Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

FAMILY NURSING WITH CHILDBEARING FAMILIES

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampu : Ns. Panca Umar Saputra, S. Kep., M.Sc

IMRO’ATUL LATHIFATUS SHAFIYAH


M20010018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘’Family Nursing with
Childbearing Families’’.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga program studi S1 Keperawatan di STIKes Madani
Yogyakarta. Adapun isi makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan
referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan tugas.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Bantul, 25 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
A. Definisi Keluarga Childbearing ................................................................. 7
B. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Childbearing ........................... 7
C. Berpanduan Teori, Bukti Keperawatan Anak Berbasis ........................ 8
a. Teori Sistem Keluarga ........................................................................... 8
b. Perkembangan Keluarga dan Teori Siklus Hidup .............................. 9
D. Transisi Keluarga ..................................................................................... 18
E. Stressor Keluarga yang Memiliki Anak................................................. 19
1. Infertilitas .............................................................................................. 19
2. Adopsi .................................................................................................... 21
3. Kehilangan Perinatal ........................................................................... 23
F. Ancaman Terhadap Kesehatan Selama Masa Subur ........................... 25
G. Keperawatan Keluarga pada Keluarga Pasca Persalinan ................... 27
H. Masalah-Masalah yang Sering Muncul Pada Keluarga dengan Anak
Pertama ..................................................................................................... 30
I. Fungsi Perawat dalam Tahap Perkembangan Keluarga Childbearing
30
J. Fokus Utama Asuhan Keperawatan Keluarga Childbearing .............. 31
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 32
A. Kesimpulan ............................................................................................... 32
B. Saran ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah
keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi
klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Keluarga
berperan dalam menentukan cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh
anggota yang membutuhkan.

Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat


sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat
memperoleh 2 sisi penting yaitu memenuhi kebutuhan perawatan pada
individu yang menjadi anggota keluarga dan memenuhi perawatan keluarga
yang menjadi bagian dari masyarakat. Untuk itu dalam memberikan asuhan
keperawatan perawat perlu juga memperhatikan hal-hal penting antar lain
nilai-nilai dan budaya yang di anut oleh keluarga sehingga keluarga dapat
menerima dan bekerja sama dangan petugas kesehatan dalam hal ini adalah
perawat dalam mencapai tujuan asuhan yang telah ditetapkan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan


kesehatan yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau
tempat tinggal klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga
tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah kesehatan yang di hadapinya. Perawat yang melakukan asuhan
bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam
mencegah timbulnya penyakit. meningkatkan dan memelihara kesehatan,
serta mengatasi masalah kesehatan.

Friedman (2002) menyatakan hingga sepuluh tahun terakhir, tidak


banyak perhatian yang diberikan kepada keluarga sebagai objek studi yang
sistematik dalam keperawatan. Tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu,
pengetahuan dan teknologi keperawatan, maka pada saat sekarang keluarga
dipandang sebagai klien yang penting dalam mengupayakan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahap perkembangan


keluarga yang telah dicapai. Hal ini dilakukan dikarenakan setiap tahap
perkembangan keluarga berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga
dan masalah kesehatan yang berbeda di setiap tahap tingkatannya. Perbedaan
ini yang menimbulkan aktivitas asuhan, pendekatan dan target pencapaian
menjadi berbeda pula.

Keluarga baru (Childbearing Family) merupakan tahap perkembangan


keluarga ke II, Friedman (2002), yang dimulai dengan kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Menurut sebagian besar orang
menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap penuh stressor karena
merupakan tahap transisi menjadi orang tua. Sebuah ketidakseimbangan bisa
terjadi sehingga bisa menimbulkan krisis keluarga yang dapat berakhir
dengan perasaan tidak memadai menjadi orang tua dan menyebabkan
gangguan dalam hubungan pernikahan.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis akan memaparkan


mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Childbearing yang
dilakukan oleh perawat untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan
bersama keluarga menentukan pemecahan permasalahan tersebut, sehingga
keluarga mampu secara mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya,
mengenali dan menyelesaikan masalah kesehatannya dan pada akhirnya
mampu tampil sebagai sebuah keluarga mandiri, sejahtera, produktif dan
menjalankan seluruh fungsi keluarga dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah.
Bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
Childbearing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran konsep keluarga childbearing
2. Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
childbearing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga Childbearing


Menurut Friedman (2002) Keluarga childbearing adalah keluarga yang
dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap
perkembangan ke II.

Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima


pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain.
khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama membutuhkan
bimbingan dan dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus
dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan
latihan buang air (toilet training). Mereka perlu memahami konsep kesiapan
perkembangan, konsep tentang "saat yang tepat untuk mengajar mereka".
Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugas-
tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Childbearing


Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan anak
keluarga remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas dan fungsi keluarga agar dapat
melalui tahap tersebut. Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (3.2 tahun) merupakan tahap perkembangan keluarga
childbearing. Kehamilan dan kelahiran bayi pertama dipersiapkan oleh
pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting
Kelahiran bayi pertama memberikan perubahan yang besar bagi keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa
diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami
merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi ibu.
Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana
orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon.
Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

C. Berpanduan Teori, Bukti Keperawatan Anak Berbasis


Penerapan teori pada situasi kesehatan keluarga selama melahirkan anak
dapat memandu perawat keluarga dalam membuat penilaian yang lebih
lengkap dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan kejadian yang dapat
diprediksi selama melahirkan anak. Beberapa teori berkontribusi pada
pemahaman perawat tentang bagaimana keluarga tumbuh, berkembang,
berfungsi, dan berubah selama melahirkan anak. Dua dari teori ini, Teori
Sistem Keluarga dan Teori Perkembangan Mental Keluarga dan Siklus Hidup,
secara khusus berlaku untuk keluarga yang melahirkan anak. Ringkasan
singkat dari teori-teori ini dan penerapannya pada keluarga yang melahirkan
anak adalah sebagai berikut.

a. Teori Sistem Keluarga

Menjadi orang tua atau menambah anak membawa tekanan pada


keluarga dengan menantang stabilitas keluarga, tidak hanya untuk sistem
keluarga inti dan keluarga besar, tetapi juga untuk anggota individu dan
subsistem keluarga. Saat subsistem baru diciptakan atau dimodifikasi oleh
kehamilan dan persalinan, perasaan tidak seimbang muncul sampai sebuah
keluarga beradaptasi dengan anggota barunya dan mencapai stabilitas
kembali. Misalnya, perubahan subsistem suami-istri terjadi sebagai
respons terhadap perkembangan subsistem orangtua-anak yang baru.
Ketidakseimbangan terjadi saat penyesuaian masih diperlukan dan
peran baru sedang dipelajari. Keluarga dengan fleksibilitas yang lebih
besar dalam ekspektasi peran dan perilaku cenderung mengalami periode
ketidakseimbangan ini dengan sedikit rasa tidak nyaman. Semakin besar
kisaran atau jumlah strategi koping yang tersedia untuk keluarga, semakin
besar kemampuan untuk terlibat dalam berbagai peran keluarga, dan
semakin efektif respons keluarga terhadap ketegangan internal dan stres
eksternal yang terkait dengan melahirkan anak. Stres eksternal seperti
pekerjaan sampingan dan masalah perawatan anak mungkin penting dalam
memprediksi ketidakseimbangan pada ibu hamil dan perawat harus
menilai efek stres pada stabilitas keluarga.
Teori Sistem Keluarga sangat efektif untuk digunakan oleh perawat
keluarga yang melahirkan anak. Sebuah keluarga dalam keadaan berubah
dan menyesuaikan diri cenderung memiliki batas-batas yang lebih
permeabel atau lebih terbuka terhadap lingkungan luar karena keluarga
membutuhkan sumber daya di luar dirinya. Akibatnya, keluarga cenderung
lebih terlibat dalam interaksi dengan sistem di luar keluarga dan mungkin
menjadi lebih reseptif terhadap intervensi seperti pengajaran kesehatan
daripada waktu lain dalam siklus hidup keluarga (Martell, 2005).
Keterbukaan ikatan keluarga memungkinkan perawat lebih banyak
mengakses keluarga untuk promosi kesehatan.

b. Keluarga dan Teori Siklus Hidup


Teori Perkembangan dan Siklus Hidup Keluarga menggambarkan
proses perkembangan dari waktu ke waktu yang dapat diprediksi, namun
bersifat individual, berdasarkan keadaan kehidupan yang unik dan
interaksi keluarga. Meskipun siklus hidup sebagian besar keluarga
individu di seluruh dunia mengikuti urutan universal perkembangan
keluarga, penting bagi perawat keluarga yang melahirkan anak untuk
mengenali bahwa variasi yang luas ada dalam waktu dan urutan fase siklus
hidup keluarga (Berk, 2007; Carter & McGoldrick, 2005; Duvall, 1977).
Banyak keluarga subur saat ini tidak cocok dengan urutan klasik dan
waktu tahap perkembangan keluarga dan tugas yang awalnya dijelaskan
oleh Duvall dan Miller (1985) karena mereka dibangun berbeda dari
keluarga tradisional yang jelas yang umum setelah Perang Dunia II.
Misalnya, keluarga mungkin bercampur dengan salah satu atau
kedua pasangan yang memiliki anak dari hubungan sebelumnya; orang tua
juga mungkin hidup bersama, belum menikah, lajang, berjenis kelamin
sama, atau memiliki anak yang lahir di kemudian hari (Berk, 2007;
Pillitteri, 2003).

Menurut Teori Perkembangan Keluarga dan Siklus Hidup,


perubahan terjadi pada tahap-tahap di mana terjadi pergolakan saat
penyesuaian dilakukan. Menurut Teori Perkembangan Keluarga dan Siklus
Hidup, perubahan terjadi pada tahap-tahap di mana terjadi pergolakan saat
penyesuaian dilakukan. Apa yang terjadi selama tahap ini umumnya
disebut sebagai tugas perkembangan. Tahap Keluarga Melahirkan dengan
Bayi didefinisikan sebagai periode dari awal kehamilan pertama sampai
anak tertua mencapai usia 18 bulan. Selama tahap ini, keluarga subur
memiliki sembilan tugas khusus yang harus diselesaikan untuk tumbuh
dan mencapai kesejahteraan keluarga. Kesembilan tugas keluarga usia
subur dan intervensi keperawatan dijelaskan pada subbab berikut :

