Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI RUMAH SAKIT BUDI KEMULIAAN BATAM
Jl. Budi Kemuliaan No.1 Batam
3 Agutus – 30 September 2020

Disusun oleh :
Nur Diniyah Indra
2020394397

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITA SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


XXXIX
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan
serta kesempatan untuk dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam periode 03 Agustus - 30
September 2020 ini dengan baik.
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dilakukan untuk memberikan
pengalaman secara langsung kepada penulis dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian didalam ruang lingkup Rumah Sakit.
Pada penulisan ini, penulis menyadari bahwa pelaksanaan Praktik Kerja
Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini dapat terlaksana dengan baik berkat
kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. apt. R. A.Oetari, SU., MM., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi
2. Dr. apt. Opstaria Saptarini, S.Farm., M.Si. selaku ketua jurusan Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
3. Dr. apt. Gunawan Pamudji W, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing
Praktik Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi bidang farmasi
Rumah Sakit.
4. dr. Ismanto Soemantoro, Sp.B selaku Direktur Rumah Sakit Budi
Kemuliaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan PKPA.
5. Ibu apt. Nisa Oktapiana, S.Farm. selaku Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan sekaligus pembimbing PKPA yang
telah mendampingi dan membimbing mahasiswa selama kegiatan
PKPA.
6. Seluruh Apoteker di Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah
membimbing dan memberikan pengalaman kepada penulis.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


XXXIX
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

7. Seluruh staff dan karyawan Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman serta membantu penulis dalam
melaksanakan kegiatan PKPA.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan
dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama menjalani Praktik Kerja Profesi Apoteker yang dituangkan
dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Batam, 25 Oktober 2020

Penulis

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


XXXIX
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Praktik Kerja Apoteker....................................................................3
C. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker......................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Pengertian Rumah Sakit..............................................................................3
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit...................................................................5
C. Klasifikasi Rumah Sakit..............................................................................6
D. Sumber Daya Manusia.................................................................................9
E. Struktur Organisasi Rumah Sakit.................................................................6
F. Akreditasi Rumah Sakit..............................................................................11
G. Tim Farmasi dan Terapi.............................................................................12
H. Formularium..............................................................................................13
I. Instalasi Rumah Sakit.................................................................................14
J. Organisasi dan Personalia..........................................................................17
K. Standar Pelayanan......................................................................................18
BAB III TINJAUAN TEMPAT PKPA.................................................................44
A. Sejarah Rumah Sakit.................................................................................44
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Moto Rumah Sakit...............................................48
C. Instalasi Rumah Sakit................................................................................49
D. Tugas Pokok Instalasi Rumah Sakit..........................................................50
E. Fungsi Instalasi Rumah Sakit.....................................................................50
F. Struktur Organisasi Instalasi Rumah Sakit.................................................52
G. Sistem Pelayanan Farmasi Rumah Sakit...................................................57

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


XXXIX
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

H. Cakupan Pelayanan Instalasi Rumah Sakit................................................57


I. Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit.............................................58
J. Distribusi Ketenagaan.................................................................................59
K. Jenis Pelayanan..........................................................................................59
L. Analisa Kebutuhan Tenaga IFRS...............................................................59
M. Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS..................................................................60
N. Standar Fasilitas.........................................................................................60
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................82
LAMPIRAN...........................................................................................................84

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


XXXIX
Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
merupakan hak setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Derajat kesehatan bagi
masyarakat diwujudkan dengan upaya kesehatan yang terpadu. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia
termasuk Rumah Sakit. Rumah Sakit yang merupakan salah satu dari sarana
kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
Sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan atau upaya kesehatan
penunjang. Rumah Sakit juga dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan,
pelatihan, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 salah satu dari fasilitas
pelayanan kefarmasian adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang
juga menjadi bagian penunjang medik di Rumah Sakit. Menurut Undang-
Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud
dengan instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas

1
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan XXXIX

1
2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh


kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis
kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ini
dipimpin seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional. IFRS merupakan satu-satunya bagian Rumah
Sakit yang bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan dan perbekalan
kesehatan (fungsi manajemen) dan pelayanan kefarmasian.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien
dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik terdiri dari pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi
obat, konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping
obat, evaluasi penggunaan obat, dan pemantauan kadar obat dalam darah.
Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit mempunyai peranan penting dan
tanggung jawab untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan
berorientasi kepada pasien (patient oriented), untuk itu Apoteker dituntut
untuk terus meningkatkan kompetensinya agar paradigma patient oriented
dapat terus diimplementasikan dengan baik. Apoteker harus dapat

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

memberikan dampak positif kepada pasien dan meningkatkan mutu


pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Semakin tingginya tuntutan tersebut, sehingga mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Apoteker perlu dibekali pengalaman secara langsung di
instalasi farmasi Rumah Sakit melalui Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit. Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dilakukan di
Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam Provinsi Kepulauan Riau dari tanggal 3
Agustus 2020 sampai dengan 3 September 2020. Pelaksanaan PKPA ini
merupakan upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
profesi kefarmasian bagi farmasis dengan kemampuan berkomunikasi dengan
baik sehingga nantinya dapat melaksanakan pengelolaan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit dan dapat menjalankan peran dan tanggung
jawab di masyarakat secara dengan baik dan professional.

B. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


Tujuan dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker bagi mahasiswa apoteker
adalah :
1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai peran dan fungsi
Apoteker di Rumah Sakit baik dari aspek manajerial maupun klinis.
2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan
perbekalan farmasi serta pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit
3. Mempersiapkan pada calon apoteker untuk menjalankan profesinya
secara profeional, handal, mandiri, dan baertanggungjawab.
4. Memberi gambaran nyata tentang pekerjaan kefarmasian di sarana
pelayanan kefarmasian.
5. Mampu menjalin kerjasama dan komunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya maupun pasien secara profesional.
C. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker
Melalui kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan
mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksankan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

kegiatan kefarmasian khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi


Kemuliaan Batam yang dilakukan secara utuh dan terpadu meliputi kegiatan
manajerial, farmasi klinik, serta kemampuan berkomunikasi baik dengan
tenaga kesehatan ataupun masyarakat.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 2016 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas dari Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan.
Fungsi Rumah Sakit menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit antara lain:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan XXXIX


5
6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

medis. Pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya


kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayanan kesehatan paripurna
tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
C. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang - Undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
klasifikasi Rumah Sakit terdiri dari:
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan:
a) Rumah Sakit Umum (RSU)
Rumah Sakit Umum merupakan Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
b) Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Khusus merupakan Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya
a) Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit Publik merupakan Rumah Sakit yang dapat dikelola
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

b) Rumah Sakit Privat


Rumah Sakit privat merupakan Rumah Sakit yang dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas
atau persero.
3. Berdasarkan Afiliasi atau orientasi pendidikan
a) Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit Pendidikan menyelenggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya
b) Rumah Sakit Non Pendidikan
Rumah Sakit non pendidikan merupakan Rumah Sakit yang tidak
memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi dengan
universitas.
4. Berdasarkan Fasilitas dan kemampuan pelayanan
a. Rumah Sakit Umum
1) Kelas A adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
2) Kelas B adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain
dan 2 (dua) subspesialis dasar.
3) Kelas C adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar
dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
4) Kelas C adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar
dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

5) Kelas D adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan


kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
b. Rumah Sakit Khusus
1) Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
2) Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
3) Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
5. Berdasarkan bentuk
a) Rumah Sakit Menetap
Rumah Sakit menetap merupakan Rumah Sakit yang didirikan
secara permanen untuk jangka waktu lama untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
b) Rumah Sakit bergerak
Rumah Sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan
bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah Sakit bergerak ini dapat
berbentuk bus, pesawat, kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau
kontainer.
c) Rumah Sakit Lapangan
Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di
lokasi tertentu dan bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa
tanggap darurat bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu.
Rumah Sakit lapangan dapat berbentuk tenda, container, atau bangunan
permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


9

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

D. Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009,
Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan
penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
manajemen Rumah Sakit dan tenaga non kesehatan. Jumlah dan jenis sumber
daya manusia disesuaikan dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan, menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam tenaga kesehatan
adalah:
1. Tenaga Medis (Dokter dan Dokter gigi)
2. Tenaga Psikologi Klinis
3. Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
4. Tenaga Kefarmasian (Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian: Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi atauAsisten Apoteker)
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat (epidemiolog Kesehatan, Entermolog
Kesehatan, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan, Sanitarian)
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan
7. Tenaga Gizi
8. Tenaga Keterapian Fisik (Fisioterapi, Terapis wicara)
9. Tenaga Keteknisian Medis ( radiografer, Radioterapis, Teknisi Gigi,
Teknisi Elekromedia, Anlis Kesehatan, Dokter Mata, Teknik Transfusi,
Perekam Medis)
10. Tenaga Teknik Biomedik
11.Tenaga Kesehatan Tradisional

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

E. Struktur Organisasi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 tahun
2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, organisasi Rumah Sakit
terdiri atas :
1. Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit
Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit adalah pimpinan
tertinggi dengan nama jabatan kepala, direktur utama, atau direktur.
Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit bertugas memimpin
penyelenggaraan Rumah Sakit.
2. Unsur pelayanan medis
Unsur pelayanan medis merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan medis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Unsur pelayanan medis
dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang, atau manajer.
3. Unsur keperawatan
Unsur keperawatan merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan
keperawatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Unsur keperawatan dipimpin oleh
direktur, wakil direktur, kepala bidang, atau manajer.
4. Unsur penunjang medis
Unsur penunjang medis merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan penunjang medis yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Unsur penunjang
medis dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang, atau manajer.
5. Unsur administrasi umum dan keuangan
Unsur administrasi umum dan keuangan merupakan unsur organisasi
di bidang pelayanan administrasi umum dan keuangan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit. Unsur administrasi umum dan keuangan dipimpin oleh
direktur, wakil direktur, kepala bidang, atau manajer.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

6. Komite medis
Komite Medis merupakan unsur organisasi yang mempunyai
tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance). Komite Medis dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
7. Satuan pemeriksaan internal
Satuan pemeriksaan internal merupakan unsur organisasi yang
bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal Rumah Sakit.
Satuan pemeriksaan internal berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
8. Dewan Pengawas Rumah Sakit
Merupakan unit nonstruktural yang bersifat independen, dibentuk, dan
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
F. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34
tahun 2017 adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi standar akreditasi.
Standar akreditasi adalah pedoman yang berisi tingkat pencapaian yang harus
dipenuhi oleh Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien. Akreditasi Rumah Sakit diselenggarakan secara berkala
minimal tiga tahun sekali. Akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan secara
berkala mempunyai tujuan, yaitu :
1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi
keselamatan pasien Rumah Sakit
2. Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di
Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi
3. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan
4. Meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata
Internasional.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

G. Komite atau Tim Farmasi dan Terapi Rumah Sakit


Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyatakan bahwa Komite atau Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan
obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker IFRS, dan tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan
yang baik dengan komite lain di Rumah Sakit yang berhubungan dengan
penggunaan obat. TFT dapat diketuai oleh seorang dokter ataupun Apoteker,
apabila ketua TFT tersebut adalah seorang dokter maka Apoteker bertugas
sebagai sekertaris, begitupun sebaliknya apabila Apoteker bertugas sebagai
ketua TFT tersebut maka dokter bertugas sebagai sekertaris.
Komite atau Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat
diadakan sekali dalam satu bulan. Biasanya, rapat TFT dapat mengundang
pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan
masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki keahlian khusus, dan keahlian atau
pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.
Komite atau Tim Farmasi dan Terapi mempunya tugas sebagai berikut :
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dengan penggunaan Obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang
rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah


Sakit.
H. Formularium Rumah Sakit
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari
suatu Rumah Sakit yang bekerja melalui TFT, mengevaluasi, menilai, dan
memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang
dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Sistem formularium
menetapkan pengadaan, penilisan, dispensing, dan pemberian suatu obat
dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu tersedia
dalam dua nama tersebut. Hasil utama dari pelaksanaan sistem formularium
adalah formularium Rumah Sakit. Formularium adalah himpunan obat yang
diterima atau disetujui oleh Tim Farmasi dan Terapi untuk digunakan di
Rumah Sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
Tujuan utama dari formularium bagi staf Rumah Sakit adalah :
1) Memberikan informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh TFT
digunakan di Rumah Sakit
2) Memberikan informasi terapi dasar tiap produk yang disetujui.
3) Memberikan informasi tentang kebijakan dan prosedur Rumah Sakit
yang menguasai penggunaan obat.
4) Memberikan informasi khusus tentang obat seperti pedoman menetapkan
dosis dan nomogram, singkatan yang disetujui untuk penulisan resep atau
order dan kandungan natrium dari berbagai obat formularium.
Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem dimana prosesnya
tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu
digunakan oleh staf medis, di lain pihak Tim Farmasi dan Terapi mengadakan
evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran,
dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
Proses penyusunan formularium ada beberapa tahap, yaitu :
1) Mendata semua obat yang ada dalam stok Rumah Sakit

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

2) Mengedarkan daftar stok obat yang tersedia dan formulir pengajuan obat
untuk masuk dalam formularium
3) Rapat anggota TFT untuk mendiskusikan pembuatan formularium
4) Mengundang dokter Staf Medik Fungsional untuk membahas kriteria
seleksi obat dan usulan obat yang akan dimasukkan ke dalam
formularium RS
5) Menyusun formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil-hasil rapat
dengan dokter spesialis.
Formularium terdiri atas :
1) Daftar Formularium (Formulary list) : suatu daftar produk obat yang
disetujui digunakan dalam suatu Rumah Sakit tertentu, terdiri atas nama
generik, kekuatan dan bentuk;
2) Panduan Formularium (Formulary manual) : mengandung ringkasan
informasi obat, pada umumnya termasuk nama generik, indikasi
penggunaan, kekuatan, bentuk sediaan, posologi, toksikologi, jadwal
pemberian, kontraindikasi, efek samping, kualitas yang
direkomendasikan di-dispensing, dan informasi penting yang harus
diberikan kepada penderita.
Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan obat untuk
masuk Formularium Rumah Sakit adalah :
1) Mengutamakan penggunaan obat generic
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan Penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
I. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Instalasi
farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi farmasi tersebut
dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit dalam pelaksanaannya dapat dibentuk satelit farmasi sesuai
dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.
Tugas pokok IFRS berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomr 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit yaitu:
1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4) Memberi pelayanan bermutu melalui analisis, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7) Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Fungsi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu memberikan pelayanan


yang bermutu dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat yang meliputi dua fungsi, yaitu:
1) Fungsi non farmasi klinik
Fungsi non farmasi klinik yaitu melaksanakan kegiatan yang
berkaitan dengan perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan
pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan
dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian semua perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan di Rumah Sakit.
2) Fungsi farmasi klinik
Fungsi farmasi klinik yaitu fungsi yang secara langsung dilakukan
sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien dan memerlukan interaksi
dengan profesional kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam
pelayanan pasien. Misalnya dalam proses penggunaan obat, mencakup
wawancara sejarah obat pasien, konsultasi dengan dokter tentang
pemilihan regimen obat pasien tertentu, interpretasi resep, pembuatan
profil pengobatan pasien, evaluasi penggunaan obat (EPO), pelayanan
informasi obat (PIO), pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan
(ROM), konsultasi dengan perawat tentang regimen obat, edukasi pasien
ataukeluarga pasien dan lain sebagainya.
J. Organisasi dan Personalia
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan,
oleh karena itu diperlukan suatu sumber daya manusia yang mempunyai suatu
tanggung jawab sesuai dengan bidangnya dalam menjalankan tugas dan
fungsinya di Rumah Sakit, antara lain:
1) IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.
2) Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi
Rumah Sakit.
3) Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

4) Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya


Farmasi (D3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
5) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang farmasi.
6) Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk
melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada
pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila kepala
farmasi berhalangan.
7) Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan
farmasi.
8) Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan
dengan kebutuhan.
9) Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi
atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang
memiliki kualifikasi pendidik ataupengajar untuk mengawasi
jalannya pelatihan tersebut.
10) Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang
terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada
penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
K. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Menurut Peraturan Manteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit terbagi dalam dua kegiatan, yaitu kegiatan pengelolaan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

perbekalan farmasi (sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kedua kegiatan ini dapat
berjalan dengan lancar tentunya harus didukung dengan adanya sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Adanya pelayanan
kefarmasian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat.
1. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan
Medis Habis Pakai.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, dinyatakan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah
Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Rumah Sakit dengan sistem satu pintu.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit yang menjamin
seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kegiatannya mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan
perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dokumentasi, monitoring dan
evaluasi.
Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi adalah :
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi ataukemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat
guna

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


1

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan


Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai meliputi:
A. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di Rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Komite
atauTim Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas,
serta jaminan purna transaksi Pembelian.
B. Perencanaan Kebutuhan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman Perencanaan :
1) Formularium Rumah Sakit
2) Anggaran yang tersedia
3) Penetapan Prioritas
4) Siklus Penyakit
5) Sisa persediaan
6) Data pemakaian periode yang lalu
7) Rencana pengembangan
C. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang


berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Tujuan kegiatan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi
dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebihan.
Pada proses pengadaan, terdapat tiga elemen penting yang harus
diperhatikan yaitu :
1) Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya
tinggi”
2) Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja (harga kontrak = visible
cost + hidden cost), sangat penting utuk menjaga agar pelaksanaan
pengadaan terjamin mutu (misalnya persyaratan masa kadaluwarsa,
sertifikat analisa ataustandar mutu, harus mempunyai Material
Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus untuk
alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin, waktu dan
kelancaran bagi semua pihak, dan lain-lain.
3) Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu, dan
tempat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain :
1) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS).
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Guna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam


proses pengadaan harus diperhatikan adanya :
1) Prosedur yang transparan dalam proses pengadaan
2) Mekanisme penyanggahan bagi peserta tender yang diolak
penawarannya.
3) Prosedur tetap untuk pemeriksaan rutin consignments
(pengiriman).
4) Pedoman tertulis mengenai metode pengadaan bagi panitia
pengadaan.
5) Pernyataan dari anggota panitia pengadaan bahwa yang
bersangkutan tidak mempunyai konflik kepentingan.
6) SOP dalam pengadaan.
7) Kerangka acuan bagi panitia pengadaan selama masa tugasnya.
8) Pembatasan masa kerja anggota panitia pengadaan misalkan
maksimal 3 tahun.
9) Standar kompetensi bagi anggota tim pengadaan, panitia harus
mempunyai Sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa.
10) Kriteria tertentu untuk menjadi anggota panitia pengadaan
terutama: integritas, kredibilitas, rekam jejak yang baik.
11) Sistem manajemen informasi yang digunakan untuk
melaporkan produk perbekalan farmasi yang bermasalah.
12) Sistem yang efsien untuk memonitor post tender dan pelaporan
kinerja pemasok kepada panitia pengadaan.
13) Audit secara rutin pada proses pengadaan.
D. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP harus dilakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus
ada tenaga farmasi.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi adalah :
1) Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
2) Barang harus bersumber dari distributor utama
3) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
4) Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai
certificate of origin
5) Expire date minimal 2 tahun
Setelah barang yang diorder tersebut datang, barang tersebut diterima
bersama dengan faktur dan di periksa oleh petugas gudang farmasi.
Petugas gudang memeriksa tanggal kadaluarsa dari obat tersebut dan
nomor faktur.
Bila barang yang diperiksa telah sesuai dengan faktur, kemudian
faktur tersebut ditanda tangani oleh petugas yang menerima di bagian
gudang. Setelah itu, barang dimasukkan ke dalam gudang dan dicatat pada
kartu stok.
E. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat adalah sebagai berikut :
1) Memelihara mutu obat.
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
3) Menjaga kelangsungan persediaan.
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.


Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu
perbekalan farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau
yang dietrima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab
umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal biasanya
juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa
kadaluwarsanya lebih awal.
2) Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet
secara rapi dan teratur.
3) Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.
4) Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur ,
udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
5) Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,
pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi
perbekalan farmasi untuk penggunaan luar.
6) Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan
rapi.
7) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan
perbekalan farmasi tetap dalam dus masing-masing.
8) Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan
dalam dus besar, sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk
menyimpan obat-obatan dalam kaleng atau botol.
9) Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam
dus tersebut.
10) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu
dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang
yang dapat menyebabkan kadaluarsa obat.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Pada proses penyimpanan obat, perlu dilakukan pencatatan stok obat


pada kartu stok. Kartu Stok berfungsi sebagai :
1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa)
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1
(satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber dana
3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi
obat
Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan-distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanannya.
F. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan ataumenyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan
ataupasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Sistem Distribusi Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan merupakan tatanan
kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang
ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari
persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis atauunit
perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang langsung diberikan
kepada pasien di ruang tersebut. Dalam sistem persediaan lengkap di
ruangan, semua perbekalan farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia
dalam ruang penyimpanan perbekalan farmasi, kecuali perbekalan
farmasi yang jarang digunakan (Kemenkes RI, 2016).

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Keuntungan dari sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan


adalah :
a) Pelayanan lebih cepat.
b)Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak
terpakai ke IFRS.
c) Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.
Kelemahan dari sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan
adalah :
a) Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order
perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b) Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat,
dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian
persediaan dan mutu, kurang diperhatikan oleh perawat.
c) Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
d) Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas
penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan
perawatan pasien.
e) Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi.
f) Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan
perbekalan farmasi.
2) Sistem Distribusi Resep Perorangan
Sistem distribusi resep perorangan (Individual prescription) adalah
resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien. Dalam sistem ini
perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai
yang tertulis pada resep (Kemenkes RI, 2016).

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Keuntungan dari sistem distribusi resep perseorangan di Rumah


Sakit adalah :
a) Semua resep atauorder dikaji langsung oleh apoteker, yang
kemudian memberikan keterangan atau informasi kepada pasien
secara langsung.
b) Memberikan kesempatan interaksi professional antara
apoteker, dokter, perawat, dan pasien.
c) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
d) Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan dari sistem distribusi resep perseorangan di Rumah
Sakit adalah :
a) Memerlukan waktu yang lebih lama
b) Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
3) Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing)
Sistem distribusi unit dosis adalah perbekalan farmasi yang dipesan
oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis
perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu
tertentu. Pada pasien rawat inap tertentu, seperti di ruang intensive
care unit (ICU) pendistribusian obat dilakukan dengan sistem One
Daily Dose (ODD) dimana pasien akan mendapatkan obat untuk
pemakaian satu hari (Kemenkes RI, 2004).
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggung
jawab IFRS, hal itu tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit tanpa kerja
sama dengan staf medik, perawatan pimpinan Rumah Sakit dan staf
administratif. Jadi, dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu
ditetapkan untuk mengembangkan pendekatan penggunaan suatu
sistem distribusi dosis unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya
datang dari apoteker IFRS yang menjelaskan kepada anggota lain
tentang konsep distribusi perbekalan farmasi dosis unit.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu


dari tiga metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada
kebijakan dan kondisi Rumah Sakit.
a) Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi
dilakukan oleh IFRS sentral ke semua unit rawat inap di
Rumah Sakit secara keseluruhan. Artinya, di Rumah Sakit itu
mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo atausatelit
IFRS di beberapa unit pelayanan.
b) Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh
beberapa depo IFRS di sebuah Rumah Sakit. Pada dasarnya
sistem distribusi desentralisasi ini sama dengan sistem
distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja
sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh
apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian
oleh IFRS sentral.
c) Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi, biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan
darurat dilayani depo atausatelit IFRS. Dosis selanjutnya
dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi
yang lain, seperti pengemasan dan pencampuran sediaan
intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
Keuntungan sistem distribusi sistem distribusi dosis unit di Rumah
Sakit adalah :
a) Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja.
b) Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan
oleh IFRS.
c) Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
d) Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

e) Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non


profesional yang lebih efisien.
f) Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
g) Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di Rumah Sakit
secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep atauorder
sampai pasien menerima dosis unit
h) Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi
bertambah baik.
i) Apoteker dapat datang ke unit perawatan atauruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan
masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk
perawatan psaien yang lebih baik.
j) Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
k) Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.
Kelemahan sistem distribusi dosis unit di Rumah Sakit adalah :
a) Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
b) Meningkatnya biaya operasional
4) Sistem Distribus Kombinasi
Sistem distribusi kombinasi merupakan sistem distribusi yang
menerapkan sistem distribusi resep individual sentralisasi, juga
menerapkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas.
Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan
farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan,
dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang harganya murah
mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi
bebas. (Kemenkes RI, 2016).

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


2

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Pada perancangan sistem distribusi perbekalan di Rumah Sakit harus


memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a) Analisis sitematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan
operasional. Setelah sistem diterapkan, pemantauan kinerja
dari evaluasi mutu pelayanan tetap diperlukan guna
memastikan bahwa sistem berfungsi sebagaimana
dimaksudkan.
b) Jumlah ruangan dalam sistem, cakupan geografis dan tata
ruang Rumah Sakit, populasi pasien.

c) Kualitas dan kuantitas staf.


G. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai jika produk tidak memenuhi persyaratan mutu,
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan, dicabut izin edarnya (Kemenkes RI, 2016).
H. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan obat di unit - unit pelayanan.
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama
dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
Kegiatan pengendalian mencakup :
1) Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Jumlah stok ini disebut stok kerja.


2) Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kelurangan ataukekosongan
3) Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima
I. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari :
1) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu keguatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas
untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub
standar dan harus ditarik dari peredaran.pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan
Kartu Stok Induk. Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan
kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan
kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun).

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

2) Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan
maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi
keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa
biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik adalah penerapan pengetahuan obat untuk
kepentingan penderita, dengan memperhatikan kondisi penyakit, penderita
dan kebutuhannya untuk mengerti terapi obatnya, dan pelayanan ini
memerlukan hubungan yang profesional antara apoteker, penderita, dokter,
perawat, dan tenaga medis lain yang terlibat memberikan perawatan
kesehatan. Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan
keuntungan terapi obat dan mengkoreksi kekurangan yang terdeteksi
dalam proses penggunaan obat. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan
meliputi :
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan


persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
3) Tanggal resep
4) Unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi :
1) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan jumlah obat
3) Stabilitas obat
4)Aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi :
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
4) Kontraindikasi
5) Interaksi obat.
B. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan prosesuntuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau sediaan farmasi
lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik ataupencatatan
penggunaan obat pasien. Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat
adalah :
1) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan datarekam
medic atau pencatatan penggunaan obat untukmengetahui
perbedaan informasi penggunaan obat;

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan


oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan
jika diperlukan;
3) Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat;
5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat;
6) Melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
7) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat
yang digunakan;
8) Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat;
9) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat;
10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat;
11) Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
12) Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
13) Menilai kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat
yang tersisa).
C. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya


rekonsiliasi obat adalah :
1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumrntasinya
instruksi dokter
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter
Tahapan proses rekonsiliasi obat yaitu :
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang digunakan
oleh pasien meliputi nama obat, dosis, rute pemberian, frekuensi,
obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat
alergi pasien serta efek samping obat, dicatat tanggal kejadian obat
yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping. Data
riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien dan
rekam medic. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari tiga
bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan pasien baik resep
maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Pada tahap ini ketidak cocokan sering
terjadi ketika ditemukan perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidak cocokan dapat terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidak cocokan ini
dapat bersifat disengaja oleh dokter pada saat penulisan resep
maupun tidak sengaja dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
pada saat menuliskan resep.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan


ketidaksesuaian dokumentasi
4) Melakukan komunikasi dengan pasien atau keluarga pasien
atauperawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan.
D. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan
pihak lain di luar Rumah Sakit. Adapun tujuan PIO sebagai berikut :
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai terutama bagi TFT
3) Menunjang penggunaan obat yang rasional
E. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari Apoteker kepada pasien dan atauatau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien ataukeluarganya. Pemberian konseling yanefektif
memerlukan kepercayaan pasien dan atauatau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi
pasien (patient safety). Secara khusus konseling obat ditujukan untuk :
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien


3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
obat dengan penyakitnya
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi
8) Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9) Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien
Kriteria pasien yang perlu diberikan konseling obat diantaranya:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui)
2) Pasien dengan terapi jangka panjang ataupenyakit kronis (TB
(Tuberculosis), DM (Diabetes Melitus), epilepsi, dan lain-lain)
3) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down atauoff)
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin)
5) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
6) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah (Kemenkes RI,
2016).
F. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang
tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional


kesehatan lainnya.
G. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD). Adapun kegiatan dalam PTO meliputi :
1) Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi,
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
2) Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
3) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat
Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam kegiatan PTO adalah
:
1) Pengumpulan data pasien
2) Identifikasi masalah terkait obat
3) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4) Pemantauan
5) Tindak lanjut
H. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat
yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Adapun
tujuan MESO antara lain :
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau


mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.
4) Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO antara lain :
1) Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO)
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami ESO
3) Mengevaluasi laporan ESO
4) Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di PFT
5) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
I. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif
dan kuantitatif. Tujuan dilakukan kegiatan EPO adalah :
1) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat
2) Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu
3) Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
4) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat
Kegiatan Praktik EPO meliputi :
1) Mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif
2) Mengevaluasi penggunaan obat secara kuantitatif
J. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan
teknik aseptic untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian obat. Tujuan dari kegiatan dispensing
sediaan steril adalah :
1) Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


3

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

2) Menjamin sterilitas dan stabilitas produk


3) Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya
4) Menghindari terjadinya kesalahan pemberian
obat Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :
1) Pencampuran obat suntik
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai
dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan pencampuran obat suntik
meliputi mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infuse,
melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai, mengemas menjadi sediaan siap pakai.
2) Penyiapan Nutrisi Parenteral
Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan
pasien dan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan
terhadap prosedur yang menyertai. Adapun kegiatan dalam dispensing
sediaan khusus adalah mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid,
vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan dan mengemas ke dalam
kantong khusus untuk nutrisi.
3) Penanganan Sediaan Sitostatik
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker
secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh
tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan
terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik
dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Kegiatan
dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi melakukan perhitungan
dosis secara akurat, melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut
yang sesuai, mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protocol

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

pengobatan, mengemas dalam kemasan tertentu dan membuang limbah


sesuai prosedur yang berlaku.
K. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan
interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapiyang sempit atau atas usulan
dari Apoteker kepada dokter. Adapun tujuan dari PKOD adalah :
1) Mengetahui kadar obat dalam darah
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Kegiatan PKOD meliputi :
1) Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan
Pemeriksaan Kadar obat dalam Darah
2) Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan PKOD
3) Menganalisis hasil PKOD dan memberikan rekomendasi.
L. Penanganan Limbah
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, limbah adalah sisa dari suatu usaha
dan atauatau kegiatan. Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk cair, padat, dan gas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 340 Tahun
2010, penanganan limbah termasuk dalam pelayanan penunjang nonklinik di
Rumah Sakit. Penanganan limbah Rumah Sakit dilakukan bertujuan untuk
melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan, mencegah
penularan infeksi pada masyarakat sekitar, dan membuang bahan-bahan
berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman.
Pada penanganan limbah Rumah Sakit, limbah dimasukkan ke dalam
kantong limbah yang sudah mempunyai kode warna sesuai dengan jenis
limbahnya. Berikut kode warna kantong yang digunakan untuk pembuangan
limbah di Rumah Sakit adalah (Depkes RI, 2009) :
1) Warna Hitam : Limbah Non Infeksius.
2) Warna Kuning : Limbah Infeksius.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

3) Warna Ungu : Limbah Sitostatika.


4) Warna Coklat : Limbah Kimia dan Farmasi.
5) Warna Merah : Limbah Radioaktif.
Limbah Rumah Sakit sendiri terbagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Limbah padat adalah semua limbah Rumah Sakit yang terdiri dari limbah
medis padat dan limbah padat nonmedis. Limbah padat medis adalah
limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah kimiawi, limbah sitotoksik, limbah radio
aktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
yang tinggi. Sampah padat akibat proses pelayanan yang mengandung
bahan-bahan yang tercemar oleh jasad renik yang dapat menularkan
penyakit dan atau dapat mencederai, antara lainsisa ampul, sisa jarum
suntik, sisa jaringan, kassa bekas, kapas, perban, alat suntik, pot sputum
dan bahan padat yang berasal dari Laboratorium, kamar operasi, dan
sebagainya yang sangat dimungkinkan mengandung mikroorganisme yang
berbahaya. Limbah ini di tampung kedalam plastik berwarna kuning dan
untuk spuit dimasukkan kedalam safety box, kemudian dimasukkan
kedalam Insenerator untuk dimusnahkan atau dibakar dengan suhu 1000⁰C
sehingga kondisi sampah menjadi aman, membentuk abu dan asap. Asap
yang dihasilkan akan dibuang melalui cerobong asap sejauh 35 meter dari
permukaan tanah agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat non
medis berupa kertas dari bagian administrasi, pembungkus atau pengemas
obat dan sampah sisa makanan atau sampah dari Instalasi Gizi.
Penanganan limbah ini dengan cara memasukkan sampah tersebut ke
dalam plastik dan di buang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Plastik
yang digunakan di Rumah Sakit untuk limbah padat non medis adalah
berwarna hitam (Depkes RI, 2008).
2) Limbah cair artinya semua air buangan kegiatan Rumah Sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radio aktif yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

3) Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di Rumah Sakit seperti insenerator, dapur,
perlengkapan generator dan anastesi.
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, bahan-bahan yang beracun, infeksius, atau bahan yang berbahaya.
Limbah medis terbagi menjadi lima macam yaitu :
1) Limbah benda tajam adalah limbah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat mendorong atau
menusuk kulit. Benda tajam yang terbuang berpotensi terkontaminasi
darah, cairan atau bahan yang berbahaya, beracun dan infeksius.
2) Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari isolasi penyakit
menular, limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikorbiologi dan ruang isolasi penyakit menular.
3) Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.
4) Limbah farmasi adalah limbah yang berasal dari obat kadaluarsa, obat
yang terbuang dan obat yang tidak diperlukan lagi serta limbah yang
dihasilkan selama produksi obat-obatan.
5) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop
yang berasal dari penggunaan medis.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

BAB III
TINJAUAN TEMPAT PKPA
A. Sejarah Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Kepedulian yang sangat besar terhadap pendidikan dan sosial masyarakat
yang ditunjukkan oleh Ibu Sri Chasanah Redjeki Soedarsono, yang dikenal
dengan panggilan Ibu Dar, ketika mendirikan sebuah sekolah, ternyata tidak
membuatnya berhenti untuk terus berkiprah bagi masyarakat. Niat dan cita -
citanya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam bentuk klinik
dan Rumah Sakit mengantarkannya untuk membentuk sebuah organisasi yang
menorehkan sejarah bagi perjalanann seorang Sri Soedarsono di Batam. Ibu
Sri Soedarsono sangat aktif dalam berbagai kegiatan social, pendidikan, dan
kesehatan serta kemanusiaan. Atas kiprah beliau di bidang-bidang tersebut,
maka pada tanggal 13 Agustus 2014, beliau memperoleh anugerah Bintang
Mahaputra Nararya dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 1983 beliau menyampaikan niat dan keinginannya untuk
mendirikan klinik Balai Kesehatan Ibu dan Anak ( BKIA) di Batam kepada
(alm) Dr. Soemarno Sosroatmodjo yang saat itu menjabat sebagai ketua
Dewan Perkumpulan Budi Kemuliaan Jakarta. Niat dan keinginan yang tulus
tersebut mendapat tanggapan yang positif dari (alm) Dr Soemarno yaitu
dengan kunjungan beliau ke Batam pada tahun 1983, dan ditawarkan untuk
menggunakan nama Budi Kemuliaan.
Batam yang saat itu baru berkembang sehingga memang sangat
membutuhkan adanya sebuah institusi pelayanan kesehatan khususnya bagi
ibu dan anak. Niat Ibu Dar pun direalisasikan dengan dibentuknya
Perkumpulan Budi Kemuliaan Cabang Batam pada 8 Oktober 1983 yang
bersifat otonom sebagai cabang dari Perkumpulan Budi Kemuliaan Jakarta,
dimana Ibu Dar sebagai ketua dan Bapak (alm) Soedarsono Darmosoewito
sebagai pelindung.
Butuh waktu satu tahun bagi Ibu untuk mempersiapkan pembentukan
sebuah Rumah Bersalin Budi Kemuliaan Batam hingga diresmikan pada 8

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Oktober 1984, walaupun hanya bermodalkan tiga tempat tidur di sebuah ruko
di kawasan kampung Pelita – Seraya. Penanggung jawab klinik dipercayakan
kepada dr. Subroto dengan kepala keperawatan dijabat oleh Suster Anastasia,
dan (alm) dr. Eddy Soemargo SPOG sebagai konsultan kebidanan yang
datang ke Batam setiap 2 minggu sejak berdirinya Rumah Bersalin Budi
Kemuliaan Batam. Rumah bersalin ini juga berfungsi sebagai tempat
pelayanan Keluarga Berencana atas rekomendasi dari kepala BKKBN Riau.
Respon yang baik dari masyarakat Batam turut mendukung
perkembangan BKIA pada dua tahun pertama. Hal itu mendorong Ibu Dar
untuk membuka klinik pengobatan pasien umum dan gigi yang berlokasi di
sebuah Ruko di Jalan Iman Bonjol dengan nama Balai Pengobatan Budi
Kemuliaan yang resmikan pada 8 oktober 1986. Balai pengobatan ini pun
memperluas wilayah pelayananna untuk menjangkau masyarakat hingga ke
beberapa wilayah seperti di Pos Pelayanan Pembantu Tanjung Sengkuang,
Tanjung Riau, Bengkong Laut, Pulau Bertam dan Bukit Girang. Roda
pembangunan Batam terus berputar, jumlah penduduk pendatang semakin
tinggi seiring dengan derasnya arus investasi asing yang membuka banyak
lowongan pekerjaan sehingga kebutuhan akan layanan kesehatan pun
semakin tinggi dan kompleks. Ibu Sri Soedarsono pun berniat untuk
menggabungkan Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Menjadi Rumah
Sakit Budi Kemuliaan. Ibu Dar benar – benar bisa mewujudkan cita – citanya
tersebut ketika mendapatkan lahan seluas 3,5 hektar di Kampung Seraya
kecamatan Lubuk Baja Batam Timur. Tentu saja, Beliau tidak sendirian,
beberapa donatur mendukung pembangunan Rumah Sakit tersebut yaitu
yayasan Nederland-Batam dengan sebutan Yayasan NEBA yang mulai aktif
pada tahun 1988 yang diketuai oleh dr. Jan Van der Berg.
Rumah Sakit Budi Kemuliaan mendapatkan dukungan penyusunan
master plan dari konsultan PT Aparc Indonesia Bandung dan kontraktor PT
Bangun Cipta Sarana Jakarta yang mulai membangun pada tanggal 8
Oktober 1990 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Walikota Batam

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

saat itu Bapak R.A.Azis, bersama – sama (alm) Soedarsono Darmosoewito,


dan Mr Van Den Brin (Perwakilan Ballast – Nedem, Belanda). Selama dua
tahun pembangunan, Rumah Sakit Budi Kemuliaan resmi beroperasi pada 8
Oktober 1993 dengan kapasitas 20 tempat tidur dengan jenis pelayanan yang
tersedia pada saat itu diantaranya untuk pasien ibu dan anak, poli umum,
ruang operasi, pelayanan radiologi, laboratorium dan obat (farmasi).
Akhirnya tanggal 8 Oktober 1993 ditetapkan sebagai hari berdirinya Rumah
Sakit Budi Kemuliaan Batam. Sejak tahun 1993 dr. Ismanto dipinang oleh
Ibu Dar untuk menjabat sebagi direktur pertama Rumah Sakit tersebut.
Pengelolaan yang harmonis, saling sinergis mutualisme dalam jalinan
kebersamaan tujuan dan kepentingan untuk membangun dan membesarkan
RS antara Ibu Sri Soedarsono dan dr. Ismanto Soemantoro Sp.B dalam kurun
waktu 20 tahun, baik sarana dan prasarana maupun jenis pelayanan di Rumah
Sakit Budi Kemuliaan Batam berkembang cukup pesat. Peralatan baik medis
maupun umum yang tadinya semua berasal dari hibah dan bantuan yang
sebagian besarnya dari yayasan NEBA perlahan – lahan ditambah dan atau
diganti dengan yang baru. Kapasitas tempat tidur yang awalnya 20 tempat
tidur berkembang menjadi lebih dari 200 tempat tidur.
Perkembangan Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam yang sangat pesat,
pada tahun 2004 Rumah Sakit Budi Kemuliaan mendapatkan kepercayaan
dari pemerintah menjadi 25 Rumah Sakit pertama di Indonesia yang menjadi
pusat pelayanan pasien ODHA dan kemudian diberi sumbangan berupa
gedung pavilium anyelir khusus untuk pelayanan pasien HIV atauAIDS pada
tahun 2006 oleh beberapa yayasan di Belanda. Bangunan tersebut saat ini
digunakan untuk pelayanan rawat inap pasien menular dan HIV atauAIDS
dan pusat konsultasi masalah HIV atauAIDS.
Pada tahun 2011 Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam telah
mendapatkan Sertifikat Akreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan
pengakuan Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sebagai Rumah Sakit
umum Kelas B.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Selama lebih dari 20 tahun berkiprah di Batam, tentunya RS Budi


Kemuliaan Batam terus berbenah memperbaiki kualitas pelayanan kepada
masyarakat apalagi ditengah persaingan Rumah Sakit yang semakin ketat.
Maka sejak 5 tahun terakhir, Dewan Pengurus Perkumpulan Budi Kemuliaan
memutuskan bahwa Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam memilih fokus
menjadi Rumah Sakit umum dengan keunggulan di bidang pelayanan ibu dan
anak, pelayanan penderita HIV atauAIDS, pelayanan Hemodialisa.
Sebagai bentuk komitmen Rumah Sakit dalam upaya peningkatan
pelayanan dan kenyaman bagi pasien, maka pada tahun 2011 Dewan
Pengurus Perkumpulan menambah fasilitas bangunan 3 lantai seluas 3.000
meter persegi untuk pelayanan rawat jalan (poliklinik) dan rumah obat atau
Apotek pasien asuransi. Gedung baru diberi nama Gedung Soedarsono
Darmosoewito sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan keluarga besar
Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam terhadap jasa almarhum Bapak
Soedarsono Darmosoewito.
Melayani adalah sebuah kebaikan, kehormatan dan ibadah oleh karena
itu Perkumpulan Budi Kemuliaan selalu menyakini bahwa kebesaran dan
kemajuan bukan di ukur dari sebarapa banyak yang telah dimiliki dan dicapai
tapi seberapa besar organisasi ini berguna dan diakui oleh masyarakat yang
membutuhkan. Rumah Sakit Budi Kemuliaan mempunyai komitmen untuk
terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Batam, khususnya
bagi masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah dengan menjungjung
tinggi nilai – nilai sosial dan kemanusiaan jauh niat untuk mencari
keuntungan semata.
Sejak tahun 2014 Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam telah bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan dalam melayani kesehatan seluruh masyarakat,
dimana sesuai amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
SJSN, bahwa pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia harus menjadi
peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Pada tahun 2018 Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam telah


mendapatkan predikat paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Tingkat paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat
diraih oleh Rumah Sakit. Penilaian akreditasi ini didasarkan pada standar
pelayanan Rumah Sakit yang fokus kepada pasien, standar manajemen
Rumah Sakit. Adapun maksud dan tujuannya adalah untuk memberikan dan
meningkatkan pelayanan secara optimal kepada masyarakat.
B. Visi, Misi, Tujuan dan Motto RS Budi Kemuliaan Batam
1. Visi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang mengedepankan
keselamatan, mutu dan efisiensi layanan dalam keramahan.
2. Misi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
a. Menyediakan sarana dan memberikan layanan kesehatan untuk
keselamatan pekerja, pasien dan pengunjung.
b. Menetapkan dan memberikan layanan kesehatan yang bermutu sesuai
standar profesi kesehatan.
c. Menggunakan sarana dan memberikan layanan kesehatan secara efisien
dalam waktu dan biaya.
d. Menjaga dan memastikan tidak merusak lingkungan, sebelum, selama
dan sesudah memberikan layanan kesehatan.
3. Motto Rumah Sakit Budi Kemuliaan
“Kami Ada Untuk Anda”
4. Tujuan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
a) Tujuan umum
Rumah Sakit budi kemuliaan batam adalah berperan serta menjadi
mitra sinergis Rumah Sakit pemerintah dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan pelayanan kesehatan dan
pengobatan menyeluruh (Paripurna), pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia, serta mengupayakan penelitian dan pengembangan di
bidang kesehatan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

b) Tujuan khusus
Rumah Sakit budi kemuliaan batam adalah menjadi Rumah Sakit
umum yang mempunyai unggulah dalam bidang pelayanan kesehatan
ibu dan anak sehingga menjadi Rumah Sakit rujukan dilihat masyarakat
di Kepulauan Riau dan sekitarnya.
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit,yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Instalasi farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu unit di Rumah
Sakit dengan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan
seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit yang berintikan pelayanan produk yang
lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi
kepada kepentingan penderita.
Instalasi Farmasi mempunyai fungsi utama dalam pelayanan ataujasa
obat atas dasar resep dan pelayanan obat tanpa resep, beroreantasi pada
pelanggan ataupasien apakah obat yang di beirkan dapat menyembuhkan
penyakit serta nefek samping. Tanggung jawab dan tugas apoteker di Instalasi
Farmasi ialah bertanggung jawab atas obat resep, dan mamapu menjelaskan
tetang obat pada pelanggan ataupasien. Dengan demikian bisa di ambil
kesimpulan bahwa peranan penting dalam Instalasi Farmasi adalah seorang
Apoteker. Farmasi Rumah Sakit merupakan departemen atau servis di dalam

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


4

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Rumah Sakit yang di pimpin oleh Apoteker. Apoteker adalah administrator


Rumah Sakit di segala persoalan tetang penggunaan obat.
D. Tugas Pokok Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi kemuliaan
Tugas pokok dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi kemuliaan adalah :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional. berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etika profesi.
3. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi.
4. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
E. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi kemuliaan
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di Rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memparbaharui standar
obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam
Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas danefektifitas,
serta jaminan purna transaksi pembelian.
b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran


yang tersedia.
c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
e) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
g) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Rumah
Sakit.
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a) Mengkaji instruksi pengobatan atauresep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau
keluarga pasien.
f) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien.
g) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
h) Melakukan evaluasi penggunaan obat.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

F. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang tersedia dan
standar pelayanan keprofesian universal. Untuk menggambarkan garis
tanggung jawab struktural maupun fungsional dan koordinasi didalam dan
diluar pelayanan farmasi tercermin dalam bagan organisasi Rumah Sakit dan
bagan organisasi Instalasi farmasi.

Keterangan :
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 43 orang
Jumlah tenaga yang ada : 28 orang
Jumlah kekurangan tenaga yang dibutuhkan : 15 orang

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi


Kemuliaan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

1. Kepala Instalasi Farmasi


a) Pengertian
Kepala instalasi farmasi adalah Apoteker yang ditunjuk oleh
direktur Rumah Sakit untuk memimpin dan memastikan semua
kegiatan pelayanan kefarmasian berjalan sesuai dengan standar dan
prosedur yang berlaku.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Kepala instalasi farmasi sekurang- kurangnya adalah apoteker yang
sudah memiliki Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai Penanggung
Jawab dan memiliki Surat Penugasan Klinis atau Kewenangan Klinis
dari direktur Rumah Sakit untuk memimpin Instalasi Farmasi.
c) Tanggungjawab
- Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga terlaksananya
kebijakan dan prosedur yang berlaku
- Melaksanakan pengawasan terhadap administrasi farmasi
- Bertanggung jawab terhadap program keselamatan pasien,
pengendalian, pencegahan infeksi dan program tim farmasi dan
terapi
- Bertanggung jawab terhadap laporan pengelolaan perbekalan dan
pelayanan farmasi.
- Bertanggung jawab terhadap monitoring dan evaluasi kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinis.
2. Penanggung Jawab Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a) Pengertian
Penanggung Jawab pengelolaan perbekalan farmasi adalah
Apoteker yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh Direktur Rumah
Sakit untuk melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab
operasional bidang pengelolaan perbekalan farmasi.
b) Persyaratan dan Kualifikasi

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Penanggung Jawab pengelolaan perbekalan farmasi adalah


Apoteker yang sudah memiliki Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)
sebagai Apoteker Pendamping dan memiliki Surat Penugasan Klinis
atau Kewenangan Klinis dari direktur Rumah Sakit.
c) Tanggungjawab
- Bertanggung jawab atas kebenaran dan ketepatan terhadap seluruh
kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi.
- Bertanggung jawab atas kebenaran pelaporan pengelolaan
perbekalan farmasi
3. Penanggung Jawab Pelayanan Farmasi Klinis
a) Pengertian
Penanggung Jawab pelayanan farmasi klinis adalah apoteker yang
ditunjuk dan diberi kewenangan oleh direktur Rumah Sakit untuk
melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab operasional bidang
pelayanan farmasi klinis.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Penanggung Jawab pelayanan farmasi klinis adalah Apoteker yang
sudah memiliki Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai Apoteker
Pendamping dan memiliki Surat Penugasan Klinis atau Kewenangan
Klinis dari direktur Rumah Sakit.
c) Tanggungjawab
- Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pelayanan farmasi
klinisdi seluruh unit pelayanan Rumah Sakit.
- Bertanggung jawab atas kebenaran pelaporan pelayanan Farmasi
Klinis.
4. Penanggungjawab Managemen Mutu Farmasi
a) Pengertian
Penangung jawab managemen mutu farmasi adalah apoteker yang
ditunjuk dan diberi kewenangan oleh direktur Rumah Sakit untuk

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab managemen mutu


farmasi.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Penanggung Jawab pelayanan farmasi klinis adalah Apoteker yang
sudah memiliki Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai Apoteker
Pendamping dan memiliki Surat Penugasan Klinis atau Kewenangan
Klinis dari direktur Rumah Sakit.
c) Tanggungjawab
Tanggung jawab dari Apoteker bagian managemen mutu farmasi
adalah mengawasi mutu produk dan pelayanan farmasi sesuai dengan
standar pelayanan farmasi Rumah Sakit yang sudah ditetapkan.
5. Staf Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a) Pengertian
Staf pengelolaan perbekalan farmasi adalah tenaga teknis
kefarmasian yang berfungsi sebagai pelaksana atas seluruh kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi yang berada dibawah supervisi kepala
instalasi farmasi dan Penanggung jawab pengelolaan perbekalan
farmasi.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Staf pengelolaan perbekalan farmasi adalah seorang D3 Farmasi
atau SMK Farmasi, memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga
Teknis Kefarmasian), SIPTTK (Surat Ijin Praktik Tenaga Teknis
Kefarmasian), dan memiliki Surat Penugasan Klinis atau Kewenangan
Klinis oleh direktur Rumah Sakit.
c) Tanggungjawab
Staf pengelolaan perbekalan farmasi bertanggung jawab dalam
membantu Penanggung Jawab pengelolaan perbekalan sediaan farmasi
terhadap penyelenggaraan seluruh kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

6. Staf Pelayanan Farmasi


a) Pengertian
Staf pelayanan farmasi adalah tenaga teknis kefarmasian yang
berfungsi sebagai pelaksana atas seluruh kegiatan pelayanan farmasi
yang berada di bawah supervisi kepala instalasi farmasi dan
Penanggung jawab pelayanan farmasi klinis.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Staf pelayanan farmasi klinis adalah seorang D3 Farmasi/ SMK
Farmasi, memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian), SIPTTK (Surat Ijin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian),
dan memiliki Surat Penugasan Klinis/ Kewenangan Klinis oleh direktur
Rumah Sakit.
c) Tanggungjawab
Staf pelayanan farmasi klinis bertanggung jawab membantu
Penanggung Jawab pelayanan farmasi klinis terhadap penyelenggaraan
seluruh kegiatan pelayanan farmasi klinis.
7. Pelaksana Administrasi
a) Pengertian
Pelaksana administrasi adalah tenaga teknis yang berperan
membantu kepala instalasi farmasi dalam membuat laporan yang
berkaitan dengan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.
b) Persyaratan dan Kualifikasi
Pelaksana administrasi adalah seorang tenaga lulusan SMK atau
SMA.
c) Tanggungjawab
Pelaksana administrasi bertanggungjawab terhadap administrasi
yang dilakukan di Instalasi Farmasi.
G. Sistem Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Sistem Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan adalah
sistem, pelayanan satu pintu artinya seluruh perbekalan farmasi yang

