Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MENDIRIKAN KLINIK

Dibuat Oleh :

Nama : Devi Oktaviana

Kelas : X Keperawatan 2

NISN : 22230021

SMK KESEHATAN RIKSA INDRYA


JL. Rawa Buntu No. 10 BSD City, Serpong

Kota Tangerang Selatan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Mendirikan Klinik”

Tujuan makalah ditulis ini untuk memenuhi tugas Pak Guru, Makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari Makalah ini.

Bogor, 9 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
2. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................................2
3. Dasar Hukum...................................................................................................................................2
4. Pengertian.......................................................................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................................................................7
PRINSIP DASAR PENDIRIAN KLINIK PRATAMA UNSOED...............................................................................7
1. Bangunan dan Ruangan...................................................................................................................7
2. Sarana dan Prasarana......................................................................................................................7
3. Peralatan..........................................................................................................................................7
4. Ketenagaan......................................................................................................................................8
5. Perizinan..........................................................................................................................................8
BAB 3.........................................................................................................................................................10
ANALISIS SITUASI.......................................................................................................................................10
1. Jumlah Penduduk...........................................................................................................................10
2. Status Kesehatan...........................................................................................................................13
BAB 4.........................................................................................................................................................19
PENYELENGGARAAN..................................................................................................................................19
1. Kepemilikan:..................................................................................................................................19
2. Pengorganisasian...........................................................................................................................19
a. Struktur Organisasi....................................................................................................................19
b. Visi dan Misi...............................................................................................................................19
3. Kegiatan.........................................................................................................................................20
4. Pengelolaan...................................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................................................22
1. Kesimpulan:...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi setiap umat manusia, oleh karena itu pada pasal 28 H
Undang-Undang Dasar 1945 ayat (1) diamanatkan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan pada Pasal 34
ayat (2) dan ayat (3) dikatakan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan serta Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dimulai pada tanggal 1 januari 2014
merupakan perwujudan dari upaya pemerintah untuk memenuhi target pemerataan
pelayanan kesehatan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat terjamin kesehatannya
secara komprehensif. Sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang selama ini
dilaksanakan tidak terstruktur , harus sudah dimulai pelaksanaannya agar terstruktur
sesuai dengan sistem rujukan yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk menjamin
aksesibilitas masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
mendorong standar mutu pelayanan kesehatan secara rasional serta mendorong efisiensi
pelayanan kesehatan sehingga seluruh masyarakat Indonesia memperoleh manfaat
jaminan perlindungan kesehatan guna memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu,
pembenahan dan optimalisasi berbagai aspek dari seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia
sangat diperlukan.

Dalam rangka ikut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Universitas


Jenderal Soedirman berinisiatif untuk mendirikan sarana pelayanan kesehatan berupa
Klinik Pratama sebagai pelaksana pelayanan kesehatan tahap pertama (PPK 1) yang
akan dimanfaatkan sebagai penyedia dan penyelenggara pelayanan kesehatan primer
yang diberi nama Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed. Selain sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan primer yang berfungsi menjadi wahana belajar mengajar bagi
mahasiswa jurusan Kedokteran/Kedokteran Gigi dan Ilmu-Ilmu Kesehatan lainnya di
lingkungan Unsoed klinik ini juga sebagai pendorong kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan.

b. Maksud dan Tujuan

Maksud dibuatnya proposal ini adalah untuk memberikan gambaran kepada stake
holders tentang rencana pendirian Klinik Pratama Rawat Jalan Universitas Jenderal
Soedirman sebagai Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Primer (PPK 1) dengan tujuan:

