MAKALAH Lembaga Pengambilan Keputusan Al-Washliyah
MAKALAH Lembaga Pengambilan Keputusan Al-Washliyah
Disusun Oleh :
Siti Nurul Husna (231434084)
Riska Assifah Rahmadani (231434152)
Nadia Salsabilah (231434001)
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkanrahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurah dilimpahkan kepada baginda alam Rasulullah Nabi Muhammad
SAW.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah kealwashliyahan pada Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Wasliyah, Tahun
Ajaran 2023-2024, dengan judul makalah yang ditulis yaitu "LEMBAGA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALWASLIYAH ".
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan dan menghaturkan banyak terima
kasihkepada bapak Haidir, S.Pd.I.,M.Pd.I sebagai dosen pengampu pada mata kuliah
kealwashliyahan pada Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muslim
Nusantara (UMN) Al-Wasliyah yang telah banyak memberikan arahan baik pada
perkuliahan maupun dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, dan masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna
kesempurnaan dan sebagai pertimbangan karya tulis yang akan datang. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengambilan keputusan Al-jamiyatul washliyah yang selanjutnya disebut “Al-
washliyah” adalah ormas islam yang lahir pada tanggal 30 November 1930 di Medan.
Al jamiyatul washliyah bermula dari sebuah kelompok studi yang dibentuk oleh murid-
murid MIT (Maktab Islamiyah Tapanuli) yang duduk dikelas tertinggi pada tahun 1928.
Pada perkembangan selanjutnya para anggota kelompok diskusi merasakan perlunya
wadah organisasi yang lebih besar dari sekedar kelompok diskusi. Lalu upaya ke arah
ini mulai dirintis dengan melakukan beberapa kali pertemuan. Sehingga puncaknya pada
tanggal 30 November 1930 dideklarasikanlah Organisasi Al Jamiyatul Washliyah
dengan pengurusnya Ismail Banda sebagai ketua I dan A. Rahman Syihab sebagai ketua
II. Menarik untuk dicatat bahwa berdirinya Al Jamiyatul Washliyah tidak tergantung
pada seorang tokoh sentral kharismatik sebagaimana halnya Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyah ataupun Hasyim Asy’ari dengan NU. Pendirian dan pertumbuhan awal
Al Jamiyatul Washliyah lebih merupakan hasil upaya bersama beberapa orang dengan
peran dan keistimewaannya masing-masing. Kesemuanya dipersepsi sebagai orang-
orang yang berperan sangat penting dalam pendirian dan pengembangan organisasi ini.
Perhatian utama organisasi Al-Washliyah pada masa awal perkembangannya
mencakup beberapa hal yaitu Program kerjanya, setidaknya 2 mencakup bidang: tabligh
(ceramah agama), tarbiyah (pengajaran), Pustaka/penerbitan, fatwa, penyiaran, urusan
anggota, dan tolong menolong. Lalu sebagai unit pelaksana dari program-program
tersebut Al-Jamiyatul Washliyah membentuk majelis-majelis, seperti Majelis Tabligh,
yaitu majelis yang mengurus kegiatan dakwah Islam dalam bentuk ceramah; Majelis
Tarbiyah,yaitu yang mengurus masalah pendidikan dan pengajaran; Majelis Studie
Founds,yaitu majelis yang mengurus beasiswa untuk pelajar- pelajar di luar; Majelis
Fatwa, yaitu majelis yang mengeluarkan fatwa mengenai masalah sosial yang belum
jelas status hukumnya bagi masyarakat; Majelis Hazanatul Islamiyah, yang mengurus
dan bantuan sosial untuk anak yatim piatu dan fakir miskin, dan penyiarkan Islam di
daerah Toba.
