Anda di halaman 1dari 20

KEMALIKUSSALEHAN

Dosen Pengampu :
Syarifuddin, ST., MT.

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FARHAN: 220130208

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kuliah dengan
judul”kemalikussalehan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lhokseumawe ,27 November 2022

Muhammad farhan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1 latar belakang...............................................................................................
1.2 rumusan masalah.........................................................................................
1.3 tujuan masalah............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 sejarah keberadaan universitas malikussaleh...............................................
2.2 kerajaan samudera pasai..............................................................................
2.3 meurah silue menjadi malikussaleh.............................................................
2.4 sejarah kedatangan islam di samudera pasai................................................
2.5 lima pilar kemalikussalehan.......................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................


3.1 kesimpulan...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemalikussalehan merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap
khusus di Universitas Malikussaleh.Dikarenakan, pemberian nama
Universitas Malikussaleh diambil dari nama Sultan dari Kesultanan
Samudera Pasai,yaitu sultan Malik As-Saleh. Oleh karena itu,Universitas
Malikussaleh menambahkan Kemalikussalehan sabagai salah satu mata
kuliah tambahan,yang diharapkan para mahasiswa/inya dapat mengetahui
degan seksama latar belakang Universitas Malikussaleh. Tidak hanya Sultan
Malik As-Saleh,para penerus kepemimpinannya juga harus kita
ketahui.Maka dari itu,pada makalah ini akan dijelaskan dengan seksama
siapa saja yang masuk dalam silsilah sultan maupun sultanah yang
memimpin Kerajaan Samudera Pasai dan bagaimana cara kepemimpinan
dari setiap sultan maupun sultanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Universitas Malikussaleh?
2. Bagaimana sejarah Kerajaan Samudera Pasai?
3. Siapa sosok Meurah Silue?
4. Bagaimana proses penyebaran Agama Islam di Kerajaan Samudera
pasai?
5. Apa saja Pilar-Pilar Kemalikussalehan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui sejarah Universitas Malikussaleh.
2. Mengetahui sejarah Kerajaan Samudera Pasai.
3. Mengetahui siapa sosok Meurah Silue.
4. Mengetahui proses dari penyebaran Agama Islam di Kerajaan
Samudera Pasai.
5. Mengetahui Pilar-Pilar Kemalikussalehan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH KEBERADAAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Universitas Malikussaleh didirikan dengan mengambil nama besar


Raja Kerajaan Samudera Pasai pertama, yang dilandasi pada semangat
estafet kepemimpinan dan pembangunan yang telah diletakkannya melalui
sifat kepeloporan, kedinamisan, serta patriotismenya Sultan Malikussaleh.
Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam sejarah tercatat sebagai Kerajaan
Islam pertama di Nusantara yang menjadi cikal bakal pusat pengembangan
dan penyebaran agama Islam di kawasan Nusantara dan Asia Tenggara,
merupakan pusat Pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan ternama yang
mewariskan semangat pejuang bagi generasi penerusnya dalam
mengembangkan agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya yang telah menghasilkan Syech (Guru Besar) dan ilmuan lainnya.
Sehingga kecemerlangan pemikiran mereka pada saat itu telah memberi
dampak besar pada Era Kemakmuran dan Kejayaan (Welfare State)
“Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur" suatu Negeri Indah, Adil, dan
Makmur yang Diridhai Allah SWT.

Cikal bakal Universitas Malikussaleh bermula dari menjelmanya


Akademi Ilmu Agama jurusan Syariah yang didirikan dengan Surat
Keputusan Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Aceh Utara Nomor :
01/TH/1969 tanggal 12 Juni 1969, pada masa Bupati Drs. Tgk. Abdul
Wahab Dahlawy. Selanjutnya tanggal 15 September 1970 dengan Surat
Keputusan Bupati KDH Tingkat II Aceh Utara Nomor : 01/TH/1970
Akademi Ilmu Agama (AIA) dilengkapi pula dengan jurusan Ilmu Politik.
Dengan Akte Notaris Nomor : 15 tanggal 17 Juli 1971 dibentuk pula
Yayasan Perguruan Tinggi Islam (YPTI) sebagai badan yang bertanggung
jawab terhadap pengembangan Akademi Ilmu Agama. Kemudian dengan
Surat Keputusan Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nomor : 001/YPTI/1971
tanggal 1 Agustus 1971, Akademi Ilmu Agama diubah namanya menjadi
Perguruan Tinggi Islam dengan jurusan Akademi Syariah, jurusan Akademi
Ilmu Politik, jurusan Akademi Tarbiyah, serta jurusan Dayah
Tinggi/Pesantren Luhur. Perguruan Tinggi Islam ini mengalami perubahan
nama lagi menjadi Perguruan Tinggi Islam Malikussaleh (disingkat dengan
sebutan PERTIM), melalui Surat Keputusan Yayasan Perguruan Tinggi
Islam tanggal 24 Mei 1972. Tahun 1980 menjadi Yayasan Universitas
Malikussaleh dengan singkatan UNIMAL.