a. Tersedianya Sarana Pelayanan Kesehatan Primer sebagai gate keeper pelayanan


kesehatan kepada masyarakat yang sekaligus dapat digunakan sebagai wahana
Pendidikan Kedokteran/ Kedokteran Gigi dan Ilmu-Ilmu kesehatan lainnya yang
memenuhi standar pendidikan profesi dan standar kompetensi serta sebagai
persyaratan akreditasi dalam rangka memenuhi penjaminan mutu pendidikan di
Universitas Jenderal Soedirman.
b. Mensukseskan Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional sehingga dapat
meningkatkan aksesibilitas masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai, mendorong standar mutu pelayanan kesehatan secara rasional serta
mendorong efisiensi pelayanan kesehatan sehingga seluruh masyarakat Indonesia
memperoleh manfaat jaminan perlindungan kesehatan guna memenuhi kebutuhan
dasarnya.
c. Terlaksananya Tridharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian kepada masyarakat
d. Tersedianya sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di
bidang kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan lainnya pada tingkat dasar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan IPTEK.
c. Dasar Hukum

a. Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
d. Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional;
e. Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
f. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
g. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 Tentang Badan Jaminan Sosial Nasional;
h. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran;
i. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jateng;
j. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
2dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
k. Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
l. Undang-Undang no 26 tahun 2006 tentang Penataan Ruang;
m. Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
n. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 22/KKI/Kep/XI/2006 tanggal 9
Nopember 2006 tentang Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi;
o. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 23/KKI/Kep/XI/2006 tanggal 9
Nopember 2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Gigi;
p. Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;
q. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum;
r. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan kesehatan;
s. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011
Tentang Klinik;
t. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan
pada Jaminan Kesehatan Nasional;
u. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013;
v. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan;
w. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
x. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan;
y. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 9 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Banyumas (Lembaran Daerah Kabupaten Banyumas Tahun 2008 Nomor 5 Seri E);

z. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas nomor 3 tahun 2011 tentang Bangunan


Gedung.

d. Pengertian

a. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau Masyarakat.
b. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan atau bidan)
dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau
dokter gigi spesialis).
c. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar
d. Pelayanan medik adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
sesuai dengan standar pelayanan medis dengan memanfaatkan sumberdaya dan
fasilitas secara optimal.
e. Pelayanan Medik Gigi Dasar adalah kegiatan pelayanan gigi dan mulut perorangan
dan keluarga yang meliputi aspek pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tertier, yang dilaksanakan tenaga profesional kesehatan gigi dan mulut,
baik berupa tindakan kompleks maupun sederhana, sesuai dengan standar yang
berlaku.
f. Pelayanan kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan Pelayanan
Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan
laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
h. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
i. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.
j. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
k. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
l. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.
m. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
BAB 2

PRINSIP DASAR PENDIRIAN KLINIK PRATAMA UNSOED

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik, pada prinsipnya, pendirian klinik harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, sarana prasarana, peralatan, serta
ketenagaan.

1. Bangunan dan Ruangan


Persyaratan bangunan klinik pratama paling sedikit terdiri atas :
a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
b. Ruang konsultasi dokter
c. Ruang perawat
d. Ruang administrasi
e. Ruang tindakan
f. Ruang farmasi
g. Kamar mandi/WC

2. Sarana dan Prasarana


Prasarana klinik meliputi :
a. instalasi air;
b. instalasi listrik;
c. instalasi sirkulasi udara;
d. sarana pengelolaan limbah;
e. pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
f. ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan
g. sarana penunjang lainnya sesuai kebutuhan.

3. Peralatan
Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan. adapun persyaratannya adalah sebagai
berikut:
a. memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan, miliki izin edar sesuai
ketentuan peraturan
b. harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengarnana-n Fasilitas
Kesehatan dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
c. peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatkan izin
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan
rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.

4. Ketenagaan
a. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
b. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi.
c. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai  Surat Izin
sebagai tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5. Perizinan
a. Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari
pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
b. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah klinik
memenuhi ketentuan persyaratan klinik.
c. Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
1) Surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat.
2) salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan
perorangan.
3) identitas lengkap pemohon.
4) surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat.
5) bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan
bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat
kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan.
6) dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
7) profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi
kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta
pelayanan yang diberikan.

8) persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku
izinnya.
BAB 3

ANALISIS SITUASI

Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk dapat menentukan jenis
pelayanan kesehatan dasar yang akan dieselenggarakan, dibutuhkan analisis data sebagai
berikut:

1. Jumlah Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, Jumlah penduduk
pada Tahun 2012 (angka proyeksi sementara dari BPS) adalah sekitar 1,603,037 jiwa
dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Cilongok. Dengan luas Kabupaten
Banyumas seluas 1,327.59 kilometer persegi (km²) rata – rata kepadatan penduduk
sebesar 1,207 jiwa untuk setiap km².
Luas Kepadatan Penduduk per
Banyaknya Jumlah
Kecamatan Wilayah
desa Penduduk Desa ( km2 )
( km2 )

Lumbir 10 102.66 44,115 4,412 430


Wangon 12 60.78 74,694 6,225 1,229
Jatilawang 11 48.16 58,293 5,299 1,210
Rawalo 9 49.64 46,390 5,154 935
Kebasen 12 54.00 57,050 4,754 1,056
Kemranjen 15 60.71 64,168 4,278 1,057
Sumpiuh 14 60.01 50,853 3,632 847
Tambak 12 52.03 42,671 3,556 820
Somagede 9 40.11 32,629 3,625 813
Kalibagor 12 35.73 47,252 3,938 1,322
Kecamatan
Banyumas Laki-laki
12 Perempuan
38.09 Jumlah
46,442 Rasio Jenis Kelamin
3,870 1,219
Patikraja
Lumbir 13
21,798 43.23
22,317 52,105
44,115 4,00897.67 1,205
Purwojati 10 37.86 31,495 3,150 832
Wangon
Ajibarang 37,290
15 37,404
66.50 74,694
92,545 6,17099.70 1,392
Gumelar
Jatilawang 10
28,897 93.95
29,396 45,969
58,293 4,59798.30 489
Pekuncen 16 92.70 65,705 4,107 709
Rawalo
Cilongok 23,171
20 23,219
105.34 46,390
112,759 5,63899.79 1,070
Karanglewas 13 32.50 59,809 4,601 1,840
Kebasen 28,703 28,347 57,050 101.26
Kedungbanteng 14 60.22 52,824 3,773 877
Baturaden
Kemranjen 12
32,159 45.53
32,009 49,108
64,168 4,092100.47 1,079
Sumbang 19 53.42 77,809 4,095 1,457
Sumpiuh
Kembaran 25,496
16 25,357
25.92 50,853
75,690 4,731100.55 2,920
Sokaraja
Tambak 18
21,413 29.92
21,258 80,202
42,671 4,456100.73 2,681
Purwokerto
Somagede
Selatan 16,1377 13.75
16,492 73,266
32,629 10,46797.85 5,328
Purwokerto Barat 23,8147
Kalibagor 7.40
23,438 50,716
47,252 7,245101.60 6,854
Purwokerto Timur 6 8.42 58,148 9,691 6,906
Banyumas
Purwokerto Utara 23,1387 23,304
9.01 46,442
60,330 8,61999.29 6,696
Patikraja 26,030
331 26,075
1,327.59 52,105
1,603,037 4,84399.83 1,207
Jumlah
Purwojati 15,678 15,817 31,495 99.12
Ajibarang 46,534 46,011 92,545 101.14
Gumelar 23,259 22,710 45,969 102.42
Pekuncen 32,488 33,217 65,705 97.81
Cilongok 56,799 55,960 112,759 101.50
Karanglewas 30,274 29,535 59,809 102.50
Kedungbanteng 26,898 25,926 52,824 103.75
Baturaden 24,418 24,690 49,108 98.90
Sumbang 39,027 38,782 77,809 100.63
Kembaran 37,933 37,757 75,690 100.47
Sokaraja 39,986 40,216 80,202 99.43
Purwokerto Selatan 36,437 36,829 73,266 98.94
Purwokerto Barat 24,872 25,844 50,716 96.24
Purwokerto Timur 28,447 29,701 58,148 95.78
Purwokerto Utara 29,632 30,698 60,330 96.53
Jumlah 800,728 802,309 1,603,037 99.80
Perbandingan penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin

2. Status Kesehatan.
a. Penyakit gigi dan mulut
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga – Survey Kesehatan Nasional (SKRT-SKN) 2001, penyakit gigi dan
mulut menempati urutan teratas (60% penduduk) untuk sepuluh kelompok penyakit
yang terbanyak dikeluhkan masyarakat. Data hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2004 yang dilakukan Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies
(berlubang) gigi di Indonesia adalah 90,05%. Index DMF-T mencapai rata-rata 5,26 ini
berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorang adalah lebih dari 5 gigi. Performance
Treatment Index atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18
tahun sangat rendah sekitar 4-5% sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani
dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan (Required Treatment Index) pada
usia ini sebesar 72,4 % - 82,5%.

Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut ke dua terbanyak


diderita masyarakat yaitu ± 70% dan sebesar ± 4-5% penduduk menderita penyakit
periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini paling
banyak ditemukan pada usia muda. Salah satu faktor etiologinya adalah karang gigi,
dijumpai pada 46,2 % penduduk dan prevalensinya pada penduduk desa lebih tinggi
( 48,9 % ) dari pada di kota (42,5 % ). Hal ini menunjukkan upaya kesehatan gigi dan
mulut di Indonesia,khususnya di daerah pedesaan belum terselenggara secara maksimal,
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Di Jawa Tengah, menurut laporan Propinsi Jawa Tengah pada Riset Kesehatan
Dasar 2007, proporsi penduduk bermasalah gigi mulut dalam 12 bulan terakhir sebesar
25,8% dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 28,3%. Kabupaten
dengan proporsi penduduk bermasalah gigi mulut tertinggi adalah Kabupaten Surakarta
(37,6%) . Proporsi penduduk yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi tertinggi
ada di Kabupaten Karang Anyar (49,8%) Proporsi tertinggi penduduk yang sudah
kehilangan seluruh gigi aslinya ada di kabupaten Purworejo (4,1%). Proporsi jenis
perawatan gigi berupa pengobatan tertinggi di Kabupaten/kota Pemalang (97,5%)
Proporsi penambalan/pencabutan/bedah gigi paling tinggi di Semarang kota (50,2%)
Proporsi pemasangan gigi palsu paling tinggi di Klaten (10,7%) Konseling
perawatan/kebersihan gigi paling tinggi di Purworejo (32,5%). Proporsi perilaku
menggosok gigi setiap hari di semua Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah di atas
80%, paling tinggi di kota Surakarta (97,9%). Di Propinsi Jawa Tengah perilaku
menggosok gigi yang benar hanya dilakukan oleh 4,5%, proporsi tertinggi di kota
Surakarta (15,6%). Dilihat dari seluruh komponen kerusakan gigi (DMF-T), kabupaten
dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi tertinggi ada di kabupaten Semarang dengan rata-
rata 10 gigi/orang Rata-rata jumlah kerusakan gigi per orang baik berlubang, dicabut,
maupun ditumpat sebesar 5,4. Prevalensi karies aktif di provinsi Jawa Tengah sebesar
43,1% dan pengalaman karies sebesar 67,8%. Prevalensi karies aktif tertinggi di
Semarang kota (74,0%) Sedangkan proporsi pengalaman karies tertinggi di Kabupaten
Semarang (86,6%). Gambaran besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani (RTI)
tertinggi di Kabupaten Semarang (42,6%), sedangkan motivasi untuk menumpatkan gigi
berlubang atau mempertahankan gigi tetap, tertinggi di Kabupaten/kota Salatiga (7,4%).
Penduduk provinsi Jawa Tengah umur 12 tahun ke atas 90,0% memiliki fungsi normal
gigi (mempunyai minimal 20 gigi berfungsi), lebih tinggi dari pada hasil SKRT 2001