Untuk merealisasikan program-program tersebut, maka Al Jamiyatul Washliyah
mulai membuka madrasah yang pertama dengan nama Maktab Djam’iatoel Washliyah
yang terletak di daerah Petisah Medan. Selanjutnya pada tahaun 1933 telah dibuka pula
beberapa Afdeeling Alwashliyah di Medan, yaitu Afdeeling Kampung Baru tanggal 31
Juli 1933, Afdeeling Titi Kuning pada tanggal 9 Agustus 1933, dan Afdeeling Sei Kerah
pada tanggal 15 Agustus 1933. Aktivitas awal yang tanpa pamrih telah menghasilkan
karya dan monument besar yang diwariskan kepada generasi selanjutnya. Lembaga
pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi adalah bukti sejarah yang tidak
dapat dipungkiri. Kegigihan dan keikhlasan adalah modal dasar keberhasilan para
3
pendahulu untuk meaktualisasikan cita-cita mereka. Selanjutnya para penerus 3 yang
menerima estafet organisasi telah berusaha untuk meningkatkan peran organisasi di
tengah-tengah masyarakat bahkan di pentas nasional. Usaha untuk mengembangkan
dakwah, pendidikan, sosial, bahkan ekonomi termasuk agenda yang menjadi fokus
kerja. Lembaga pendidikan telah mengalami perkembangan dari sisi materi pelajaran,
dimana pada masa awal lebih terfokus kepada pendidikan agama seperti Ibtida’iyah,
Tsanawiyah, dan Aliyah. Namun pada periode generasi penerus telah dikembangkan
pada pendidikan umum. Bahkan Univa maupun beberapa Perguruan dan Sekolah Tinggi
yang muncul tidak lagi hanya berkonsentrasi pada fakultas agama, tetapi sudah
mengembangkan fakultas umum seperti yang ada di Universitas Muslim Nusantara
(Umn) Al washliyah Medan yang didirikan setelah Universitas Alwashliyah (Univa).
UMN Al Washliyah didirikan oleh PB. Al Washliyah dengan status Badan Hukum,
berdasarkan SP Menteri Kehakiman RI No. J.A. 57425, tanggal 17 Oktober 1956, Jo
Akte Notaris Adlan Yulizar, SH No. 69, tanggal 23 September 1989.UMN Al
Washliyah pada mulanya merupakan salah satu fakultas pada Universitas Al Washliyah
(UNIVA) Medan, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNIVA
Medan, berdasarkan Surat Keputusan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan No. 25/B-SWT/1952 tanggal 26 Januari 1963.Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 017/0/1981 tanggal 22
Januari 1981 FKIP UNIVA Medan menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) Al Washliyah Medan.Selanjutnya pada tahun 1983 STKIP Al
Washliyah Medan dikembangkan menjadi IKIP Al Washliyah, dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 042/0/1983, tanggal 24 September
1983; Dan pada tahun 1990 didirikan Akademi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(A-MIPA) Al Washliyah berdasarkan SK Mendikbud No. 01/11/0/1990, tanggal 11
Maret 1990.
Pada tahun 1996, sesuai dengan kebijakan Pemerintah dan atas usul PB. Al
Washliyah, IKIP Al Washliyah dan A-MIPA Al Washliyah Medan digabungkan
menjadi Universitas Muslim Nusantara (UMN) dengan SK Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:
424/DIKTI/Kep/1996, tanggal 8 Agustus 1996.Terakhir berdasarkan Akte Notaris Drs.
H. Hasbullah Hadi, SH, M.Kn Nomor: 19 tanggal 8 Februari 2002, nama Universitas
Muslim Nusantara (UMN) diubah menjadi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
(UMN Al Washliyah) dan SK Dirjend Dikti No. 181/DIKTI/Kep.2002 tanggal 15
Agustuts 2002 nama Universitas Muslim Nusantara (UMN) di Medan menjadi
Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Jenjang Kepengurusan/Kepemimpinan Organisasi Kealwashliyahan ?
2. Sebutkan dan jelaskan Aparatur/Fungsional Organisasi Kealwashliyahan?
3. Bagaimana Badan Otonom Organisasi Al-Washliyah ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Jenjang Kepengurusan/Kepemimpinan Organisasi
Kealwashliyahan.
