Karakteristik Dan Syarat Profesi
Karakteristik Dan Syarat Profesi
OLEH :
KELOMPOK 3
AISYIAH RAMADHANI (19.21.001)
WINDA FARADILLAH (19.21.034)
DOSEN PENGAMPU :
NURHAYATI, S.Pd.I., M.Pd.I
2021
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Karakteristik Profesi Guru ............................................................................ 3
B. Syarat-Syarat Profesi Guru ........................................................................... 6
C. Ciri-Ciri Profesi Guru ................................................................................... 7
D. Standar Syarat Jadi Guru Profesional ........................................................... 8
E. Perkembangan Profesi Keguruan .................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
A. Simpulan ....................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang komplek, yaitu
penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh
seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara
unik dalam arti sebuah simultan dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar.
Komponen yang dimaksud yaitu: tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin
disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak kalah
pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan guru tentang diri dan misinya
sebagai pendidik.
Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka pengajar hurus
memberdayakan diri sendiri dan para siswanya. Siswa diharapkan mempunyai
kompetensi yang diajarkan. Mereka diposisikan sebagai subjek belajar, sedangkan
guru sebagai fasilitator. Jika mengajar dirumuskan sebagai upaya menyampaiakn
(transfer) bahan pelajaran kepada siswa, maka makna mengajar itu sendiri akan
terbatas hanya pada penyampaian bahan pelajaran itu saja secara sederhana sekali,
guru di satu pihak menyampaikan bahan pelajaran dan siswa di pihak lain akan
menerima secara pasif.
Biasanya proses penyampaian seperti itu akan berlangsung secara imposisi
(penuangan), guru menuangkan sejumlah informasi/pengetahuan kepada siswa,
artinya guru mendominasi kelas melalui penyampaian lisan sehingga umumnya
muncul gejala verbalistis. Pada saat kegiatan mengajar segala upaya dilakukan
dengan sengaja guna menciptakan proses belajar pada siswa dalam mencapai tujuan
yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir dari proses
pengajaran itu ialah siswa belajar. Dalam hal ini upaya apapun dapat dilakukan asal
dapat dipertanggungjawabkan mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan
1
pengajaran yang telah ditentukan, artinya siswa cenderung aktif. Pencapaian tujuan
dilakukan melalui proses pengajaran guru tampil di depan kelas untuk mengajar
secara langsung ataupun menggunakan perangkat proses pengajaran.
Sehingga pada hakekatnya mengajar itu merupakan upaya guru untuk
menciptakan kemungkinan terjadinya proses belajar pada siswa. Jadi yang paling
penting dalam mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru akan tetapi
proses siswa dalam mempelajari bahan tersebut. Peranan yang lebih terlihat dalam
kegiatan pengajaran ada pada siswa, ini tidak berarti bahwa peranan guru disishkan,
hanya diubah saja, guru bukan berperan sebagai penyampai informasi akan tetapi
hanya bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk mewujudkan
terciptanya proses belajar (teaching center).
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam pembahasan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana karakteristik profesi guru ?
2. Apa syarat-syarat profesi guru ?
3. Bagaimana ciri-ciri profesi guru ?
4. Bagaimana standar syarat jadi guru profesional ?
5. Bagaimana perkembangan profesi keguruan ?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik profesi guru.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat profesi guru.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri profesi guru.
4. Untuk mengetahui standar syarat jadi guru professional.
5. Untuk mengetahui perkembangan profesi keguruan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan proses pemagangan sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para tutor
atau seniornya.
d. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and the
occupational group as a whole
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok
(asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya
dipandang mampu untuk melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang
seyogianya dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogianya
memberikan izin dan lisensi untuk melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam
kerangka kelompok asosiasinya pada dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan
secara langsung mereka menangani praktiknya. Dalam hal menjumpai sesuatu kasus
yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat rujukan (referral) kepada
orang lain yang dipandang lebih berwenang atau membawanya ke dalam suatu panel
atau konferensi kasus (case conference).
e. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for
judgments made and acts perfomed within the scope of professional autonomy
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang tenaga praktisi
profesional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara
penuh. Apapun yang terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau
memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani
permasalahan siswanya, maka kesemuanya itu harus dipertanggungjawabkannya,
serta tidak selayaknya menudingkan atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak
lain.
f. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to
the practitioner, as the basis for the organization and performance of the social
service delegated to the occupational group
Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial
(dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja
4
pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan
kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang
akan diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan profesional tidak boleh
memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya kondisi dan situasi
menuntut atau memanggilnya, seorang profesional itu hendaknya bersedia
memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun.
g. A comprehensive self-gouvernig organization of practitioners
Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari
bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh
mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat awam di luar yang kompeten yang
bersangkutan, maka kelompok (asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi
yang seyogianya menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau
dirinya sendiri, ialah mengadakan pengendalian atas anggotanya mulai saat
penerimaannya dan memberikan sanksinya bilamana diperlukan terhadap mereka
yang melakukan pelanggaran terhadap kode etikanya.
h. A code odf ethics which has been clarified and interpreted at ambigious and
doubtful points by concrete cases
Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi dengan para
anggotanya seyogianya disertai kesadaran dan niat yang tulus baik pada organisasi
maupun pada individual anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri.
Mengingat organisasi dan sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya
sendiri maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan kewajiban dan tuntunan
moralnya baik terhadap klien maupun masyarakatnya. Atas dasar itu,adanya suatu
perangkat kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang bersangkutan,
seyogianya membimbing hati nuraninya dan mempedomani segala tingkah lakunya.1
1
Imron Fauzi, 2018, Profesi Keguruan, IAIN Jember Press, Jember. (Diakses pada 23 September
2021)
5
B. Syarat-syarat profesi
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I pada Tahun 1988 menentukan syarat-
syarat suatu pekerjaan professional sebagai berikut:
1) Atas dasar panggilan hidup yang dilakukan sepenuh waktu serta untuk jangka
waktu yang lama
2) Telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
3) Dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur, dan anggapan-anggapan dasar
yang sudah baku sebagai pedoman dalam melayani klien
4) Sebagai pengabdian kepada masyarakat, bukan mencari keuntungan financial
5) Memiliki kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif dalam melayani
klien
6) Dilakukan secara otonom yang bisa diuji oleh rekan-rekan seprofesi
7) Mempunyai kode etik yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
8) Pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan. 2
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki
keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam
terbang yang memadai Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang
dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah :
1. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
2. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
3. Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
4. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
5. Kemampuan mengorganisir dan problem solving
6. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik3
2
Tato Nuryanto, 2014, “Kompetensi Profesional Pendidik Di Tengah Kontroversi”, Jurnal Edueksos
Vol 3 No 1,Cirebon.
3
Laelasari, 2013, “Upaya Menjadi Guru Profesional”, Vol.1 No.2
6
Al-Abrasi (1974:137-140), salah seorang ahli pendidikan Islam dari Mesir,
mengemukakan beberapa syarat bagi seorang guru. Yakni:
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar semata-mata karena Allah,
b. Bersih lahir dan batin,
c. Ikhlas dalam pekerjaan,
d. Pemaaf,
e. Seorang bapak sebelum ia seorang guru,
f. Mengetahui tabi’at murid, dan
g. Menguasai mata pelajaran.4
4
Yosep Aspat Alamsyah, 2016, “Expert Teacher (Membedah syarat-syarat untuk menjadi guru ahli),
Vol.3 No.1
5
Jhon Helmi, “Kompetensi Profesionalisme Guru”, Jurnal Pendidikan.
7
C. Ciri-ciri profesi
Menurut Supriadie dan Darmawan (2012:48),ada beberapa ciri profesi, yaitu
sebagi berikut:
a. Pemangku pekerjaan atau jabatan harus dipersiapkan melalui pendidikan tertentu
(guru) serta harus menempuh pendidikan pada jenjang tertentu (menurut Carl H.
Gross, pendidikan tersebut relatif lama). Ciri ini sering kali disebut ciri
“keilmuan”.
b. Jabatan atau pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat, baik dibuktikan
melalui tingkat kualitas (profesionalitas) secara nyata, maupun melalui dukungan
secara legal (legal aspek).
c. Jabatan atau pekerjaan tersebut bersandar dan mengusung kaidah– kaidah moral
sebagai landasan etik melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yakni memiliki
“Kode Etik” dan dikontrol oleh organisasi profesi atau melalui Majelis Etik
Profesi. 6
Dalam diskusi pengembangan model pendidikan professional tenaga
kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990,
dirumuskan 10 ciri suatu profesi yaitu:
a. Memiliki fungsi dan signifikan social.
b. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.
c. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode
ilmiah.
d. Didasarkan atas disiplin ilmu yan jelas.
e. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
f. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional
g. Memiliki kode etik.
6
Dr. Anda Juanda, M.Pd, 2017, “Etika Profesi Keguruan”, Cirebon.
8
h. Kebebasan untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam
lingkungan kerjanya.
i. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi.
j. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layananprofesinya7
7
Jhon Helmi, “Kompetensi Profesionalisme Guru”, Jurnal Pendidikan.
9
adalah ilmu pendidikan, dan cabang ilmu pembantu adalah psikologi. Berbeda
dengan pekerjaan; misalnya sopir, pelayan pompa bensin, tukang ledeng dan
sebagainya, tidak memerlukan cabang ilmu pengetahuan tertentu, yang diperlukan
hanya keterampilan dan ketahanan fisik. Oleh sebab itu untuk menjadi sopir dan
pekerjaan-pekerjaan lain, yang disebutkan di atas, tidak perlu belajar di perguruan
tinggi, cukup lulus tes dan memiliki persyaratan yang ditentukan oleh majikan atau
pekerjaan itu sendiri.
c. Aplikasi ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek, yaitu aspek teori dan
aspek aplikasi. Aspek aplikasi ilmu pengetahuan adalah penerapan teori-teori ilmu
pengetahuan untuk membuat sesuatu atau memecahkan sesuatu yang diperlukan.
