker. Hal ini
disebabkan ikan tidak memiliki kekebalan tubuh yang dapat melawan penyakit kanker.
Sebagian besar, sel kanker muncul sebagai pertumbuhan yang abnormal di luar maupun di
dalam tubuh ikan.

4. Mutu Sumber Daya Air

1. pH

Nilai pH yang sangat rendah dalam budidaya ikan dapat menyebabkan kelarutan logam-
logam dalam air semakin besar dan bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya nilai pH
yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik
bagi organisme air. Oleh karena itu, pH dalam budidaya ikan harus dikelola dan di-
monitoring. Perubahan pH yg ekstrim dapat menyebabkan ikan menjadi stress sehingga
tidak tumbuh optimal.

Adapun cara menaikkan pH secara alami adalah sebagai berikut:

 Memberikan aerasi pada kolam dengan melewatkannya pada pecahan koral dan
pecahan kulit kerang dicampur dengan potongan batu kapur.
 Menggunakan pelepah daun pisang yang dipotong kecil-kecil.

Sedangkan cara menurunkan pH secara alami adalah dengan memakai daun ketapang.
Daun ketapang direndam dalam air dalam beberapa hari dijamin air menjadi bertambah
asam. Tapi daun ketapang dapat menyebabkan air menjadi kuning karena zat tanin dalam
daun ketapang. Caranya sebelum pakai rebus dulu daun ketapang untuk menghilangkan
zat tanin tersebut.

2. Alkalinitas
Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan
sebagai kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat
(HCO3-), dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap
ion karbonat (CO3²-) dan hidroksida (OH-) dalam air. Makin tinggi alkalinitas, makin
tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin rendah.
Selain itu juga, alkalininitas ternyata melalui kalsiumnya juga penting dalam
mempertahankan kepekaan membran sel dalam jaringan syaraf dan otot ikan. Alkalinitas
biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat (CaCO3) dengan satuan ppm (mg/L).

3. Disolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut

Disolved oxygen (DO) yang tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena
otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta dapat mengakibatkan kematian
karena kekurangan oksigen (anoxia) yang menyebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat
mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Dengan tetap mengelola dan me-monitoring
suplay oksigen maka hal ini tidak akan menyebabkan stress pada ikan sehingga
metabolism ikan akan baik dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan reproduksi
yang baik.

4. Total Dissolve Solid (TDS)

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai Total Dissolve Solid (TDS) adalah pengaruh
antropogenik berupah limbah domestik, yaitu limbah cair hasil buangan dari rumah
tangga. Misalnya, air deterjan sisa cucian, air sabun dan tinja. Sesuai dengan standard PP
No. 82 tahun 2001 seperti yang telah ditampilkan dalam Tabel 1, kisaran TDS untuk
kegiatan budidaya ikan yaitu 1000 mg/L, yang artinya semakin kecil konsentrasi yang
berada di perairan tersebut semakin baik juga untuk pemeliharaan ikan.

5. Fosfat, Amoniak, Nitrat dan Nitrit

Fosfat, amoniak, nitrat dan nitrit yang terlarut dalam perairan atupun air budidaya berasal
dari aktivitas budidaya ikan berasal dari sisa pakan pellet yang terbuang. Pakan Pellet
yang diberikan kepada ikan tidak semua dapat ditangkap oleh ikan, sebagian hanyut
terbawa arus dan turbulensi air yang disebabkan oleh pergerakan ikan saat berebut
menangkap makanan. Hancuran pellet biasanya terikut pada saat pemberian pakan, dan
hancuran yang berukuran kecil tersebut tidak ditangkap oleh ikan. Proporsi pakan yang
dapat ditangkap dan ditelan oleh ikan, hanya sebagian yang diasimilasi, sedangkan yang
lainnya dibuang sebagai feses. Selanjutnya dari total proporsi yang diasimilasi, hanya
sebagian kecil yang digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan, karena sebagian
dibuang melalui proses ekskresi. Nilai fosfat dan amoniak yang tinggi dapat
menyebabkan stress pada ikan yang dapat menurunkan laju pertumbuhan dan reproduksi,
bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan yang dibudidaya.

Diketahui bahwa kadar nitrat yang lebih dari 0.2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya
eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan
faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok pada
perairan. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar
nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran. Hal ini dapat
terjadi baik itu pada perairan budidaya maupun pada kolam budidaya, sehingga penting
untuk selalu me-monitoring kadar nitrat dalam air budidaya.

6. Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Analisa Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) di
laboratorium dilakukan dengan penentuan waktu inkubasi 5 hari, dapat mengurangi
kemungkinan hasil oksidasi amoniak (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui
bahwa amoniak sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan KOB/ BOD. Selama 5 hari masa inkubasi,
diperkirakan 70% – 80% bahan organik telah mengalami oksidasi. Nilai KOB/ BOD yang
tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, hal ini berarti dalam air sudah
terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan
banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung
KOB/ BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.

Menjaga kualitas perairan ataupun air kolam budidaya ikan dalam memenuhi standard
kualitas yang ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring oleh pembudidaya atau petani
ikan. Monitoring parameter kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara.

5. Kelangkaan dan Kepunahan Spesies

Untuk mendukung keberhasilan restoking diperlukan identiikasi penyebab menurunnya


populasi di perairan yang akan direstoking, bila penyebabnya tidak diatasi maka kegiatan
tersebut akan sia-sia. Beberapa faktor penyebab yang menimbulkan ancaman penurunan
kelimpahan dan biodiversitas baik ikan air tawar maupun ikan air laut a. Tangkap lebih
Tangkap lebih dapat terjadi karena pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumberdaya ikan
tertentu tanpa memperhatikan stok yang ada di perairan tersebut. Akibatnya sumberdaya ikan
menjadi langka atau menghilang sama sekali sehingga keseimbangan ekologisnya menjadi
terganggu. Tangkap lebih antara lain dipicu oleh bertambahnya jumlah penangkap ikan; dan
bertambahnya jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan. Untuk mengatasi tangkap lebih
dapat dilakukan melalui: • Pembatasan jumlah tangkapan berdasarkan jumlah stok di alam
dan kemampuan regenerasinya; • Pengaturan waktu tangkap untuk menghindari
tertangkapnya jenis ikan yang sedang dalam musim pemijahan; • Pembatasan ukuran ikan
yang tertangkap agar memberikan peluang setiap individu dapat melakukan regenerasi
memperpanjang keturunannya; • Pengaturan dan pengawasan alat tangkap yang digunakan
supaya tidak merusak populasi maupun habitat ikan tertentu; • Penerapan sistem zonasi
sehingga dapat menjamin pelestarian ikan.

b. Jenis introduksi Masuknya jenis introduksi ke suatu perairan menyebabkan terjadinya


kompetisi dengan ikan lokal baik dalam hal ruang maupun makanan. Keberadaan jenis asing
yang tidak terkontrol dalam jangka waktu tertentu akan berdampak pada penurunan populasi
ikan lokal. Kondisi seperti ini sudah terjadi di beberapa perairan umum daratan di Indonesia.
c. Perubahan modiikasi sistem badan air.

Kondisi perairan yang mengalami perubahan oeh aktivitas manusia, misalnya pelurusan
badan sungai dan pembuatan kanal akan memengaruhi poses hidrologi yang menyebabkan
gangguan terhadap siklus reproduksi. Dengan terganggunya proses reproduksi maka
regenerasi dari ikan yang ada di dalamnya akan menurun dan menyebabkan kelangkaan jenis.

d. Fragmentasi habitat

Pembangunan waduk di wilayah Indonesia yang terus berjalan sampai saat ini belum
menjadikan ikan lokal sebagai bahan pertimbangan penting dalam penyusunan amdal. Hal ini
dapat dilihat dengan tidak dilengkapinya fishway pada waduk-waduk yang telah dibangun.
Padahal keberadaan waduk tersebut sangat memengaruhi siklus hidrologi, aliran nutrien,
memutus jalur ruaya yang berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan proses reproduksi,
serta berdampak pada penurunan populasi.

e. Pemukiman dan bangunan komersial

Tingkat kebutuhan lahan untuk pemukiman dan bangunan komersial terus meningkat
sehingga banyak dilakukan pengurugan badan air. Aktivitas ini menurunkan jumlah luasan
badan air yang merupakan habitat bagi banyak jenis ikan lokal.