2. Untuk mengetahui Aparatur/Fungsional Organisasi Kealwashliyahan.
3. Untuk mengetahui Badan Otonom Organisasi Al-Washliyah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dewan Pertimbangan
• Kepengurusan
1. Dewan Pertimbangan dipilih olch formatur.
2. Dewan Pertimbangan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang yang terdiri
atas:
a. Ketua
b. Wakil Ketua sebanyak 1(satu) orang
6
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris sebanyak 1 (satu) orang
e. Anggota sebanyak 11 (sebelas)orang
3. Pengurus Besar
1. Pengurus Besar adalah Pengurus Tertinggi di Organisasi Al Washliyah.
2. Pengurus Besar Al Washliyah sekurang-kurangnya 23 (dua puluh tiga) orang
yang terdiriatas
a. Ketua Umum
b. Ketua sebanyak 7 (tujuh) orang
c. Sekretaris Jenderal
d. Sekretaris sebanyak 7 (tujuh) orang
e. Bendahara Umum
f. Wakil Bendahara Umum
g. Anggota sebanyak 5 (lima) orang
7
melaksanakan muktamar, dibawah pengarahandan pengawasan dari Dewan
Fatwa dan Dewan Pertimbangan.
9. Apabila Panitia Muktamar belum terbentuk setelah masa bakti Pengurus
Besar berakhir, maka Dewan Fatwa dan Dewan Pertimbangan Al Washliyah
berwenangmengambil alih dan menjalankan tugas-tugas Pengurus Besar Al
Washliyah yang telah berakhir dan menjalankan mukhtamar paling lambat 6
(enam) bulan setelah berakhir masa bakti pengurus besar Al-Washliyah.
4. Pengurus Wilayah
1. Pengurus Wilayah Al Washliyah berkedudukan di tingkat Provinsi atau Daerah
yang setingkat dengan Provinsi.
2. Pengurus Wilayah Al Washliyah sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) orang.
Terdiri atas Ketua, 4 (empat) orang Wakil Ketua, Sekretaris, 4 (empat)
orang Wakil Sekretaris, bendahara, Wakil Bendahara dan 5 (lima)
orang anggota.
8
3. Pengurus Wilayah Al-Washliyah dipilih dalam Musyawarah Wilayah dan
dikukuhkan oleh Pengurus Besar Al-Washliyah.
5. Pengurus Daerah
1. Pengurus Daerah Al Washliyah berkedudukan ditingkat Kabupaten/Kota
2. Pengurus Daerah Al Washliyah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang,
terdiri atas Ketua, 5 (lima) orang Wakil Ketua, Sekretaris, 2 (dua) orang Wakil
Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara dan 4 (orang) anggota.
3. Pengurus Daerah Al Washliyah dipilih dalam Musyawarah Daerah dan disahkan
oleh Pengurus Wilayah.
9
• Masa Bakti dan Peralihan Pengurus Daerah
1. Pengurus Daerah Al Washliyah memimpin dan mengawasi jalannya organisasi
selama 5 (lima) tahun.
2. Pengurus Daerah Al Washliyah dipilih dalam Musyawarah Daerah dan dilakukan
oleh pengurus Wilayah Al Washliyah.
3. Tata cara pemilihan dapat dilakukan secara langsung berjenjang dan/atau melalui
formatur.
4. Tata cara pengajuan calon dan pemilihan Pengurus Daerah Al Washliyah
ditetapkan dalam Musyawarah Daerah.
5. Personalia Pengurus Daerah Al Washliyah yang berhenti atau tidak aktif atau
tidak dapat menjalankan tugas organisasi, tanpa alasan selama 6 (enam) bulan
dapat diganti berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus Daerah Al Washliyah,
setelah berkonsultasi dengan Pengurus Wilayah Al Washliyah.
6. 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa bakti, Pengurus Daerah wajib
membentuk panitia Musyawarah Daerah.
7. Apabila Panitia Musyawarah Daerah belum dapat melaksanakan Musyawarah
Daerah setelah berakhirnya masa bakti, maka Pengurus Wilayah mengambil alih
Pengurus Daerah tersebut dan memberikan perpanjangan waktu selama 3 bulan
kepada panitia Musyawarah daerah untuk melaksanakan Musyawarah Daerah,
dibawah pengarahan dan pengawasan dari pengurus wilayah al washliyah.
8. Apabila Panitia Musyawarah Daerah belum terbentuk setelah masa bakti
Pengurus Daerah berakhir, maka pengurus Wilayah Al Washliyah berwenang
menjalankan tugas-tugas Pengurus Daerah Al Washliyah yang telah berakhir dan
menyelenggarakan musyawarah daerah paling lambat 6 (enam) bulan setelah
berakhir masa bakti pengurus daerah al washliyah.