(86,5%). Proporsi penduduk dengan fungsi gigi normal tertinggi di Kabupaten Kudus
(95,9%), terendah di Kabupaten Temanggung (78,0%). Proporsi edentulous atau hilang
seluruh gigi sebesar 1,8% sedikit lebih rendah daripada hasil SKRT 2001 (2,6%),
tertinggi di Kabupetn Magelang (3,7%), Secara umum 2,9% penduduk telah memakai
protesa atau gigi tiruan lepas atau gigi tiruan cekat, tertinggi ditemukan di Kaupaten
(10,7%). Dalam hal permasalahan gigi dan mulut, Kabupaten Banyumas menduduki
angka 33,5 % yaitu nomor dua setelah Kabupaten Surakarta.
b. Penyakit Menular
Dalam 12 bulan terakhir, di Provinsi Jawa Tengah Filariasis klinis terdeteksi
dengan prevalensi yang sangat rendah (rentang: 0,3 – 2,5 per mil). Namun ada 7
Kabupaten yang prevalensinya antara 1 – 3 per mil, lebih tinggi dari prevalensi filarisis di
Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan (0,6 per mil). Prevalensi DBD klinis dalam 1
tahun terakhir dapat dideteksi di hampir semua Kabupaten/ Perkotaan di Provinsi Jawa
Tengah (rentang prevalensi 0,1 – 1,8%), kecuali di Perkotaan Salatiga. Prevalensi DBD
yang relatif tinggi dijumpai di Kabupaten Jepara, Pemalang, Grobogan dan Perkotaan
Tegal. Dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, prevalensi malaria di Provinsi Jawa Tengah
dijumpai sebesar 0,4%, dengan rentang 0 – 1,6%. Di provinsi Jawa Tengah ada 10
Kabupaten dengan persentase orang yang minum obat program masih di bawah 50%.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Jawa Tengah dengan
rentang prevalensi yang sangat bervariasi (10,7,1 – 43,1%). Angka prevalensi ISPA
dalam sebulan terakhir di Provinsi Jawa Tengah adalah 29,1%. Prevalensi di atas angka
provinsi ditemukan di 16 Kabupaten/ Kota, dengan kasus terbanyak ditemukan di
Kabupaten Kudus. Secara umum, di Provinsi Jawa Tengah rasio prevalensi Pneumonia
sebulan terakhir adalah 2,1% (rentang 0,3 – 6,1%). Prevalensi Pneumonia yang relatif
tinggi dijumpai di Kabupaten Pemalang, Banyumas, Cilacap dan Perkotaan Tegal. Tidak
semua daerah dengan prevalensi ISPA tinggi juga mempunyai prevalensi Pneumonia
tinggi, seperti di Kabupaten Kudus, Demak, Kendal, dan Perkotaan Semarang. Di
provinsi ini TB terdeteksi dengan prevalensi 1,5 per 100, tersebar di hampir seluruh
Kabupaten/ Kota (rentang : 0 di Perkotaan Pekalongan – 5,4/100 di Kabupaten Cilacap).
Di Provinsi Jawa Tengah, dalam 12 bulan terakhir penyakit ini masih terdeteksi dengan
prevalensi 1,1% (rentang 0,2– 2,9%). Di beberapa Kabupaten/ Kota prevalensinya masih
2% atau lebih tinggi, yaitu di Kabupaten Sragen, Jepara, Temanggung, Cilacap, dan
Pemalang. Dalam 12 bulan terakhir, tifoid klinis dapat dideteksi di Provinsi Jawa Tengah
dengan prevalensi 1,6%, dan tersebar di seluruh Kabupaten/ Kota dengan rentang 0,2 –
3,5%. Prevalensi tifoid tertinggi dilaporkan dari Kabupaten Wonosobo, Pemalang, dan
Cilacap, yaitu lebih dari 3%. Hepatitis tidak teridentifikasi di Perkotaan Magelang.
Prevalensi hepatitis tertinggi ditemukan di Kabupaten Cilacap yakni sebesar 2,2%
dibandingkan dengan prevalensi Provinsi Jawa Tengah yang hanya 0,5%. Prevalensi di
provinsi ini sebesar 9,2% (rentang prevalensi 1,4 – 17,5%). Kabupaten Pemalang dan
Batang mempunyai prevalensi diare di atas 15%, namun pemakaian oralitnya masih di
bawah 30%.
c. Penyakit Tidak Menular
Prevalensi penyakit sendi di Provinsi Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga
kesehatan adalah 12,0%, secara keseluruhan, penyakit sendi yang pernah dialami adalah
36,8%. Prevalensi tertinggi di Kabupaten Kendal (24,8%) dan terendah terdapat di
