Bab 2 (FAN)
Bab 2 (FAN)
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defek Tulang
arthroplasty semua dapat menyebabkan defek tulang. Fraktur tulang adalah salah
satu cedera yang lebih umum, dan dikaitkan dengan biaya perawatan yang melebihi
(Pivonka dan Dunstan, 2012). Bone defect merupakan masalah yang sulit bagi
dokter. Istilah bone defect bisa mengacu pada defek struktural dan regional yaitu
kehilangan tulang yang disebabkan oleh faktor eksternal atau defek sejati dan
kehilangan struktural pada tulang yang sudah ada seperti osteopenia (Wiese dan
Pape, 2010).
1. Definisi
Secara definisi, defek tulang ini dapat dibedakan menjadi defek tulang primer
dan defek tulang sekunder. Defek tulang primer dapat terjadi pada penyakit tulang
metastasis, trauma atau infeksi. Metastasis tumor dapat memiliki fitur osteoblas
atau osteolitik. Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan struktural, nutrisi,
dan metabolisme. Trauma merupakan penyebab paling umum dari defek tulang
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
diperhatikan, meliputi kualitas dari jaringan lunak yang menutupi tulang, kualitas
vaskularisasi tulang dan jaringan lunak sekitar, dan ada atau tidaknya infeksi harus
2. Etiologi
a. Fraktur Terbuka
Fraktur adalah patahnya kontinuitas struktural dari tulang. Hal ini bisa
tidak lebih dari sebuah retakan, pecahnya korteks, dan lebih sering patah tulang
komplit. Jika kulit yang berada diatasnya tetap bertahan intak, maka fraktur tersebut
akan disebut closed fracture; bila kulit atau bagian dari kavitas tubuh keluar, maka
disebut dengan open fracture (disebut juga compound fracture) yang biasa
bertanggung jawab akan infeksi dan kontaminasi seseorang (Apley dan Solomon,
2017).
trauma. Fraktur terbuka ini paling sering terjadi akibat cedera berenergi tinggi,
walau dapat terjadi juga akibat trauma kecepatan rendah ketika ujung tajam dari
fragmen fraktur menembus kulit dan jaringan lunak. Fraktur terbuka berenergi
tinggi seringkali dikaitkan dengan kondisi yang mengancam jiwa akibat poli-
trauma dan dapat menimbulkan risiko lain seperti cedera neurovaskuler, hancurnya
jaringan lunak, kontaminasi luka, dan kerusakan kulit yang membuatnya lebih
variabel hasil yang beragam diantara fraktur terbuka dengan tingkat keparahan yang
meningkatkan penelitian, dan memprediksi hasil yang ada (Kim dan Leopold,
2012). Klasifikasi seperti ini sudah digunakan untuk beberapa waktu, yaitu
b. Tumor Tulang
Tumor tulang merupakan salah satu penyebab defek tulang yang dapat
menyebabkan fraktur patologis, yaitu fraktur yang terjadi walau hanya dengan
stressor normal tetapi kondisi tulang yang lemah karena adanya tumor
dan kurang dari 1% dari semua kanker pada orang dewasa. Meskipun insidensinya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
relatif rendah, kontribusinya pada mortalitas terkait kanker cukup tinggi diantara
remaja dan dewasa muda dengan usia diantara 15-24 tahun. Pada negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, tumor primer maligna merupakan tumor urutan
ketiga dalam penyebab mortalitas yang berhubungan dengan kanker pada kelompok
usia 15-24 tahun, setelah leukemia dan tumor sistem saraf pusat. Angka mortalitas
distribusi usia spesifik dengan insidensi memuncak pada usia 10-20 tahun dan
signifikan antara pria dan wanita, dengan pria terkena 1.5 kali lebih tinggi daripada
semua kelompok usia, diikuti dengan Ewing Sarkoma pada anak-anak dan dewasa
distribusi bimodal yang memuncak pada usia anak remaja dan geriatri (Mirabello,
Troisi dan Savage, 2009). Ewing sarkoma memiliki puncak insidensi pada dekade
kedua dari kehidupan dan jarang terjadi pada usia dibawah 5 tahun atau diatas 30
tahun (Choi et al., 2014). Kondrosarkoma terjadi utamanya pada usia pubertas
dengan insidensi yang meningkat secara perlahan dengan usia (Kumar dan Gupta,
2016).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
merupakan reseksi bedah tumor primer yang pasti akan menyebabkan defek pada
tulang. Rekonstruksi tulang, dan rencana terapi adjuvan akan mengikuti subtipe dari
dengan tulang cancelous dan kortikal tetapi juga dengan ekstensi jaringan lunak
biasanya merupakan lesi low grade yang terjadi pada aspek posterior dari distal
femur, meskipun dapat terjadi pada permukaan kortikal tulang apapun sehingga
perawatan andalan yang dipilih adalah pembedahan eksisi luas. Kemoterapi juga
dapat digunakan pada pasien dengan lesi high grade. Bone defect yang dihasilkan
Giant cell tumor (GCT) merupakan 5% dari jenis tumor tulang primer
yang sering terjadi pada dekade usia tiga, empat tahun. Ini termasuk jenis
tumor benigna yang memiliki sifat agresif dan berpotensial untuk metastasis.