9. Dengan permintaa lebih dari 1/2 (seperdua) Pengurus Cabang yang ada dalam
satu kabupaten/kota atau yang setingkat dengannya, dapat diadakan pemilihan
pengurus daerah sebelum waktunya.
6. Pengurus Cabang
1. Pengurus Cabang Al Washliyah berkedudukan di tingkat Kecamatan.
2. Pengurus Cabang Al Washliyah sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orangterdiri
dari Ketua, 3 (tiga) orang Wakil Ketua, Sekretaris, dan Wakil Sekretaris.
Bendahara, dan 4 (empat) orang Anggota.
3. Pengurus Cabang Al Washliyah dipilih dalam Musyawarah Cabang dan
disahkan oleh Pengurus Daerah.
10
3. Tata cara pemilihan dapat dilakukan secara langsung berjenjang dan/atau melal
ui formatur.
4. Tata cara pengajuan calon dan pemilihan Pengurus Cabang Al Washliyah
ditetapkan dalam Musyawarah Cabang.
5. Personalia Pengurus Cabang Al Washliyah yang berhenti atau tidak aktif atau
tidak dapat menjalankan tugas organisasi, tanpa alasan selama 6 (enam) bulan
dapat diganti berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus Cabang Al Washliyah,
setelah berkonsultasi dengan Pengurus Daerah Al Washliyah.
6. 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa bakti. Pengurus Cabang wajib
membentuk Panitia Musyawarah Cabang.
7. 7.Apabila Panitia Musyawarah Cabang belum
dapat melaksanakan Musyawarah Cabang setelah berakhirnya masa bakti, maka
Pengurus Daerah mengambil alih Pengurus Cabang
tersebut dan memberikan perpanjangan waktu selama 3 (tiga) bulan kepada
Panitia Musyawarah Cabang untuk melaksanakan Musyawarah Cabang,
dibawah pengarahan dan pengawasan dari Pengurus Daerah Al Washliyah.
8. Apabila Panitia Musyawarah Cabang belum terbentuk setelah masa bakti
PengurusCabang berakhir, maka Pengurus Daerah Al Washliyah berwenang
menjalankan tugas-tugas Pengurus Cabang Al Washliyah yang telah
berakhirdan menyelenggarakan Musyawarah Cabang paling lambat 6 (enam)
bulansetelah berakhir masa bakti Pengurus Cabang Al Washliyah.
9. Dengan permintaan lebih dari ½ (seperdua) Pengurus Ranting yang ada dalam
satuKecamatan atau yang setingkat dengannya, dapat diadakan pemilihan Peng
urus Cabang sebelum waktunya.
7. Pengurus Ranting
1. Pengurus Ranting Al Washliyah berkedudukan di tingkat Desa/Kelurahan.
2. Pengurus Ranting Al Washliyah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orangterdiri
atas Ketua, dan Wakil Ketua, Sekretaris, dan Wakil Sekretaris. Bendahara, dan
4(empat) orang Anggota.
3. Pengurus Ranting Al Washliyah dipilih dalam Musyawarah Ranting
dandisahkan oleh Pengurus Cabang.
4. Pengurus Ranting Al Washliyah dapat didirikan setelah mendapat persetujuan
dari Pengurus Cabang. Jika di wilayah tersebut tidak ada Pengurus Cabang,
maka persetujuan yang dimaksud diberikan oleh pengurus yang di atasnya.
11
3. Tata cara pemilihan dapat dilakukan secara langsung, berjenjang dan/atau mela
lui formatur.
4. Tata cara pengajuan calon dan pemilihan Pengurus Ranting Al Washliyah
ditetapkan dalam Musyawarah Ranting.
5. Personalia Pengurus Ranting Al Washliyah yang berhenti atau tidak aktif atau
tidak dapat menjalankan tugas organisasi, tanpa alasan selama
6 (enam) bulan dapat diganti berdasarkan keputusan rapat Pengurus Ranting Al
-Washliyah, setelah berkonsultasi dengan Pengurus Cabang Al Washliyah
6. 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa bakti. Pengurus Ranting wajib
membentuk Panitia Musyawarah Ranting.
