Makalah Klinik Devi
Makalah Klinik Devi
MENDIRIKAN KLINIK
Dibuat Oleh :
Kelas : X Keperawatan 2
NISN : 22230021
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Mendirikan Klinik”
Tujuan makalah ditulis ini untuk memenuhi tugas Pak Guru, Makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari Makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
2. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................................2
3. Dasar Hukum...................................................................................................................................2
4. Pengertian.......................................................................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................................................................7
PRINSIP DASAR PENDIRIAN KLINIK PRATAMA UNSOED...............................................................................7
1. Bangunan dan Ruangan...................................................................................................................7
2. Sarana dan Prasarana......................................................................................................................7
3. Peralatan..........................................................................................................................................7
4. Ketenagaan......................................................................................................................................8
5. Perizinan..........................................................................................................................................8
BAB 3.........................................................................................................................................................10
ANALISIS SITUASI.......................................................................................................................................10
1. Jumlah Penduduk...........................................................................................................................10
2. Status Kesehatan...........................................................................................................................13
BAB 4.........................................................................................................................................................19
PENYELENGGARAAN..................................................................................................................................19
1. Kepemilikan:..................................................................................................................................19
2. Pengorganisasian...........................................................................................................................19
a. Struktur Organisasi....................................................................................................................19
b. Visi dan Misi...............................................................................................................................19
3. Kegiatan.........................................................................................................................................20
4. Pengelolaan...................................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................................................22
1. Kesimpulan:...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi setiap umat manusia, oleh karena itu pada pasal 28 H
Undang-Undang Dasar 1945 ayat (1) diamanatkan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan pada Pasal 34
ayat (2) dan ayat (3) dikatakan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan serta Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dimulai pada tanggal 1 januari 2014
merupakan perwujudan dari upaya pemerintah untuk memenuhi target pemerataan
pelayanan kesehatan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat terjamin kesehatannya
secara komprehensif. Sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang selama ini
dilaksanakan tidak terstruktur , harus sudah dimulai pelaksanaannya agar terstruktur
sesuai dengan sistem rujukan yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk menjamin
aksesibilitas masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
mendorong standar mutu pelayanan kesehatan secara rasional serta mendorong efisiensi
pelayanan kesehatan sehingga seluruh masyarakat Indonesia memperoleh manfaat
jaminan perlindungan kesehatan guna memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu,
pembenahan dan optimalisasi berbagai aspek dari seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia
sangat diperlukan.
Maksud dibuatnya proposal ini adalah untuk memberikan gambaran kepada stake
holders tentang rencana pendirian Klinik Pratama Rawat Jalan Universitas Jenderal
Soedirman sebagai Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Primer (PPK 1) dengan tujuan:
d. Pengertian
3. Peralatan
Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan. adapun persyaratannya adalah sebagai
berikut:
a. memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan, miliki izin edar sesuai
ketentuan peraturan
b. harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengarnana-n Fasilitas
Kesehatan dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
c. peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatkan izin
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan
rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.
4. Ketenagaan
a. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
b. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi.
c. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin
sebagai tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Perizinan
a. Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari
pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
b. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah klinik
memenuhi ketentuan persyaratan klinik.
c. Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
1) Surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat.
2) salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan
perorangan.
3) identitas lengkap pemohon.
4) surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat.
5) bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan
bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat
kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan.
6) dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
7) profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi
kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta
pelayanan yang diberikan.
ANALISIS SITUASI
Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk dapat menentukan jenis
pelayanan kesehatan dasar yang akan dieselenggarakan, dibutuhkan analisis data sebagai
berikut:
1. Jumlah Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, Jumlah penduduk
pada Tahun 2012 (angka proyeksi sementara dari BPS) adalah sekitar 1,603,037 jiwa
dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Cilongok. Dengan luas Kabupaten
Banyumas seluas 1,327.59 kilometer persegi (km²) rata – rata kepadatan penduduk
sebesar 1,207 jiwa untuk setiap km².
Luas Kepadatan Penduduk per
Banyaknya Jumlah
Kecamatan Wilayah
desa Penduduk Desa ( km2 )
( km2 )
2. Status Kesehatan.
a. Penyakit gigi dan mulut
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga – Survey Kesehatan Nasional (SKRT-SKN) 2001, penyakit gigi dan
mulut menempati urutan teratas (60% penduduk) untuk sepuluh kelompok penyakit
yang terbanyak dikeluhkan masyarakat. Data hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2004 yang dilakukan Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies
(berlubang) gigi di Indonesia adalah 90,05%. Index DMF-T mencapai rata-rata 5,26 ini
berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorang adalah lebih dari 5 gigi. Performance
Treatment Index atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18
tahun sangat rendah sekitar 4-5% sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani
dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan (Required Treatment Index) pada
usia ini sebesar 72,4 % - 82,5%.