a. Penegerian Universitas Malikussaleh


Kondisi politik di Aceh yang ditandai oleh konflik berkepanjangan
telah menimbulkan dampak yang serius dan mendalam terhadap sendi-
sendi kehidupan masyarakat Aceh, berupa kehilangan harkat dan martabat,
degradasi nilai-nilai sosial yang semakin memprihatinkan dan semakin
menjauhkan dari suasana Masyarakat Madani (Civil Society). Apabila
kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tanpa upaya penyelesaian yang kongkrit
dan komprehensif, maka dapat menimbulkan ancaman terjadinya
disintegrasi bangsa.

Untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat Aceh kepada


Pemerintah Pusat yang berkesinambungan dalam suasana masyarakat
Madani, diperlukan adanya usaha untuk melahirkan sebuah Universitas
Negeri Kedua setelah Universitas Syiah Kuala yang merupakan dambaan
masyarakat Samudera Pasai khususnya dan masyarakat Aceh umumnya.
Upaya ini merupakan bagian dari proses penyelesaian konflik Aceh yang
menyeluruh sebagai suatu kebijakan strategis politik, mengingat wilayah
Samudera Pasai yang terdiri dari Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie,
Aceh Timur, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara yang sebahagian
wilayahnya merupakan daerah pusat konflik paling bergolak. serta paling
intensif menentang pemerintah pusat sebagai akibat dari ketidakadilan dan
kekeliruan kebijakan Pemerintah Pusat di masa lalu. Disamping itu, di
wilayah tersebut juga memiliki deposit sumber daya alam yang maha kaya
yang dapat diolah bagi kemakmura masyarakat.

Menteri Pendidikan Nasional dengan keputusannya Nomor :


216/P/2000 tanggal 16 November 2000 membentuk Tim Persiapan
Perubahan Status Universitas Malikussaleh Lhokseumawe dari Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), selanjutnya
disingkat Tim Persiapan. Tim Persiapan bertugas mempersiapkan
pelaksanaan pendirian Universitas Negeri Malikussaleh Lhokseumawe
secara bertahap sampai terpenuhinya seluruh persyaratan pendirian
menjadi universitas negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Akhirnya, dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, pada hari


Sabtu Tanggal 8 September 2001 di Lhokseumawe, Presiden Republik
Indonesia Megawati Soekarno Putri meresmikan Pendirian Universitas
Malikussaleh sebagai Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi
Masyarakat Aceh.

2.2 KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kesultanan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di


Nusantara yang eksis sejak abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Berdiri
tahun 1267 dan berakhir pada 1521, Samudera Pasai telah merasakan masa
kejayaan serta meninggalkan jejak melalui beberapa peninggalan.

Samudera Pasai terletak di pesisir utara Sumatera, dekat


Lhokseumawe, Aceh, tak jauh dari Selat Malaka. Menurut Hasan Muarif
Ambary melalui tulisan “Peranan Beberapa Bandar Utama di Sumatera
Abad 7-16 M dalam Jalur Sutera Melalui Lautan” terhimpun dalam
Kalpataru: Majalah Arkeologi, Selat Malaka adalah jalur perdagangan ke
Persia, Arab, India, dan Cina.
Dari kondisi lingkungan yang dekat dengan laut, maka Kerajaan
Samudera Pasai memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menjadi pusat
dagang. Banyak saudagar dari berbagai negeri, baik di wilayah Nusantara
maupun bangsa-bangsa asing, yang singgah untuk berniaga.

a. Pendiri Kerajaan Samudera Pasai


Beberapa referensi menyebut Nazimuddin al-Kamil sebagai
penggagas awal berdirinya Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M.
Dikutip dari Sejarah 8: Kerajaan Terbesar di Indonesia (2021) yang
disusun Siti Nur Aidah, Nazimuddin Al Kamil merupakan seorang
laksamana laut dari Mesir.

