Anda di halaman 1dari 11

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Difraksi Sinar-X

Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi foton

antara 100 eV – 100 keV. Dalam teori gelombang elektromagnetik diketahui

bahwa sebuah partikel bermuatan listrik yang dipercepat atau diperlambat akan

memancarkan energi. Dengan demikian apabila elektron dari katoda bergerak

dipercepat kemudian ditumbukkan ke material target anoda maka sebagian energi

total elektron akan hilang dan berubah menjadi radiasi elektromagnetik. Radiasi

ini dinamakan radiasi perlambatan atau lebih dikenal dengan nama

bremsstrahlung dan memiliki spektrum panjang gelombang malar (continuum).

Sinar-X dengan spektrum cemiri terjadi ketika elektron dari katoda

menumbuk elektron orbit atom sasaran, misalkan elektron kulit K, sehingga

terpental dan keluar dari orbit atom. Kekosongan elektron di kulit K segera diisi

oleh elektron orbit kulit di atasnya, misalkan L. Kelebihan energi elektron transisi

dikonversi menjadi radiasi sinar-X karakteristik. Oleh karena kulit K terdiri atas 2

elektron orbit, maka akan ada 2 buah sinar-X karakteristik yang terjadi, masing-

masing dinamakan sinar-X Ka dan sinar-X Kb. Panjang gelombang sinar-X

karakteristik tergantung pada jenis unsur target anoda yang dipakai pada

difraktometer. Sebagai contoh, anoda Cu memancarkan sinar-X Ka dengan

panjang gelombang 1,5405 Ǻ dan Kb sebesar 1,5443 Ǻ (Suryanarayana dan

Norton, 1998).

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II.2. Hukum Bragg

Ukuran panjang gelombang sinar-X karakteristik seorde dengan jarak

antar atom di dalam sebagian besar kristal. Apabila sinar-X mengenai kristal,

maka sinar-X tersebut dihamburkan oleh susunan ion yang periodik dan berulang

dalam suatu kristal. Selisih lintasan sinar-X yang terhambur oleh dua titik dengan

jarak d.

r 2p
Sinar-X datang sepanjang arah n̂ dan vektor gelombang k = nˆ .
l
r
d cosq + d cosq ' = d · (2.1)

Untuk kondisi interferensi konstruktif


r
d · (nˆ - nˆ ') = nl (2.2)

2p
dengan n adalah bilangan bulat. Jika pada persamaan (2.2) dikalikan dengan
l

maka diperoleh
r r r
( )
d · k - k ' = 2 np (2.3)

Apabila tidak hanya ada dua sinar yang terhambur tetapi banyak, maka

semua sinar terhambur yang berinterferensi konstruktif memenuhi persamaan

berikut
r r r
R · ( k - k ' ) = 2 np (2.4)
r
untuk semua vektor kisi Bravais R
r r r
e i (k - k') · R = 1 (2.5)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada kondisi Laue, interferensi konsruktif akan terjadi apabila perubahan


r r r r
vektor gelombang, k'- k = K dengan K adalah vektor kisi resiprokal. Karena kisi
r r
resiprokal adalah kisi Bravais, maka jika k' - k adalah vektor kisi resiprokal maka
r r r r
akan sama dengan k - k ' . Dimanaa k dan k ' mempunyai amplitudo yang sama

maka
r r
k = k-K (2.6)

Jika kedua suku dikuadratkan menjadi

r 1
k · K̂ = K (2.7)
2
r
Persamaan (2.7) menunjukkan bahwa vektor gelombang datang k sepanjang

vektor kisi resiprokal mempunyai panjang setengah K.

Kondisi Laue terjadi jika dan hanya jika ujung vektor tersebut terletak

pada bidang yang tegak lurus dengan perpotongan garis dalam ruang k terhadap

titik kisi resiprokal (Gambar 2.2). Bidang ruang k tersebut dinamakan bidang

Bragg.