Kabupaten Magelang (4,1%). Prevalensi hipertensi menurut hasil wawancara di Provinsi
Jawa Tengah sebesar 8,2% sedangkan menurut hasil pengukuran tekanan darah sebesar
37%, Prevalensi tertinggi hipertensi menurut hasil pengukuran terdapat di Kabupaten
Wonogiri (49,5%) dan terendah hasil pengukuran terdapat di Demak (26,5%). Prevalensi
penyakit stroke di provinsi Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga kesehatan 0,6%, dan
secara keseluruhan sebesar 0,8%. Prevalensi penyakit stroke tertinggi terdapat di
Kabupaten Semarang (1,7%), Prevalensi penyakit asma di Provinsi Jawa Tengah menurut
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,3%, dan secara keseluruhan adalah 3%, Kabupaten
dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Cilacap (5,6%), Wonosobo (4,5%), Jepara dan
Brebes (masingmasing 4,4%). Prevalensi penyakit jantung di Provinsi Jawa Tengah
menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%, dan secara keseluruhan adalah 8,4%,
Prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Pemalang (17,3%), Cilacap (17,1%), Banjarnegara
(15,2%). Prevalensi penyakit diabetes menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%,
secara keseluruhan adalah 1,3%, Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap
(3,9%), diikuti Kabupaten Tegal Kota (3,1%), Surakarta (2,8%), Pemalang (2,1%).
Prevalensi tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan di Provinsi Jawa
Tengahsebesar 0,8%, Prevalensi tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap
(1,5%), Kebumen (1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing
1,2%) Prevalensi gangguan jiwa berat (schizophrenia) di Provinsi Jawa Tengah sebesar
3,3‰. Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Sragen (7,4%), Wonogiri dan
Purworejo masing-masing 6,1‰ dan 6,‰. Prevalensi buta warna di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 6,9‰, ada kabupaten yaitu Demak dan Magelang Kota yang tidak
didapatkan buta warna, prevalensi tertinggi terdapat di kabupaten Pekalongan (22,2.‰).
Prevalensi glaukoma di Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,7‰., prevalensi tertinggi
terdapat di Kabupaten Pekalongan (22,3‰.). Prevalensi bibir sumbing di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 0,9‰. prevalensi tertinggi di Kabupaten Wonogiri (3,7‰). Prevalensi
dermatitis di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8%, tertinggi di Kabupaten Pemalang
(15,7%), Sragen (13,8%), Salatiga (13,4%) Prevalensi Rhinitis di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 27,8‰. Prevalensi tertinggi ditemukan di kabupaten Pemalang (80,3‰.)
Prevalensi thalasemia di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,5‰., tidak ditemukan kasus di
17 kabupaten. Prevalensi tertinggi di Purworejo (2,2‰.) Prevalensi hemofili sebesar
0,5‰, tertinggi di Kabupaten Banyumas (2,3‰.) Di 15 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah tidak didapatkan kasus hemofili. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Provinsi
Jawa Tengah sebesar 12%. Prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Banjarnegara (30,5%),
Proporsi penduduk usia 6 tahun ke atas di provinsi Jawa Tengah dengan low vision
dengan koreksi kacamata maksimal atau tidak sebesar 5,9% dan proporsi
kebutaansebesar 1%. Proporsi low vision tertinggi terdapat di Purworeja (10,5%),
Proporsi kebutaan tertinggi di Sragen (2,7%) dan Brebes (2,7%) Cakupan operasi katarak
tampak masih sangat rendah (3,3% pada low vision dan 4,1% pada kebutaan) dan merata
di seluruh provinsi.

d. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Di propinsi Jawa Tengah persentase ukuran bayi lahir menurut persepsi ibu paling
banyak (70,8%) adalah normal, kecil (25,4%) dan ukuran besar (18,6%). Persentase
cakupan penimbangan di Provinsi Jawa tengah sebesar 93,4%. Persentase cakupan 100%
terdapat di 11 kabupaten dari 35 kabupaten di propivinsi Jawa Tengah. Sebagian besar
ibu di Jawa Tengah memeriksakan kehamilannya (95,4%). Terdapat beberapa kabupaten
yang cakupan pemeriksaan kehamilannya mencapai 100% (16 kabupaten) sedangkan
terendah di Perkotaan Semarang (82,5%). Secara keseluruhan (8 jenis pemeriksaan)
persentase tertinggi adalah pemeriksaan tekanan darah (98,1%) dan terendah pada
pemeriksaan kadar hemoglobin (27,2%).

e. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Di Jawa Tengah persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap
hari 24,3%. prevalensi perokok saat ini 30,7% dengan rerata jumlah rokok yang dihisap
8,9 batang per hari. Usia mulai merokok tiap hari yaitu pada rentang usia 15-19 tahun.
Penduduk yang merokok, 83,8% juga merokok di dalam rumah ketika bersama anggota
rumah tangga. Perilaku kurang konsumsi sayur dan buah sebesar 91,5%, kurang aktifitas
fisik sekitar 19,3% dan merokok sebanyak 27,6%.
Prevalensi penduduk 10 tahun ke atas dengan konsumsi makanan berisiko seperti
makanan manis 65,3% , makanan asin 27,6%, makanan berlemak, penyedap 85,6%,
kafein 19,2%, jeroan 1,6%, makanan dipanggang 2,4% dan makanan diawetkan 5,4%.
Dalam 12 bulan terakhir, tingkat konsumsi alkohol 2,2% yang berada pada rentang 0,8 –
5,7%. Konsumsi tertinggi di Kabupaten Salatiga Sebagian besar penduduk kurang
aktivitas fisik (37%) dengan rentang 28,1 - 55,8%. Pernah mendengar tentang flu burung.
di antara penduduk, 54,2% memiliki pengetahuan yang benar dan 58,9% memiliki sikap
yang benar. Penduduk yang merahasiakan apabila ada anggota rumah tangga yang
menderita HIV/AIDS yaitu sebesar 29,8%, dan 93,7% yang melakukan konseling dan
pengobatan. Proporsi rumah tangga dengan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
dengan klasifikasi baik di Provinsi Jawa Tengah sebesar 37,8 persen.

BAB 4
PENYELENGGARAAN

Dari analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banyumas memiliki jumlah
penduduk yang cukup padat yaitu nomor tiga dari seluruh kabupaten di Jawa Tengah.

1. Kepemilikan:

Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed adalah milik Universitas Jenderal Soedirman yang
berstatus Badan Layanan Umum.