Tahun 1238 M, Nazimuddin al-Kamil diperintahkan oleh


Kesultanan Mamluk yang berpusat di Kairo untuk merebut pelabuhan
Kambayat di Gujarat (India) untuk dijadikan sebagai tempat pemasaran
barang-barang perdagangan dari timur.

Konon, Nazimuddin al-Kamil inilah yang kemudian mengangkat


Marah Silu (Meurah Silu) sebagai pemimpin pertama Kerajaan Samudera
Pasai di Aceh yang kemudian bergelar Sultan Malik al-Saleh atau Sultan
Malikussaleh (1267-1297 M).

b. Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai


Menurut R.S. Wick dalam Money, Markets, and Trade in Early
Southeast Asia (1992), Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan jejak
sejarah melalui penemuan beberapa makam bertuliskan nama sultan, juga
koin dengan bahan emas serta perak sebagai alat transaksi pada zamannya.

Sejalan dengan pendapat itu, terdapat beberapa bukti arkeologis


yang bisa menjelaskan keberadaan Samudera Pasai, salah satunya makam
raja-raja Pasai di Desa Geudong, Aceh Utara. Nama-nama raja yang
tercantum di makam yang dekat dengan bekas runtuhan kerajaan Islam ini
adalah Sultan Malik al-Shaleh, Sultan Malik az-Zahir, Teungku Sidi
Abdullah Tajul Nillah, Teungku Peuet Ploh, dan Ratu Al-Aqla. Masih ada
peninggalan Kerajaan Samudera Pasai lainnya seperti lonceng Cakra
Donya, stempel khas kerajaan, serta karya tulis seperti Hikayat Raja Pasai
dan buku Tasawuf Durru al-Manzum.

c. Sultan dan Sultanah yang Memimpin Kerajaan Samudera


Pasai
Berikut adalah nama-nama sultan dan sultanah yang pernah
memimpin Kerajaan Samudera Pasai.

 Sultan Malik al-Saleh/Marah Silu (1267-1297)


 Sultan Malik az-Zahir I/Muhammad I (1297-1326)
 Sultan Ahmad I (Sejak 1326)
 Sultan Al-Malik az-Zahir II (Hingga 1349)
 Sultan Zainal Abidin I (1349-1406)
 Sultanah Malikah Nahrasiyah (1406-1428)
 Sultan Zainal Abidin II (1428-1438)
 Sultan Shalahuddin (1438-1462)
 Sultan Ahmad II (1462-1464)
 Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464-1466)
 Sultan Ahmad IV (1466-1466)
 Sultan Mahmud (1466-1468)
 Sultan Zainal Abidin III (1468-1474)
 Sultan Muhammad Syah II (1474-1495)
 Sultan Al-Kamil (1495-1495)
 Sultan Adlullah (1495-1506)
 Sultan Muhammad Syah III (1506-1507)
 Sultan Abdullah (1507-1509)
 Sultan Ahmad V (1509-1514)
 Sultan Zainal Abidin IV (1514-1517)
2.3 MEURAH SILUE MENJADI SULTAN MALIKUSSALEH

Kerajaan Samudera Pasai di Aceh adalah kerajaan Islam pertama di


Indonesia. Tahukah Anda siapa pendiri Kerajaan Samudera Pasai?
Berdasarkan data sejarah yang ditilik di laman resmi milik Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Aceh, Rabu (8/6/2022), kerjaan tersebut didirikan orang
bernama Meurah Silue pada 1267 silam. Setelah menjadi raja di Samudera
Pasai, Meurah Silue dikenal sebagai Malik Al-Saleh. Ia berkuasa di
Samudera Pasai selama 29 tahun, dari 1297 hingga 1326. Meurah adalah
gelar raja-raja di aceh sebelum datangnya agama islam.Dalam bahasa Gayo
disebut Merah,seperti Merah Silue yang merupakan pendiri kerajaan
Samudera Pasai.contoh lainnya adalah putra sultan iskandar muda di gelari
dengan meurah pupok.Setelah datangnya agama Islam .setiap raja Aceh
berganti gelar menjadi sultan .
Karena Samudera Pasai diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di
Indonesia, maka Malik Al-Saleh juga diyakini sebagai orang Islam pertama
yang menjadi raja di Nusantara.. Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai
dibuktikan dengan bukti-bukti arkeologis berupa makam raja-raja Pasai di
Kampung Geudong, Aceh Utara.