f. Perubahan isik-kimiawi perairan pencemaran

Kualitas air sangat berpengaruh terhadap keberhasilan restoking. Oleh karena itu perlu
dilakukan kajian awal terhadap kondisi perairan yang akan ditebar apakah masih layak dalam
mendukung kehidupan dan perkembangbiakan ikan tersebut. Kottelat et. al. 1993 menyatakan
bahwa salah satu ancaman terhadap kelestarian ikan adalah pencemaran. Bentuk pencemaran
utama di sungai dan danau adalah limbah organik yang berasal dari rumah tangga maupun
idnustri yang menyebabkan rendahnya keasaman dan kekeruhan yang tinggi, serta perlu
kandungan oksigen yang tinggi oleh bakteri untuk penghancurannya. Bila kandungan oksigen
menurun drastis akan berakibat pada kematian ikan dan biota air lainnya. Beberapa parameter
isik-kimiawi yang bisa menyebabkan menurunnya populasi ikan apabila kisarannya sudah di
luar ambang batas yang dipersyaratkan menurut baku mutu air untuk perikanangolongan B
Anonim, 1992 antara lain: - Kisaran suhu air yang baik bagi ikan antara 25 – 30 o C; - pH
antara 6.5 – 8.5; - kandungan oksigen terlarut DO minimal 5 mgl; - kecerahan lebih dari 40
cm; - kekeruhan kurang dari 50 NTU; - kandungan logam berat tertentu: besi Fe kurang dari
1 mgl, merkuru Hg kurang dari 0.002 mgl, dan yang lainnya; - senyawa nitrogen nitrat
kurang dari 10 mgl dan nitrit kurang dari 1 mgl.

g. Penurunan ketersediaaan pakan alami

Pakan alami ikan yang terdapat di suatu perairan bisa dikelompokkan menjadi: - Plankton
itoplankton dan zooplankton, yaitu organisme air dari kelompok hewan maupun tumbuhan
berukuran kecilrenik mikroskopis yang gerakannya pasif tergantung arus air. Plankton sangat
berperan dalam mendukung kehidupan anak ikan yang baru menetas maupun beberapa jenis
ikan dewasa yang memang pakan utamanya adalah plankton. Bila dalam suatu perairan
miskin akan plankton maka akan menurunkan tingkat kelangsungan hidup anak ikan yang
pada gilirannya akan menurunkan populasi jenis ikan tertentu. Kelompok organisme yang
termasuk plankton, anatar lain kutu air dan alga. - Periiton adalah tumbuhan tingkat rendah
misalnya lumut yang hidupnya menempel pada tumbuhan air tingkat tinggi. Beberapa jenis
ikan herbivora menjadikan lumut sebagai pakan utamanya, misalnya ikan nilem, Osteochilus
vittatus dan tambakan, Helostoma temmincki. Berkurangnya ketersediaan periiton bisa
berakibat pada menurunnya populasi ikan khususnya dari kelompok pemakan tumbuhan
herbivora. - Bentos itobentos dan zoobentos adalah organisme air yang hidupnya pada bagian
dasar perairan. Bentos ini juga merupakan sumber pakan bagi jenis ikan tertentu. Kelompok
hewan yang termasuk bentos, misalnya keong, kepiting, cacing, dan yang lainnya. jenis ikan
yang memanfaatkan bentos sebagai salah satu unsur makanannya adalah ikan tambra dan
kerabatnya Tor spp.. Bahkan untuk umpan khusus untuk memancing ikan tambra digunakan
kepiting. - Serangga air baik yang permanen hidupnya di air maupun yang hanya sebagian
siklusnya di air larvanimpha, misalnya larva capung. Ketersediaan serangga iar di perairan
sangat penting sebagai sumber pakan ikan khususnya dari kelompok ikanpemakan daging
karnivora dan pemakan segala omnivora.

h. Penyakit dan Parasit Ikan

Selain disebabkan oleh penangkapan dan kerusakan habitat, penurunan biodiversitas ikan
juga dapat berasosiasi dengan adanya perubahan iklim Karnoven et al. 2010. Hal ini terutama
berkaitan dengan adanya perubahan temperatur yang mempengaruhi aktivitas virus, bakteri,
dan parasit pada ikan dan hewan akuatik lainnya. i. Perubahan Iklim Perubahan iklim akan
memengaruhi kondisi perairan yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap
kehidupan ikan yang ada di dalamnya. Jika proses metabolisme di dalam tubuh ikan
terganggu maka tidak dapat melakukan reproduksi dengan maksimal. Hal ini tentunya akan
menurunkan rekrutmen sehingga populasi menurun yang dapat berujung pada kepunahan.

Anda mungkin juga menyukai