Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TERSTRUKTUR

Nama : Adhe Amanda


NIM : B1023181072
Jurusan/Kelas : Manajemen/A Malam
Mata Kuliah : Kepemimpinan
Dosen : Dr. Titik Rosnani, S.E., M.Si.

Servant Leadership atau yang lebih dikenal sebagai kepemimpinan yang melayani,
merupakan pendekatan kepemimpinan yang berfokus pada sudut pandang pemimpin dan
perilakunya. Kepemimpinan yang melayani menyatakan bahwa para pemimpin
memperhatikan masalah anggota mereka, berempati dengan mereka, dan mengatur mereka.
Greenleaf (1970) menyatakan bahwa kepemimpinan yang melayani dimulai dari perasaan
alami bahwa seseorang ingin melayani, dan untuk pertama kali melayani. Dimulai dengan
perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan.
Selanjutnya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang
lain. Perbedaannya terlihat pada perhatian yang diberikan oleh pelayan (pemimpin) untuk
memastikan bahwa kebutuhan utama orang lain dapat terlayani atau terpenuhi.
Meskipun kompleks, pengertian ini menekankan ide-ide dasar kepemimpinan yang
melayani telah disorot oleh para sarjana saat ini. Pemimpin yang melayani menempatkan
kebaikan anggotanya di atas kepentingan diri mereka sendiri dan menekankan pengembangan
anggota (Hale & Fields, 2007). Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) adalah
sebuah model kepemimpinan yang dicanangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang
dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (servant leader) memiliki
kecenderungan yang lebih memprioritaskan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang
yang dipimpinnya kepada dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya
holistik dan beroperasi dengan moral spiritual yang normal.
Konsep lain dari model kepemimpinan ini muncul dari upaya peneliti untuk
mengembangkan dan memvalidasi instrumen yang bertujuan mengukur dimensi inti dari
proses servant leadership. Servant Leadership tidak terjadi dalam ruang hampa tetapi terjadi
dalam konteks organisasi atau budaya tertentu. Masing-masing sifat mempengaruhi cara
kepemimpinan yang melayani dilakukan. Meskipun kepemimpinan yang melayani terkadang
dinilai oleh orang lain sebagai sebuah sifat, pada materi ini servant leadership dipandang
sebagai suatu sikap.
Greenleaf juga mengatakan bahwa servant leader mempunyai tanggung jawab sosial
untuk memperhatikan orang kelas bawah dan mereka yang kurang beruntung. Jika terdapat
ketidakadilan dan kesenjangan sosial, seorang servant leader dapat menghilangkan niatnya
untuk menjadi orang yang melayani. Seorang servant leader menggunakan sedikit kekuatan
dan kontrol institusional sembari mengalihkan otoritas kepada mereka yang dipimpin. Servant
Leadership menghargai organisasi karena memberikan kesempatan tatap muka bagi individu
untuk saling ketergantungan, rasa hormat, kepercayaan, dan perkembangan individu.
Berikut adalah 10 karakteristik dari kepemimpinan yang melayani (servant leadership):
1. Mendengarkan.
Pemimpin yang melayani berkomunikasi dengan mendengarkan terlebih dahulu. Mereka
menyadari bahwa mendengarkan adalah disiplin yang dipelajari yang melibatkan
mendengar dan menerima apa yang orang lain katakan. Melalui mendengarkan, pemimpin
yang melayani mengakui sudut pandang pengikut dan memvalidasi perspektif ini.

2. Empati.
Ketika seorang pemimpin yang melayani menunjukkan empati, itu menegaskan dan
memvalidasi orang yang dipimpinnya. Itu membuat anggotanya merasa dipedulikan.

3. Penyembuhan.
Pemimpin yang melayani harus peduli terhadap kesejahteraan pribadi para anggotanya.
Mereka mendukung dengan membantu mengatasi masalah pribadi anggotanya. Greenleaf
menjabarkan bahwa proses penyembuhan adalah jalan dua arah—dalam membantu
pengikut menjadi utuh, pemimpin pelayan sendiri disembuhkan.

4. Kesadaran.
Dengan kesadaran, pemimpin yang melayani dapat melihat diri mereka melalui sudut
pandang mereka sendiri dalam konteks situasi yang lebih besar.

5. Bujukan.
Persuasi adalah komunikasi yang jelas dan terus-menerus yang meyakinkan orang lain
untuk berubah. Berbeda dengan paksaan yang memakai otoritas posisional untuk memaksa
ketaatan, persuasi menciptakan perubahan melalui penggunaan argumen non-penilaian yang
lembut.
6. Konseptualisasi.
Konseptualisasi merujuk pada kemampuan individu menjadi visioner bagi suatu organisasi,
memberikan pengertian yang jelas tentang arah dan tujuannya.

7. Tinjauan Masa Depan.


Menurut Greenleaf, pandangan ke depan memiliki dimensi etis karena dia percaya para
pemimpin harus bertanggung jawab atas setiap kegagalan untuk mengantisipasi apa yang
dapat diperkrakan dan bertindak berdasarkan pemahaman itu.

8. Kepengurusan.
Pemimpin yang melayani menerima tanggung jawab untuk secara hati-hati dalam mengelola
organisasi yang telah diberikan kepada mereka untuk dipimpin. Mereka juga memegang
organisasi dalam kepercayaan untuk kebaikan para anggotanya.

9. Komitmen Untuk Pertumbuhan Orang.


Pemimpin yang melayani berkomitmen untuk membantu setiap orang dalam organisasi
tumbuh secara pribadi dan profesional.

10. Membangun Komunitas.


Komunitas memungkinkan anggota untuk mengidentifikasi sesuatu yang lebih besar dari
diri mereka sendiri. Pemimpin yang melayani membangun komunitas untuk memberikan
tempat di mana anggota dapat merasa aman dan terhubung dengan anggota lain, tetapi masih
diperbolehkan untuk mengekspresikan individualitas mereka sendiri.

Jawaban studi kasus 10.1:

1. Perilaku donatur sesuai dengan karakteristik servant leader yaitu, kesadaran, empati,
penyembuhan, tinjauan masa depan, konseptualisasi, komitmen pertumbuhan orang, dan
membangun komunitas. Yang dimana para donatur sadar bahwa penduduk Kalamazoo
kehilangan banyak pekerjaan di berbagai industri utamanya, dan banyak pabrik yang tutup.
Siswa berpenghasilan rendah dan tingkat kemiskinan mencapai 17,6%. Mereka berniat
untuk memberikan penyembuhan penduduk Kalamazoo dengan cara memberikan donasi
beasiswa kepada siswa Kalamazoo untuk menyembuhkan perekonomian demi masa depan
yang lebih baik. Konsep yang sangat jelas dan berkomitmen untuk memberikan
pertumbuhan pada penduduk Kalamazoo juga dimiliki oleh donatur. Mereka juga membuat
komunitas untuk membantu melaksanakan program mereka.

2. Saya menilai aspek yang bermasalah pada program itu terletak pada tingkat pendaftaran
siswa sekolah swasta menurun dan berimbas pada penutupan satu sekolah swasta.
Permasalahan inilah yang selayaknya dapat dituntaskan oleh donatur dan penduduk
setempat, mengingat sekolah swasta juga sama baiknya dengan sekolah negeri.
3. Nominal beasiswa yang sangat besar tentunya mempengaruhi siswa Kalamazoo untuk lebih
giat dan rajin ketikan menimba ilmu di sekolah dan universitas. Dengan memastikan bahwa
anak-anak kota memiliki masa depan pendidikan yang lebih baik, janji Kalamazoo telah
memberi dampak yang sangat besar terhadap masyarakat dengan memberi harapan baru
untuk bertahan hidup dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai