Anda di halaman 1dari 2

1.

Due process of law merupakan prinsip hukum yang menjamin bahwa setiap orang harus
dihormati hak-haknya dalam proses hukum yang berlaku. Prinsip ini mencakup berbagai
aspek, seperti hak atas pemberitahuan mengenai tuntutan hukum yang dihadapi, hak atas
pendampingan hukum, hak atas persidangan yang adil dan terbuka, dan hak atas banding
atau kasasi.
Sebagai bagian dari sistem peradilan pidana, jaksa memiliki peran yang penting untuk
memastikan bahwa proses hukum berjalan sesuai dengan due process of law. Untuk dapat
melakukan fungsi tuntutan dengan baik, jaksa harus memenuhi beberapa kualifikasi, antara
lain:
1. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang hukum dan prosedur peradilan pidana.
2. Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah yang baik, sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan tuntutan yang akan diajukan.
3. Memiliki integritas dan etika yang baik, sehingga dapat menjalankan tugasnya secara
objektif dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak relevan.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tertulis, sehingga dapat
menjelaskan dengan jelas dan meyakinkan mengenai tuntutan yang diajukan.
5. Mampu bekerja secara efektif dalam tim dengan pihak kepolisian, hakim, dan
pengacara.
Dengan memenuhi kualifikasi-kualifikasi tersebut, jaksa dapat menjalankan fungsi
tuntutannya dengan baik dan memastikan bahwa proses hukum berjalan sesuai dengan due
process of law.

2. Dalam proses peradilan pidana, terdapat beberapa syarat formil yang harus dipenuhi agar
suatu tindakan penyidikan atau hasil penyidikan dapat diakui sebagai sah oleh pengadilan.
Dua syarat formil yang wajib diteliti adalah keabsahan tindakan penyidikan yaitu Keabsahan
tindakan penyidikan mengacu pada kewenangan penyidik yang melakukan tindakan
tersebut. Syarat ini dipenuhi apabila tindakan penyidikan tersebut dilakukan oleh penyidik
yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Contoh dari keabsahan tindakan penyidikan adalah ketika polisi melakukan penggeledahan
terhadap suatu rumah tanpa surat perintah penggeledahan yang sah. Dalam hal ini,
penggeledahan tersebut tidak memenuhi syarat keabsahan tindakan penyidikan karena
tidak dilakukan oleh penyidik yang memiliki kewenangan dan tidak didasarkan pada surat
perintah penggeledahan yang sah.
Sedangkan keabsahan hasil penyidikan mengacu pada cara penyidik memperoleh bukti-
bukti atau informasi yang digunakan dalam proses penyidikan. Syarat ini dipenuhi apabila
hasil penyidikan tersebut diperoleh dengan cara yang sah dan tidak melanggar hak asasi
manusia.
Contoh dari keabsahan hasil penyidikan adalah ketika penyidik menggunakan kekerasan
atau ancaman untuk memperoleh pengakuan dari tersangka. Dalam hal ini, hasil penyidikan
tersebut tidak memenuhi syarat keabsahan hasil penyidikan karena diperoleh dengan cara
yang tidak sah dan melanggar hak asasi manusia.
Dasar hukum dari syarat formil keabsahan tindakan penyidikan dan keabsahan hasil
penyidikan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 ayat
(2) dan Pasal 184 ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf a. Pasal-pasal tersebut menegaskan
bahwa tindakan penyidikan dan hasil penyidikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku dan tidak melanggar hak asasi manusia.
5. Pasal 378 KUHP yang disangkakan kepada Badu kurang tepat dalam hal ini. Pasal 378 KUHP
mengatur tentang tindak pidana penipuan, yaitu setiap orang yang dengan sengaja menipu
orang lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang
lain, akan diancam dengan pidana penjara.
Dalam kasus ini, tidak terdapat unsur-unsur tindak pidana penipuan seperti yang diatur
dalam Pasal 378 KUHP. Badu telah melakukan kesepakatan dengan Dewi untuk melakukan
kerjasama dalam tambang galian c dengan menyertakan modal sebesar 1 juta rupiah dan
membagi keuntungan sebesar 100 juta rupiah setiap 6 bulan. Kesepakatan ini dilakukan
dengan persetujuan kedua belah pihak, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai
penipuan.
Namun demikian, jika Badu kemudian tidak memenuhi kewajiban dalam kesepakatan
kerjasama tersebut, Dewi dapat mengajukan tuntutan perdata atau upaya hukum lainnya
untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Selain itu, Badu juga dapat dikenai sanksi hukum
lainnya jika terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
dalam melakukan kegiatan tambang galian c.

Anda mungkin juga menyukai