Profesi merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan
atau membuat sesuatu. Dalam kaitan ini profesional disyaratkan bukan hanya
menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan mempraktekkan
ilmu pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu ketika sedang mempelajari ilmu
pengetahuan calon profesional juga mempelajari cara penerapannya. Aktivitas belajar
menerapkan ilmu pengetahuan disebut internship atau praktek kerja lapangan (PKL).
Biasanya sejumlah lembaga pendidikan profesi mensyaratkan peserta didiknya untuk
melakukan internship tersebut.
10
profesional merupakan perilaku yang harus dilaksanakan oleh profesional ketika
melaksanakan profesinya.
Salah satu indikator guru professional adalah guru yang mampu beradaptasi dengan
perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain itu, guru yang
profesional dan kompeten juga harus mampu menerapkan model dan metode
pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan kebutuhan peserta didik. Penerapan
pola ini akan menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam
mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas
termasuk peserta didik yang berprestasi.9
8
Amir Sahaka, 2019, “Profesi, Profesional dan Pekerjaan”, Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah.
9
Desilawati, 2014, “Guru Profesional Di Era Global”, Vol. 20 No.77
11
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi profesional (Ana-Maria
Petrescu, 2015).10
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister
(1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih
dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki
suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Profesi pendidik merupakan profesi yang
sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi
pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik
merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan
tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan
profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa,
meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas
pendidikan baik proses maupun hasilnya.11
10
Ayu Dwi Kesuma Putri, 2017, “Pengembangan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kinerja Guru”,
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 2 No. 2
11
Mustofa, 2007, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Vol. 4 No.1
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a. Karakteristik profesi guru : A unique, definite, and essential service, An
emphasis upon intellectual technique in perfoming its service, A long period
of specialized training, A broad range of autonomy for both the individual
practitioners and the occupational group as a whole, An acceptance by the
practitioners of broad personal responsibility for judgments made and acts
perfomed within the scope of professional autonomy, An emphasis upon the
service to be rendered, rather than the economic gain to the practitioner, as the
basis for the organization and performance of the social service delegated to
the occupational group, A comprehensive self-gouvernig organization of
practitioners, A code odf ethics which has been clarified and interpreted at
ambigious and doubtful points by concrete cases
b. Syarat-syarat profesi : Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang
ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi, seorang pekerja professional,
secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-
konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya, memiliki kualifikasi akademik tertentu untuk memasuki profesi
tersebut, memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap
dan cara kerja, membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi, adanya
organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi, memberikan kesempatan untuk memajukan, spesialisasi dan
kemandirian, memandang profesi suatu karier hidup dan menjadi seorang
anggota yang permanen
c. Ciri-ciri profesi : Memiliki fungsi dan signifikan social, memiliki
keahlian/keterampilan tertentu, keahlian/keterampilan diperoleh dengan
13
menggunakan teori dan metode ilmiah, didasarkan atas disiplin ilmu yan jelas,
diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama, aplikasi
dan sosialisasi nilai-nilai professional, memiliki kode etik.
d. Standar syarat jadi guru profesioal : Pekerjaan penuh, ilmu pengetahuan,
aplikasi ilmu pengetahuan , lembaga pendidikan profesi, perilaku
professional, kode etik profesi
e. Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka
menyesuaikan kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan
pengajaran. Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan
pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan
akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi
B. Saran
Bagi pendidik perlu memahami perkembangan agama peserta didik guna
memfasilitasi peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dan berguna untuk
peserta didik terkhusus dalam keagamaan
14
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Y.A, 2016, “Expert Teacher (Membedah syarat-syarat untuk menjadi guru
ahli), Vol.3 No.1
Desilawati, 2014, “Guru Profesional Di Era Global”, Vol. 20 No.77
Fauzi, I, 2018, Profesi Keguruan, IAIN Jember Press, Jember.
Helmi, J, “Kompetensi Profesionalisme Guru”, Jurnal Pendidikan.
Juanda, A, 2017, “Etika Profesi Keguruan”, Cirebon.
Laelasari, 2013, “Upaya Menjadi Guru Profesional”, Vol.1 No.2
Mustofa, 2007, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”, Jurnal
Pendidikan Vol. 4 No.1
Nuryanto, T, 2014, “Kompetensi Profesional Pendidik Di Tengah Kontroversi”,
Jurnal Edueksos Vol 3 No 1,Cirebon.
Putri, A.D.K, 2017, “Pengembangan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kinerja
Guru”, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 2 No. 2
Sahaka, A, 2019, “Profesi, Profesional dan Pekerjaan”, Jurnal Teknologi Pendidikan
Madrasah.
15