Sembilan puluh persen GCT terjadi di epifisis dan meluas hingga tulang
subchondral articular. Lokasi yang sering terjadi pada femur distal, tibia
proksimal, radius ulna, dan sakrum. Nyeri merupakan keluhan tipikal akibat
aktivitas. Nyeri bisa terjadi saat istirahat atau malam hari sebagai hasil dari
untuk melawan. Durasi nyeri bervariasi, umumnya tiga hingga enam bulan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Fraktur patologis dapat terjadi melalui lesi litik pada tulang panjang karena
bedah. Selain itu, kontrol lokal tanpa mengorbankan fungsi sendi melalui
2) Fibrous Dysplacia
fibroosseus dapat mengganti tulang normal yang berakibat pada frakur atau
dysplasia sekitar 1 pada 5.000 hingga 10.000 orang. Tidak ada predileksi
bergantung pada saat kapan terjadi mutasi gen GNAS1, saat fetal atau
melanosit, dan sel endokrin akan membawa mutasi dan mengekspresikan gen
akhir embironik akan menghasilkan lesi tulang multiple (polyosotik FD). Jika
mutasi terjadi pada saat kehidupan postnatal, progenis sel termutasi terbatas
abnormal beberapa gen target seperti c-fos, c-jun, IL-6. IL-6 berperan dalam
peningkatan jumlah osteoklast dan resorpsi tulang yang terlihat pada FD.
Area yang paling umum terjadi pada femur proksimal dan skull base. Klinis
nyeri. Di area kraniofasial, klinis berupa asimetri fasial, atau painless lump di
b) Ground-glass matrix
e) Rind sign
bedah seperti internal fiksasi untuk fraktur patologis atau profilaksis fiksasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
internal pada lesi yang melemahkan tulang yang menahan beban tubuh
(Boyce, 2020).
Pria lebih sering terkena penyakit ini dan mayoritas terjadi pada dua dekade
pertama dari hidup pasien. Sebagian simple bone cysts (SBCs) terjadi pada
Pada sebagian besar kasus lesi ini bersifat asimtomatis, dan lebih sering
tegas, lesi di pusat litik, lesi metaphyseal meluas keluar dan menipiskan
korteks. Batas tegas yang ada biasanya tidak melewati fisis. Bone septa
terjadi fraktur, fragmen kecil dapat terlihat didalam kavitas, dengan gambaran
klasik ‘fallen leaf sign’. MRI akan menunjukan kavitas berisi cairan
homogen. Secara histologis, lapisan pada kista akan menunjukan jaringan ikat
dengan foci of reactive bone. Setelah fraktur, akan terdapat kalus fraktur dan
maturitas tulang. Injeksi perkutan dari steroid paling baik diberikan pada lesi
yang aktif. Kuretase dan bone grafting dapat dibutuhkan pada area yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
caput femoral setelah fraktur patologis melalui lesi pada proksimal femur
serta terdiri dari ruang kistik berisi darah. Lesi ini merupakan lesi destruktif,
meskipun secara histologi merupakan lesi benigna namun lesi ini dapat
menyebabkan disabilitas yang cukup parah. Lesi ini lebih sering mengenai
anak-anak dan remaja dengan distribusi seks yang sama baik pada laki-laki
maupun pada perempuan. Lesi ini dapat mengenai tulang apa saja tetapi
paling sering terjadi pada metafisis tulang panjang, lebih khusus lagi tulang
sebagai lesi subperiosteum, lesi osteolitik yang kurang terdefinisi, serta erosi
progresif pada korteks tulang. MRI akan menunjukan gambaran tipikal kista
lesi ini terdiri dari ruang kistik yang terisi oleh darah dan dibatasi oleh septa
fibrous. Lesi ini dapat terlihat pada tumor benigna lainnya dan beberapa lesi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
maligna dimana terjadi hemoragi didalam tumor tersebut (lesi kista aneurisma
3. Bone Healing
akan terbentuk pada lokasi fraktur tersebut, yang bertindak sebagai bangunan
sementara bagi sel batang untuk berdiferensiasi menjadi jaringan fibrous, kartilago,
dan tulang. Pada fase inflamasi, beberapa faktor biologis seperti TNF-Alpha,
proteins (BMP), IL-1β, IL-6, IL-17F, dan IL-23 dirilis. Sebagai tambahan dari
faktor sitokinetik tersebut, beban mekanis seperti tekanan hidrostatik dan regangan
juga memainkan peran penting dalam penyembuhan fraktur tulang (Einhorn 2015,
Mohammad 2017).
mesenchymal stem cell (MSC), yang merupakan kontributor paling utama dari
proses pembentukan tulang (Nagel and Kelly, 2010), sebagai tambahan dari
aktivitas kondrosit, osteoblas, fibroblas, dan sel endotel. Tetapi, interaksi antara
aktivitas seluler dan mekanik tetap tidak terdefinisi (Einhorn dan Gerstenfeld,
2015).