Di Jawa Tengah, menurut laporan Propinsi Jawa Tengah pada Riset Kesehatan
Dasar 2007, proporsi penduduk bermasalah gigi mulut dalam 12 bulan terakhir sebesar
25,8% dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 28,3%. Kabupaten
dengan proporsi penduduk bermasalah gigi mulut tertinggi adalah Kabupaten Surakarta
(37,6%) . Proporsi penduduk yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi tertinggi
ada di Kabupaten Karang Anyar (49,8%) Proporsi tertinggi penduduk yang sudah
kehilangan seluruh gigi aslinya ada di kabupaten Purworejo (4,1%). Proporsi jenis
perawatan gigi berupa pengobatan tertinggi di Kabupaten/kota Pemalang (97,5%)
Proporsi penambalan/pencabutan/bedah gigi paling tinggi di Semarang kota (50,2%)
Proporsi pemasangan gigi palsu paling tinggi di Klaten (10,7%) Konseling
perawatan/kebersihan gigi paling tinggi di Purworejo (32,5%). Proporsi perilaku
menggosok gigi setiap hari di semua Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah di atas
80%, paling tinggi di kota Surakarta (97,9%). Di Propinsi Jawa Tengah perilaku
menggosok gigi yang benar hanya dilakukan oleh 4,5%, proporsi tertinggi di kota
Surakarta (15,6%). Dilihat dari seluruh komponen kerusakan gigi (DMF-T), kabupaten
dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi tertinggi ada di kabupaten Semarang dengan rata-
rata 10 gigi/orang Rata-rata jumlah kerusakan gigi per orang baik berlubang, dicabut,
maupun ditumpat sebesar 5,4. Prevalensi karies aktif di provinsi Jawa Tengah sebesar
43,1% dan pengalaman karies sebesar 67,8%. Prevalensi karies aktif tertinggi di
Semarang kota (74,0%) Sedangkan proporsi pengalaman karies tertinggi di Kabupaten
Semarang (86,6%). Gambaran besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani (RTI)
tertinggi di Kabupaten Semarang (42,6%), sedangkan motivasi untuk menumpatkan gigi
berlubang atau mempertahankan gigi tetap, tertinggi di Kabupaten/kota Salatiga (7,4%).
Penduduk provinsi Jawa Tengah umur 12 tahun ke atas 90,0% memiliki fungsi normal
gigi (mempunyai minimal 20 gigi berfungsi), lebih tinggi dari pada hasil SKRT 2001
(86,5%). Proporsi penduduk dengan fungsi gigi normal tertinggi di Kabupaten Kudus
(95,9%), terendah di Kabupaten Temanggung (78,0%). Proporsi edentulous atau hilang
seluruh gigi sebesar 1,8% sedikit lebih rendah daripada hasil SKRT 2001 (2,6%),
tertinggi di Kabupetn Magelang (3,7%), Secara umum 2,9% penduduk telah memakai
protesa atau gigi tiruan lepas atau gigi tiruan cekat, tertinggi ditemukan di Kaupaten
(10,7%). Dalam hal permasalahan gigi dan mulut, Kabupaten Banyumas menduduki
angka 33,5 % yaitu nomor dua setelah Kabupaten Surakarta.
b. Penyakit Menular
Dalam 12 bulan terakhir, di Provinsi Jawa Tengah Filariasis klinis terdeteksi
dengan prevalensi yang sangat rendah (rentang: 0,3 – 2,5 per mil). Namun ada 7
Kabupaten yang prevalensinya antara 1 – 3 per mil, lebih tinggi dari prevalensi filarisis di
Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan (0,6 per mil). Prevalensi DBD klinis dalam 1
tahun terakhir dapat dideteksi di hampir semua Kabupaten/ Perkotaan di Provinsi Jawa
Tengah (rentang prevalensi 0,1 – 1,8%), kecuali di Perkotaan Salatiga. Prevalensi DBD
yang relatif tinggi dijumpai di Kabupaten Jepara, Pemalang, Grobogan dan Perkotaan
Tegal. Dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, prevalensi malaria di Provinsi Jawa Tengah
dijumpai sebesar 0,4%, dengan rentang 0 – 1,6%. Di provinsi Jawa Tengah ada 10
Kabupaten dengan persentase orang yang minum obat program masih di bawah 50%.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Jawa Tengah dengan
rentang prevalensi yang sangat bervariasi (10,7,1 – 43,1%). Angka prevalensi ISPA
dalam sebulan terakhir di Provinsi Jawa Tengah adalah 29,1%. Prevalensi di atas angka
provinsi ditemukan di 16 Kabupaten/ Kota, dengan kasus terbanyak ditemukan di
Kabupaten Kudus. Secara umum, di Provinsi Jawa Tengah rasio prevalensi Pneumonia
sebulan terakhir adalah 2,1% (rentang 0,3 – 6,1%). Prevalensi Pneumonia yang relatif
tinggi dijumpai di Kabupaten Pemalang, Banyumas, Cilacap dan Perkotaan Tegal. Tidak
semua daerah dengan prevalensi ISPA tinggi juga mempunyai prevalensi Pneumonia
tinggi, seperti di Kabupaten Kudus, Demak, Kendal, dan Perkotaan Semarang. Di
provinsi ini TB terdeteksi dengan prevalensi 1,5 per 100, tersebar di hampir seluruh
Kabupaten/ Kota (rentang : 0 di Perkotaan Pekalongan – 5,4/100 di Kabupaten Cilacap).