1. Menata ruangan untuk anak


Mengatur ruang melibatkan keluarga membuat persiapan ruang
untuk bayi mereka. Keluarga mengakomodasi bayi baru lahir dengan
pindah ke tempat tinggal baru selama kehamilan atau tahun pertama
setelah kelahiran, atau dengan mengubah tempat tinggal dan
perabotan mereka. Keluarga mungkin menunda atau menghindari
persiapan ruang untuk bayi baru karena beberapa alasan. Misalnya,
keluarga yang sibuk, mereka yang takut atau pernah mengalami
kehilangan janin sebelumnya, dan keluarga yang terlibat dalam adopsi
atau penempatan asuh dapat menunda atau menghindari persiapan
ruang. Untuk beberapa kelompok, persiapan kebutuhan materi bayi
selama kehamilan tidak dapat diterima; itu bisa berarti nasib buruk
atau kemalangan bagi bayi (Lewis, 2003). Kurangnya persiapan ruang
juga dapat disebabkan oleh orang tua yang tidak menerima kenyataan
akan kelahiran bayi, tempat tinggal yang tidak memadai atau tidak
aman, atau tunawisma. Selain itu, orang tua remaja mungkin tidak
membuat pengaturan ruang karena penolakan kehamilan atau takut
akan dampak dari keluarga mereka jika kehamilan terungkap.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Tanyakan tentang tempat tinggal, materi, dan persiapan fisik yang
telah dilakukan semua keluarga untuk bayi.
- Tanyakan tentang pemikiran, nilai, keyakinan, dan kemungkinan
ketakutan keluarga tentang membuat persiapan untuk mengantisipasi
kedatangan bayi.
- Bantu keluarga untuk mengeksplorasi dan mengelola ketakutan
mereka tentang kelangsungan hidup bayi dan kemudian memobilisasi
sumber daya untuk membantu mereka mengatasinya agar
perkembangan keluarga dapat terus berlanjut.
- Bantu remaja untuk menemukan cara berkomunikasi dengan keluarga
mereka dan membuat rencana untuk masa depan bayi dan orang tua
remaja.
- Rujuk keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal atau tinggal
ditempat yang tidak layak atau tidak aman ke sumber daya yang tepat
untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih aman.
2. Membiayai kehamilan dan pengasuhan anak
Melahirkan mengakibatkan pengeluaran tambahan dan
pendapatan keluarga yang lebih rendah. Sebagian besar wanita yang
bekerja akan kehilangan beberapa pekerjaan dan kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan karir selama masa melahirkan.
Laki-laki lebih cenderung mengambil pekerjaan tambahan dengan
bayaran yang lebih tinggi, sehingga mereka memiliki lebih sedikit
waktu untuk urusan keluarga, yang dapat menjadi sumber lebih
banyak kecemasan dan stres bagi keluarga (Martell, 2005; Mennino &
Brayfield, 2002). Keluarga mungkin kembali menabung, menambah
hutang, atau mengubah gaya hidup mereka untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan tingkat pendapatan. Tekanan keuangan dapat
menjadi lebih berat bagi ibu yang tidak memiliki pasangan atau bagi
perempuan yang memberikan sebagian besar pendapatan untuk
keluarganya. Ibu remaja sangat rentan terhadap kesulitan keuangan
karena melahirkan anak dapat mengganggu pendidikan mereka, yang
meningkatkan risiko kemiskinan di masa didepan karena mungkin
mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan dengan gaji yang cukup
untuk menghidupi keluarga. Perawatan kesehatan seputar kelahiran
anak dapat menambah beban keuangan keluarga. Penyedia layanan
kesehatan mungkin tidak dapat menerima pasien yang tidak
diasuransikan secara pribadi, diasuransikan oleh program federal atau
negara bagian, atau tidak dapat membayar sendiri untuk layanan
kesehatan.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Membantu keluarga untuk menemukan sumber daya yang dibutuhkan,
seperti program nutrisi dan klinik perinatal, yang sesuai dengan
sumber daya keuangan keluarga.
- Menyediakan informasi dan sumber daya bagi keluarga yang akan
membantu mereka memilih penitipan anak yang aman dan tepat.
- Mengidentifikasi hambatan terkait perawatan prenatal, seperti
kurangnya transportasi dan penitipan anak, jam layanan yang
bertentangan dengan pekerjaan keluarga, dan kesulitan mendapatkan
atau menggunakan manfaat perawatan kesehatan.
3. Memikul tanggung jawab bersama untuk pengasuhan dan
perawatan anak
Perawatan dan pengasuhan bayi dapat menyebabkan gangguan
tidur, tuntutan waktu dan energi, tugas-tugas rumah tangga tambahan,
dan ketidaknyamanan pribadi bagi pengasuh. Ikatan kasih sayang
(atau keterikatan) yang berkembang antara orang tua dan anak-anak
mereka dapat menjadi salah satu kekuatan pendorong untuk terlibat
dalam perawatan dan pengasuhan bayi bahkan dalam keadaan yang
sulit.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Mendidik orang tua tentang realitas menjadi orang tua, seperti tidur
yang terganggu dan perubahan cara menghabiskan waktu.
- Ajarkan keluarga untuk bergantian dalam memenuhi kebutuhan bayi,
termasuk memberi makan, mengganti pakaian, dan menghibur.
- Membantu orang tua untuk mengembangkan keterampilan baru dalam
memberikan perawatan dan cara berinteraksi dengan bayi mereka.
- Rujuk keluarga yang tidak menunjukkan perilaku pengasuhan kepada
profesional lain yang dapat memberikan intervensi yang lebih intensif.
4. Memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga
Mempelajari peran sangat penting bagi keluarga yang baru
memiliki anak. Bagi banyak pasangan, berperan sebagai orang tua
merupakan perubahan dramatis dalam hidup mereka. Kesulitan dalam
beradaptasi menjadi orang tua mungkin terkait dengan stres karena
mempelajari peran baru. Pembelajaran peran melibatkan ekspektasi
tentang peran tersebut dan mengembangkan kemampuan untuk
menjalankan peran tersebut.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Membantu dan mendorong pasangan hamil untuk mengeksplorasi
sikap dan harapan mereka tentang peran pasangannya.
- Doronglah kontak dengan orang lain yang sedang dalam proses
mengambil peran sebagai orang tua, terutama jika orang tua terisolasi,
remaja, atau memiliki budaya yang berbeda dan tinggal terpisah dari
jaringan keluarga.
- Doronglah para ibu hamil untuk membawa pasangannya ke dalam
pengalaman tersebut dengan berbagi sensasi fisik dan emosi saat
hamil..
- Memberikan kesempatan kepada para ayah dan mitra lainnya untuk
menjadi pengasuh bayi yang terampil.
5. Menyesuaikan diri dengan pola komunikasi yang berubah
Pola komunikasi berubah agar keluarga dapat mengakomodasi
bayi dan anak yang baru lahir. Ketika orang tua dan bayi belajar
menafsirkan dan merespons isyarat komunikasi satu sama lain,
mereka mengembangkan pola komunikasi timbal balik yang efektif.
Isyarat bayi mungkin sangat halus, namun orang tua mungkin tidak
peka terhadap isyarat tersebut hingga perawat menunjukkannya
(Martell, 2005; Schiffman, Omar, & McKelvey, 2003). Sebagai
contoh, banyak bayi yang bereaksi ketika digendong dengan cara
dipeluk dan diemut, tetapi ada juga yang merespons dengan cara
melengkungkan punggung dan menegang. Orang tua dapat
menafsirkan respon yang terakhir ini sebagai respon menolak dan
tidak sayang, dan interpretasi negatif ini dapat mempengaruhi
hubungan orang tua-bayi.
Komunikasi antara orang tua juga berubah seiring dengan transisi
menjadi orang tua. Selama tahun-tahun melahirkan anak, banyak pria
dan wanita mencurahkan waktu yang cukup banyak untuk
pengembangan karier. Tuntutan waktu dari pekerjaan dapat
mempengaruhi hubungan pasangan. Ketika mengambil aspek-aspek
keseharian dalam membesarkan anak, orang tua sering kali tidak
memberikan perhatian yang dibutuhkan untuk mempertahankan
hubungan mereka (Martell, 2005).
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Mendidik orang tua tentang berbagai temperamen bayi sehingga
mereka dapat menafsirkan gaya komunikasi bayi mereka yang unik.
- Dorong orang tua untuk berbicara dan melakukan kontak mata dengan
bayi.
- Memasukkan komunikasi pasangan ke dalam perawatan dan
pendidikan calon orang tua.
- Dorong komunikasi pasangan yang efektif dengan mendorong
pasangan untuk mendengarkan satu sama lain secara aktif, dengan
menggunakan frasa "aku" alih-alih menyalahkan satu sama lain.
- Doronglah pasangan untuk menyisihkan waktu secara teratur untuk
berbicara dan menikmati satu sama lain sebagai pasangan yang penuh
kasih.
6. Perencanaan untuk anak selanjutnya
Setelah kelahiran, beberapa orang tua akan memiliki rencana
yang pasti dan disepakati bersama untuk menambah anak, sedangkan
yang lain akan memutuskan untuk tidak menambah anak atau bersikap
ambivalen terhadap rencana keluarga. Keluarga yang sudah memiliki
rencana yang pasti terutama membutuhkan informasi mengenai
pilihan-pilihan keluarga berencana sehingga mereka dapat
melaksanakan rencana mereka.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Pertimbangkan latar belakang budaya dan agama keluarga dan
identifikasi struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam
keluarga ketika membahas masalah reproduksi.
- Menyediakan informasi terkini dan berbasis bukti tentang pilihan
keluarga berencana.
- Rujuk ke perawat spesialis genetik untuk mendapatkan penilaian dan
konseling bila diperlukan.
7. Menyelaraskan kembali pola antar generasi
Bayi pertama menambah generasi baru dalam garis keturunan
keluarga yang membawa keluarga ke masa depan. Orang tua yang
sedang hamil berubah dari anak orang tua menjadi orang tua itu
sendiri. Melahirkan anak dapat menandakan dimulainya masa dewasa
bagi orang tua remaja dan beberapa kelompok budaya. Melahirkan
anak mengubah hubungan dalam keluarga besar karena saudara
kandung orang tua menjadi bibi dan paman, anak-anak dari hubungan
sebelumnya menjadi saudara tiri, dan orang tua mereka sendiri
menjadi kakek dan nenek.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Bantu orang tua baru untuk mencari dukungan dari teman, anggota
keluarga, kelompok orang tua yang terorganisir, dan rekan kerja
sebagai cara untuk mengatasi tuntutan menjadi orang tua.
- Bekerja sama dengan keluarga untuk mengembangkan strategi yang
dapat mempertahankan aktivitas pasangan, minat orang dewasa, dan
persahabatan mereka.
Memfasilitasi diskusi pasangan tentang persepsi keterlibatan keluarga
besar dalam pengasuhan anak baru.
8. Menjaga motivasi dan semangat anggota keluarga
Setelah kegembiraan awal menyambut kehadiran bayi baru,
keluarga harus belajar menyesuaikan diri dan mengatasi tuntutan baru
dalam merawat bayi yang akan menyita waktu, energi, hubungan
seksual, dan sumber daya pribadi mereka. Banyak ibu baru mengalami
kelelahan pascapersalinan, yang merupakan perasaan lelah dan
menurunnya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik dan
pekerjaan rumah tangga (Davidson, London, & Ladewig, 2008). Ibu
dapat mengalami kelelahan selama berbulan-bulan akibat kehilangan
darah yang berhubungan dengan proses melahirkan, menyusui,
perbedaan pola tidur, depresi, tuntutan peran ganda, atau kembali
bekerja di luar rumah, yang kesemuanya diperparah dengan tuntutan
untuk mengasuh bayi (Davidson, London, & Ladewig, 2008; Martell,
2005; Troy, 2003). Selain itu, terdapat hubungan antara kelelahan ibu
dan depresi pasca melahirkan (PPD), yang keduanya memengaruhi
proses keluarga (Davidson, London, & Ladewig, 2008)
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Beritahukan kepada anggota keluarga tentang cara-cara untuk
meningkatkan kenyamanan, istirahat, dan tidur, yang akan
memudahkan mereka mengatasi kelelahan.
- Doronglah orang tua untuk beristirahat saat bayi membutuhkan waktu
menyusu di malam hari dengan mendorong orang tua untuk
bergantian memberikan respons kepada bayi.
- Ajarkan orang tua cara-cara untuk mengatasi tangisan bayi, yang akan
meningkatkan semangat keluarga, meningkatkan kepercayaan diri,
dan memungkinkan anggota keluarga untuk mendapatkan tambahan
waktu tidur.
- Berikan informasi tentang cara-cara yang dapat dilakukan orang tua
untuk mengurangi rasa terisolasi dan kesepian dengan mencari
dukungan dari teman, anggota keluarga, kelompok orang tua yang
terorganisir, dan rekan kerja.
- Doronglah orang tua untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka dan
mencari bantuan dengan cara-cara yang mendukung harga diri mereka
sebagai orang tua baru.
- Menasihati pasangan tentang perubahan seksualitas setelah kelahiran
dan membantu mereka mengembangkan ekspresi seksual yang saling
menguntungkan.
- Membantu keluarga untuk mengembangkan strategi yang dapat
mempertahankan aktivitas pasangan, minat orang dewasa, dan
persahabatan mereka.
9. Membangun ritual dan rutinitas keluarga
Ritual berkembang seiring dengan masuknya anak-anak ke dalam
sebuah keluarga, dan ritual ini menjadi sumber kenyamanan, serta
bagian dari keunikan dan identitas sebuah keluarga (Fomby, 2004).
Ritual yang dapat diprediksi membantu para anggota keluarga
mengembangkan kepercayaan. Ritual keluarga meliputi rutinitas
sebelum tidur dan mandi, benda-benda khusus bayi seperti selimut dan
nama pangilan untuk tubuh bayi. Bagi beberapa keluarga, ritual
memiliki makna budaya khusus yang harus dihormati oleh perawat.
Ketika keluarga terganggu atau terpisah saat melahirkan, perawat
dapat membantu mereka mengatasi stres dengan mendorong mereka
untuk melakukan rutinitas yang biasa mereka lakukan dan ritual yang
telah ditetapkan terkait dengan bayi dan anak- anak mereka.
 Intervensi Keperawatan Keluarga
- Tentukan makna budaya khusus yang dimiliki setiap ritual bagi
keluarga dan hormati makna tersebut.
- Doronglah keluarga untuk melakukan rutinitas yang biasa mereka
lakukan dan ritual yang telah ditetapkan terkait dengan bayi dan anak-
anak mereka.
Memfasilitasi diskusi pasangan mengenai rutinitas waktu tidur dan
mandi, benda- benda khusus bayi seperti selimut kesayangan, nama
panggilan, petunjuk fungsi tubuh, dan ritual penyambutan seperti
pengumuman, pembaptisan, khitanan, atau perayaan lainnya.