Bidang-bidang kisi yang terpisah pada jarak d, terdapat vektor - vektor kisi

resiprokal yang tegak lurus terhadap bidang tersebut dan mempunyai jarak

terpendek 2p . Begitu juga untuk beberapa vektor kisi resiprokal, ada sebuah
d

himpunan bidang kisi yang terpisah pada jarak d, sehingga

2 np
K= (2.8)
d
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari Gambar 2.3 diperoleh 2k sin q = K , sehingga menjadi

np
k sin q = (2.9)
d

Karena k = 2p , maka persamaan (2.9) memenuhi kondisi Bragg dengan


l

nl = 2d sin q (Ashcroft dan Mermin, 1976).

II.3. Kristalografi

II.3.1. Kisi Kristal

Kisi kristal merupakan kumpulan titik-titik yang tersusun secara periodik

dengan mengikuti pola tertentu dalam suatu ruang. Titik–titik tersebut

dihubungkan dengan operasi rotasi, translasi, dan refleksi. Salah satu sifat kisi

adalah invarian yang terjadi bila sebuah titik dioperasikan berkali-kali dapat

kembali ke posisi semula. Kisi dibagi menjadi dua berdasarkan letak titik kisinya

yaitu kisi bravais dan nonbravais (Omar, 1975).

II.3.2. Vektor Basis

Vektor basis adalah vektor yang menunjukan arah dan posisi dari semua

titik kisi. Titik-titik kisi dapat dinyatakan dengan suatu vektor posisi R . Dalam

sistem koordinat Cartesian 3 dimensi dapat dituliskan dalam bentuk persamaan

Rn = n1a + n 2 b + n3 c (2.10)

dengan a , b dan c disebut vektor basis, sedangkan (n1 , n 2 , n3 ) adalah pasangan

bilangan bulat (Omar, 1975).

II.4. Sel Satuan

II.4.1. Sel Satuan Primitif


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sel satuan primitif hanya mempunyai satu titik kisi yang apabila

ditranslasikan pada kisi bravais tidak akan terjadi over lapping (Omar, 1975).

II.4.2. Sel Satuan Konvensional

Sel satuan konvensional merupakan sel satuan yang memiliki satu titik kisi

di pusat dan titik-titik di setiap sudutnya. Volume sel satuan konvensional

merupakan kelipatan bilangan bulat dari volume sel primitif (Omar, 1975).

II.5. Sistem Kristal

Sistem kristal merupakan metode untuk menggolongkan struktur kristal

berdasarkan sel satuan. Pada sistem kristal dapat dilakukan kombinasi dengan

meletakkan titik kisi pada sudut diantara sel satuan ketujuh sistem kristal sehingga

diperoleh 14 kemungkinan titik kisi – kisi Bravais (Suryanarayana dan Norton,

1998).

Tabel 2.1. Pembagian empat belas kisi Bravais serta kondisiinterferensi yang
konstruktif (Omar, 1975 dan Laue, 1972)

Sistem Kristal Parameter Kisi Kisi Bravais Kondisi Interferensi


Konstruktif
Kubus a = b = g =90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan
a =b =c
Pusat badan (I) h + k + l = 2n
Pusat muka (F) h, k, l semua genap
atau semua ganjil
Triklinik a ¹ b ¹ g ¹ 90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan
a ¹b¹c
Monoklinik a = b =90 0 , g ¹ 90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan
a ¹b¹c
Pusat alas (A, B k + l, h + l atau h + k
atau C) = 2n
Trigonal a = b = g ¹ 90 0 Sederhana (R) ± h + k + l = 3n
(rhombohedral) a =b =c
Orthorhombik a = b = g =90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan
a ¹b¹c
Pusat alas (A, k + l, h + l atau h + k
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

B, C) = 2n
Pusat muka (F) h, k, l semua genap
atau semua ganjil
Pusat badan (I) h + k + l = 2n