Di Provinsi Jawa Tengah, dalam 12 bulan terakhir penyakit ini masih terdeteksi dengan
prevalensi 1,1% (rentang 0,2– 2,9%). Di beberapa Kabupaten/ Kota prevalensinya masih
2% atau lebih tinggi, yaitu di Kabupaten Sragen, Jepara, Temanggung, Cilacap, dan
Pemalang. Dalam 12 bulan terakhir, tifoid klinis dapat dideteksi di Provinsi Jawa Tengah
dengan prevalensi 1,6%, dan tersebar di seluruh Kabupaten/ Kota dengan rentang 0,2 –
3,5%. Prevalensi tifoid tertinggi dilaporkan dari Kabupaten Wonosobo, Pemalang, dan
Cilacap, yaitu lebih dari 3%. Hepatitis tidak teridentifikasi di Perkotaan Magelang.
Prevalensi hepatitis tertinggi ditemukan di Kabupaten Cilacap yakni sebesar 2,2%
dibandingkan dengan prevalensi Provinsi Jawa Tengah yang hanya 0,5%. Prevalensi di
provinsi ini sebesar 9,2% (rentang prevalensi 1,4 – 17,5%). Kabupaten Pemalang dan
Batang mempunyai prevalensi diare di atas 15%, namun pemakaian oralitnya masih di
bawah 30%.
c. Penyakit Tidak Menular
Prevalensi penyakit sendi di Provinsi Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga
kesehatan adalah 12,0%, secara keseluruhan, penyakit sendi yang pernah dialami adalah
36,8%. Prevalensi tertinggi di Kabupaten Kendal (24,8%) dan terendah terdapat di
Kabupaten Magelang (4,1%). Prevalensi hipertensi menurut hasil wawancara di Provinsi
Jawa Tengah sebesar 8,2% sedangkan menurut hasil pengukuran tekanan darah sebesar
37%, Prevalensi tertinggi hipertensi menurut hasil pengukuran terdapat di Kabupaten
Wonogiri (49,5%) dan terendah hasil pengukuran terdapat di Demak (26,5%). Prevalensi
penyakit stroke di provinsi Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga kesehatan 0,6%, dan
secara keseluruhan sebesar 0,8%. Prevalensi penyakit stroke tertinggi terdapat di
Kabupaten Semarang (1,7%), Prevalensi penyakit asma di Provinsi Jawa Tengah menurut
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,3%, dan secara keseluruhan adalah 3%, Kabupaten
dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Cilacap (5,6%), Wonosobo (4,5%), Jepara dan
Brebes (masingmasing 4,4%). Prevalensi penyakit jantung di Provinsi Jawa Tengah
menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%, dan secara keseluruhan adalah 8,4%,
Prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Pemalang (17,3%), Cilacap (17,1%), Banjarnegara
(15,2%). Prevalensi penyakit diabetes menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%,
secara keseluruhan adalah 1,3%, Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap
(3,9%), diikuti Kabupaten Tegal Kota (3,1%), Surakarta (2,8%), Pemalang (2,1%).
Prevalensi tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan di Provinsi Jawa
Tengahsebesar 0,8%, Prevalensi tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap
(1,5%), Kebumen (1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing
1,2%) Prevalensi gangguan jiwa berat (schizophrenia) di Provinsi Jawa Tengah sebesar
3,3‰. Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Sragen (7,4%), Wonogiri dan
Purworejo masing-masing 6,1‰ dan 6,‰. Prevalensi buta warna di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 6,9‰, ada kabupaten yaitu Demak dan Magelang Kota yang tidak
didapatkan buta warna, prevalensi tertinggi terdapat di kabupaten Pekalongan (22,2.‰).