7. Apabila Panitia Musyawarah Ranting belum dapat melaksanakan Musyawarah
Ranting setelah berakhirnya masa bakti, maka Pengurus Cabang mengambil alih
Pengurus Ranting tersebut dan memberikan perpanjangan waktu selama 3 (tiga)
bulan kepada Panitia Musyawarah Ranting untuk melaksanakan Musyawarah
Ranting, dibawah pengarahan dan pengawasan dari Pengurus Cabang Al
Washliyah.
8. Apabila Panitia Musyawarah Ranting belum terbentuk setelah masa bakti
Pengurus Ranting berakhir, maka Pengurus Cabang Al Washliyah berwenang
menjalankan tugas-
tugas Pengurus Ranting Al Washliyah yang telah berakhir dan menyelenggarak
an Musyawarah Ranting paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhir masa
bakti Pengurus Ranting Al Washliyah.
9. Dengan permintaan dari lebih½ (seperdua) anggota, dapat diadakan pemilihan
Pengurus Ranting yang baru sebelum waktunya.
12
9. Majelis Pendidikan Al Washliyah berwenang mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian pengurus dan tenaga kependidikan di lingkungan
satuan pendidikan, dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan.
10. Majelis Pendidikan Pengurus Besar mengusulkan pengangkatan
dan pemberhentian pengurus dan tenaga kependidikan di lingkungan perguruan
tinggi.
11. Teknis pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada pasal 37 ayat 2 huruf f, g, dan
h di atas diatur dalam ketentuan tersendiri oleh Majelis Pendidikan Pengurus
Besar Al Washliyah.
13
a. Mengadakan usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan peningkatan taraf
hidup sosial ekonomi warga Al Washliyah dengan jalan halal.
b. Mengadakan pembinaan kewirausahaan.
c. Mengupayakan usaha-usaha kemitraan dengan pihak lain.
d. Meghimpun, mengelola, dan mendayagunakan zakat, infaq, sedekah, hibah,
dan wakaf serta sumber dana lainnya.
3. Teknik pelaksanaan sebagaimana dimaksud pasal 40 ayat 2 huruf a,b,c, dan d
diatas diatur dalam ketentuan tersendiri oleh majelis Pembinaan dan
Pengembangan Ekonomi Pengurus Besar Al Washliyah.
14
d. Badan Amil Zakat dan Infaq Al Washliyah;
e. Badan Bantuan Hukum dan HAM Alwashliyah;
f. Badan Hisab dan Rukyah Alwashliyah;
g. Badan Satuan Komunitas Pramuka Al Washliyah.
3. Dalam pembentukan lembaga otonom yang baru, Pengurus Wilayah, Pengurus
Daerah ,dan Pengurus Cabang, wajib berkoordinasi pada pengurus di atasnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Washliyah didirikan pada tahun 1930 di Sumatera Timur (sekarang SumateraUtar
a) suatu daerah yang masyarakatnya heterogen pasca dibukanya perkebunan besar-
besaran oleh pemerintah Belanda di daerah tersebut. Berdirinya organisasi inididorong
kebutuhan "Debating Club", suatu wadah diskusi yang didirikan pada tahun1928 oleh
para alumni dan murid senior Maktab Islamiyah Tapanuli. untuk dapat
merespons kondisi masyarakat secara optimal. Jenjang Kepemimpinan Organisasi
terdiri dari :
a) Dewan Fatwa
b) Dewan Pertimbangan
c) Pengurus Besar
d) Pengurus Wilayah
e) Pengurus Daerah
f) Pengurus Cabang
g) Pengurus Ranting
1) Muslimat Al Washliyah,
2) Gerakan Pemuda Al Wasliyah,
3) Angkatan Putri Al Washliyah,
4) Ikatan Putra-Putri Al Washliyah, dan
5) Himpunan Mahasiswa Al Washliyah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami mengetahui banyak hal tentang
kepemimpinan alwashliyah beserta tugas pokok dan fungsinya. Tetapi dalam
penyusunan makalah ini kami mengetahui banyak
kekurangan dan kurangnya pemahaman kami dalam pembuatan makalah, kami memo
hon saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami akan membuat makalah
yang lebih baik lagi dari sebelumnya, seperti kata pepatah tak ada Gading yang tak
retak.
16
DAFTAR PUSTAKA
17