Di masa jayanya, kerajaan ini menguasai seluruh wilayah Aceh.


Kerajaan islam pertama di Indonesia ini juga sempat diserang pasukan
Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.Kerajaan Samudera Pasai mengalami
kemunduran setelah ditaklukkan pasukan Kesultanan Malaka pada 1511 dan
wilayahnya kemudian jatuh ke tangan Portugal pada 1521.

Pada 1524, wilayah Kerajaan Samudra Pasai menjadi bagian dari


kedaulatan Kesultanan Aceh.Kini, Kerajaan Samudera Pasai dikenang
sebagai kerajaan islam pertama di Indonesia dan dianggap berjasa atas
persebaran ajaran agama Islam di Nusantara.
2.4 SEJARAH KEDATANGAN ISLAM DI SAMUDERA PASAI

Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang paling terkenal adalah


Samudera Pasai. Tahukah bahwa Samudera Pasai ternyata telah berdiri jauh
sebelum kesultanan Ottoman berkuasa? Samudera Pasai yang terletak di
wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah mengibarkan bendera
kekuasaannya pada 1267 M, jauh sebelum  Dinasti Usmaniyah (Ottoman) di
Turki berdiri pada 699-1341 H atau bertepatan dengan tahun 1385-1923 M.
Keberadaan Kesultanan Samudera Pasai ini diungkapkan oleh petualang
Muslim asal Maroko, Abu Abdullah Ibnu Batuthah (1304-1368 M), dalam
kitabnya yang berjudul Rihlah ila I-Masyriq (Pengembaraan ke Timur).

Ibnu Batuthah menggambarkan Samudera Pasai sebagai “Sebuah


negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.” Dalam
bukunya tersebut, Ibnu Batuthah ketika menggambarkan kekagumannya
terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat
disinggahinya selama 15 hari pada 1345 M. Dalam catatan perjalanan Ibnu
Batuthah lainnya yang berjudul Tuhfat al-Nazha, ia menuturkan, pada masa
itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di kawasan
Asia Tenggara.

Jauh sebelum Sang Pengembara Muslim itu menginjakkan kakinya di


kerajaan Muslim pertama di nusantara itu, seorang penjelajah asal Venezia
(Italia), yang bernama Marco Polo, telah mengunjungi Samudera Pasai pada
1292 M. Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin
rombongan yang membawa ratu dari Cina ke Persia. Bersama dua ribu
orang pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan di
bumi Serambi Makkah itu. Dalam kisah perjalanan berjudul Travel of
Marco Polo, pelancong dari Eropa itu juga mengagumi kemajuan yang
dicapai Kesultanan Samudera Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai terletak di pesisir pantai utara


Sumatra-kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, sekarang
ini. Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu atau yang lebih dikenal
dengan nama Sultan Malik Al-Saleh, pada sekitar tahun 1267 M. Ia adalah
keturunan dari Suku Imam Empat atau Sukee Imuem Peuet-sebutan untuk
keturunan empat maharaja (meurah) bersaudara yang berasal dari Mon
Khmer (Champa), yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di
Aceh pra-Islam.

Keempat maharaja tersebut adalah Syahir Po-He-La yang


mendirikan Kerajaan Peureulak (Perlak) di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang
mendirikan Kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir Poli
(Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie, dan Syahir Nuwi
yang mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya
adalah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika
Selatan yang berasal dari Makassar.

Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera


Pasai dan perkembangan Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga merupakan
menantu Maulana Ishak, salah seorang Sultan Pasai. Selain itu, Sunan
Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten
ternyata putra daerah Pasai. Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam
menerapkan agama Islam. Pemerintahannya bersifat teokrasi (agama) yang
berdasarkan ajaran Islam. Tak heran bila kehidupan masyarakatnya juga
begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam.

Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh, Pasai juga menjalin


persahabatan dengan penguasa negara lain, seperti Champa, India,
Tiongkok, Majapahit, dan Malaka. Menurut Marco Polo, Sultan Malik as-
Saleh sangat menghormati Kubilai Khan, penguasa Mongol di Tiongkok.
Masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh berakhir pada 696  hijriah atau
1297 masehi, yakni pada saat beliau wafat.
2.5 LIMA PILAR KEMALIKUSSALEHAN

A. Pilar-Pilar Kemalikussalehan

Pilar-Pilar KemalikussalehanDengan penuh kebanggaan, kita terus


berpikir dan bertindak untuk kemajuan Universitas Malikussaleh dan
nama besar dari Sulthan Malik As-Shaleh, baik pada level
lokal, nasional maupun internasional. Sosok Malik As-Shalih, terpatri
dengan sikap yang religius, Akademis, Transformatif, Berwawasan
Global dan Cinta Damai.

a) Religius

Sultan Malik As-Shalih adalah sosok yang religius orang


yang pernah berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara
bahkan Asia Tenggara dalam memprakarsai berdirinya suatu
kerjaan Islam. Dalam catatatnya Ibnu Batutah tiba di Sumatera di
zaman pemerintahan Sulthan Malik Al-Saleh tahun 1345
M. Mengagumi kemampuan Malik Al-Shalih berdiskusi tentang
berbagai masalah Islam dan Ilmu Fiqih. Kata dasar religius
berasal dari bahasa latin religare yang berarti menambatkan atau
mengikat. Dalam bahasa Inggris disebut dengan religi dimaknai
dengan agama. Dalam ajaran Islam hubungan itu tidak hanya
sekedar hubungan dengan Tuhan-nya akan tetapi juga meliputi
hubungan dengan manusia lainnya, masyarakat atau alam
lingkungannya . Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari
keyakinan ke Tuhanan yang ada pada diri seseorang.

1. Iman

Secara harfiah, iman berasal dari bahasa arab amana,yang


mengandung arti faith dan belief . Iman juga berarti
kepercayaan , yakin percaya kepada Allah, keteguhan hati dan
keteguhan batin. Dalam al-Qur’an telah dirumuskan begitu
juga dalam Hadis Nabi SAW, secara harfiah keimanan
diartikan sebagai kayakinan atau kepercayaan tentang adanya
Allah sebagai Maha Pencipta, Maha Pemberi rizki, Maha
Pemelihara, Maha Pelindung, Maha Perkasa dan segala sifat
agung lainnya yang tersebut dalam Asma’ul-Husna.

2. Ilmu

Dalam Islam, ilmu menempati posisi dan peran yang sangat


strategis. Sangat banyak ayat Alquran maupun Hadis yang
menegaskan keharusan umat Islam untuk menguasai
ilmu. Secara kebahasaan, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang
diartikan sebagai tanda, penunjuk, atau petunjuk agar sesuatu
atau seseorang dikenal. Kata ini digunakan dalam arti proses
pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Dalam
pandangan Alquran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain
guna menjalankan fungsi kekhalifahan .

3. Taqwa

Persoalan takwa merupakan suatu persoalan yang unik dan


menarik sepanjang masa. Takwa menjadi modal utama bagi
setiap muslim dan merupakan bekal yang paling baik untuk
menjamin kebahagiaan dan keselamatan manusia, baik dalam
menghadapi urusan dunia maupun akhirat. Memahami takwa
membutuhkan pemaknaan mendalam dan
menyeluruh. Sebab, kata takwa sendiri terulang dalam al-
Qur’an sebanyak 259 kali dengan segala derivasinya. Hal ini
tentunya menyebabkan keberagaman makna yang terkandung
di dalamnya. Selain makna sikap hati-hati, takwa juga berarti
takut, yaitu takut kepada Allah atau kepada ancaman dan siksa-
Nya. Menurut Muhammad Abduh, takut kepada Allah itu
bermakna takut kepada azab dan siksa-Nya.

b) Akademis

Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari amanah


bangsa, Universitas Malikussaleh memiliki komitmen selalu
menghasilkan lulusan yang unggul dan menghargai nilai-nilai
kearifan lokal yang bersifat multikultural. Insan unggul
berkorelasi dengan spirit akademis yaitu insan yang selalu
menciptakan hal-hal yang baru atau invensi, inovatif dan
kreatif. Gagasan ini penting untuk melahirkan lulusan Unimal
yang bermental akademik seperti yang dicontohkan oleh Sulthan
Malik AlShaleh dalam membuka cara berpikir, bertindak dan
berkeyakinan sesuai dengan keilmuan yang di miliki. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan akademik
adalah "hal ikhwal yang meliputi keilmuan". 