(soft callus) melalui aktivitas sel kerangka dan endotel, yang menjembatani celah
antar fragmen tulang (Pivonka dan Dunstan, 2012; Einhorn dan Gerstenfeld, 2015).
Soft callus lalu berprogres menjadi hard callus. Terdapat dua mekanisme tipikal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
jaringan tulang langsung ketika proses anabolisme (khas pada tulang pipih seperti
kondrosit, yang lalu akan menciptakan jaringan kartilago. Hasil sintesis ini adalah
dari kondrosit. Selanjutnya, sel osteoblas akan mempenetrasi struktur jaringan ini
dan meletakkan jaringan tulang baru, tulang panjang biasanya tumbuh dan sembuh
hibridisasi histokimia, sampel sel dan jaringan diperoleh dari lokasi fracture
healing tulang dan dirawat untuk memperbaiki transkrip target pada tempatnya dan
untuk meningkatkan akses probe. Probe adalah salah satu DNA komplementer yang
menghibridisasi ke sekuens target pada suhu yang tinggi, dan kemudian probe yang
kasus probe RNA berlebih yang tidak terhibridisasi). Parameter larutan seperti
imunohistokimia. Hibridisasi in situ juga dapat menggunakan dua atau lebih probe,
mendeteksi dua atau lebih transkrip. Sebagai contoh, teknik hibridisasi in situ telah
transkripsional dan translasional yang terlibat dalam diferensiasi sel, proliferasi sel,
dan perkembangan kerangka akan sangat berguna (Oryan, Monazzah dan Bigham-
Sadegh, 2015).
Pada fase awal setelah cedera tulang, terjadi peningkatan regulasi gen yang
terkait dengan siklus sel (pembelahan sel) dan pensinyalan sel-ke-sel (komunikasi
sel). Ada ekspresi puncak IL-1 dan IL-6 1 hari setelah patah tulang, diikuti dengan
penurunan cepat ke tingkat yang hampir tidak terdeteksi pada hari ke 3. Selain itu,
ekspresi IGF-1 dan IGF-2, PDGF, reseptor FGF, fibronektin, MMPs, glypican,
meningkat sampai sintesis osteoid imatur oleh progenitor osteoblas dapat dideteksi
dan kelangsungan hidup sel meningkat; sedangkan yang secara fungsional terkait
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
modulasi sementara dari waktu ke waktu. Mereka bekerja pada reseptor membran
serin / treonin kinase pada sel target. Interaksi reseptor ligan ini mengaktifkan jalur
selektif gen oleh BMP-2, TGF-β, dan aktivin-A mengontrol dan mengatur
diferensiasi sel prekursor mesenkim menjadi sel osteoblas. Ini terjadi pada
dan diferensiasi sel mesenkim dan osteoprogenitor serta angiogenesis. BMPs juga
mengontrol sintesis ECM. BMP-2 memiliki peran penting dalam perekrutan ini dan
penting untuk perbaikan tulang, tetapi BMP lain seperti BMP-7 juga dapat
memainkan peran yang lebih penting dalam perekrutan sel-sel progenitor (Marsell
Keberhasilan penyembuhan jaringan tidak lepas dari trias sel, skafold dan
factor pertumbuhan (Utomo, 2016) :
Cells
untuk memantau perubahan ekspresi gen dan protein. Memahami setiap peristiwa
dalam kalus yang sedang berkembang diatur oleh FGF, vascular endothelial growth
Studi terbaru juga telah menunjukkan peran penting hypoxia inducible factor-1a
(HIF-1a) dalam perbaikan tulang dan peran induksi untuk aktivitas VEGF dalam
punca mesenkimal oleh HIF-1. Trombosit yang telah diaktivasi oleh trombin dan
kolagen subendotel melepaskan PDGF dan TGF-β, yang berperan dalam inisiasi
Pada bagian berikut ini kami akan mendeskripsikan secara rinci proses
d. Fase Inflamasi
patah tulang. Setelah fraktur, arsitektur tulang dan suplai vaskular terganggu. Hal
suplai nutrisi, dan pelepasan faktor bioaktif di lokasi cedera. Sel inflamasi itu
sendiri, bersama dengan sitokin dan matriks ekstraseluler yang mereka hasilkan,
Dalam beberapa menit pertama fraktur, bekuan darah kaya fibrin terbentuk
untuk mencapai hemostasis. Peran fibrin-rich clot ini selama penyembuhan patah
tulang telah diteliti pada tikus yang tidak memiliki enzim plasminogen. Meskipun
menghasilkan osifikasi ektopik dan penyembuhan yang buruk (Yuasa et al., 2015).