2. Pengorganisasian

e. Struktur Organisasi

Bagan struktur organisasi dan Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed merupakan lampiran
dan bagian yang tidak terpisahkan dari poposal ini.

f. Visi dan Misi

Visi

“ Menjadi klinik pratama yang memenuhi standar pelayanan kesehatan primer , standar
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi dan standar pendidikan ilmu-ilmu kesehatan
lainnya pada tahun 2017”

Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer secara komprehensif yang


berkualitas dan sesuai standar dalam rangka menjamin kesehatan masyarakat.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mahasiswa kedokteran/kedokteran
gigi dan ilmu-ilmu kesehatan lainnya agar menjadi tenaga kesehatan yang berakhlak
dan bermoral serta memahami hak asasi manusia.
3) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi
dan ilmu-ilmu kesehatan lainnya agar memiliki sikap akademik, profesional,
kompetitif, mempunyai kemampuan memimpin dan memecahkan masalah serta
mudah beradaptasi.
4) Menyelenggarakan penelitian di bidang kesehatan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan, dan teknologi kesehatan yang relevan dengan pengembangan
sumberdaya pedesaaan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5) Menyebarluaskan hasil penelitian melalui publikasi, kaji tindak, dan penerapan
teknologi inovatif pada masyarakat.

3. Kegiatan

a. Berdasarkan jenis pelayanannya, Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed


menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan dan home visit/ care. Adapun
pelayanan yang akan diberikan oleh Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed adalah :
1) Poli Umum
Adalah upaya pelayanan primer atau usaha yang diberikan oleh klinik untuk
memberikan pertolongan langsung kepada pasien yang ditangani langsung oleh
dokter umum.

2) Poli Gigi
Poli yang menyediakan pelayanan dokter gigi untuk penanganan atau tindakan medik
dasar sekitar perawatan gigi seperti : penambalan, pencabutan, perawatan syaraf gigi
dan pembersihan karang gigi.

3) Poli Keluarga Berencana


Poliklinik yang melayani suntik KB, Pil KB, pemeriksaan kehamilan dan KIA.

4) Laboratorium Dasar/Sederhana
Meliputi pemeriksaan gula darah (glukosa), kolesterol, dan asam urat.

5) Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian melalui ruang farmasi yang hanya dapat melayani resep dari
tenaga medis yang bekerja di klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed dan dilaksanakan
oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan kewenangan kefarmasian.

b. Dalam bidang pendidikan Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed adalah wahana untuk
melaksanakan pendidikan profesi bagi mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi dan ilmu-
ilmu kesehatan lainnya.
c. Sejalan dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka Klinik Pratama Rawat Jalan
Unsoed bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial untuk
melayani masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pengelolaan.

Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed melaksanakan tata kelola klinis dan tata kelola
administrasi.

a. Tata kelola klinis


Tata kelola klinis dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan medis dengan
mengutamakan keamanan pasien.

b. Tata kelola administrasi


Tata kelola administrasi meliputi administrasi keuangan, administrasi perkantoran,
administrasi kepegawaian serta pencatatan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENUTUP

1. Kesimpulan:
a. Dengan diselenggarakannya Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan akan menjadi terstruktur sesuai dengan sistem rujukan yaitu dari
PPK1 ke PPK2 selanjutnya ke PPK3.
b. Sejalan dengan pelayanan primer (PPK 1) sebagai gate keeper, maka pelayanan
kesehatan primer dan sekunder tidak dapat dilaksanakan dalam satu atap sehingga tidak
bisa dilaksanakan lagi menjadi satu di rumah sakit .
c. Unsoed sebagai institusi yang mempunyai program pendidikan profesi Ilmu
Kedokteran/Kedokteran Gigi dan ilmu kesehatan lainnya harus segera menyesuaikan
sistem pendidikannya karena kurikulum pendidikan profesi kedokteran/kedokteran gigi
dan ilmu-ilmu kesehatan lainnya tersebut terdiri dari pelayanan kesehatan primer dan
sekunder.
d. Unsoed mempunyai mahasiswa sekitar dua puluh ribu orang serta tenaga pendidik dan
kependidikan sekitar dua ribu lima ratus orang. Dari keseluruhan mahasiswa serta tenaga
pendidik dan kependidikan tersebut membutuhkan sarana pelayanan kesehatan primer
yang terstandar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/485878376

Anda mungkin juga menyukai