Tetragonal a = b = g =90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan


a =b¹c
Pusat badan (I) h + k + l = 2n

Heksagonal a = b =90 0 , g ¹ 90 0 Sederhana (P) Tidak ada batasan


a =b¹c

II.6. Kisi Resiprokal

Kisi resiprokal adalah kisi yang memiliki arah tegak lurus dengan bidang
r r r
kisinya dan didefinisikan menggunakan vektor primitif ( a1 , a2 dan a3 ) dengan

persamaan sebagai berikut:

r r r
a 2 ´ a3
b1 = 2p r r r (2.11)
a1 · (a2 ´a3 )

r r r
a3 ´ a1
b2 = 2p r r r (2.12)
a1 · (a2 ´a3 )

r r r
a1 ´ a2
b3 = 2p r r r (2.13)
a1 · (a2 ´a3 )

sehingga diperoleh persamaan vektor kisi resiprokalnya sebagai berikut :


r r r r
K = n1b1 + n2 b2 + n3b3 (2.14)

(Omar, 1975).

II.7. Bidang Kristal dan Indeks Miller

Indeks Miller merupakan orientasi bidang pada suatu kristal yang dapat
ditentukan dengan cara menentukan perpotongan bidang dengan sumbu a1 , a 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

dan a3 . Jika perpotongan bidang dengan masing-masing sumbu adalah x, y dan z

dengan x = p a1 , y = q a 2 dan z = r a3 maka notasi indeks Miller adalah (h k l)


dengan h = 1/p, k = 1/q dan l = 1/r. Indeks Miller hkl harus merupakan bilangan
bulat dengan cara mengalikan masing – masing angka dengan nilai
persekutuannya (Omar, 1975).
Notasi jarak antar bidang kristal dengan indeks hkl adalah dhkl. Rumus

untuk menghitung dhkl tergantung pada struktur kristalnya.

Struktur kristal yang sumbu – sumbunya saling tegak lurus mempunyai

dhkl yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini.

1
d hkl = 1/ 2
(2.15)
æ 1 1 1 ö
çç 2 + 2 + 2 ÷÷
èx y z ø

n a1 na2 na3
karena x = p a1 = ; y = q a2 = ; z = r a3 = maka persamaan menjadi :
h k l

n
d hkl = 1/ 2
(2.16)
æ h2 k2 l2 ö
ç + + ÷
ç (a )2 (a )2 (a )2 ÷
è 1 2 3 ø

Dimana n adalah jarak antar bidang ke-n (Omar, 1975).

II.8. Kristal Ni dan Fe

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Struktur kristal Besi adalah
kubus pusat badan (BCC), serta memiliki Space Group I m -3 m dengan konstanta
kisi a = 2,87 Å (http: //www.webelements, 2008).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Struktur kristal Nikel adalah FCC.Nikel memiliki Space Group F m 3 m


dengan konstanta kisi a = 3,52 Å. Nikel banyak terdapat di alam serta banyak
pemanfaatannya dalam bidang industri elektronika (http://www.webelements,
2008).

II.9. Metode Rietveld

Metode Rietveld merupakan suatu metode pencocokan antara kurva secara

teoritis dengan kurva secara eksperimen sampai terdapat kesesuaian antara kedua

kurva secara keseluruhan menggunakan asas kuadrat terkecil.

Analisa metode Rietveld menghasilkan sekumpulan nilai parameter baru

yang menurut sudut pandang statistik lebih baik di bandingkan dengan parameter

kristal pada model awal. Parameter-parameter yang telah dihaluskan dengan

menghitung intensitas difraksi secara teoritis dan dibandingkan dengan data

eksperimen. Proses penghalusan dilakukan terus menerus sampai diperoleh

kesesuaian antara intensitas difraksi teoritis dengn difraksi data eksperimen

(Young, 1993).

Menurut Kisi (1994), penghalusan dihentikan jika:

1. Terdapat kesesuaian antara pola difraksi hasil eksperimen dengan pola difraksi

secara teoritis.

2. Pada penghalusan terakhir tidak memberikan perubahan yang signifikan.

3. Semua parameter yang dihaluskan memiliki arti fisis.

II.9.1. Fungsi Profil Puncak Difraksi

Ada beberapa fungsi bentuk puncak yang biasa digunakan dalam

penghalusan dengan metode Rietveld, yaitu Gaussian, Lorentzian, Pseudo-Voigt,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Voigt dan Double Exponential. Untuk profil difraksi sinar-X sering digunakan

fungsi Pseudo-Voigt (P) yang merupakan kombinasi linier fungsi Gaussian (G)

dan Lorentzian (L). Fungsi Pseudo-Voigt dituliskan dalam persamaan berikut.

P(t) = h L(t , G) + (1 - h )G (t , G) (2.17)

dengan G (t , G) =
1
[
exp - (t - G ) / 2s 2
2
] (2.18)
2p s 2

G
L(t , G) = (2.19)
é 2 æ G ö2 ù
2p êt + ç ÷ ú
ëê è 2 ø ûú

Faktor campuran ( h ) diberikan sebagai fungsi FWHM ( Full Width Half

Maximum) total ( G ), koefisien Lorentzian ( g ), dan (t ) sebagai fungsi waktu.

h = 1,36603(g / G) -0,47719(g / G) 2 +0,11116(g / G) 3 (2.20)

dengan G adalah fungsi FWHM Gaussian ( Gg ) dan g sehingga

G =5 Gg5 + 2,69269Gg4g + 2,42843Gg3g 2 + 4,47163Gg2g 3 + 0,078421Gg3g 4 + g 5

(2.21)

dan FWHM Gaussian adalah (Kisi, 1994 dan Larson, 2004).

Gg = (8ln 2)s 2 (2.22)

II.9.2. Asas Kuadrat Terkecil

Dalam semua prosedur asas kuadrat terkecil, pemodelan dianggap sudah

optimum ketika jumlah kuadrat dari selisih antara data eksperimen dan

perhitungan teoritis bernilai minimum. Untuk data difraksi serbuk fungsi tersebut

adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

M p =å wi (I io - I ic )
2
(2.23)
i

dengan Iio adalah intensitas data ekperimen ke-i, Iic adalah intensitas data teoritis

ke-i dan wi adalah bobot statistik data ke-i. Nilai parameter–parameter ini

dihaluskan dengan proses iterasi sampai diperoleh Mp minimum sehingga

diperoleh nilai parameter yang baru. Demikian seterusnya proses ini diulang

berkali–kali sehingga akhirnya Mp tidak dapat lagi diperkecil.

Kesesuaian antara model yang digunakan dengan data pengamatan

dinyatakan dengan nilai residu R yang terdiri atas profil Rp, profil berbobot

(weighted profile) Rwp, R Bragg RB dan profil yang diharapkan (expected profile)

Rexp serta parameter yang dinamakan GOF (Goodness of Fit). Nilai R tersebut

dapat dituliskan dalam notasi Wiles dan Young, sebagai berikut:

å I -I io ic
Rp = i
(2.24)
åI i
io

dan R profil berbobot, Rwp,

1
é å wi (I io - I ic )2 ù 2

ê ú
Rwp = ê i ú (2.25)
êë å
2
wi I io
i
úû

serta R Bragg (untuk intensitas refleksi keseluruhan)

å I -I ko c
RB = k
(2.26)
åI k
ko
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

R profil yang diharapkan, Rexp

Rwp Mp
Rex p = dengan χ 2 =
χ2 N obs - N var

sehingga

N obs - N var
Rex p = (2.27)
åw I 2
i io
i

dengan Nobs adalah jumlah total pengamatan pada semua histogram dan Nvar

adalah jumlah variabel dalam penghalusan kuadrat terkecil. Sedangkan GOF atau

χ 2 yang merupakan indikator keberhasilan didefinisikan sebagai (Kisi, 1994; von

Dreele dan Larson, 2004).

2
éR ù
GOF= ê wp ú (2.28)
ëê Rex p ûú

Anda mungkin juga menyukai