(Claes, Recknagel dan Ignatius, 2012). Sebagai salah satu contoh, C-C Motif
merangsang kemotaksis monosit dalam respon inflamasi (Chu et al., 2014). CCL2
diekspresikan dari hari 1– 3 di situs fraktur. Ketika mengalami fraktur, tikus Ccl2-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
tertunda dan penurunan volume kalus sebagai akibat dari infiltrasi sel mesenkim
yang berkurang dan gangguan vaskularisasi (Xing et al., 2010; Ishikawa et al.,
2014).
ke situs cedera dari sumber lokal terdekat. Sementara, kontribusi sel-sel inflamasi
yang berasal dari sirkulasi versus yang berasal secara lokal tidak sepenuhnya
penyembuhan patah tulang. Salah satu peran sel inflamasi, terutama neutrofil dan
makrofag, adalah debridemen jaringan yang cedera dan rusak. Sel inflamasi juga
negatif. Beberapa sitokin ini terdeteksi di lokasi fraktur dalam 24 jam pertama pasca
cedera dan penting untuk perluasan respons inflamasi dengan bekerja pada sel di
2019).
penipisan makrofag selama fase awal perbaikan fraktur telah terbukti mengurangi
Sementara fase inflamasi dari penyembuhan patah tulang dimulai pada tahap
awal perbaikan, bukti terkini menunjukkan bahwa sel-sel inflamasi juga hadir
sepanjang fase selanjutnya dari fracture healing dan tampak mengalami perubahan
kontinum status pro hingga anti inflamasi. Dalam beberapa hari pertama pasca
dengan respons imun bawaan terhadap patogen bakteri dan cedera jaringan melalui
terikat pada reseptor keluarga-TLR pada CAMs akan meningkatkan sitokin pro-
inflamatori seperti TNF-alfa, IL1, dan IL 6 melalui jalur NFkB (Lu et al., 2017).
Setelah makrofag melakukan debridasi pada luka dan tidak lagi diaktifkan
secara klasik, mereka berubah dalam suatu kondisi anti inflamasi. Anti-
alternatif (AAM), dihasilkan melalui pensinyalan IL4 dan IL13. Berbeda dengan
beta, IL10 dan arginase, serta protein anti-inflamasi yang disekresikan lainnya,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
dikaitkan dengan perbaikan jaringan setelah serangan infeksi dan traumatis (Daley
e. Fase Fibrovaskuler
Selama trauma fraktur awal, suplai pembuluh darah periosteal, kortikal, dan
diperlukan untuk perfusi kalus dengan oksigen, nutrisi, sel inflamasi dan sel
(EPC) di dalam kalus. Sel endotel pembentuk pembuluh darah kalus dapat
berkembang dari berbagai sumber, antara lain pembuluh periosteum dan pembuluh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
darah intrameduler yang ada (Yuasa et al., 2014); sirkulasi EPC yang meningkat
selama perbaikan patah tulang; atau sumsum tulang. EPC yang bersirkulasi tidak
hanya meningkat pada model hewan pengerat, tetapi juga meningkat secara
signifikan pada pasien manusia pada hari ketiga pasca-patah (Ma et al., 2012).
dan vaskulogenesis yang khas, diproduksi oleh berbagai sel dalam kalus fraktur,
termasuk sel inflamasi dan mesenkim, tetapi juga osteoblas dan kondrosit
VEGF adalah gen target downstream klasik dari faktor yang diinduksi
al., 2009)dan kondisi lain termasuk ketika kadar laktat meningkat, seperti setelah
patah tulang (Lu et al., 2013). Induksi puncak produksi protein HIF1-alpha dan
VEGF pada hari ke 10 pasca patah tulang pada mencit, selama periode osifikasi
yang lebih baik. Di sisi lain, tikus HIF1-alpha-null, dan tikus dengan HIF1-alpha
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Salah satu aspek yang menarik dari pensinyalan VEGF adalah bahwa selama
selama pengembangan dan perbaikan. MMPs-2, -9, dan -13 diekspresikan dengan
al., 2019).
angiogenesis pada kalus fraktur (Taylor et al., 2009; Miedel et al., 2013),
perbaikan patah tulang yang tertunda atau tidak memadai. Secara klinis, angka non-
union dan malunion meningkat 10-20% dari angka dasar pada populasi fraktur
normal, menjadi 46% ketika terdapat kerusakan pada pembuluh darah. Berbagai
penyembuhan patah tulang secara signifikan berubah karena apoptosis masif dari
tulang baru. Beberapa efek negatif dari fraktur tulang iskemik dapat dikurangi
peningkatan volume kalus dan kandungan tulang rawan. Tikus juga cenderung
Penyakit penyerta seperti penuaan, diabetes, dan merokok juga terkait dengan
penyembuhan patah tulang yang tertunda, kemungkinan hal ini didasari oleh adanya
defek vaskular yang menyertainya. Tikus usia tua dan dewasa menunjukkan
terhambat, dan ekspresi VEGF dan MMP9 yang berkurang relatif terhadap fraktur
pada tikus usia remaja. Dalam model diabetes mellitus tipe II yang diinduksi oleh
populasi yang telah diidentifikasi yang dapat digunakan untuk membedakan lineage
potential dan lineage function. Nestin, serat filamen intermediet, telah digunakan
untuk membedakan antara populasi MSC yang berasal dari mesodermal atau neural
crest. MSC dengan nestin negatif berkontribusi pada skeletogenesis pada janin
sedangkan sel nestin-positif mengambil peran ini di kemudian hari (Isern et al.,
2014).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
molekuler oleh sitokin yang dilepaskan di lokasi fraktur, khususnya CXCL12, juga
periosteum yang terluka dan mendorong mobilisasi dan pemindahan MSC melalui
CXCR4 (Ishikawa et al., 2014). Gangguan parsial SDF1 / CXCR4 pada allograft
model perbaikan graft tulang hidup, baik sekuestrasi antibodi SDF1 dan
2014). SDF1 berada di bawah regulasi transkripsi oleh HIF1-alpha sebagai respons
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
pada tikus, SDF1 meningkatkan pembentukan kalus serta induksi ekspresi VEGF
dan Runx2 yang dalam jaringan lunak kalus, yang mengindikasikan peningkatan
angiogenesis dan osteogenesis (Li, Gao and Wang, 2011). Baru-baru ini, implantasi
pembentukan tulang baru yang relatif terhadap implantasi BM-MSC saja. Perlu
dicatat bahwa homing pathway SDF1 / CXCR4 juga diperlukan untuk perekrutan
penurunan pembentukan kalus sebagai akibat dari perekrutan EPC yang terhambat,
penurunan aliran darah di lokasi fraktur, dan penurunan ekspresi VEGF dan CD31
(penanda sel endotel) dalam kalus satu minggu pasca fraktur. SDF-1 eksogen tidak
CXCR4 dalam perekrutan EPC yang merangsang SDF-1 (Kawakami et al., 2015).
jumlah dan aktivasi MSC. Tikus dengan Notch signaling terganggu melalui
2013). Tikus dengan gangguan lengkap pada canonical notch signaling oleh
gangguan yang dimediasi Prx1-Cre dari faktor transkripsi Notch CSL memiliki
oleh Sox9. Sox9 diperlukan untuk kondrogenesis dan studi gangguan genetik
tulang. Sebaliknya, dalam osteoblas, regulasi turun Sox9 dalam sel-sel potensial-
seluruh osteoblas dalam embrio tikus. Namun, gangguan Runx2 pada kondrosit
bersifat letal pada embrio dan menghambat osifikasi endokondral (Chen et al.,
2014). Sementara Runx2 secara tradisional disebut sebagai “master regulator” dari
dari Osterix juga dikaitkan dengan kurangnya osteoblas, namun, ekspresi Osterix
hilir. Sox9 juga secara aktif menekan potensi osteogenik dengan menekan Runx2,
sebagai peralihan molekuler antara kartilago dan bone fate dalam sel-sel progenitor
diragukan lagi merupakan variabel penting yang mengatur keputusan nasib sel
mengarah pada regulasi intrinsik sel yang sangat spesifik dari kondrogenesis dan
langsung melalui formasi intramembran. Secara khusus, strain yang lebih kecil dari
intramembran. Regangan geser oktahedral yang lebih tinggi dan regangan utama
Sinyal lingkungan lain yang diduga dapat mengatur keputusan nasib MSC
adalah tegangan oksigen. Hubungan antara tekanan oksigen dan diferensiasi MSC
in vitro telah diselidiki secara ekstensif, dan banyak bukti yang menunjukkan
oksigen dan perubahan sel MSC ini telah dimodelkan secara komputasi dan
2013). Namun, penelitian lain telah menunjukkan bahwa penurunan kadar oksigen
Growth factor yang disekresi juga memiliki efek langsung pada diferensiasi
MSC. BMP adalah molekul osteogenik klasik yang terkait dengan formasi
tulang. BMPs in vitro secara langsung merangsang diferensiasi osteoblas MSC dan
tulang kanonik yang dicirikan oleh aktivitas faktor transkripsi Runx2 dan Sp7
(Osterix) yang merupakan target langsung dan hilir dari pensinyalan BMP (Luo et
al., 2011). In vivo, setelah trauma, sel periosteal mengekspresikan BMP2 dan
BMP4 dan seiring waktu mereka berproliferasi sebagai respons terhadap BMP5 dan
BMP6 (Marsell dan Einhorn, 2009). Khususnya, BMP juga penting dalam
melalui BMP2 juga tidak ada selama tahap intermediate dari perbaikan
(Yu et al., 2010). Pada hari ke 10 pasca cedera, protein BMP (2, 4–8), antagonis
BMP ekstraseluler (BMP3 dan noggin), reseptor BMP (1A, 1B, dan II), dan efektor
dalam tulang baru fraktur. Penambahan dari recombinant human BMP2 (rhBMP2)
kartilago dan volume total, tetapi tidak ada peningkatan dalam pembentukan tulang
mengatur penentuan nasib MSC dalam penyembuhan tulang adalah keluarga Wnt
tulang. Sementara peran perkembangan dari Wnt kanonik telah dibuktikan, sedikit
yang diketahui tentang perannya selama penyembuhan patah tulang. Studi fraktur
kemungkinan besar sebagai akibat dari fungsi osteoblas yang terganggu karena
mineral tidak berubah (Heilmann et al., 2013). Sebaliknya, tikus yang kekurangan
tulang kortikal tunggal yang stabil dari middiafiseal femur lebih kuat daripada tikus
tipe liar (McGee-Lawrence et al., 2013). Ini sebagian besar disebabkan oleh
peningkatan jumlah osteoblas dan permukaan tulang 7-14 hari pasca-cedera. Lebih
penting lagi, manfaat terapeutik untuk penyembuhan patah tulang telah ditunjukkan
monoklonal ke Wnt inhibitor DKK (Komatsu et al., 2010; Jin et al., 2015).