D. Transisi Keluarga
Para peneliti perawat telah berfokus pada transisi menjadi ibu. Meskipun
anggota keluarga lain mengalami transisi ketika bayi baru lahir bergabung
dengan keluarga, konsep-konsep yang berkaitan dengan keibuan memberikan
wawasan kepada perawat tentang transisi keluarga. Sebagai contoh, Nelson
(2003) menggambarkan proses utama transisi sebagai "keterlibatan", atau
membuka diri terhadap kesempatan untuk tumbuh dan berubah. Membuka diri
berarti membuat komitmen untuk menjadi ibu, merasakan kehadiran seorang
anak, dan merawat anak. Gagasan tentang transisi keluarga memberikan dasar
bagi intervensi keperawatan yang mempromosikan pengasuhan anak karena
pembukaan diri melibatkan pengalaman nyata. bersama dan merawat anak.
Perawat yang memahami stresor yang dialami keluarga saat mereka
bertransisi dari satu kondisi ke kondisi lain dapat menggunakan konsep teoritis
ini untuk menyadari bahwa seorang ibu mungkin merasa frustasi karena tidak
dapat mengatasi dengan cara yang lama. Seperti halnya tidak ada satu teori
yang mencakup semua aspek keperawatan, tidak ada satu teori pun yang dapat
digunakan untuk setiap situasi yang melibatkan keluarga yang memiliki anak.
Oleh karena itu, perawat harus memahami dan menggunakan berbagai teori
untuk merencanakan dan memandu asuhan keperawatan pada keluarga yang
memiliki anak. Konsep-konsep utama dari Teori Sistem Keluarga dan Teori
Perkembangan dan Siklus Hidup Keluarga membantu perawat mengatur
penilaian dan mengelola pengalaman yang dapat diprediksi dan tidak dapat
diprediksi pada anak. yang dihadapi oleh keluarga yang ditinggalkan.

E. Stressor Keluarga yang Memiliki Anak


Keperawatan keluarga dengan anak dimulai ketika pasangan
mengantisipasi dan merencanakan kehamilan, telah memiliki anak, atau
mungkin berencana untuk mengadopsi anak. Perencanaan kehidupan
reproduktif merupakan tugas emosional yang harus dinegosiasikan oleh semua
jenis keluarga, seperti keluarga inti tradisional, keluarga campuran, keluarga
gay atau lesbian, dan keluarga adopsi, serta pasangan heteroseksual yang
hidup bersama (Pillitteri, 2003). Setiap kejadian yang berhubungan dengan
kehamilan seperti infertilitas, adopsi, keguguran, atau bahkan kehamilan yang
tidak direncanakan dapat mengganggu ikatan keluarga yang telah terbentuk
dengan baik pada tahap ini. Perawat perlu menyadari masalah yang mungkin
dihadapi keluarga yang memiliki anak sebelum, selama, dan setelah peristiwa
produktif kembali sehingga mereka dapat mengantisipasi, mengidentifikasi,
dan merespons kebutuhan dengan tepat.

1. Infertilitas
Pria dan wanita menganggap kesuburan sebagai tanda kompetensi
sebagai manusia yang bereproduksi. Oleh karena itu, pengalaman
infertilitas dapat menjadi krisis kehidupan yang mengganggu hubungan
perkawinan atau hubungan seksual pasangan, atau keduanya. Infertilitas
menjadi perhatian perawat keluarga yang memiliki anak, terutama dalam
budaya di mana harapan untuk menjadi seorang ibu sangat kuat (Day,
2005; Sherrod, 2006). Infertilitas atau ketidakmampuan untuk hamil
setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual yang tidak
terlindungi dan teratur adalah peristiwa yang menimbulkan stres yang
umum terjadi.
Pria dan wanita merespons infertilitas dengan cara yang sangat
berbeda. Sherrod (2006) melaporkan bahwa wanita yang menghadapi
infertilitas memiliki kecemasan yang lebih besar, gangguan harga diri,
depresi, dan permusuhan daripada pria. Wanita ingin menghabiskan waktu
untuk membicarakan pengalaman ketidaksuburan mereka, sedangkan pria
melaporkan bahwa membicarakan hal tersebut hanya akan meningkatkan
kecemasan mereka. Akibatnya, pria yang menghadapi infertilitas
cenderung lebih sedikit berbicara, berkomunikasi, dan mendengarkan.
Selain itu, pria yang menghadapi ketidaksuburan cenderung menyamarkan
perasaan mereka untuk melindungi diri mereka sendiri, pasangan mereka,
atau keduanya (Sherrod, 2006).

Tes dan pengobatan untuk infertilitas itu mahal, menyakitkan,


memakan waktu, dan tidak nyaman. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya
spontanitas dan privasi dalam aktivitas seksual, yang hanya akan
menambah stres dan ketegangan yang dialami oleh pasangan. Meskipun
setiap tes atau Perawatan adalah pengingat yang menyakitkan tentang
ketidakmampuan untuk bereproduksi, kurangnya pengetahuan dan
ketidakpahaman perawat tentang aspek emosional dari infertilitas yang
membuat frustrasi pasangan infertil. Akibatnya, pasangan menafsirkan
asuhan keperawatan menjadi tidak sensitif ketika asuhan keperawatan
lebih berfokus pada aspek fisiologis daripada aspek emosional infertilitas
(Sherrod, 2004). Oleh karena itu, sangat penting bagi perawat yang
merawat keluarga yang mengalami infertilitas untuk memahami,
mempertimbangkan, dan memenuhi kebutuhan emosional dan fisik
pasangan yang sedang menjalani perawatan infertilitas. Keluarga yang
mengalami krisis infertilitas sangat membutuhkan pendengaran yang
berempati seperti halnya mereka membutuhkan informasi yang akurat dan
berdasarkan bukti mengenai pengujian dan pilihan pengobatan.
 Intervensi Keperawatan yang Bermanfaat bagi Pasangan yang
Menghadapi Infertilitas
- Hindari menyalahkan salah satu pihak atau pasangan
- Memfasilitasi komunikasi antar pasangan untuk memberikan
kesempatan kepada laki-laki khususnya untuk mengakui dan
mengungkapkan perasaan mereka dan memproses respons mereka
terhadap pengalaman infertilitas
- Berikan informasi terkait biaya dan cakupan asuransi untuk perawatan
- Anjurkan aktivitas penghilang stres yang sesuai
- Rujuk ke kelompok pendukung dan/atau profesional lainnya untuk
mendapatkan konseling.

2. Adopsi
Saat ini, anak-anak diadopsi oleh berbagai jenis keluarga, seperti
keluarga inti, orang tua tunggal, gay, atau lesbian (Pillitteri, 2003). Adopsi
juga dianggap sebagai alternatif untuk mengatasi infertilitas. Namun
demikian, perawat tidak boleh berasumsi bahwa adopsi adalah solusi yang
tepat atau terbaik untuk setiap pasangan infertil (London, Ladewig, Ball, &
Bindler, 2007; Sherrod, 2004), seperti halnya tidak boleh berasumsi bahwa
setiap pasangan yang mengadopsi anak karena infertilitas. Setelah
keluarga memutuskan untuk mengadopsi anak, mereka mungkin
menempuh beberapa jalur seperti adopsi internasional (juga dikenal
sebagai adopsi antarnegara), atau adopsi domestik swasta. Di Amerika
Serikat, adopsi domestik dapat menjadi proses yang sulit, panjang,
birokratis, dan mahal yang memakan waktu mulai dari 12 bulan hingga 5
atau 6 tahun (Fontenot, 2007)
Adopsi pribadi adalah alternatif ketiga bagi keluarga yang
mempertimbangkan adopsi. Adopsi pribadi dapat berkisar dari yang sangat
anonim hingga sangat terbuka, dimana pasangan yang mengadopsi dan ibu
kandung saling mengenal satu sama lain dengan sangat baik.
 Adopsi Internasional dan Adopsi Lintas Ras : Masalah dan
Tantangan
a. Masalah dan tantangan bagi keluarga sebelum adopsi internasioal dan
lintas Ras
- Kemampuan untuk melakukan perjalanan dalam waktu singkat untuk
menjemput anak
- Perubahan kondisi politik dapat menghentikan proses adopsi kapan saja
- Cara-cara keluarga akan mempertahankan warisan alami anak angkat
- Cara-cara keluarga menghadapi prasangka rasial dan jenis prasangka
lainnya

b. Masalah dan Tantangan bagi Keluarga Setelah Adopsi Internasional


- Sumber daya pasca adopsi yang terbatas seperti dokter anak yang terlatih
dalam adopsi internasional atau klinik adopsi internasional untuk keluarga
yang mencari bantuan untuk masalah perkembangan dan perilaku anak.
- Masalah emosional dan perkembangan anak dapat melelahkan dan
membebani keluarga secara finansial

c. Masalah dan Tantangan bagi Keluarga Setelah Adopsi Lintas Ras


- Perlu mendefinisikan kembali keluarga sebagai multiras dan multietnis
ketika keluarga kulit putih mengadopsi anak non-kulit putih
- Perhatian ekstra dan komentar tentang penampilan anak dari orang asing di
tempat umum
- Tetangga, anggota keluarga, dan orang lain mungkin mengungkapkan
prasangka terhadap anak

 Intervensi Perawat untuk Keluarga Adopsi


a. Mendorong keluarga untuk mencari bantuan dari ahli dan agen adopsi
b. Merujuk keluarga ke spesialis adopsi seperti pekerja sosial dan konselor
c. Merekomendasikan keluarga untuk berbicara dengan dan mendapatkan
penyedia layanan pediatrik selama proses praadopsi
d. Merekomendasikan orang tua angkat untuk menghadiri kelas pengasuhan
anak dan memasukkan mereka ke dalam kelas perawatan prenatal dan bayi
e. Memasukkan materi sensitif adopsi ke dalam kelas dan sumber daya
pendidikan lainnya
f. Jaga agar jalur komunikasi tetap terbuka antara perawat dan keluarga
angkat sebagai cara untuk mengurangi rasa takut dihakimi atau
diremehkan
g. Atasi tanggapan saudara kandung lainnya terhadap anak adopsi karena
perasaan inferior atau superior anak kandung terhadap anak adopsi dapat
mengganggu hubungan di dalam keluarga.

3. Kehilangan Perinatal
Kehilangan seorang anak selama kehamilan, setelah kelahiran, atau
pada masa awal pascapersalinan adalah salah satu kehilangan terberat bagi
sebuah keluarga. Kehilangan ini dapat diantisipasi dan bersifat sukarela,
seperti aborsi atau pelepasan hak asuh anak untuk diadopsi, atau tidak
diantisipasi, seperti kematian atau kehilangan hak asuh anak kepada
negara. Keluarga adopsi dapat kehilangan anak yang mereka inginkan jika
ibu kandung berubah pikiran untuk memberikan bayinya untuk diadopsi.
Kehilangan perinatal bukanlah peristiwa yang jarang terjadi, dengan 25%
hingga 50% kehamilan berakhir sebelum usia kehamilan 20 minggu,
kelahiran mati terjadi pada 7 janin per 1.200 kelahiran hidup, dan 16 dari
1.000 kehamilan berakhir dengan kematian bayi setelah kelahiran
(Callister, 2006). Statistik yang serius ini berfungsi untuk mengingatkan
perawat tentang prevalensi kehilangan kehamilan, serta menunjukkan
perlunya pengkajian dan intervensi keperawatan yang berkelanjutan terkait
dengan potensi, sebelumnya, atau saat ini kehilangan saat merawat
keluarga selama masa kehamilan dan kelahiran. Tabel 12-5 mencantumkan
jenis-jenis kehilangan perinatal lain yang mungkin dialami oleh keluarga.
 Jenis Kehilangan Perinatal yang Mungkin Dialami
- Keguguran
- Aborsi elektif
- Kehamilan ektopik
- Pengurangan selektif setelah implantasi in vitro dari beberapa sel telur
yang telah dibuahi
- Lahir Mati
- Kematian anak setelah kelahiran hidup
- Keguguran kehamilan berulang
- Kehilangan anak yang sempurna karena anomali atau malformasi
- Kematian bayi kembar selama kehamilan, persalinan, kelahiran, atau
setelah kelahiran
- Pengakhiran kehamilan untuk anomali janin yang teridentifikasi, yang
meningkat karena kemajuan teknologi dalam diagnosis prenatal untuk
anomali tersebut
 Praktik dan Ritual Budaya Kehilangan Perinatal
- Keluarga Yahudi dapat meminta untuk tetap bersama jenazah setiap saat
sebagai bentuk penghormatan. Bayi yang baru lahir diberi nama dan
disunat pada saat dimakamkan sehingga dapat dimasukkan dalam catatan
keluarga.
- Bayi Muslim yang lahir setelah usia kehamilan lebih dari 4 bulan harus
diberi nama, dimandikan, dibungkus dengan kain putih bersih, dan
dimakamkan dalam waktu 24 jam. Jenazah dikuburkan secara utuh, jadi
tidak diperbolehkan mengambil rambutnya.
- Keluarga Puerto Rico dapat memanggil penyembuh iman dan spiritualis
untuk membantu bayi dalam perjalanan mereka menuju kehidupan
selanjutnya.
- Keluarga Roma (gipsi) ingin menghindari hubungan antara kematian dan
kesialan/ketidakmurnian (mahrime), sehingga mereka dapat meninggalkan
rumah sakit secara tiba-tiba dan mengalihkan tanggung jawab penguburan
ke rumah sakit.
- Suku Indian Amerika/Penduduk Asli Alaska dapat meminta untuk tetap
bersama bayi sampai meninggal untuk berdoa dan melakukan ritual.
F. Ancaman Terhadap Kesehatan Selama Masa Subur
Bagi sebagian besar keluarga, melahirkan anak merupakan
pengalaman yang menyehatkan secara fisik. Bagi beberapa keluarga,
kesehatan selama melahirkan anak terancam, dan pengalaman melahirkan
anak menjadi pengalaman yang menyakitkan. Dalam kasus seperti ini,
perhatian terhadap kesehatan fisik ibu dan janin cenderung lebih besar
daripada aspek-aspek lain dari kehamilan, dan bukannya menantikan
kelahiran dan bayi dengan penuh semangat, anggota keluarga justru justru
mengalami ketakutan dan kekhawatiran. Lebih dari itu, fungsi dan tugas
perkembangan keluarga terganggu karena keluarga memusatkan perhatian
pada kesehatan ibu dan kelangsungan hidup janin atau bayi. Perawat yang
merawat anak harus menyadari bahwa keluarga dengan ancaman terhadap
kesehatan memiliki kebutuhan tambahan untuk menjaga dan memelihara
kesehatan keluarga.
 Intervensi Keperawatan Keluarga untuk Keluarga Childbearing yang
Mengalami Ancaman Kronis terhadap Kesehatan
a. Mengasumsikan Tugas Rumah Tangga
- Membantu keluarga menemukan cara untuk merampingkan dan
memprioritaskan tugas-tugas rumah tangga untuk mengurangi stres dan
meningkatkan kepatuhan terhadap rejimen medis.
- Bantu orang dewasa untuk membuat daftar tugas-tugas manajemen rumah
tangga dan menentukan siapa yang melakukan apa dan kapan sehingga
keluarga dapat lebih efisien dan efektif dalam mengelola tugas-tugas tersebut.
- Mendidik keluarga tentang dampak kesulitan kesehatan orang tua terhadap
anak-anak.
- Berikan saran praktis dan sesuai usia untuk mengelola anak-anak, seperti
mempekerjakan seorang remaja sepulang sekolah untuk bermain aktif dengan
anak-anak. Dorong orang tua untuk menyediakan cara bagi anak kecil untuk
memiliki waktu berdua saja dengan ibu mereka sebagai cara untuk
mengurangi stres bagi ibu dan anak.
b. Mengelola Perubahan Pendapatan dan Sumber Daya
- Rujuk ke konselor yang tepat yang dapat membantu keluarga mencari cara
untuk mengelola masalah keuangan.
- Bantu keluarga untuk mengidentifikasi orang lain di luar keluarga inti yang
dapat melakukan berbagai tugas rumah tangga seperti menyiapkan makanan,
mencuci pakaian, dan membersihkan rumah.
- Bantu keluarga mengidentifikasi dan menggunakan sumber daya, seperti
lembaga kesehatan di rumah dan kelompok orang tua di masyarakat, yang
akan membantu manajemen rumah tangga
- Doronglah keluarga yang memiliki sumber daya yang diperlukan untuk
menggunakan komputer agar dapat terhubung dengan satu sama lain, teman,
rekan kerja, dan keluarga lain yang berisiko untuk mencegah atau mengurangi
perasaan terisolasi.
- Arahkan keluarga ke situs-situs Internet yang sesuai seperti yang tercantum di
bagian Sumber Daya Pilihan di akhir bab ini.
c. Menghadapi Ketidakpastian dan Perpisahan serta Kehilangan:
Intervensi Keperawatan
- Mengakui kesulitan ketidakpastian yang terkait dengan situasi perinatal yang
sulit.
- Jujur dan informatif tentang kondisi dan prognosis ibu dan janin.
- Gunakan istilah yang dimengerti oleh semua anggota keluarga untuk
memberikan penjelasan yang akurat dan menyeluruh yang disesuaikan
dengan tingkat kecemasan keluarga.
- Membantu keluarga untuk mengatasi tugas-tugas dasar hidup di lingkungan
berteknologi tinggi seperti unit perawatan intensif neonatal.
- Selidiki dan kurangi hambatan yang dihadapi keluarga di pusat perinatal yang
jauh, seperti kurangnya transportasi, tanggung jawab lain, pekerjaan, dan
lingkungan yang mengancam.
- Berikan informasi kepada keluarga mengenai tempat menginap, tempat
makan dengan harga terjangkau, cara mendapatkan transportasi, atau tempat
memarkir mobil.
- Doronglah penggunaan komunikasi elektronik, seperti e-mail, yang
memfasilitasi kontak antara anggota keluarga dan profesional kesehatan.
- Doronglah untuk menelepon keluarga mengenai perkembangan anggota
keluarga dan mengirimkan foto sebagai cara untuk membantu keluarga
mengatasi ketidakpastian dan meningkatkan hubungan anggota keluarga yang
terpisah secara fisik.
- Doronglah anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi
mereka untuk mendorong pengembangan keterampilan pengasuhan

G. Keperawatan Keluarga pada Keluarga Pasca Persalinan


Semua anggota keluarga mengalami pergolakan rumah tangga selama
beberapa hari dan minggu pertama bayi baru lahir di rumah. Sepanjang siklus
melahirkan, perawat membantu keluarga untuk memahami dan merespons
pengaruh bayi baru terhadap keluarga. Membantu orang tua untuk bersikap
realistis dalam harapan mereka tentang diri mereka sendiri, satu sama lain,
dan anak-anak mereka membantu mereka untuk membuat rencana ke depan
dengan mengidentifikasi dukungan dan sumber daya yang tepat. Bagian ini
membahas penilaian dan intervensi keperawatan yang tepat yang harus
dilakukan oleh perawat keluarga dalam praktiknya ketika merawat keluarga
selama masa nifas.
1. Manajemen Pemberian Makan
Keberhasilan dalam memberi makan bayi mereka menimbulkan
perasaan kompeten pada ibu. Kenyamanan keluarga dengan metode
pemberian makan bayinya sama pentingnya bagi kesehatan fisik, emosional,
dan sosial bayi seperti halnya makanan itu sendiri. Terlepas dari pilihan
metode pemberian makan orang tua, instruksi perawat perlu menekankan
pengembangan hubungan antara bayi dan orang tua melalui pemberian
makan. Digendong saat menyusui akan meningkatkan perkembangan sosial,
baik saat bayi disusui atau diberi susu botol. Orang tua harus meluangkan
waktu selama menyusui untuk menikmati interaksi dengan bayi mereka.
Ketika bayi diadopsi, interaksi sosial dengan menyusui merupakan
kesempatan khusus untuk mengembangkan kelekatan.
2. Kakak Beradik (saudara)
Berapapun usia saudara kandung, penambahan bayi baru memengaruhi
posisi, peran, dan kekuasaan anak yang lebih tua, sehingga menimbulkan
stres bagi orang tua dan anak. Mengajarkan orang tua untuk menekankan
aspek- aspek positif dari penambahan anggota keluarga akan membantu
mereka berfokus pada "hubungan" antar saudara kandung daripada
"persaingan". Orang tua membutuhkan bantuan untuk memenuhi semua
kebutuhan anak, bukan hanya kebutuhan bayi baru. Orang tua mungkin
khawatir apakah mereka memiliki energi, waktu, dan kasih sayang yang
"cukup" untuk anak tambahan. Ide-ide praktis untuk manajemen waktu dan
tugas dapat meringankan beberapa kekhawatiran mereka, serta membantu
orang tua mendelegasikan tugas-tugas non-pengasuhan seperti membersihkan
rumah dan menyiapkan makanan kepada teman dan kerabat jika
memungkinkan.
3. Depresi Pasca Persalinan
Masa setelah melahirkan dapat menjadi masa yang penuh tekanan bagi
wanita karena mereka harus menghadapi tugas-tugas baru sebagai ibu.
Perubahan dalam hubungan, tuntutan lingkungan, dan dukungan sosial juga
terjadi pada masa ini dan dapat menyebabkan stres pascapersalinan (Hung,
2005). PPD telah digambarkan sebagai "pencuri berbahaya yang merampas
waktu berharga ibu bersama dengan bayinya yang telah diimpikan selama
kehamilan" (Beck, 2001, p. 275). Meskipun "baby blues" adalah perubahan
suasana hati yang dapat diprediksi dan bersifat sementara yang terjadi selama
2 minggu pertama setelah melahirkan, gejala stres yang terjadi dan bertahan
selama tahun pertama menjadi perhatian perawat keluarga karena dapat
berdampak buruk pada kesehatan ibu dan kemampuan ibu untuk menjalankan
peran barunya (Blass, 2005; Hung, 2005).
Tanda-tanda depresi pasca persalinan
a. Kesedihan
b. Sering menangis
c. Insomnia atau tidur berlebihan
d. Kurangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa
dilakukan, termasuk hubungan seksual
e. Kesulitan berfikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan
f. Kurangnya kepedulian terhadap penampilan pribadi
g. Perasaan tidak berharga
h. Kelelahan atau kehilangan energi
i. Suasana hati yang tertekan
j. Pikiran tentang kematian : ide bunuh diri tanpa rencana : rencana
atau upaya bunuh diri

 Intervensi Keperawatan untuk Depresi Pasca Persalinan


a. Membantu wanita membedakan antara mitos peran ibu, yang
mengimplikasikan bahwa pada 6 minggu setelah melahirkan, wanita
siap untuk melanjutkan semua kegiatan mereka sebelumnya, dengan
realitas menjadi ibu di mana pakaian prakehamilan tidak muat, bayi
secara berkala menjadi rewel, dan rumah menjadi berantakan karena
anggota keluarga terlalu lelah untuk membersihkannya.
b. Doronglah perempuan dengan depresi pascapersalinan untuk berbagi
perasaan saat mereka berduka karena kehilangan jati diri dan mulai
membangun jati diri mereka.
c. Doronglah perempuan untuk mencari bantuan untuk mengatasi gejala
kecemasan, kemarahan, pemikiran obsesif, ketakutan, rasa bersalah,
dan/atau pikiran untuk bunuh diri.
d. Membantu para wanita untuk menciptakan kembali, merestrukturisasi,
dan mengintegrasikan perubahan yang dibawa oleh menjadi seorang ibu
baru ke dalam kehidupan sehari-hari.
e. Kembangkan protokol standar untuk skrining pria yang pasangannya
mengalami depresi setelah melahirkan.
H. Masalah-Masalah yang Sering Muncul Pada Keluarga dengan Anak
Pertama
1. Hubungan seksual dan social terganggu
Hubungan seksual antar pasangan umumnya menurun selama masa
kehamilan dan selama 6 minggu periode pasca partum. Kesulitan seksual
selama periode pasca partum biasa terjadi, muncul akibat factor peran baru
yang dijalankan oleh ibu, akibat kelelahan dan merasa kehilangan
ketertarikan seksual. Sementara suami merasa ditinggalkan atau
disingkirkan.
2. Suami merasa diabaikan.
Sebagian besar ayah secara umum tidak diikut sertakan dalam proses
perinatal sehingga tentu saja hal ini membuat pria terlambat dalam
melaksanakan perubahan peran penting sehingga menghindari keterlibatan
emosional mereka.
3. Peningkatan perselisihan.

Pola komunikasi pernikahan yang baru, berkembang dengan hadirnya


sorang anak, pasangan suami istri dalam berhubungan satu sama lain
memperlakukan pasangannya sebagai pasangan hidup dan sebagai orang
tua. Pola translokasional berubah secara drastis. Feldman (1961)
mengobservasi bahwa orang tua bayi sedikit berbicara satu sama lain dan
sedikit memiliki kesenangan, kurang menstimulasi percakapan dan
menurunnya kualitas interaksi pernikahan mereka. Beberapa orang tua
merasa kewalahan dengan brtambahnya tanggung jawab. Terutama pada
suami dan istri yang bekerja penuh waktu.

I. Fungsi Perawat dalam Tahap Perkembangan Keluarga Childbearing


Fungsi perawat dalam tahap perkembangan keluarga Childbearing sebagi
kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga.. Fungsi perawat dalam tahap ini
adalah melakukan perawatan dan konsultasi antara lain (Mubarak, dkk 2011):
a. Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan
bayi
b. Mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya,
c. Imunisasi yang dibutuhkan anak,
d. Tumbang anak yang baik,
e. Interaksi keluarga.
f. Keluarga berencana, serta Pemenuhan kebutuhan anak terutama
pada ibu yang bekerja.

J. Fokus Utama Asuhan Keperawatan Keluarga Childbearing


Menurut Friedman (2002) :
1. Persiapan untuk pengalaman melahirkan
2. Transisi menjadi orang tua
3. Perawatan bayi sehat
4. Mengenali secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak
dengan tepat
5. Imunisasi
6. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga childbearing adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Keluarga
childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan ke II
(Friedman, 2002)
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai kurun waktu tertentu
yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan anak keluarga remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembngan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti
pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas dan fungsi
keluarga agar dapat melalui tahap tersebut. Keluarga yang menantikan
kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun) merupakan tahap
perkembangan keluarga childbearing.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi antara lain (Mubarak, dkk 2011) :
a. Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan
bayi
b. Mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya
c. Imunisasi yang dibutuhkan anak
d. Tumbuh kembang anak yang baik
e. Interaksi keluarga
f. Keluarga berencana
g. Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja
B. Saran
Setelah penulis menjabarkan mengenai konsep keluarga dalam
periode childbearing diharapkan memberi manfaat dan tambahan
pengetahuan mengenai konsep keluarga childbearing.

Sebagai seorang perawat kita harus selalu memberikan pendidikan


kesehatan kepada keluarga dengan anak pertama agar bisa menjalin hubungan
keluarga yang harmonis kedepannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek
(5th ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Joanna Rowe Kaakinen, P. R.-D. (2010). Family Health Care Nursing Theory,
Practice, and Research (4th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai