Disusun oleh :
Nur Diniyah Indra
2020394397
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan
serta kesempatan untuk dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam periode 03 Agustus - 30
September 2020 ini dengan baik.
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dilakukan untuk memberikan
pengalaman secara langsung kepada penulis dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian didalam ruang lingkup Rumah Sakit.
Pada penulisan ini, penulis menyadari bahwa pelaksanaan Praktik Kerja
Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini dapat terlaksana dengan baik berkat
kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. apt. R. A.Oetari, SU., MM., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi
2. Dr. apt. Opstaria Saptarini, S.Farm., M.Si. selaku ketua jurusan Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
3. Dr. apt. Gunawan Pamudji W, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing
Praktik Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi bidang farmasi
Rumah Sakit.
4. dr. Ismanto Soemantoro, Sp.B selaku Direktur Rumah Sakit Budi
Kemuliaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan PKPA.
5. Ibu apt. Nisa Oktapiana, S.Farm. selaku Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan sekaligus pembimbing PKPA yang
telah mendampingi dan membimbing mahasiswa selama kegiatan
PKPA.
6. Seluruh Apoteker di Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah
membimbing dan memberikan pengalaman kepada penulis.
7. Seluruh staff dan karyawan Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman serta membantu penulis dalam
melaksanakan kegiatan PKPA.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan
dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama menjalani Praktik Kerja Profesi Apoteker yang dituangkan
dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Praktik Kerja Apoteker....................................................................3
C. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker......................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Pengertian Rumah Sakit..............................................................................3
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit...................................................................5
C. Klasifikasi Rumah Sakit..............................................................................6
D. Sumber Daya Manusia.................................................................................9
E. Struktur Organisasi Rumah Sakit.................................................................6
F. Akreditasi Rumah Sakit..............................................................................11
G. Tim Farmasi dan Terapi.............................................................................12
H. Formularium..............................................................................................13
I. Instalasi Rumah Sakit.................................................................................14
J. Organisasi dan Personalia..........................................................................17
K. Standar Pelayanan......................................................................................18
BAB III TINJAUAN TEMPAT PKPA.................................................................44
A. Sejarah Rumah Sakit.................................................................................44
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Moto Rumah Sakit...............................................48
C. Instalasi Rumah Sakit................................................................................49
D. Tugas Pokok Instalasi Rumah Sakit..........................................................50
E. Fungsi Instalasi Rumah Sakit.....................................................................50
F. Struktur Organisasi Instalasi Rumah Sakit.................................................52
G. Sistem Pelayanan Farmasi Rumah Sakit...................................................57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
merupakan hak setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Derajat kesehatan bagi
masyarakat diwujudkan dengan upaya kesehatan yang terpadu. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia
termasuk Rumah Sakit. Rumah Sakit yang merupakan salah satu dari sarana
kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
Sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan atau upaya kesehatan
penunjang. Rumah Sakit juga dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan,
pelatihan, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 salah satu dari fasilitas
pelayanan kefarmasian adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang
juga menjadi bagian penunjang medik di Rumah Sakit. Menurut Undang-
Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud
dengan instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
1
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan XXXIX
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 2016 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas dari Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan.
Fungsi Rumah Sakit menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit antara lain:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
6. Komite medis
Komite Medis merupakan unsur organisasi yang mempunyai
tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance). Komite Medis dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
7. Satuan pemeriksaan internal
Satuan pemeriksaan internal merupakan unsur organisasi yang
bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal Rumah Sakit.
Satuan pemeriksaan internal berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
8. Dewan Pengawas Rumah Sakit
Merupakan unit nonstruktural yang bersifat independen, dibentuk, dan
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
F. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34
tahun 2017 adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi standar akreditasi.
Standar akreditasi adalah pedoman yang berisi tingkat pencapaian yang harus
dipenuhi oleh Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien. Akreditasi Rumah Sakit diselenggarakan secara berkala
minimal tiga tahun sekali. Akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan secara
berkala mempunyai tujuan, yaitu :
1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi
keselamatan pasien Rumah Sakit
2. Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di
Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi
3. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan
4. Meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata
Internasional.
2) Mengedarkan daftar stok obat yang tersedia dan formulir pengajuan obat
untuk masuk dalam formularium
3) Rapat anggota TFT untuk mendiskusikan pembuatan formularium
4) Mengundang dokter Staf Medik Fungsional untuk membahas kriteria
seleksi obat dan usulan obat yang akan dimasukkan ke dalam
formularium RS
5) Menyusun formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil-hasil rapat
dengan dokter spesialis.
Formularium terdiri atas :
1) Daftar Formularium (Formulary list) : suatu daftar produk obat yang
disetujui digunakan dalam suatu Rumah Sakit tertentu, terdiri atas nama
generik, kekuatan dan bentuk;
2) Panduan Formularium (Formulary manual) : mengandung ringkasan
informasi obat, pada umumnya termasuk nama generik, indikasi
penggunaan, kekuatan, bentuk sediaan, posologi, toksikologi, jadwal
pemberian, kontraindikasi, efek samping, kualitas yang
direkomendasikan di-dispensing, dan informasi penting yang harus
diberikan kepada penderita.
Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan obat untuk
masuk Formularium Rumah Sakit adalah :
1) Mengutamakan penggunaan obat generic
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan Penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
I. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Instalasi
farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi farmasi tersebut
dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit dalam pelaksanaannya dapat dibentuk satelit farmasi sesuai
dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.
Tugas pokok IFRS berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomr 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit yaitu:
1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4) Memberi pelayanan bermutu melalui analisis, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7) Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
perbekalan farmasi (sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kedua kegiatan ini dapat
berjalan dengan lancar tentunya harus didukung dengan adanya sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Adanya pelayanan
kefarmasian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat.
1. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan
Medis Habis Pakai.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, dinyatakan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah
Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Rumah Sakit dengan sistem satu pintu.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit yang menjamin
seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kegiatannya mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan
perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dokumentasi, monitoring dan
evaluasi.
Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi adalah :
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi ataukemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat
guna
terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus
ada tenaga farmasi.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi adalah :
1) Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
2) Barang harus bersumber dari distributor utama
3) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
4) Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai
certificate of origin
5) Expire date minimal 2 tahun
Setelah barang yang diorder tersebut datang, barang tersebut diterima
bersama dengan faktur dan di periksa oleh petugas gudang farmasi.
Petugas gudang memeriksa tanggal kadaluarsa dari obat tersebut dan
nomor faktur.
Bila barang yang diperiksa telah sesuai dengan faktur, kemudian
faktur tersebut ditanda tangani oleh petugas yang menerima di bagian
gudang. Setelah itu, barang dimasukkan ke dalam gudang dan dicatat pada
kartu stok.
E. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat adalah sebagai berikut :
1) Memelihara mutu obat.
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
3) Menjaga kelangsungan persediaan.
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan.
2) Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan
maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi
keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa
biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik adalah penerapan pengetahuan obat untuk
kepentingan penderita, dengan memperhatikan kondisi penyakit, penderita
dan kebutuhannya untuk mengerti terapi obatnya, dan pelayanan ini
memerlukan hubungan yang profesional antara apoteker, penderita, dokter,
perawat, dan tenaga medis lain yang terlibat memberikan perawatan
kesehatan. Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan
keuntungan terapi obat dan mengkoreksi kekurangan yang terdeteksi
dalam proses penggunaan obat. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan
meliputi :
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian
3) Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di Rumah Sakit seperti insenerator, dapur,
perlengkapan generator dan anastesi.
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, bahan-bahan yang beracun, infeksius, atau bahan yang berbahaya.
Limbah medis terbagi menjadi lima macam yaitu :
1) Limbah benda tajam adalah limbah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat mendorong atau
menusuk kulit. Benda tajam yang terbuang berpotensi terkontaminasi
darah, cairan atau bahan yang berbahaya, beracun dan infeksius.
2) Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari isolasi penyakit
menular, limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikorbiologi dan ruang isolasi penyakit menular.
3) Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.
4) Limbah farmasi adalah limbah yang berasal dari obat kadaluarsa, obat
yang terbuang dan obat yang tidak diperlukan lagi serta limbah yang
dihasilkan selama produksi obat-obatan.
5) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop
yang berasal dari penggunaan medis.
BAB III
TINJAUAN TEMPAT PKPA
A. Sejarah Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Kepedulian yang sangat besar terhadap pendidikan dan sosial masyarakat
yang ditunjukkan oleh Ibu Sri Chasanah Redjeki Soedarsono, yang dikenal
dengan panggilan Ibu Dar, ketika mendirikan sebuah sekolah, ternyata tidak
membuatnya berhenti untuk terus berkiprah bagi masyarakat. Niat dan cita -
citanya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam bentuk klinik
dan Rumah Sakit mengantarkannya untuk membentuk sebuah organisasi yang
menorehkan sejarah bagi perjalanann seorang Sri Soedarsono di Batam. Ibu
Sri Soedarsono sangat aktif dalam berbagai kegiatan social, pendidikan, dan
kesehatan serta kemanusiaan. Atas kiprah beliau di bidang-bidang tersebut,
maka pada tanggal 13 Agustus 2014, beliau memperoleh anugerah Bintang
Mahaputra Nararya dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 1983 beliau menyampaikan niat dan keinginannya untuk
mendirikan klinik Balai Kesehatan Ibu dan Anak ( BKIA) di Batam kepada
(alm) Dr. Soemarno Sosroatmodjo yang saat itu menjabat sebagai ketua
Dewan Perkumpulan Budi Kemuliaan Jakarta. Niat dan keinginan yang tulus
tersebut mendapat tanggapan yang positif dari (alm) Dr Soemarno yaitu
dengan kunjungan beliau ke Batam pada tahun 1983, dan ditawarkan untuk
menggunakan nama Budi Kemuliaan.
Batam yang saat itu baru berkembang sehingga memang sangat
membutuhkan adanya sebuah institusi pelayanan kesehatan khususnya bagi
ibu dan anak. Niat Ibu Dar pun direalisasikan dengan dibentuknya
Perkumpulan Budi Kemuliaan Cabang Batam pada 8 Oktober 1983 yang
bersifat otonom sebagai cabang dari Perkumpulan Budi Kemuliaan Jakarta,
dimana Ibu Dar sebagai ketua dan Bapak (alm) Soedarsono Darmosoewito
sebagai pelindung.
Butuh waktu satu tahun bagi Ibu untuk mempersiapkan pembentukan
sebuah Rumah Bersalin Budi Kemuliaan Batam hingga diresmikan pada 8
Oktober 1984, walaupun hanya bermodalkan tiga tempat tidur di sebuah ruko
di kawasan kampung Pelita – Seraya. Penanggung jawab klinik dipercayakan
kepada dr. Subroto dengan kepala keperawatan dijabat oleh Suster Anastasia,
dan (alm) dr. Eddy Soemargo SPOG sebagai konsultan kebidanan yang
datang ke Batam setiap 2 minggu sejak berdirinya Rumah Bersalin Budi
Kemuliaan Batam. Rumah bersalin ini juga berfungsi sebagai tempat
pelayanan Keluarga Berencana atas rekomendasi dari kepala BKKBN Riau.