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

digunakan di seluruh bagian Rumah Sakit (Poli, Instalasi dan Ruangan)


berasal dari Instalasi farmasi Rumah Sakit. Waktu Pelayanan 2 (shift) untuk
apotik rawat jalan dan apotik rawat inap, 3 (tiga) shift untuk depo IGD.
H. Cakupan Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam memberikan
pelayanan kepada :
1) Pasien Rawat Jalan Umum, Perusahaan Langganan dan COB Inheath.
2) Pasien Gawat Darurat Umum, Perusahaan Langganan, BPJS dan COB
Inhealth
3) Pasien Rawat Inap BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ) dan
umum.
I. Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia
yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit yang termasuk dalam
bagan organisasi Rumah Sakit dengan persyaratan :
1) Terdaftar di Departeman Kesehatan
2) Terdaftar di Asosiasi Profesi
3) Mempunyai izin kerja
4) Mempunyai SK penempatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 yang dimaksud dengan :
Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker.
Persyaratan Apoteker di Rumah Sakit adalah :
1) Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan (DepKes).
2) Telah mengucapkan Sumpah atau Janji sebagai Apoteker.
3) Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (MenKes)
4) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

5) Tidak bekerja disuatu Perusahaan Farmasi dan tidak menjadi Apoteker


Pengelola Apotek (APA) di Apotek lain.
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit, Apoteker
dibantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 679
atauMENKES atauSK atauV atau2003, tentang Peraturan Registrasi dan Izin
Kerja Asisten Apoteker, yaitu :
1) Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang
diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker atau
Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi,
Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Jurusan
Analis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
2) Surat Izin Kerja Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan
pekerjaan Kefarmasian disarana kefarmasian.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,
memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas
maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas
harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta
perkembangan dan visi Rumah Sakit.
J. Distribusi Ketenagaan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam di dalam
melaksanakan pelayanan farmasi dibagi menjadi 2 (dua) shift dan 3 (tiga)
shift pelayanan. Distribusi tenaga farmasi ditempatkan pada 3 ( tiga ) depo
pelayanan yaitu depo farmasi IGD, apotik rawat jalan dan apotik rawat inap.
Masing-masing depo pelayanan dan gudang farmasi ada apotekernya.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

K. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi
Kemuliaan adalah :
1) Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
2) Pelayanan rawat inap
3) Pelayanan rawat jalan
4) Pelayanan gudang farmasi
L. Analisa Kebutuhan Tenaga di IFRS
Analisa kebutuhan tenaga disusun oleh Kepala Instalasi Farmasi dan di
usulkan ke bagian SDM dan Keuangan. Jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jenis pelayanan, komposisi shift jaga dan jumlah pasien yang
dilayani.
M. Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS
Evaluasi kinerja tenaga IFRS Budi Kemuliaan Batam mengacu pada
evaluasi kinerja karyawan RS sesuai dengan uraian tugas dan tanggung
jawabnya yang meliputi penilaian terhadap :
1) Kualitas Kerja
2) Kuantitas Kerja
3) Disiplin Kerja
4) Kecakapan
5) Tanggung Jawab
6) Loyalitas
7) Inisiatif
8) Kejujuran
9) Motivasi
10) Kerjasama
11) Komunikasi
12) Absensi
Evaluasi kinerja tersebut dilakukan sekali setahun dan diharapkan dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja yang bersangkutan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


5

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

N. Standard Fasilitas
1. Bangunan dan Perlengkapan
Bangunan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan seluruhnya
memiliki luas 197 m2. Bangunan terdiri dari ruang pelayanan dan peracikan.
Ruangan berlantai keramik kedap air, dinding tembok, plafon triplek.
Perlengkapan dalam ruang pelayanan dan peracikan adalah :
a) Rak Obat
b) Lemari Pendingin
c) Lemari Penyimpanan Obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropik
e) Lemari Administrasi dan Buku Informasi
f) Meja Kerja
g) Mortir dan Stamper Berbagai Ukuran
h) Bak Cuci
i) Alat Tulis Kantor
j) Komputer yang terhubung internet
k) Telepon
2. Gudang Perbekalan Farmasi
Berlantai keramik kedap air, dinding tembok, plafon triplek.
Perlengkapan dalam gudang perbekalan farmasi adalah :
a) Rak obat
b) Lemari pendingin
c) Lemari Penyimpanan Obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropik
e) Meja kerja
f) Komputer yang terhubung internet
g) Telepon
h) Alat tulis kantor
i) Lantai dilengkapi dengan palet
3. Ruang Konsultasi

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Ruang konsultasi di instalasi farmasi :


a) Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker
b) Memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka
c) Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien
d) Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan
e) Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat
inap Peralatan Konsultasi terdiri dari :
a) Buku kepustakaan, bahan-bahan leaflet, dan brosur dan lain-lain
b) Meja, kursi untuk apoteker
c) Lemari untuk menyimpan medical record
d) Komputer
e) Telpon
f) Lemari arsip
g) Kartu arsip
4. Ruang Arsip
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara
dan menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai
hukum, aturan, persyaratan, dan tehnik manajemen yang baik. Ruangan ini
digunakan untuk menyimpan resep dengan masa penyimpanan minimum 3
tahun.
Peralatan pada ruang arsip terdiri dari :
a) Kartu Arsip
b) Lemari Arsip
5. Kelengkapan Bangunan
a) Sumber Air Bersih PDAM
b) Penerangan dari PLN
c) Pendingin Ruangan
d) Ventilasi
6. Perlengkapan Administrasi
a) Blangko Copy Resep

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

b) Blangko Kartu Stok


c) Blangko Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropik
d) Blangko Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropik
e) Kemasan obat berupa plastik, pot obat, botol, kertas perkamen, kapsul
kosong berbagai ukuran
f) Etiket obat putih dan biru berbagai ukuran
7. Sarana Informasi
a) Buku Farmakope Indonesia Edisi Terbaru
b) MIMS dan ISO edisi terbaru
c) Formularium RS edisi terbaru

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

BAB IV
PEMBAHASA
N
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi
Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigman lama (drug oriented)
ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan
mahasiswa calon Apoteker di Rumah Sakit Budi Kemuliaan selama 2 (dua) bulan
yaitu dari tanggal 03 Agustus – 30 September 2020 antara lain :
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang
dimulai dari pemilihan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan
yang lain. Kegiatannya mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan
perbaikan terhadap pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi, monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dilaksanakan di gudang farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Gudang Farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan merupakan salah satu unit Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yang mempunyai tugas pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan


kefarmasian.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
merupakan tanggungjawab seorang Apoteker yang ditunjuk dan diberi
kewenangan oleh Direktur Rumah Sakit untuk melaksanakan tugasnya sebagai
penanggung jawab operasional bidang pengelolaan perbekalan farmasi.

Kegiatan yang dilaksanakan di unit gudang farmasi Rumah Sakit Budi


Kemuliaan antara lain :
1. Pemilihan
Pada proses pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dengan tujuan
efektivitas dan efisiensi, Unit Farmasi tidak menyediakan semua jenis obat atau
alkes yang beredar di Indonesia, tetapi menentukan obat dan alkes tertentu
yang dapat digunakan dalam Rumah Sakit, dalam periode tertentu. Dalam
pelayanan obat, proses tersebut merupakan proses pemilihan obat dalam
penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Pemilihan obat yang digunakan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
didasarkan pada Formularium Rumah Sakit yang telah dibuat oleh Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) dengan berpedoman pada Formularium Nasional,
penggunaan periode sebelumnya, dan pola penyakit. Formularium Rumah
Sakit Budi Kemuliaan adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh
Tim Farmasi dan terapi untuk digunakan di Rumah Sakit, merupakan acuan
dalam perencanaan pengadaan obat di Rumah Sakit dan formularium ini dapat
direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Formularium tersebut
diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan jenis obat, memudahkan
perencanaan dan penyediaan, meningkatkan efisiensi anggaran obat,
mengendalikan biaya pengobatan, memudahkan pemilihan obat yang rasional,
serta mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan
obat di Rumah Sakit demi tercapainya penggunaan obat yang rasional. Dengan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

tersedianya perbekalan kesehatan yang bermutu akan meningkatkan pelayanan


kefarmasian di Rumah Sakit.
Kriteria pemilihan kebutuhan obat dalam formularium meliputi :
a) Perbandingan obat generik : original : paten = 1 : 1 : 3
b) Memiliki rasio manfaat – resiko ( benefit risk ratio ) yang paling
menguntungkan pasien
c) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailibilitas
d) Praktis dalam penyimpanan, penggunaan dan penyerahan
e) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
f) Memiliki rasio manfaat – resiko (benefit risk ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
Pemilihan alat kesehatan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan dipilih
berdasarkan dari data pemakaian oleh user, standar ISO, daftar harga alat
kesehatan, serta spesifikasi mutu yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
Selain kriteria untuk memilih obat untuk masuk formularium, ditentukan
pula kriteria untuk penghapusan obat dari formularium, antara lain sebagai
berikut :
a) Obat - obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi
b) Obat - obat yang tidak digunakan (death stock) dalam waktu 3 bulan
maka akan diingatkan pada dokter-dokter terkait yang akan
menggunakan obat tersebut. Apabila pada bulan berikutnya tetap tidak
digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari formularium.
2. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan merupakan
kegiatan pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat,
terpenuhinya criteria tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah, dan efisien.
Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan dibuat oleh
Instalasi Farmasi berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN),
Formularium Rumah Sakit, pola penyakit, sisa stok dan data pemakaian