g. Intramembran Ossification
tulang pada fraktur yang kurang stabil. Sel progenitor periosteal tampaknya
tulang yang berdekatan dengan fraktur; sementara sel-sel progenitor periosteal yang
tulang intramembran dari sel induk endosteal ini bertanggung jawab untuk
h. Endocondral Ossification
dengan respons pro-inflamasi dan terjadi pada rangka fibrin yang dihasilkan
sebagai bagian dari hematoma. Kondrogenesis terjadi terutama pada fraktur dengan
sel induk periosteal menjadi sumber utama dari kondrosit. Mengikuti spesifikasi
2011; Leung et al., 2011; Dy et al., 2012). SOX9, bersama dengan kofaktor
transkripsi SOX5 dan SOX6, mengatur ekspresi kolagen II dan aggrecan. Ini adalah
membentuk 90% dari dry weight jaringan, memberikan tulang rawan dengan sifat
biofisik yang khas. Kalus kartilago padat ini menjembatani celah fraktur dan
membantu menstabilkan defek. Pada tahap ini jaringan tulang rawan menjadi
yang sangat teratur dari keadaan proliferatif hingga keadaan hipertrofik (Hu et al.,
volume sel yang dramatis. Kondrosit hipertrofik di growth plate bertambah besar
ekspresi kolagen tipe X. Sementara fungsi pasti dari kolagen X tidak jelas, hal ini
secara unik diekspresikan oleh kondrosit hipertrofik dan deposisi matriks diyakini
invasi vaskular ke dalam kalus kartilago dengan mensintesis VEGF, PDGF (platelet
derived growth factor), dan PlGF (placental growth factor). Berdekatan dengan
kalsifikasi ini memberikan kekakuan tambahan pada fraktur (Hu et al., 2017).
kemungkinan memainkan peran kunci dalam proses ini. BMP diekspresikan oleh
menunjukkan bahwa ada efek otonom sel dan parakrin dari pensinyalan BMP yang
paratiroid, vitamin D, dan insulin like growth factor yang berperan dalam
BMP saja dari sel endotel vaskular yang mendorong kalsifikasi kartilago, atau
apakah ada faktor tambahan yang disekresikan juga dapat berkontribusi pada proses
pembuluh darah (Hu et al., 2017). Ketika matriks tulang rawan hilang dan matriks
diubah menjadi karakteristik morfologi dari osteosit dengan ekstensi seluler yang
pertanyaan yang belum terjawab, tetapi pembelahan sel reduktif dari kondrosit
Nasib akhir dari kondrosit hipertrofik pada saat pembentukan tulang baru-
baru ini telah didefinisikan ulang baik di lempeng pertumbuhan dan kalus
model ini, tulang baru dibentuk oleh osteoprogenitor atau pra-osteoblas yang
menyerang matriks kartilago aseluler bersama dengan pembuluh darah (Maes et al.,
khusus kondrosit dan dapat diatur secara temporal telah dengan jelas menunjukkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
al., 2014; Yang et al., 2014; Zhou et al., 2014; Hu et al., 2017).
beberapa kemungkinan telah diajukan. Osteosit bisa saja menjadi nasib terminal
menjadi osteoblas (Bahney et al., 2014; Hu et al., 2017). Mekanisme lain yang
di mana salah satu selnya menjadi sel osteoblas / osteosit sementara yang lainnya
mengalami apoptosis. Jalur yang disarankan ini tidak saling eksklusif. Misalnya,
kromatin yang diperlukan untuk ekspresi gen osteoblas. Secara signifikan lebih
Bone graft adalah sebuah prosedur bedah yang menggantikan tulang yang
hilang dengan bahan dari tubuh pasien sendiri, bahan artifisial, sintetis, atau bahan
alami (Kumar, Vinitha dan Fathima, 2013). Prosedur bone graft (BGs) merupakan
dengan ukuran pori adekuat harus memungkinkan terjadi difusi diseluruh bone
graft untuk sel-sel tulang, nutrisi, dan pertukaran produk metabolisme. Ukuran
minimal pori sekitar 100 µm, tetapi lebih direkomendasikan dengan ukuran >300
tulang. Ketiga, elastisitas dan kekuatan kompresi mekanik yang adekuat untuk
a) Autograft
dimana tulang diambil dan ditransplantasikan dari satu sisi anatomis ke sisi
lainnya di pasien yang sama. Prosedur ini memiliki risiko rejeksi imunologis
kuat (Nandi et al., 2010). Keterbatsan prosedur ini berupa nyeri pada sisi
donor, kehilangan darah, waktu operasi bedah yang lama, dan potensi terjadi
infeksi pada sisi donor (Roberts and Rosenbaum, 2012). Bentuk autograft
• Cancellous autograft
Cancellous bone graft dapat diambil dari iliac crest, posterior superior
iliac spine, femur, proximal tibia, distal radius, dan olecranon. Tulang
cancellous atau spongy bone dapat mengisi defek osseus, tetapi tidak
dari osteoblas dan osteosit yang tinggi konsentrasinya, MSCs, BMPs, growth
local yang mengandung sel inflamasi, mitogen kemotaktik, dan tensi oksigen
terbentuk jaringan granulasi fibrous dalam 48 jam pasca cedera. Selain itu,
• Cortical autograft
lokasi di ambil dari iliac crest dan radius distal, sedangkan untuk non-
vascularized graft dari fibula, iliac crest, distal radius, dan ribs. Cortical
dan growth factors. Bone marrow aspirate dapat diaspirasi dari ilium
posterior pada volume hampir 150 ml (Baldwin et al., 2019). Studi oleh
b) Allograft
dari satu individu dan ditransplantasikan pada individu yang berbeda secara
morbiditas dari sisi donor, dan ready to use (Baldwin et al., 2019) Prosedur
ini memiliki risiko imunoreaksi, transmisi infeksi, dan tingkat kegagalan yang
osteoblas.
revisi bedah rekonstruksi traumatik. Lokasi yang diambil dari pelvis, ribs,
c) Xenograft
respon imun jaringan host post transplantasi, kekurangan sel yang viabel, dan
Xenograft bovine sering digunakan dan telah dibuktikan pada aplikasi cranio-
a) Osteokonduktif
attachment sel dan terdiri dari material osteokonduktif seperti bone protein
b) Osteoinduktif
PDGF, interleukin, FGF, GMCSF, dan VEGF. Mayoritas proses ini terjadi
c) Osteoprogenitor
jalur cAMP secara sinergik. Gen RUNX2 diregulasi oleh FGF-2. Sehingga
Tabel 3. Rekomendasi substitusi bone graft pada aplikasi klinis (Roberts and
Rosenbaum, 2012)
pada membran fibrin tunggal, berisi semua konstituen darah untuk proses healing
dan imunitas (Singh, Kohli and Gupta, 2012). Plasma rich fibrin adalah generasi
kedua fibrin-based biomaterial alami yang terbuat dari darah bebas antikoagulan
(thrombin) tanpa modifikasi biokimia, sehingga mencapai fibrin yang kaya platelet
dan growth factor (GF). Membran PRF berperan sebagai penghubung biologis
graft (Kumar et al., 2016). Kandungan fibrin, platelet, leukosit, GF, dan sitokin
dalam PRF menjadi biomaterial potensial dalam regenerasi tulang dan jaringan
lunak (Rosamma Joseph, Sam and Vijay Amol, 2014). Platelet Rich Fibrin dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
melindungi GF dari proteolisis, sehingga GF dapat bekerja secara relatif lebih lama
dan menstimulasi regenerasi tulang secara efektif. Pelepasan TGF-β1 dan PDGF-
(He et al., 2009). TGF-β1 dan PDGF-AB merupakan GF tebanyak yang mendorong
penyembuhan jaringan lunak dan tulang melalui stimulasi produksi kolagen untuk
memperbaiki kekuatan luka dan menginisiasi pembentukan kalus. Selain itu, TGF-
β dan PDGF menyebabkan kemotaksis sel prekusor osteoblast menuju sisi dimana
regenerasi tulang dibutuhkan, dan proses kemotaksis ini diikuti dengan proliferasi
epithelial sebagai proses healing dan maturasi jaringan lunak. Kekakuan matriks
terhadap stimulasi fibroblast growth factor (FGF) dan vascular endothelial growth
Reseptor ini menyebabkan adhesi neutrophil menuju endothelium, hal ini sebagai
peran fibrin dalam kontrol imunitas (Singh, Kohli and Gupta, 2012).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Persiapan yang diperlukan untuk pembuatan PRF adalah: darah vena pasien
diambil sebelum operasi, disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit tanpa anti-
lapisan atas berupa plasma aseluler, lapisan tengah berupa fibrin clot, dan lapisan
bawah berupa sel darah merah. PRF dihasilkan dengan membuang lapisan atas,
mengumpulkan lapisan tengah hingga 2mm dibawah garis pembagi lapisan bawah.
Hal ini menghasilkan sekitar 97% platelet dan 50% leukosit dari volume darah awal
Keuntungan PRF:
Kelemahan PRF:
1. Definisi
studi orisinal disebut dengan literature review. Artikel jenis ini bersifat naratif dan
tidak dibuat secara sistematis, dalam arti penelusuran dan pemilihan aritikel yang
akan digabung tidak dilakukan dengan kriteria yang telah ditetapkan, kurang
melakukan telaah kritis dan evaluasi sistematis kepada kualitas artikel sehingga
dapat menyimpulkan bias akibat dari overview. Maka penulis hanya memilih artikel
yang mendukung pendapatnya saja dan tidak memilih sumber alain yang
bertentangan.
formal, sedangan analisis statistika yang dilakukan secara formal disebut dengan
atau lebih hasil dari penelitian yang dapat digabungkan, sehingga didapatkan data
2. Tujuan
3. Alur
penelitian yang relevan dan akan disertakan dalam meta-analisis. Secara ringkas,
a. Identifikasi Sudi
kunci yang sudah ditetapkan pada database yang akan digunakan seperti PubMad,
google scholar, repository dll. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah dan jenis
pustaka yang didapatkan. Oleh karena itu, spesifikasi database stategi pencarian,
periode waktu, dan kata kunci (search terms) yang digunakan harus sesuai dengan
b. Seleksi Studi
Artikel yang telah terkumpul diteliti satu persatu. Tahap tertama dalam
seleksi studi adalah memastikan bahwa semua artikel telah sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan. Penyaringan (scrinning) dapat dilakukan dengan cara
review terhadap judul artikel tersebut. Selanjutnya, artikel dengan judul yang
abstraknya dan berpotensi relevan, akan di review dalam bentuk full text. Setelah
melakukan review maka akan tersisa beberapa artikel yang akan masuk kedalam
c. Abstraksi Data
Setelah melakukan seleksi studi, semua penelitian yang sudah relevan akan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
yang diambil setiap penelitian akan dikelompokkna kedalam tabel dengan format
nama peneliti, lokasi studi, waktu peneliti, jumlah sampel, jumlah kasus, desain
studi, faktor resiko, cara pengukuran factor resiko, outcome dan komentar.
d. Analisis Data
kualitas yang berbeda tidak dapat diperlakukan sama, penelitian dengan jumlah
yang banyak dan kualitas lebih baik maka akan mendapatkan bobot yang lebih
besar. Selain itu, penelitian dengan outcome berupa data nominal dikotom, maka
penggabungan hasil dinyatakan dalam bentik odds, insiden, odd rasio atau resiko
relatif.
analisis dalam menghitung efek gabungan. Fixed efeect model digunakan untuk
antar peneliti homogen (nilai p heterogenitas >0,05 atau I² kecil) dan random effect
model digunakan untuk antar peneliti heterogen (nilai p heterogenitas <0.05 atau I²
besar). Selanjutnya, analisis data dilakukan mendapatkan nilai pooled relative risk
forest plot.
a. Kelebihan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
b. Keterbatasan
(Ningrea, 2016)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
5. Kerangka Teori
Bone defect
Hypoxic
environtment
Hematom
• Kaskade Komplemen
Kerusakan Endotel
• Agregasi Platelet
Pembuluh darah
• Melepas isi granul α
Inflamation
• Macrophage, eosinophils,
neutrophils • PDGF, VEGF, FGF,
TFG-β
• TNF-α, IL-1 β, IL-6 PRF
• Sinyal kemotaktik
• FGF, PDGF, TGF- β
• C-C motif chemokine
ligand 2
• Proliferation of MSC
• Lokal osteoprogenitor
cell
Vascular remodelling • Fibroblast recruitment
(angiogenesis and
Proliferation vasculogenesis) (VEGF,
MMP9)
Alkaline Phosphatase
Osteocalcin
• VEGF
• PDGF
• FGF
Formation of connective
• TFG-β
tissue and callus
Remodelling
6. Kerangka Konsep
Bone Defect
Inflamasi
Proliferasi
PRF
Diferensiasi
MSC
VEGF
PDGF
TGF-β
FGF
Osteoblas
Remodelling
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Hasil yang diharapkan
7. Hipotesis
58