Prevalensi glaukoma di Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,7‰., prevalensi tertinggi
terdapat di Kabupaten Pekalongan (22,3‰.). Prevalensi bibir sumbing di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 0,9‰. prevalensi tertinggi di Kabupaten Wonogiri (3,7‰). Prevalensi
dermatitis di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8%, tertinggi di Kabupaten Pemalang
(15,7%), Sragen (13,8%), Salatiga (13,4%) Prevalensi Rhinitis di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 27,8‰. Prevalensi tertinggi ditemukan di kabupaten Pemalang (80,3‰.)
Prevalensi thalasemia di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,5‰., tidak ditemukan kasus di
17 kabupaten. Prevalensi tertinggi di Purworejo (2,2‰.) Prevalensi hemofili sebesar
0,5‰, tertinggi di Kabupaten Banyumas (2,3‰.) Di 15 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah tidak didapatkan kasus hemofili. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Provinsi
Jawa Tengah sebesar 12%. Prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Banjarnegara (30,5%),
Proporsi penduduk usia 6 tahun ke atas di provinsi Jawa Tengah dengan low vision
dengan koreksi kacamata maksimal atau tidak sebesar 5,9% dan proporsi
kebutaansebesar 1%. Proporsi low vision tertinggi terdapat di Purworeja (10,5%),
Proporsi kebutaan tertinggi di Sragen (2,7%) dan Brebes (2,7%) Cakupan operasi katarak
tampak masih sangat rendah (3,3% pada low vision dan 4,1% pada kebutaan) dan merata
di seluruh provinsi.
BAB 4
PENYELENGGARAAN
Dari analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banyumas memiliki jumlah
penduduk yang cukup padat yaitu nomor tiga dari seluruh kabupaten di Jawa Tengah.
1. Kepemilikan:
Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed adalah milik Universitas Jenderal Soedirman yang
berstatus Badan Layanan Umum.
2. Pengorganisasian
e. Struktur Organisasi
Bagan struktur organisasi dan Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed merupakan lampiran
dan bagian yang tidak terpisahkan dari poposal ini.
Visi
“ Menjadi klinik pratama yang memenuhi standar pelayanan kesehatan primer , standar
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi dan standar pendidikan ilmu-ilmu kesehatan
lainnya pada tahun 2017”
Misi
3. Kegiatan
2) Poli Gigi
Poli yang menyediakan pelayanan dokter gigi untuk penanganan atau tindakan medik
dasar sekitar perawatan gigi seperti : penambalan, pencabutan, perawatan syaraf gigi
dan pembersihan karang gigi.
4) Laboratorium Dasar/Sederhana
Meliputi pemeriksaan gula darah (glukosa), kolesterol, dan asam urat.
5) Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian melalui ruang farmasi yang hanya dapat melayani resep dari
tenaga medis yang bekerja di klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed dan dilaksanakan
oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan kewenangan kefarmasian.
b. Dalam bidang pendidikan Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed adalah wahana untuk
melaksanakan pendidikan profesi bagi mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi dan ilmu-
ilmu kesehatan lainnya.
c. Sejalan dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka Klinik Pratama Rawat Jalan
Unsoed bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial untuk
melayani masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pengelolaan.
Klinik Pratama Rawat Jalan Unsoed melaksanakan tata kelola klinis dan tata kelola
administrasi.
1. Kesimpulan:
a. Dengan diselenggarakannya Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan akan menjadi terstruktur sesuai dengan sistem rujukan yaitu dari
PPK1 ke PPK2 selanjutnya ke PPK3.
b. Sejalan dengan pelayanan primer (PPK 1) sebagai gate keeper, maka pelayanan
kesehatan primer dan sekunder tidak dapat dilaksanakan dalam satu atap sehingga tidak
bisa dilaksanakan lagi menjadi satu di rumah sakit .
c. Unsoed sebagai institusi yang mempunyai program pendidikan profesi Ilmu
Kedokteran/Kedokteran Gigi dan ilmu kesehatan lainnya harus segera menyesuaikan
sistem pendidikannya karena kurikulum pendidikan profesi kedokteran/kedokteran gigi
dan ilmu-ilmu kesehatan lainnya tersebut terdiri dari pelayanan kesehatan primer dan
sekunder.
d. Unsoed mempunyai mahasiswa sekitar dua puluh ribu orang serta tenaga pendidik dan
kependidikan sekitar dua ribu lima ratus orang. Dari keseluruhan mahasiswa serta tenaga
pendidik dan kependidikan tersebut membutuhkan sarana pelayanan kesehatan primer
yang terstandar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/485878376