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

periode yang lalu serta usulan dari poli atau ruangan atau instalasi.
Perencanaan yang dibuat adalah untuk keperluan selama satu tahun.
Perencanaan obat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan berdasarkan kebutuhan
dari unit pelayanan yang diajukan ke unit perencanaan, selanjutnya
perencanaan diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi dan jika disetujui maka
diteruskan ke Direktur Rumah Sakit untuk dilakukan disposisi persetujuan
pengadaan.
3. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuan yang telah direncanakan dan
disetujui. Pengadaan yang efektif dilakukan untuk mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga yang efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga
serta waktu berlebihan. Selain itu, pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan masih menggunakan proses pembelian offline langsung ke PBF.
Pengadaan dilakukan dengan cara Apoteker kepala IFRS membuat surat
pesanan langsung ke PBF dengan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit.
Pada proses pengadaan obat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan terdapat tiga
elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya
tinggi”
b) Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting utuk
menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutunya
c) Order pemesanan sesuai dengan perencanaan agar mendapatkan
barang yang sesuai dengan yang diinginkan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan melalui pembelian,


produksi, dan sumbangan atau hibah. Pengadaan yang dilakukan Rumah Sakit
Budi Kemuliaan dilakukan melalui pembelian dan hibah.
Pada kegiatan pembelian dilakukan dengan dua cara yaitu melalui E-
purchasing dan pengadaan secara langsung. E-purchasing merupakan metode
pembelian barang melalui sitem catalog elektronik. Sedangkan pada pengadaan
langsung merupakan metode pembelian yang dilakukan untuk obat-obat yang
ada di formularium RS tetapi tidak terdapat dalam sistem katalog elektronik.
Obat Hibah yang didapat pihak Rumah Sakit Budi Kemuliaan yaitu berasal
dari Dinas Kesehatan yang menjadi program dari pemerintah, seperti paket
HIV/AIDS, paket obat TBC, vaksin, dan reagen untuk keperluan di
laboratorium. Untuk paket obat TBC dan paket obat HIV/AIDS diberikan
kepada pasien secara gratis. Paket obat HIV/AIDS dan paket obat TBC
walaupun merupakan obat hibah dari Dinas Kesehatan, pengadaannya
dilakukan dengan cara membuat permintaan ke pihak Dinas Kesehatan. Paket
obat TBC dilakukan permintaan setiap 3 bulan, sedangkan permintaan paket
obat HIV/AIDS adalah permintaan setiap bulan dengan catatan obat yang
dipesan adalah obat untuk jatah selama 3 bulan.
4. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi merupakan proses menerima perbekalan
farmasi yang telah dipesan melalui pembelian ataupun hibah. Tujuan
penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kesepakatan baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu. Penerimaan
perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Penerimaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan dilakukan
oleh staf pengelolaan perbekalan farmasi. Staf pengelolaan perbekalan farmasi
adalah tenaga teknis kefarmasian yang berfungsi sebagai pelaksana atas
seluruh kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang berada dibawah
supervisi kepala instalasi farmasi dan Penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Semua perbekalan farmasi yang diterima harus dilakukan pemeriksaan.


Pemeriksaan perbekalan farmasi dilakukan dengan menyesuaikan antara Surat
Pesanan, faktur pembelian dan barang yang diterima. Jika barang yang diterima
telah sesuai dengan spesifikasi pada surat pesanan, maka staf pengelolaan
perbekalan farmasi akan paraf pada setiap faktur pembelian dan selanjutnya
barang dapat disimpan ke gudang farmasi. Barang yang sudah diterima
selanjutnya dilakukan entry barang masuk melalui sistem terkomputerisasi.
Jika terdapat barang datang tetapi tidak sesuai dengan surat pesanan dan faktur
pembelian, maka pihak Rumah Sakit berhak melakukan retur barang tersebut
ke pihak PBF.
5. Penyimpanan
Barang yang telah diterima Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi
Kemuliaan perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakuka pendistribusian.
Penyimpanan barang dilakukan di gudang farmasi guna menyimpan dan
memelihara barang dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik
yang dapat merusak mutu obat.
Perbekalan farmasi yang diterima di Instalasi Farmasi disimpan dengan
mengelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan pada rak yang tersedia.
Perbekalan farmasi yang mudah terbakar dan menguap harus disimpan pada
ruang khusus. Perbekalan farmasi berupa narkotika dan psikotropika disimpan
pada lemari tersendiri. Perbekalan farmasi yang harus disimpan pada suhu
tertentu (2 – 8oCelcius) disimpan dalam lemari pendingin. Ruang penyimpanan
perbekalan farmasi harus memiliki ventilasi baik.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan
gudang adalah sebagai berikut :
a) Kemudahan bergerak

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

- Gudang menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan sekat-


sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan
sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
- Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis
lurus, arus U atau arus L.
b) Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang
adalah adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang.
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan
farmasi sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki
kondisi kerja.
c) Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet :
- Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir
- Peningkatan efisiensi penanganan stok
- Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
- Pallet lebih murah dari pada rak
d) Kondisi penyimpanan khusus
- Vaksin memerlukan“Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan terputusnya arus listrik.
- Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus
dan selalu terkunci.
- Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam
ruangan khusus.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


6

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

e) Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran
harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah
yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala,
untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.
Gudang farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan berada dalam 1 bangunan
yang didalamnya terdiri dari beberapa ruang penyimpanan yang terpisah. Salah
satu bagiannya menjadi tempat penyimpanan sekaligus administrasi dan
distribusi sediaan farmasi juga menjadi tempat kerja untuk unit pengendalian
mutu dan ruangan kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Gudang farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan berada cukup jauh dengan Unit Layanan Rawat
Jalan dan Rawat Inap sehingga dapat berpengaruh terhadap kecepatan dalam
melakukan pengiriman sediaan farmasi dari gudang farmasi ke unit layanan.
Sistem penyimpanan obat Rumah Sakit Budi Kemuliaan dilakukan di unit
logistik (gudang) dan unit layanan (Apotek rawat jalan, apotek rawat inap dan
IGD) dimana penyimpanan disusun berdasarkan kombinasi Alfabetis, bentuk
sediaan, golongan obat, sistem FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired
First Out), LASA (Look Alike Sound Alike), dan High Alert Medication.
Penyimpanan menggunakan sistem FIFO (first in first out) yaitu barang
yang pertama datang harus dikeluarkan terlebih dahulu dan sistem FEFO (first
expired first out) yaitu barang yang Expired date-nya lebih cepat dikeluarkan
terlebih dahulu, sehingga dapat memperkecil kemungkinan kerusakan obat.
Pada obat yang termasuk ke dalam LASA (Look Alike Sound Alike), dan High
Alert, sebelum dilakukan penyimpanan obat diberi tanda khusus terlebih
dahulu dengan sticker bertulisakan LASA atau High Alert. Penataan obat-obat
yang termasuk golongan obat LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat
yang memiliki kemiripan dalam kemasan maupun pengucapannya, diletakkan
secara terpisah satu sama lain dan harus diberikan jeda penyusunan dengan
minimal 2 jenis obat non LASA. Adanya pelabelan khusus dan pemberian jeda

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

pada letak obat-obatan LASA bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dalam


pengambilan obat. Obat High Alert adalah obat-obat yang secara signifikan
beresiko membahayakan pasien bila digunakan dengan pengelolaan yang
kurang tepat, sehingga butuh penanganan dan perhatian khusus dalam
penggunannya.
Suhu penyimpanan di ruangan dan lemari pendingin di gudang farmasi
Rumah Sakit Budi Kemuliaan juga dimonitor dengan cara mengisi formulir
pemantau suhu ruangan dan suhu lemari dingin. Hal tersebut dilakukan agar
suhu sesuai dengan persyaratan yang dianjurkan untuk menjaga stabilitas dan
mutu sediaan obat. Pengendalian penyimpanan jumlah obat dilakukan dengan
mengisi kartu stock pada saat barang masuk dan barang keluar untuk
memastikan kesesuaian barang secara fisik dengan kartu stock.
Obat-obatan Narkotika dan Psikotropika disimpan di dalam lemari khusus.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berdasarkan Permenkes nomor 3
tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika serta Prekursor Farmasi, yaitu obat narkotika dan
psikotropika disimpan di lemari yang memiliki dua pintu dengan dua kunci
yang berbeda yang penyimpanannya dipisahkan dengan sediaan lain.
Penyimpanan obat narkotika di Rumah Sakit Budi Kemuliaan disimpan dalam
lemari yang terbuat dari kayu tidak mudah dipindahkan, memiliki 2 pintu yaitu
bagian luar dan dalam dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda dan tidak
dicampur dengan sediaan obat lainnya.
6. Pendistribusian
Barang yang telah disimpan di gudang farmasi instalasi Rumah Sakit
harus dilakukan pendistribusian ke depo farmasi Rumah Sakit agar barang
bisa tersalurkan kepada pasien. Pendistribusian merupakan kegiatan
mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah Sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah tersedianya

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

perbekalan farmasi di unit- unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan
jumlah.
Pendistribusian sediaan farmasi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
didistribusikan ke depo farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap. Kegiatan pendistribusian sediaan farmasi pada pasien rawat jalan
dilakukan dengan sistem distribusi resep perorangan (Individual
Prescreption). Resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh Depo farmasi sesuai yang tertulis pada resep. Sedangkan pada
pendistribusian sediaan farmasi untuk pasien rawat inap dilakukan dengan
menggunakan sistem distribusi dosis unit (Unit Dose Dispensing), yaitu
perbekalan farmasi yang di pesan oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu
atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan
dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu
tertentu.
7. Pengendalian
Pengendalian persediaan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
bertujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian yang dilakukan meliputi :
a) Memperkirakan menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
Jumlah stok ini disebut stok kerja.
b) Menentukan stok optimum, stok optimum adalah stok obat yang
diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan
atau kekosongan.
c) Menentukan waktu tunggu (lead time), waktu tunggu adalah waktu
yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
8. Pemusnahan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Pemusnahan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan adalah


sediaan farmasi yang rusak atau telah kadaluarsa dan untuk resep yang telah
lewat masa penyimpanannya.
Tujuan dilakukan pemusnahan adalah sebagai berikut :
a) Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan
dan kemanfaatan
b) Untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan,
pemeliharaan, penjagaan atas obat yang sudah tidak layak untuk
dipelihara.
c) Untuk menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari
pengotoran lingkungan, dan penyalahgunaan. Pembuangan yang tidak
layak dapat menjadi berbahaya jika kemudian menimbulkan
kontaminasi pada sumber air setempat. Selain itu obat-obatan
kadaluarsa dapat disalahgunakan dan digunakan kembali jika tempat
pembuangan tidak dipilih secara tepat dan aman.
Tahapan-tahapan proses pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak adalah :
a) Inventarisasi terhadap obat kadaluarsa atau rusak yang akan
dimusnahkan
b) Menyiapkan berita acara pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak
c) Penentuan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan, dan koordinasi
dengan pihak terkait
d) Persiapan tempat pemusnahan
e) Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan jenis dan bentuk sediaan
f) Berita acara pemusnahan obat ditandatangani oleh apoteker dan saksi
dalam pelaksanaan pemusnahan (berita acara terlampir).
Kegiatan pemusnahan resep di Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang telah
lewat masa penyimpanannya (lebih dari 5 tahun), Instalasi Farmasi Rumah
Sakit melakukan pemusnahan resep secara mandiri dengan cara dibakar di
tempat khusus dan disertai dengan adanya berita acara pemusnahan resep.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Resep – resep yang sudah lebih dari 5 tahun ditimbang jumlah beratnya untuk
resep biasa dan dihitung per lembar untuk resep narkotika. Setelah dilakukan
penimbangan, resep kemudian dilakukan pemusnahan yang dilakukan di
Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Pemusnahan resep ini dilakukan oleh salah
satu Apoteker Rumah Sakit Budi Kemuliaan dengan disaksikan oleh dua
orang asisten apoteker. Berita acara pemusnahan resep dibuat rangkap 4
(empat) dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Kepala Balai POM , Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan arsip di Apotek.
Obat yang kadaluarsa atau rusak, pihak Rumah Sakit Budi Kemuliaan
melakukan pemusnahan dengan bantuan pihak ketiga. Pemusnahan obat
kadaluarsa atau rusak juga dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangai
oleh Apoteker pembuat berita acara dan disaksikan oleh dua orang asisten
apoteker. Berita acara pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak dibuat rangkap
4 (empat) dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Kepala Balai POM , Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan arsip di Apotek.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dilakukan secara rutin dalam rangka pertanggungjawaban obat-obatan yang
digunakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Pelaporan yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budi Kemuliaan adalah :
a) Laporan harian untuk pencatatan pengeluaran perbekalan farmasi
harian.
b) Laporan bulanan untuk penggunaan sediaan narkotika dan
psikotropika melalui aplikasi SIPNAP (Sitem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika).
c) Laporan tahunan untuk laporan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran
serta sisa stok perbekalan farmasi.
B. Pelayanan Farmasi Klinis
Farmasi Klinik adalah pelayanan farmasi dimana tenaga kefarmasian
berinteraksi langsung dengan pasien yang menggunakan obat untuk tercapainya

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

tujuan terapi dan terjaminnya keamanan penggunaan obat berdasarkan penerapan


ilmu, teknologi dan fungsi dalam perawatan penderita dengan memperhatikan
preferensi pasien.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, kegiatan farmasi klinik yang sudah
berjalan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan meliputi pengkajian dan pelayanan
resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO),
Konseling, Pemantauan terapi obat (PTO), serta Monitoring Efek Samping Obat
(MESO).
Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan untuk mencapai penggunaan obat
yang rasional (pasien menerima obat yang tepat : indikasi, kondisi pasien, bentuk
sediaan, jumlah, dosis, frekuensi, lama dan cara penggunaan, terhindar dari
interaksi obat, efek samping dan reaksi obat yang tidak diharapkan, harga
terjangkau serta mendapat informasi yang tepat) serta penghargaan atas pilihan
pasien dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan adalah :
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pengkajian resep, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap
alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan
pemberian obat (medication error) dengan melaksanakan aktivitas sesuai
standar prosedur operasional dan melakukan dokumentasi aktivitas, hal ini
dilakukan agar pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan resep dokter.
Alur dalam pelayanan resep di instalasi farmasi Rumah Sakit Budi
Kemuliaan dibagi menjadi dua, yaitu resep BPJS dan resep Umum. Pada
pelayananan resep, terdapat 4 bagian QC yaitu QC1, QC2, QC3, dan QC4.
Bagian QC1 merupakan Apoteker atau asisten apoteker yang menerima
resep dari pasien, setelah resep dari pasien diterima Apoteker atau asisten

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

apoteker melakukan skrinning atau pengkajian resep. Skrinning resep terdiri


dari skrinning administrasi yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, berat
badan, dan alamat pasien, tanggal penulisan resep, unit asal resep, nama
dokter, surat izin dokter, dan tanda tangan dokter. Skrinning farmasetik
meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis, jumlah obat, aturan
pakai dan kadaluwarsa obat. Skrinning klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan
efek samping obat. Pada bagian QC2 merupakan Apoteker atau asisten
apoteker yang bertugas meracik dan menyiapkan obat sesuai dengan yang
tertera pada resep. Pada bagian QC3 merupakan Apoteker atau asisten
apoteker yang melakukan pengecekan kesamaan antar jumlah dan jenis obat
yang telah disiapkan apakah sesuai dengan yang diminta pada resep. QC4
merupakan Apoteker atau asisten apoteker yang bertugas melakukan
penyerahan obat kepada pasien dan memberikan informasi edukasi kepada
pasien terkait obat yang diterima pasien.
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan menyediakan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat dan tidak bias
dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian kepada dokter,
perawat, profesi kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien atau pihak lain
di luar Rumah Sakit. Pelayanan informasi obat yang dilakukan di Rumah
Sakit Budi Kemuliaan dilakukan oleh apoteker. PIO diberikan kepada pasien
rawat jalan, pasien rawat inap, dan tenaga kesehatan lainnya.
C. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian informasi obat terkait
dosis, cara pakai, penyimpanan, indikasi dan efek samping terkait dengan
terapi obat dari apoteker kepada pasien atau keluarga pasien. Tujuan
konseling adalah untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko
reaksi obat yang tidak dikehendaki dan meningkatkan keamanan penggunaan
obat. Salah satu kegiatan konseling yang dilakukan di Rumah Sakit Budi

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Kemuliaan adalah memberikan konseling kepada pasien dengan terapi


panjang (TBC, Diabetes).
D. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitor Efek Samping Obat (MESO) di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dilakukan dengan cara mengidentifikasi efek dan keluhan pasien yang
ditemukan yang dilaporkan oleh perawat kepada pihak farmasi, diidentifikasi
apakah ada obat yang dicurigai memberikan efek samping tersebut. Temuan
efek samping harus dilaporkan pada Dokter Penanggung Jawab Pasien yang
kemudian akan direkomendasikan terapi penanggulangan efek samping
tersebut. Kejadian efek samping obat pada pasien di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan masih jarang terjadi, kegiatan monitor efek samping obat
dilakukan hanya ketika apoteker menerima laporan dari perawat terkait efek
samping suatu obat yang dirasakan oleh seorang pasien.
E. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko ROTD.
Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) meliputi wawancara langsung
dengan pasien atau keluarga pasien saat visite terkait penggunaan obat,
memantau kepatuhan minum obat pasien, memantau efek penggunaan obat
pasien dan kemudian membuat rekomendasi terkait pengobatan yang di
tuliskan dalam lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
pada rekam medik pasien. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang
menyatakan bahwa Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker


(PKPA) di Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang dilaksanakan pada tanggal 03
Agustus hingga 30 September 2020, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rumah Sakit Budi Kemuliaan dalam menjalankan pelayanan kefarmasian
sudah sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dimana pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit merupakan bagian yang berkaitan dengan sistem
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit meliputi dua aspek yaitu aspek manajerial dan aspek farmasi klinis.
2. Peran apoteker dalam aspek manajerial terletak pada proses pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan.
3. Peran apoteker dalam aspek farmasi klinis terletak pada menjamin
tercapainya pelayanan kesehatan yang berbasis patient safety dan
mencapai penggunaan obat yang rasional (tepat indikasi, tepat kondisi
pasien, tepat bentuk sediaan, tepat jumlah, tepat dosis, frekuensi, lama
dan cara penggunaan, terhindar dari interaksi obat, terhindar dari efek
samping obat dan reaksi obat yang tidak diinginkan.
4. Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit yang telah dilaksanakan
selama kurang lebih 2 bulan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan diharapkan
mampu memberikan pengetahuan, pengalamam, serta skill kepada
mahasiswa profesi apoteker tentang peran farmasis dalam menjalankan
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) di Rumah Sakit, sehingga
kedepannya diharapkan dapat menjadi bekal dalam menjalankan praktik
kerja kefarmasian yang profesional.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

B. Saran
Setelah mengikuti Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit Budi Kemuliaan yang dilaksanakan pada tanggal 03 Agustus hingga 30
September 2020, dapat disarankan beberapa hal berikut :
1. Perlunya melakukan briefing setiap pagi sebelum memulai kerja, agar
pelayanan kefarmasian kepada pasien dapat berjalan dengan lancar dan
optimal.
2. Agar tercapainya pelayanan farmasi klinis yang lebih optimal, perlunya
penambahan sumber daya manusia agar tercapainya kegiatan farmasi
klinik yang optimal.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


7

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Periode 03 Agustus – 30 September 2020

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Departemen Kesehatan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. 2015. Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No P.56 tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika serta Prekursor Farmasi. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan
Indonesia 2016. Jakarta:Kemenkes.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2017, tentang Akreditasi Rumah
Sakit, Jakarta : Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan
Presiden Republik Indonesia.2015.Peraturan Presiden Nomor 77 tahun
2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan XXXIX


8
8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

L
A
M
P
I
R
A
N

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Lampiran 1. Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan

Gambar 1 : Apotek Rawat Inap RS. Budi Kemuliaan Batam.

Gambar 2 : Apotek Rawat Jalan RS. Budi Kemuliaan Batam.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Lampiran 2 : Tempat Penyimpanan Obat Di Apotek RS.Budi Kemuliaan.

Gambar 3 : Rak Penyimpanan Salep Kulit Di Apotek Rawat Jalan.

Gambar 4 : Rak Penyimpanan Sirup Antibiotik Di Apotek Rawat Jalan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 5 : Rak Penyimpanan Sirup Di Apotek Rawat Jalan.

Gambar 6 : Rak Penyimpanan Tetes Mata dan Tetes Telinga Di Apotek Rawat
Jalan.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 7 : Rak Penyimpanan Injeksi Di Apotek Rawat Inap.

Gambar 8 : Rak Penyimpanan Alat Kesehatan Di Apotek Rawat Inap.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 9 : Rak Penyimpanan Infus Di Apotek Rawat Inap.

Gambar 10 : Rak Penyimpanan Obat HIV Di Apotek Rawat Inap.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 11 : Lemari Penyimpanan Obat – Obat High Alert di Apotek Rawat Inap.

Gambar 12 : Lemari Pendingin Untuk Penyimpanan Obat Di Apotek Rawat Inap.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 13 : Lemari Narkotika Di Apotek Rawat Jalan.

Gambar 14 : Rak Penyimpanan Obat Tablet Di Apotek Rawat Inap.

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


8

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 15 : Resep elektronik di Rumah Sakit Budi Kemuliaan

Gambar 16 : Copy Resep

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


9

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 17 : Bukti distribusi barang di gudang farmasi Rumah Sakit Budi


Kemuliaan

Gambar 18 : Bukti permintaan barang di gudang farmasi Rumah Sakit Budi


Kemuliaan

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


9

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 19 : Surat Pesanan Reguler

Gambar 20 : Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


9

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 21 : Surat Pesanan Narkotika

Gambar 22 : Surat Pesanan Psikotropika

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan


9

Laporan PKPA Rumah Sakit Budi Kemuliaan


Batam

Gambar 23 : Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi

Gambar 24 : Faktur

Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Angkatan

Anda mungkin juga menyukai