Anda di halaman 1dari 27

Lesi Non-Putih

(Lesi Pigmentasi)
Raihan Khaira Syakilah 1913101010003
1. Melanotic Macule

ETIOLOGI:
• Belum diketahui pasti
• Paparan sinar matahari bukan faktor penyebabnya

PATOFISIOLOGI:
• Melanotic macule disebabkan oleh peningkatan produksi
melanin di dalam lapisan sel basal, lamina propria, atau
keduanya.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1178


GAMBARAN KLINIS:
• Lesi soliter, berbatas tegas yang biasanya berukuran
kurang dari 1 cm
• Coklat sampai coklat tua, bulat atau oval, dan tanpa
gejala
• Paling umum ditemukan pada batas vermilion bibir
bawah
• Melanotic macule labial tidak menjadi gelap setelah
terpapar sinar matahari
• Oral melanotic macule dapat muncul pada setiap
permukaan tetapi paling sering pada mukosa bukal,
gingiva, dan palatum

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1178-9


MANAGEMENT:
• Makula melanotik dianggap sebagai lesi jinak tanpa potensi ganas
• Melanoma maligna juga kemungkinan memiliki tampilan klinis yang
serupa 🡪 disarankan untuk melakukan biopsi eksisi jika dicurigai
maligna
• Pada labial 🡪 jika mengganggu penampilan 🡪 dilakukan pengangkatan
lesi dengan scalpel, cryosurgery, atau laser ablasi

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1179


MELANOCHANTOMA 🡪 lesi jinak yang paling sering
2. Melanochantoma
ditemui pada wanita berkulit gelap antara 30 dan 50
tahun, dapat sembuh secara spontan, dengan atau
tanpa intervensi bedah.

ETIOLOGI:
• Tidak diketahui

PATOFISIOLOGI:
• Mekanisme patofisiologi untuk melanoacanthoma
oral paling sering dikaitkan dengan trauma
regional akut atau iritasi kronis

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1179-80


Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 110-1
GAMBARAN KLINIS:
• menyebar, berkisar dari beberapa mm hingga beberapa cm.
• lesi biasanya berwarna coklat hingga hitam
• biasanya bermanifestasi sebagai lesi soliter
• paling sering pada mukosa bukal, diikuti oleh palatum, bibir, gingiva, lidah dan
dapat muncul secara unilateral atau bilateral

MANAGEMENT:
• dapat sembuh secara spontan, dengan atau tanpa intervensi bedah.
• Biopsi insisional diperlukan jika dicurigai melanoma maligna
• Kekambuhan lesi ini jarang terjadi

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1180-1


3. Melanocytic Nevus

umum dan biasanya berkembang selama


masa kanak-kanak
sering diamati pada dekade ketiga hingga
keempat kehidupan

ETIOLOGI:
• faktor lingkungan (seperti paparan sinar
matahari) dan genetik

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1181-2


Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 9th ed. 384
GAMBARAN KLINIS:
• biasanya tanpa gejala, soliter, berbatas tegas,
kurang dari 1 cm, berbentuk makula atau nodular,
dan berwarna coklat atau biru
• Permukaan intraoral yang paling sering terkena
adalah palatum durum, mukosa bukal dan labial,
dan gingiva.

MANAGEMENT:
• Perawatan biasanya tidak diindikasikan kecuali mengganggu penampilan dan ada
kecenderungan regresi lesi
• Biopsi diperlukan jika dicurigai maligna
• Diindikasikan untuk eksisi bedah konservatif lengkap

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1182-3


4. Malignant Melanoma

Puncak terjadinya antara usia 40 dan 60


tahun
Biasanya muncul sebagai bercak hitam
atau coklat
Menimbulkan nyeri dan pendarahan
Biopsi diperlukan untuk diagnosis
Kelangsungan hidup rata-rata mungkin
tidak lebih dari 2 tahun

Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 9th ed. 388
ETIOLOGI:
• Pada kulit, penyebab belum jelas, namun
sering dikaitkan dengan beberapa faktor
predisposisi seperti radiasi UV dari
matahari, penggunaan tanning bed dalam
ruangan, riwayat keluarga
• Pada rongga mulut, etiologi tidak diketahui,
dan faktor risiko perkembangannya belum
jelas

Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 9th ed. 388
Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1184
GAMBARAN KLINIS:
• Lokasi yang paling sering adalah palatum dan alveolar ridge atas
• Awalnya bercak coklat tua atau hitam tanpa gejala, berkembang menjadi
nodular, nyeri, ulserasi, perdarahan, sampai menyebabkan goyangnya gigi.
• Karena pertumbuhannya yang cepat, sebagian besar melanoma oral berukuran
setidaknya 1 cm, dan sekitar 50% pasien mengalami metastasis paling sering di
kelenjar getah bening serviks, dan dapat melibatkan paru-paru, hati, otak, dan
tulang.

Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 9th ed. 388
Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 114
MANAGEMENT:
• Biopsi 🡪 wajib untuk setiap lesi berpigmen soliter persisten, dari lesi yang tidak
berbahaya hingga melanoma ganas yang mengancam jiwa
• Eksisi bedah 🡪 modalitas pengobatan utama untuk melanoma maligna, yang
bersifat kuratif bagi sebagian besar pasien dengan lesi stadium awal
• Melanoma maligna bersifat tahan terhadap radioterapi dibandingkan dengan
kanker lainnya 🡪 peran radioterapi terbatas

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1187-8


5. Physiologic Pigmentation

pigmentasi mukosa yang paling umum; namun, tidak


berhubungan dengan warna kulit 🡪 biasanya terlihat pada
individu berkulit gelap tanpa kecenderungan jenis kelamin

ETIOLOGI:
• Belum diketahui

PATOFISIOLOGI:
Peningkatan pigmentasi yang berkaitan dengan aktivitas
melanositik. Intensitas warna lesi dapat dipengaruhi oleh hormon,
merokok, dan pengobatan sistemik

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1188-9


GAMBARAN KLINIS:
• biasanya mempengaruhi gingiva, muncul sebagai
pigmen coklat bilateral, berbatas tegas, biasanya tidak
mempengaruhi margin gingiva
• Bisa juga terdapat pada mukosa bukal, bibir, palatum,
dan lidah
• Warna coklat muda hingga hitam, dan asimptomatik
• Secara mikroskopis, kondisi ini ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah deposisi melanin di dalam lapisan
sel basal

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1188-9


MANAGEMENT:
• Diagnosis 🡪 berdasarkan gambaran klinis, dan pengobatan tidak diindikasikan
untuk kondisi ini
• Biopsi dapat diindikasikan jika pasien melaporkan gejala fisik yang mungkin terkait
dengan gangguan sistemik, seperti penyakit Addison, yang dapat menyebabkan
perkembangan pigmentasi oral
• Prosedur seperti gingivektomi, terapi laser, dan cryotherapy telah digunakan,
namun biasanya lesi ini pada akhirnya dapat kambuh.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1189-90


6. Smoker’s Melanosis
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pigmentasi mukosa oral yang berkembang akibat
penggunaan tembakau yang berat,
mempengaruhi hampir 22% perokok

ETIOLOGI:
• Amina polisiklik, seperti nikotin dan benzopiren,
adalah senyawa kimia dalam asap tembakau
yang merangsang melanosit untuk memproduksi
melanin.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1191


GAMBARAN KLINIS:
• Gingiva labial anterior 🡪 daerah yang paling sering terkena
• Area berpigmen berwarna coklat-hitam, rata, dan tidak
beraturan

MANAGEMENT:
• Diagnosis 🡪 biasanya ditegakkan dengan riwayat positif
penggunaan tembakau yang berkorelasi dengan temuan
fisik yang khas pada pemeriksaan klinis.
• Jika lesi terdapat di area yang tidak biasa 🡪 biopsi
• Penghentian kebiasaan merokok

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1192


Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 117
7. Post-inflammatory (Inflammatory) Hyperpigmentation

cenderung berkembang lebih sering pada individu berkulit gelap.


kebanyakan muncul sebagai pigmentasi di area yang pernah
mengalami luka atau peradangan sebelumnya.

ETIOLOGI: belum diketahui

PATOFISIOLOGI: Kondisi peradangan, seperti lichen planus, dapat


menyebabkan gangguan melanosit epitel, mengakibatkan
peningkatan deposisi melanin di daerah yang terkena.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1192


Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 117
GAMBARAN KLINIS:
• ditandai dengan bercak pigmentasi yang menyebar, warna coklat
hingga hitam pada mukosa yang mendasari kondisi inflamasi
• lesi ini paling sering dikaitkan dengan peradangan lichenoid,
biasanya disebabkan oleh trauma sebelumnya

MANAGEMENT:
• kondisi peradangan yang mendasarinya 🡪 kortikosteroid topikal.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1192-3


Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 117
8. Peutz–Jeghers Syndrome

penyakit herediter langka, terdapat makula


berpigmen mukokutan multipel dan polip usus.
dapat menyebar luas, mempengaruhi tangan, kaki,
dan kulit perioral, serta mukosa oral.
Pada kulit biasanya memudar setelah pubertas,
tetapi pada oral akan tetap ada.
Patch oral menyerupai melanotic macule, biasanya
berukuran <0,5 cm, dan dapat terjadi pada bibir,
mukosa bukal, lidah dan palatum

Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 9th ed. 386
Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 121
secara histologis, lesi ini menunjukkan peningkatan
melanin basilar tanpa peningkatan jumlah melanosit.

MANAGEMENT:
Lesi pigmentasi asimptomatik tidak diperlukan
pengobatan, tetapi pasien harus dirujuk untuk
diagnosis genetik dan tindak lanjut terkait polip
seperti perawatan bedah
Suplementasi zat besi mungkin diperlukan untuk
sebagian pasien yang mengalami anemia.

Regezi. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation. 136


Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 121
9. Amalgam’s Tattoos

Amalgam’s tattoo adalah penyebab paling umum dari


pigmentasi oral.

GAMBARAN KLINIS:
• berbentuk makula, biasanya kecil dan sering
ditemukan di dekat gigi yang direstorasi amalgam
atau di area gigi tersebut sebelumnya ada
• dapat diidentifikasi di setiap lokasi mulut, tetapi
gingiva dan mukosa alveolar paling sering terkena.
• berwarna biru abu-abu hingga hitam

Regezi. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation. 145


Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1200-1
MANAGEMENT:
• diagnosis biopsi diperlukan karena tattoo mungkin sulit untuk
dibedakan dari melanositik
• Jika pada radiografi terlihat partikel amalgam, tidak perlu
diagnosis biopsi.

Terlihat keberadaan
partikel amalgam

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1200-1


10. Drug-induced Melanosis

obat dapat menginduksi berbagai bentuk pigmentasi


mukokutan, termasuk melanosis.
Pigmentasi 🡪 disebabkan oleh pengendapan deposit
obat.
Obat utama yang berkaitan dengan melanosis 🡪
antimalaria, termasuk klorokuin, hidroksiklorokuin,
kinakrin, dan lain-lain.
Obat umum lainnya 🡪 fenotiazin, seperti
klorpromazin, obat kontrasepsi oral, dan obat Drug-induced melanosis pada pasien
yang sedang konsumsi klorpromazin
sitotoksik seperti siklofosfamid dan busulfan.

Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 116-7


GAMBARAN KLINIS:
• diperkirakan bahwa 10-20% dari semua kasus pigmentasi melanositik yang didapat
mungkin disebabkan oleh obat.
• pigmen dapat menyebar namun terlokalisir pada satu permukaan mukosa, seringkali
pada hard palate; atau dapat melibatkan banyak permukaan.

MANAGEMENT:
• Diagnosis 🡪 dapat dicapai jika dibuat hubungan temporal antara penggunaan obat
dan perkembangan pigmentasi
• Biopsi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
• Penghentian pengobatan

Greenberg. Burket’s Oral Medicine 11 ed. 116-7


Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1190-1
11. Human Immunodeficiency Virus (HIV): Associated Pigmentation

Hiperpigmentasi oral mukosa 🡪 sering terjadi pada individu HIV-seropositif dan


AIDS.
Jika berkembang, pigmentasi biasanya menjadi jelas dalam 2 tahun pertama
setelah diagnosis HIV awal

ETIOLOGI:
Multifaktorial 🡪 disregulasi sitokin yang diinduksi HIV, radang pada mukosa, reaksi
obat HIV/AIDS

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1197-8


GAMBARAN KLINIS:
• Pigmentasi dapat bermanifestasi sebagai makula atau patch multipel, warna coklat
muda-tua, dan menyebar.
• dapat muncul di mana saja, tetapi gingiva cenderung lebih sering’
• Diagnosis pigmentasi terkait HIV diberikan jika pigmen awalnya muncul dan menjadi
semakin parah setelah diagnosis infeksi HIV atau setelah memulai terapi

MANAGEMENT:
• pigmentasi oral yang baru muncul pada individu yang dianggap berpotensi berisiko tinggi
terhadap infeksi HIV, harus segera dievaluasi untuk kemungkinan infeksi.

Camile, S. Farah. Contemporary Oral Medicine. 1197-8

Anda mungkin juga menyukai