Pengertian akademik secara terminologi adalah keadaan


orang-orang bisa menyampaikan dan menerima
gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat
mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa budaya akademik dapat
dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik di suatu lembaga pendidikan. Ia
menegaskan bahwa tradisi akademik menyangkut banyak
hal, tetapi dalam bahasa yang relatif lebih sederhana dapat
dikatakan bahwa budaya akademik bisa dimaknai dengan dua
cara, sebagai berikut: Pertama, tradisi akademik adalah
menyangkut input-processoutput, dan semuanya bertumpu pada
makna pedagogik yang sebenarnya, baik pedagogik
tradisional, pedagogik kritis, maupun pedagogik
transformatif. Pedagogik tradisional yakni pendidikan yang
berpusat pada proses pembelajaran peserta didik.

c) Transformatif

` Samudra Pasai yang menjadi pusat tamaddun Islam di Asia


Tenggara merupakan pula kerajaan pertama, yang berikhtiar
mengaktualisasikan perintah Allah dalam al-Qur’an dengan
mempergunakan ungkapan al-sultan al-‘adil dalam mata uangnya
yang terbuat dari emas yang dinamakan dirham. Dirham yang
tertua di Kerajaan Samudra Pasai dikeluarkan semasa
pemerintahan Sultan Muhammad Malik al-Zahir . Menurut kedua
penulis ini banyak pedagangpedagang dari Pasai mengunjungi
Melaka dan memperkenalkan pula sistem penempaan mata uang
emas di Melaka .
Ungkapan al-sultan al-‘adil seperti yang disinggung di muka
berasal dari Firman Allah dalam kitab Suci al-Qur’an, surat 16
ayat 90.

Dari Ibn Batutah yang pada 1325/6 berkunjung ke Pasai


kita ketahui bahwa di sana berada dua orang kadi dari Parsi, yaitu
Syarif Amir Sayyid dari Shiraz dan Taj al-Din dari
Isfahan. Ditambahkan oleh Ibn Batutah bahwa Sultan mengikuti
mazhab Syafi’i dan sangat relijius.

Agama Islam merupakan identitas bagi masyarakat Aceh


dan dijadikan indikator yang dapat membentuk satu kesatuan
sosial dalam masyarakat. Ajaran Islam dalam kehidupan
masyarakat Aceh diserap dalam adat
istiadat, pemerintahan, hukum, sosial dan
perekonomian. Kerajaan Samudra Pasai mempunyai peranan
dalam penyebaran Islam di beberapa daerah Asia Tenggara di
antaranya pesisir utara Jawa, Malaka, Trenggano, Patani dan
Brunei . Pendidikan merupakan sebuah arena untuk mewujudkan
perubahan dalam kehidupan sosial.

Pendidikan transformatif tidak hanya bergerak pada sisi


transfer of knowledge, tapi juga aktif dalam menanamkan akhlak
alkarimah. Dalam hal ini akhlak merupakan tolok ukur keilmuan
seseorang. Inilah peran penting perguruan tinggi khususnya
Universitas Malikussaleh dalam proses pendidikan yang
diterapkan yaitu mentransformasikan para civitas Akademik
Unimal untuk mewujudkan tri darma perguruan tinggi. Serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal inilah yang berlaku pada kebesaran Sulthan Malik As-


Shaleh bagaimana mendedikasikan dirinya dalam
mentransformasi dakwah agama hingga ke Asia tenggara demi
perkembangan pengetahuan dan agama bagi masyarakat.

d) Berwawasan Global

Sultan Malikussaleh merupakan seorang raja yang terbuka


dan berwawasan global. Proses globalisasi merupakan tolok ukur
keberhasilan perekenomian suatu bangsa. Inspirasi pengetahuan
dan teknologi yang dia peroleh dari hasil interaksinya dengan
pelbagai bangsa didunia baik Asia, Afrika maupun Eropa ia
kembangkan dalam bentuk kebijakan yang menghasilkan
perubahan signifikan dalam pembangunan negara dan
kesejahteraan masyarakat.

Jiwa yang dimiliki oleh Sultan adalah jiwa kesalehan atau


keislaman merupakan kepribadian yang terpatri dalam dirinya.
Berwawasan global merupakan sebuah pra kondisi di era industri
4.0. Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut para
Sivitas Akademi unimal perlu memceburkan berbagai isu-isu
lokal, regional, nasional dan internasional .

e) Cinta Damai

Masyarakat Aceh sejak masa-masa kerajaan Islam sudah


dikenal dengan masyarakat yang agamis, fanatik dan kental
dengan nilai-nilai syari’at Islam yang cinta damai. Di samping
dari itu Aceh juga dikenal sebagai daerah yang pertama sekali
agama Islam masuk di Nusantara, sehingga daerah Aceh disebut
dengan Serambi Mekkah.

Konteks Cinta Damai bagi Civitas Akademika Unimal


senantiasa menyelesaikan pelbagai persoalan dengan
mengedepankan dialog/diplomasi untuk menciptakan hubungan
sosial yang harmonis, sejuk dan damai. Bagaimana Malik
AsSaleh membangun diplomasi dengan negara-negara eropa
seperti Portugis dan Inggris tidak diperangi, namun diajak untuk
bekerja sama.

Kedamaian dan keadilan merupakan cita-cita luhur


masyarakat Aceh, cita-cita itu telah terpatri dalam sanubari setiap
individu di Aceh. Hal itu terlihat dalam adagium lama yang
tersimpan dalam hafalan masyarakat Aceh: surot lheei langkah
meurendah diri. Mangat jituri nyang bijaksana.

Islam pada hakikatnya mengajarkan kedamaian, cinta


damai, dan selalu memberikan toleransi kepada
pemeluknya. Itulah ajaran yang dikembangkan oleh sultan
malikussaleh selama beliau menjadi Raja di tanah Samudra Pasai
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam sejarah tercatat sebagai Kerajaan


Islam pertama di Nusantara yang menjadi cikal bakal pusat pengembangan dan
penyebaran agama Islam di kawasan Nusantara dan Asia Tenggara, merupakan
pusat Pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan ternama yang mewariskan
semangat pejuang bagi generasi penerusnya dalam mengembangkan agama Islam,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang telah menghasilkan Syech
(Guru Besar) dan ilmuan lainnya.
Upaya ini merupakan bagian dari proses penyelesaian konflik Aceh yang
menyeluruh sebagai suatu kebijakan strategis politik, mengingat wilayah
Samudera Pasai yang terdiri dari Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie, Aceh
Timur, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara yang sebahagian wilayahnya
merupakan daerah pusat konflik paling bergolak.
Karena Samudera Pasai diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di
Indonesia, maka Malik Al-Saleh juga diyakini sebagai orang Islam pertama yang
menjadi raja di Nusantara.. Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai dibuktikan
dengan bukti-bukti arkeologis berupa makam raja-raja Pasai di Kampung
Geudong, Aceh Utara.
Ibnu Batuthah menggambarkan Samudera Pasai sebagai “Sebuah negeri
yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.” Dalam bukunya
tersebut, Ibnu Batuthah ketika menggambarkan kekagumannya terhadap
keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya
selama 15 hari pada 1345 M. Dalam catatan perjalanan Ibnu Batuthah lainnya
yang berjudul Tuhfat al-Nazha, ia menuturkan, pada masa itu Samudera Pasai
telah menjelma sebagai pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara.
Keempat maharaja tersebut adalah Syahir Po-He-La yang mendirikan
Kerajaan Peureulak (Perlak) di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan
Kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir Poli (Pau-Ling) yang
mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie, dan Syahir Nuwi yang mendirikan
Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian. T. Ibrahim. 2005. Kontribusi Samudera Pasai Terhadap Studi Islam Awal
di Asia Tenggara. Yogyakarta: CENINNETS Press
Zainuddin.H.M. 1961. Tarich Atjeh Nusantara. Medan: Pustaka Iskandar Muda

Internet

Marco Polo & Rustichello da Pisa, 1300. “The travel of Marcopolo”,


wikipedia.org., diunduh tanggal 27 Agustus 2020.

Pemerintah Aceh, 2018. “Kerajaan Samudera Pasai”,


http://acehdalamsejarah.blogspot.com Samudera Pasai, 2020.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/150000369/perkembanga
nkerajaan-samudera-pasai?page=all
Wikipedia, 2019. “Sultan Malikussaleh”, Ensiklopedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Malikussaleh.

Anda mungkin juga menyukai