A031211145
Suatu teori perlu didukung dari berbagai riset yang didalamnya terdapat hipotesa -
hipotesa yang di uji kebenaranya. Teori memiliki 3 karakteristik, yaitu:
a. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to
explain).
b. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
c. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat di
andalkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1. Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan.
Sering kali terjadi masalah obyektivitas laporan kinerja disebabkan oleh adanya benturan
kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan stakeholder
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk
menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara berturut –
turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat di bandingakan kinerjanya dari tahun
ketahun.
3. Daya banding
Kendala daya banding terkait dengan obyektivitas arena semakin obyektif suatu laporan
keuangan maka akan semakin tinggi daya bandingnya, karena dengan dasar yang sama akan
dapat dihasilkan laporan yang berbeda. Adanya alternative penggunaan akuntansi juga dapat
menyulitkan tercapainya daya banding.
4. Tepat waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk menghindari tertundanya
keputusan tersebut.
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
Kendala ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang
diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi di anggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika informasi
tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda.
Penggunaan istilah dana bagi organisasi nirlaba dan institusi pemerintah berbeda dengan
istilah dana yang sering digunakan oleh entitas swasta. Bagi perusahaan komerisal, dana
adalah bagian dari aktivanya yang dicadangkan karena akan di gunakan atau dialokasikan
untuk tujuan tertentu. Sedangkan bagi organisasi nirlaba dan kalangan instansi pemerintah,
dana adalah suatu entitas akuntansi tersendiri. Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki
organisasi sektor publik dapat digolongkan menajdi dua yaitu :
a. Dana yang bisa dibelanjakan ( expendable funds)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-
business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
b. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (nonexpendable funds)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisni. Digunakan
sebagai pendukung dari expendable funds.
Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal dnegan persamaan akuntansi sebagai berikut :
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal pada
akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa :
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Disini terdapat perbedaan yang mendasar antar ekuitas dana dan ekuitas. Di perusahaan
selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukan adanya kepemilikan pada
perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di organisasi sektor publik,
ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan siapapun karena memang tidak
ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.
Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran
Dalam akuntansi dana dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran . basisi
akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Contoh, bila
organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika transaksi tersebut
memiliki dampak ekonomi yang subtantif. Kalau yang diadopsi adalah basis kas, transaksi
diakui kalau kas yang berhubungan dengan transaksi tersebut diterima atau dibayarkan.
Fokus pengukukurana dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan ,
dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan di
laporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan
erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain. Contoh kalau
basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannya juga atas kas saja, sehingga
implikasinya hanya aktiva lancar kas yang di laporkan dalam neraca. Perubahan dalam
aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak diakui. Misalnya sebuah organisasi
membeli kendaraan seharga Rp.200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis kas
dengan fokus pengukuran kas jangka pendek adalah.
Belanja kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Dengan cara tersebut pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva di
neracanya. Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di laporan
Pendapatan dan Belanja ( fund’s statement of revenues and expenditure ) atau laporan
yang sebanding yang menjelaskan perubahan dlaam saldo dana. Dampaknya, kendaraan
akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli. Yang nantinya akan ditutup ke ekuitas
dana ( fund balance).
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk perusahaan,
maka fokus pengukurannya biasanya meliputi smeua sumber daya ekonomi dan neracanya
akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak lancar.perubahan
dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka panjang diakui sebagai pendapatan atau
beban. Misalnya, sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang
terjadi kalau menggunakan basis akrual penuh adalah:
Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Di banyak lingkungan pemerintahan, basis ekuntansi dan fokus pengukuran menjadi
permasalah tersendiri yang sering kali menjadi perdebatan. Hal tersebut muncul karena
banyak entitas pemerintahan yang menggunakan anggaran dengan berbasis kas sehingga
dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis kas pula. Dalam konteks tersebut,
dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas yang akan menghasilkan
informasi yang bersifat jangka pendek. Permasalahan muncul karena entitas tersebut juga
dituntut untuk menyusun neraca yang juga menyajikan informsi yang bersifat jangka
panjang ( aktiva tetap dan utang jangka panjang). Dengan kata lain. Dalam lingkungan
pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan basis kas dengan fokus
pengukuran jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis akuntansi yang disebut dengan
basis kas yang dimodifikasi ( cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai Rp.
200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu :
(1) Belanja kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
(2) Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntunan fokus pengukuran jangka panjang.
Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang di
neraca dananya, entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan
kewajiban tersebut. Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua
sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas aktiva dan
kewajiban yang ada di neraca saja, oleh karena itu, entitas wajib membuat catatan
akuntansi atas aktiva dan kewajiban serta memasukan dalam laporan keuangan suatu
skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut namun juga
menunjukan perubahannya dalam tahun tersebut.