Respon yang baik dari masyarakat Batam turut mendukung
perkembangan BKIA pada dua tahun pertama. Hal itu mendorong Ibu Dar
untuk membuka klinik pengobatan pasien umum dan gigi yang berlokasi di
sebuah Ruko di Jalan Iman Bonjol dengan nama Balai Pengobatan Budi
Kemuliaan yang resmikan pada 8 oktober 1986. Balai pengobatan ini pun
memperluas wilayah pelayananna untuk menjangkau masyarakat hingga ke
beberapa wilayah seperti di Pos Pelayanan Pembantu Tanjung Sengkuang,
Tanjung Riau, Bengkong Laut, Pulau Bertam dan Bukit Girang. Roda
pembangunan Batam terus berputar, jumlah penduduk pendatang semakin
tinggi seiring dengan derasnya arus investasi asing yang membuka banyak
lowongan pekerjaan sehingga kebutuhan akan layanan kesehatan pun
semakin tinggi dan kompleks. Ibu Sri Soedarsono pun berniat untuk
menggabungkan Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Menjadi Rumah
Sakit Budi Kemuliaan. Ibu Dar benar – benar bisa mewujudkan cita – citanya
tersebut ketika mendapatkan lahan seluas 3,5 hektar di Kampung Seraya
kecamatan Lubuk Baja Batam Timur. Tentu saja, Beliau tidak sendirian,
beberapa donatur mendukung pembangunan Rumah Sakit tersebut yaitu
yayasan Nederland-Batam dengan sebutan Yayasan NEBA yang mulai aktif
pada tahun 1988 yang diketuai oleh dr. Jan Van der Berg.
Rumah Sakit Budi Kemuliaan mendapatkan dukungan penyusunan
master plan dari konsultan PT Aparc Indonesia Bandung dan kontraktor PT
Bangun Cipta Sarana Jakarta yang mulai membangun pada tanggal 8
Oktober 1990 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Walikota Batam
b) Tujuan khusus
Rumah Sakit budi kemuliaan batam adalah menjadi Rumah Sakit
umum yang mempunyai unggulah dalam bidang pelayanan kesehatan
ibu dan anak sehingga menjadi Rumah Sakit rujukan dilihat masyarakat
di Kepulauan Riau dan sekitarnya.
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit,yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Instalasi farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu unit di Rumah
Sakit dengan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan
seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit yang berintikan pelayanan produk yang
lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi
kepada kepentingan penderita.
Instalasi Farmasi mempunyai fungsi utama dalam pelayanan ataujasa
obat atas dasar resep dan pelayanan obat tanpa resep, beroreantasi pada
pelanggan ataupasien apakah obat yang di beirkan dapat menyembuhkan
penyakit serta nefek samping. Tanggung jawab dan tugas apoteker di Instalasi
Farmasi ialah bertanggung jawab atas obat resep, dan mamapu menjelaskan
tetang obat pada pelanggan ataupasien. Dengan demikian bisa di ambil
kesimpulan bahwa peranan penting dalam Instalasi Farmasi adalah seorang
Apoteker. Farmasi Rumah Sakit merupakan departemen atau servis di dalam
Keterangan :
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 43 orang
Jumlah tenaga yang ada : 28 orang
Jumlah kekurangan tenaga yang dibutuhkan : 15 orang
K. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi
Kemuliaan adalah :
1) Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
2) Pelayanan rawat inap
3) Pelayanan rawat jalan
4) Pelayanan gudang farmasi
L. Analisa Kebutuhan Tenaga di IFRS
Analisa kebutuhan tenaga disusun oleh Kepala Instalasi Farmasi dan di
usulkan ke bagian SDM dan Keuangan. Jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jenis pelayanan, komposisi shift jaga dan jumlah pasien yang
dilayani.
M. Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS
Evaluasi kinerja tenaga IFRS Budi Kemuliaan Batam mengacu pada
evaluasi kinerja karyawan RS sesuai dengan uraian tugas dan tanggung
jawabnya yang meliputi penilaian terhadap :
1) Kualitas Kerja
2) Kuantitas Kerja
3) Disiplin Kerja
4) Kecakapan
5) Tanggung Jawab
6) Loyalitas
7) Inisiatif
8) Kejujuran
9) Motivasi
10) Kerjasama
11) Komunikasi
12) Absensi
Evaluasi kinerja tersebut dilakukan sekali setahun dan diharapkan dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja yang bersangkutan.
N. Standard Fasilitas
1. Bangunan dan Perlengkapan
Bangunan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan seluruhnya
memiliki luas 197 m2. Bangunan terdiri dari ruang pelayanan dan peracikan.
Ruangan berlantai keramik kedap air, dinding tembok, plafon triplek.
Perlengkapan dalam ruang pelayanan dan peracikan adalah :
a) Rak Obat
b) Lemari Pendingin
c) Lemari Penyimpanan Obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropik
e) Lemari Administrasi dan Buku Informasi
f) Meja Kerja
g) Mortir dan Stamper Berbagai Ukuran
h) Bak Cuci
i) Alat Tulis Kantor
j) Komputer yang terhubung internet
k) Telepon
2. Gudang Perbekalan Farmasi
Berlantai keramik kedap air, dinding tembok, plafon triplek.
Perlengkapan dalam gudang perbekalan farmasi adalah :
a) Rak obat
b) Lemari pendingin
c) Lemari Penyimpanan Obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropik
e) Meja kerja
f) Komputer yang terhubung internet
g) Telepon
h) Alat tulis kantor
i) Lantai dilengkapi dengan palet
3. Ruang Konsultasi
BAB IV
PEMBAHASA
N
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi
Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigman lama (drug oriented)
ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan
mahasiswa calon Apoteker di Rumah Sakit Budi Kemuliaan selama 2 (dua) bulan
yaitu dari tanggal 03 Agustus – 30 September 2020 antara lain :
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang
dimulai dari pemilihan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan
yang lain. Kegiatannya mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan
perbaikan terhadap pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi, monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dilaksanakan di gudang farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Gudang Farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan merupakan salah satu unit Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yang mempunyai tugas pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
periode yang lalu serta usulan dari poli atau ruangan atau instalasi.
Perencanaan yang dibuat adalah untuk keperluan selama satu tahun.
Perencanaan obat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan berdasarkan kebutuhan
dari unit pelayanan yang diajukan ke unit perencanaan, selanjutnya
perencanaan diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi dan jika disetujui maka
diteruskan ke Direktur Rumah Sakit untuk dilakukan disposisi persetujuan
pengadaan.
3. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuan yang telah direncanakan dan
disetujui. Pengadaan yang efektif dilakukan untuk mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga yang efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga
serta waktu berlebihan. Selain itu, pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan masih menggunakan proses pembelian offline langsung ke PBF.
Pengadaan dilakukan dengan cara Apoteker kepala IFRS membuat surat
pesanan langsung ke PBF dengan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit.
Pada proses pengadaan obat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan terdapat tiga
elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya
tinggi”
b) Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting utuk
menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutunya
c) Order pemesanan sesuai dengan perencanaan agar mendapatkan
barang yang sesuai dengan yang diinginkan.
e) Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran
harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah
yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala,
untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.
Gudang farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan berada dalam 1 bangunan
yang didalamnya terdiri dari beberapa ruang penyimpanan yang terpisah. Salah
satu bagiannya menjadi tempat penyimpanan sekaligus administrasi dan
distribusi sediaan farmasi juga menjadi tempat kerja untuk unit pengendalian
mutu dan ruangan kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Gudang farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan berada cukup jauh dengan Unit Layanan Rawat
Jalan dan Rawat Inap sehingga dapat berpengaruh terhadap kecepatan dalam
melakukan pengiriman sediaan farmasi dari gudang farmasi ke unit layanan.
Sistem penyimpanan obat Rumah Sakit Budi Kemuliaan dilakukan di unit
logistik (gudang) dan unit layanan (Apotek rawat jalan, apotek rawat inap dan
IGD) dimana penyimpanan disusun berdasarkan kombinasi Alfabetis, bentuk
sediaan, golongan obat, sistem FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired
First Out), LASA (Look Alike Sound Alike), dan High Alert Medication.
Penyimpanan menggunakan sistem FIFO (first in first out) yaitu barang
yang pertama datang harus dikeluarkan terlebih dahulu dan sistem FEFO (first
expired first out) yaitu barang yang Expired date-nya lebih cepat dikeluarkan
terlebih dahulu, sehingga dapat memperkecil kemungkinan kerusakan obat.
Pada obat yang termasuk ke dalam LASA (Look Alike Sound Alike), dan High
Alert, sebelum dilakukan penyimpanan obat diberi tanda khusus terlebih
dahulu dengan sticker bertulisakan LASA atau High Alert. Penataan obat-obat
yang termasuk golongan obat LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat
yang memiliki kemiripan dalam kemasan maupun pengucapannya, diletakkan
secara terpisah satu sama lain dan harus diberikan jeda penyusunan dengan
minimal 2 jenis obat non LASA. Adanya pelabelan khusus dan pemberian jeda
perbekalan farmasi di unit- unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan
jumlah.
Pendistribusian sediaan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
didistribusikan ke depo farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap. Kegiatan pendistribusian sediaan farmasi pada pasien rawat jalan
dilakukan dengan sistem distribusi resep perorangan (Individual
Prescreption). Resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh Depo farmasi sesuai yang tertulis pada resep. Sedangkan pada
pendistribusian sediaan farmasi untuk pasien rawat inap dilakukan dengan
menggunakan sistem distribusi dosis unit (Unit Dose Dispensing), yaitu
perbekalan farmasi yang di pesan oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu
atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan
dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu
tertentu.
7. Pengendalian
Pengendalian persediaan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
bertujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian yang dilakukan meliputi :
a) Memperkirakan menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
Jumlah stok ini disebut stok kerja.
b) Menentukan stok optimum, stok optimum adalah stok obat yang
diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan
atau kekosongan.
c) Menentukan waktu tunggu (lead time), waktu tunggu adalah waktu
yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
8. Pemusnahan
Resep – resep yang sudah lebih dari 5 tahun ditimbang jumlah beratnya untuk
resep biasa dan dihitung per lembar untuk resep narkotika. Setelah dilakukan
penimbangan, resep kemudian dilakukan pemusnahan yang dilakukan di
Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Pemusnahan resep ini dilakukan oleh salah
satu Apoteker Rumah Sakit Budi Kemuliaan dengan disaksikan oleh dua
orang asisten apoteker. Berita acara pemusnahan resep dibuat rangkap 4
(empat) dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Kepala Balai POM , Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan arsip di Apotek.
Obat yang kadaluarsa atau rusak, pihak Rumah Sakit Budi Kemuliaan
melakukan pemusnahan dengan bantuan pihak ketiga. Pemusnahan obat
kadaluarsa atau rusak juga dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangai
oleh Apoteker pembuat berita acara dan disaksikan oleh dua orang asisten
apoteker. Berita acara pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak dibuat rangkap
4 (empat) dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Kepala Balai POM , Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan arsip di Apotek.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dilakukan secara rutin dalam rangka pertanggungjawaban obat-obatan yang
digunakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Pelaporan yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan adalah :
a) Laporan harian untuk pencatatan pengeluaran perbekalan farmasi
harian.
b) Laporan bulanan untuk penggunaan sediaan narkotika dan
psikotropika melalui aplikasi SIPNAP (Sitem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika).
c) Laporan tahunan untuk laporan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran
serta sisa stok perbekalan farmasi.
B. Pelayanan Farmasi Klinis
Farmasi Klinik adalah pelayanan farmasi dimana tenaga kefarmasian
berinteraksi langsung dengan pasien yang menggunakan obat untuk tercapainya
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah mengikuti Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit Budi Kemuliaan yang dilaksanakan pada tanggal 03 Agustus hingga 30
September 2020, dapat disarankan beberapa hal berikut :
1. Perlunya melakukan briefing setiap pagi sebelum memulai kerja, agar
pelayanan kefarmasian kepada pasien dapat berjalan dengan lancar dan
optimal.
2. Agar tercapainya pelayanan farmasi klinis yang lebih optimal, perlunya
penambahan sumber daya manusia agar tercapainya kegiatan farmasi
klinik yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
L
A
M
P
I
R
A
N
Gambar 6 : Rak Penyimpanan Tetes Mata dan Tetes Telinga Di Apotek Rawat
Jalan.
Gambar 11 : Lemari Penyimpanan Obat – Obat High Alert di Apotek Rawat Inap.
Gambar 24 : Faktur