Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK PERAH


“Milking System”

OLEH:

M. GHULHAM AZIZUL HAKIM D1A019185


MUTI KAMILA D1A020005
M. TSABIT ADI DWIFATHAN D1A020042
SELFIA ANGGARINI KUSUMA D1A020096
AMEILIA SAPUTRI D1A020153
NARENDRA DIAZ RAMADHANI D1A020184
TAUFIK NUR HIDAYAT D1A020188

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Ternak Perah
Milking System dengan lancar dan diberi kemudahan. Makalah Manajemen Ternak Perah
Milking System merupakan pembelajaran studi kasus, untuk menambah wawasan
tentang Manajemen Ternak Perah dan sebagai salah satu syarat dalam penilaian. Oleh
karena itu, diharapkan setelah melakukan serangkaian pembelajaran studi kasus,
penyusun dapat menerapkan ilmunya dalam masa yang akan datang.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Ternak Perah.
2. Rekan-rekan yang telah memberi semangat dan dukungan dalam melaksanakan
pembelajaran serta penyusunan makalah.
Meskipun telah disusun dengan cermat, tidak tertutup kemungkinan bahwa di dalam
Makalah Manajemen Ternak Perah ini masih terdapat sejumlah kekeliruan. Segala kritik
dan saran diperlukan demi terwujudnya Makalah Manajemen Ternak Perah Milking
System yang lebih baik diwaktu mendatang.

Purwokerto, 11 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................i
PRAKATA........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Tujuan..............................................................................................................................4
1.3 Manfaat............................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Perbandingan Sistem Pemerahan Tradisional dan Modern..........................................6
2.2 Sistem Pemerahan yang Cocok Diterapkan di Indonesia..............................................7
2.3 Alat Pemerahan, Frekuensi Pemerahan, dan Hygiene Pemerahan..............................8
2.4 Pentingnya Hygiene Pemerahan dan Dampak Diabaikannya Hygiene Pemerahan
Terhadap Produksi Susu dan Timbulnya Penyakit Tertentu................................................9
2.5 Kendala Peternak Dalam Menerapkan System Pemerahan dan Solusinya................10
III. PENUTUP...................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Peternakan merupakan suatu kegiatan pengembangbiakan dan pemeliharaan
hewan untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari ternak. Salah satu hewan yang banyak
diternak oleh masyarakat Indonesia adalah ternak perah meliputi sapi perah dan kambing
perah. Peternak mendapatkan manfaat dan hasil dari proses pemerahan susu dari ternak
perah.
Pemerahan merupakan suatu tindakan mengeluarkan susu dari ambing ternak.
Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Pemerahan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan pasca
pemerahan. Pemerahan dapat dilakukan secara konvensional dan modern, yang banyak
dilakukan di peternak rakyat adalah pemerahan secara kkonvensional.
Produksi susu selain dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan dipengaruhi juga
oleh proses pada saat pemerahan. System Pemerahan yang baik akan membuat ternak
tenang dan lebih banyak menghasilkan susu. Oleh karena itu perlu adanya milking system
yang baik agar produksi susu maksimal.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui perbandingan system pemerahan tradisional dan modern;
2. Mengetahui system pemerahan yang cocok untuk diterapkan di Indonesia;
3. Mengetahui alat pemerahan, frekuensi pemerahan, dan hygiene pemerahan yang
perlu diterapkan;
4. Mengetahui pentingnya hygiene pemerahan dan dampak diabaikannya hygiene
pemerahan terhadap produksi susu dan timbulnya penyakit tertentu;
5. Mengetahui kendala peternak dalam menerapkan system pemerahan dan
solusinya.
I.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan system pemerahan tradisional dan
modern;
2. Mahasiswa dapat mengetahui system pemerahan yang cocok untuk diterapkan di
Indonesia;
3. Mahasiswa dapat mengetahui alat pemerahan, frekuensi pemerahan, dan hygiene
pemerahan yang perlu diterapkan;
4. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya hygiene pemerahan dan dampak
diabaikannya hygiene pemerahan terhadap produksi susu dan timbulnya penyakit
tertentu;
5. Mahasiswa dapat mengetahui kendala peternak dalam menerapkan system
pemerahan dan solusinya.
II. PEMBAHASAN

II.1 Perbandingan Sistem Pemerahan Tradisional dan Modern


Pemerahan merupakan aktivitas mengeluarkan susu dari ambing ternak perah
dalam masa laktasi tanpa menyakiti ternak. Tujuan dari pemerahan adalah untuk
memproduksi susu. Pemerahan terdapat tiga tahapan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan
pemerahan dan pasca pemerahan. Tahapan pra pemerahan merupakan tahapan pertama
dalam manajemen pemerahan yakni mempersiapkan segala hal berupa peralaan, tempat,
dan ternak yang akan diperah dalam kondisi bersih dan higienis. Tahapan proses
pemerahan dilakukan dengan menggunakan metode pemerahan antara lain metode
manual ataupun menggunakan mesin. Pasca pemerahan dilakukan setelah tahap
pemerahan selesai yaitu berupa pencatatan produksi hasil, teat dipping pada puting
ternak dan pembersihan alat pemerahan. Pelaksanaan pemerahan dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu metode manual dengan tangan (hand milking) dan pemerahan
dengan mesin. Metode yang digunakan dalam pemerahan menentukan banyaknya susu
yang dihasilkan, dengan metode yang benar maka susu yang didapat akan maksimal
(Haminah et al., 2021).
Teknik pemerahan tradisional memiliki kelebihan yaitu 1) biaya pemerahan yang
ekonomis, 2) alat pemerahan yang praktis, cukup menggunakan ember. Sedangkan
kelemahan dari teknik pemerahan tradisional yaitu 1) energi yang dibutuhkan pekerja
banyak, 2) waktu pemerahan yang lama, 3) masih terdapat susu yang tertinggal diambing
sapi (Sulistyati et al., 2013)
Kelebihan sistem pemerahan modern (menggunakan mesin) yaitu: 1) penggunaan
mesin perah menghasilkan susu lebih maksimal, sebab susu tidak tercecer pada saat
pemerahan, 2) relatif cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih efesien, 3) petugas
pemerah tidak mengeluarkan energi yang banyak saat memerah dan 4) waktu pemerahan
lebih singkat sehingga dapat menurunkan tercemarnya susu oleh mikroba. Kekurangan
dari pemerahan sistem modern yaitu : 1) harga mesin yang mahal, 2) listrik yang
diperlukan besar apabila semua mesin dinyalakan (Sari et al., 2021)
II.2 Sistem Pemerahan yang Cocok Diterapkan di Indonesia

Gambar diatas merupakan jenis mesin perah yang cocok digunakan di Indonesia
dikarenakan lebih efisien, lebih murah dan mudah digunakan untuk pemerahan. Hal
tersebut sejalan dengan Hamiah (2021) menyatakan bahwa troli pemerah susu
merupakan salah satu solusi pemerahan otomatis paling sederhana yang dilengkapi roda
dan sistem pemerahan lengkap. Troli pemerahan Milkline mudah ditangani dan diangkut,
memastikan kenyamanan optimal bagi hewan dan operator selama pemerahan.
Tahap dalam pemerahan sapi perah yang pertama adalah memastikan bahwa
kandang dan sapi perah bersih sehingga susu tidak terkoncaminasi bakteri (Sunarko,
2009). Lalu usap putting sapi perah menggunakan kain yang telah diberi air hangat (37 oC)
untuk merangsang pengeluaran susu. Hal tersebut sejalan dengan Mahardika dkk (2016)
ambing sebelum pemerahan perlu dilakukan pencucian yang berfungsi agar ambing
dalam keadaan bersih dan merangsang keluarnya susu. Pencucian ambing erat
hubungannya dengan perangsangan dan aktivitas hormon ocytocin. Hormon oxytocin
merupakan hormon yang khusus untuk merangsang keluarnya susu dari alveoli.
Masukkan milking unit ke putting sapi perah selama kurang lebih tujuh menit, setelah
selesai susu akan langsung mengalir ke bucket yang digunakan sebagai tempat
penampungan susu. Dikarenakan menggunakan portable milking machine maka sapi tidak
perlu dipindahkan ke suatu bangsal atau tempat pemerahan namun cukup diam
dikandang dan peternak yang akan berkeliling untuk memerah.
Sistem pemerahan dengan portable milking machine masih menggunakan peralatan
pemerahan tambahan seperti ember susu, saringan, dan milk can. Sesuai dengan
pendapat Rachman (2008) bahwa portable milking machine atau tipe semua peralatan
mesin perah (pompa vakum sampai dengan bucket) diatruh di atas troli dan didorong ke
sapi yang akan diperah. Persiapan peralatan Portable Milking Machine Peralatan portable
milking machine. Peralatan yang digunakan yaitu portable milking machine, ember,
saringan, milk can, dan timbangan. Peralatan tambahan berupa ember digunakan untuk
menampung hasil susu yang telah diperah dan juga sarana untuk dilakukan penimbangan
terhadap susu yang dihasilkan. Saringan digunakan untuk menyaring benda-benda asing
agar susu yang dihasilkan tidak terkontaminasi saat disimpan. Milk can digunakan sebagai
alat penyimpanan susu sementara sebelum masuk ke cooling unit dan sebagai
penyimpanan saat susuakan diberikan kepada pedet.
Pemerah Susu Mekanis Metode pemerahan susu secara modern menggunakan cara
mekanisasi, artinya pemerahan susu menggunakan mesin sebagai pengganti tangan.
Dalam peternakan sapi perah modern, mesin pemerah susu dibedakan menjadi 3 sistem,
diantara ketiga system tersebut yang cocok digunakan di Indonesia adalah system bucket,
merupakan system pemerahan yang dapat berpindah pindah. Susu hasil pemerahan akan
ditampung di dalam ember di setiap mesin. Hal tersebut sejalan dengan Frick (2007) yang
menyatakan bahwa system bucket : Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan
yang menggunakan mesin dan dapat dipindah dari tempat satu ke tempat lain. Dimana
susu hasil perahan ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin.
II.3 Alat Pemerahan, Frekuensi Pemerahan, dan Hygiene Pemerahan
Bagian pada mesin pemerahan terdiri atas pompa vakum, pulsator, milk claw,
sedotan putting (teat cup), dan wadah susu(bucket). Hal tersebut sejalan dengan Hamiah
(2021) pompa vakum, pulsator, milk claw, sedotan putting (teat cup), dan wadah
susu(bucket) merupakan komponen penyusun mesin perah. Peralatan yang digunakan
baik mesin pemerahan mau pun alat tambahan harus dipastikan dalam keadaan bersih
dan kering. Hal ini dilakukan guna mencegah adanya kontaminasi mikroba yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit.
Hygiene merupakan suatu Tindakan atau cara yang dilakukan untuk memelihara
dan melindungi kesehatan. Hygiene adalah serangkaian praktik yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, hygiene merujuk pada kondisi
dan praktik yang membantu memelihara kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit.
Sementara itu, higiene pribadi merujuk pada pemeliharaan kebersihan tubuh. Menurut
Bimantoro et al., (2014) kondisi hygiene pemerahan dapat berupa menggunakan masker,
sepatu boot dan membersihkan tangan sebelum memerah.
Frekuensi pemerahan merupakan jumlah pemerahan yang dilakukan oleh suatu
peternak. Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan
yang dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi
susu tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3
kali sehari, sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat
diperah 3 kali sehari. Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari
produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari.
Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 %
dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut
karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2
kali sehari. Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara
pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Menurut
Makin (2011) Sapi yang diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya
pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik.
II.4 Pentingnya Hygiene Pemerahan dan Dampak Diabaikannya Hygiene Pemerahan
Terhadap Produksi Susu dan Timbulnya Penyakit Tertentu
Manusia dapat menjadi sumber kontaminan mikroorganisme patogen yang
selanjutnya menyebabkan penyakit bawaan pangan. Sistem pemeliharaan pada
peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat
berskala kecil. Beberapa permasalahan pada kondisi teknis seperti perkandangan dan
sarana penunjang masih kurang memadai. Tata laksana pemerahan yaitu sebelum,
sesudah, dan setelah pemerahanan masih belum di laksanakan sesuai dengan prosedur
pemerahan (Sopandi dan Wardah, 2014). Jika terdapat kesalahan dalam penanganan
hygiene susu segar mulai dari proses persiapan pemerahan, pemerahan dan penanganan
pasca perah, maka susu segar dapat menjadi sumber penyakit yang berasal dari
mikroorganisme yang berkembang biak di dalam susu tersebut. Oleh karena itu hygiene
dalam proses pemerahan pada sapi 3 perah sangat penting agar manfaat dari susu segar
tersebut dapat semaksimal mungkin digunakan untuk kepentingan kesehatan manusia.
Faktor kebersihan berpengaruh terhadap jumlah mikroba pada susu segar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Syamsi (2020) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
hygiene dan sanitasi terhadap jumlah cemaran mikroba dan penurunan kualitas susu
segar. Pembersihan kandang pada perlakuan berfungsi untuk membersihkan feses ternak
sapi perah yang berada di lantai kandang. Pembersihan kandang selalu dilakukan oleh
peternak karena untuk kenyamanan pada saat melakukan pemerahan. Pembersihan
kandang juga memiliki fungsi mengurangi cemaran dari mikroba yang berada di udara.
Dengan bersihnya kandang dari feses maka cemaran mikroba dapat berkurang atau
ditekan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono dan Sudarwanto (2016) buruknya
hygiene dan sanitasi ini tentu berpengaruh pada jumlah total kuman maupun kualitas
susu sapi segar yang dihasilkan.
Masih buruknya higiene dan sanitasi di peternakan sapi perah berpengaruh
terhadap jumlah total kuman pada susu segar yang dihasilkan dan tentunya dapat
meningkatkan risiko kejadian mastitis subklinis di peternakan. Shittu et al., (2012)
menyatakan bahwa faktor-faktor seperti higiene pemerahan dan sanitasi lingkungan
berperan secara nyata pada kejadian mastitis subklinis di peternakan sapi perah.Tidak
mencuci tangan ketika berpindah dari sapi satu ke sapi yang lain, sehingga sangat
memungkinkan infeksi mastitis terjadi akibat tangan pemerah yang tidak bersih dan
terkontaminasi dengan bakteri penyebab mastitis dari sapi yang terinfeksi mastitis.
Menurut Sudono, Rosdiana dan Setiawan (2003) bahwa kebersihan pemerah harus
diutamakan, karena melalui pemerah dapat terjadi penularan mastitis akibat kontak
bakteri antara pemerah dan sapi yang diperah. Oleh karena itu, tangan pemerah
sebaiknya dicuci sebelum dan sesudah melaksanakan pemerahan karena kontaminasi
bakteri penyebab mastitis dari ambing yang sakit ke ambing yang sehat dapat terjadi
melalui tangan pemerah yang kotor.
II.5 Kendala Peternak Dalam Menerapkan System Pemerahan dan Solusinya
Pemerahan tradisional memiliki kekurangan yaitu kontaminasi mikroorganisme
yang berasal dari pemerah. Pemerah yang tidak menjaga kebersihannya dapat
menyebabkan peningkatan total mikroorganisme susu. Oleh karena itu, pemerah harus
menjaga kebersihan sebelum dan saat melakukan proses pemerahan. Pemerah harus
memakai pakaian yang bersih, memakai sepatu boot yang dibersihkan secara teratur,
tidak memiliki luka terbuka, selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
bekerja. Kesehatan kuku juga harus dijaga, pemerah harus selalu memotong kukunya jika
sudah sedikit panjang dan selalu menjaga agar kukunya bersih karena puting susu sapi
sangat sensitif terhadap kuku yang panjang dan juga untuk menghindari adanya luka pada
puting susu dikarenakan terkena goresan kuku. Pekerja yang menangani ternak dan
pemerahan susu harus dalam kondisi yang sehat, menjaga diri agar tidak melakukan
kebiasaan menggaruk, batuk-batuk, merokok, ataupun bersin, pada saat pemerahan
untuk menghindarkan kontaminasi pada susu (Despal et al. 2021).
Pemerahan susu dengan mesin pemerah susu sekaligus juga dapat mengumpulkan
produksi susu dari beberapa ekor sapi yang diperah dalam satu tangki secara otomatis.
Hal ini juga dapat menjadi masalah terjadinya kontaminasi susu secara silang dari antar
sapi. Masalah itu harus diatasi dengan penyertaan sistem pengelolaan yang profesional
dan didukung oleh SDM yang terlatih. Masalah-masalah itu mencakup: 1) susu dari sapi
yang menderita mastitis, yaitu penyakit infeksi pada ambing, dapat merusak seluruh
produksi susu, 2) jika waktu pemerahan susu dengan mesin pemerah terjadi ambing
berhenti keluar susu (disebut kondisi kering) dan mesin masih melekat diputing maka
dapat menyebabkan luka pendarahan dan darahnya mengotori dan merusak seluruh
produksi susu, dan 3) mesin pemerah susu memerlukan sistem pembersihan khusus
dengan cara CIP yang cermat (Soekarto, 2020).
Solusi dari kelompok kami untuk mengatasi permasalahan pada pemerahan secara
modern yaitu 1) pemerah lebih memperhatikan kondisi ambing sapi agar kejadian
mastitis bisa teratasi,2) setelah melakukan pemerahan, sebaiknya mesih pemerah
dibersihkan secara menyeluruh agar kebersihan mesin tetap terjaga dan kontaminasi
dapat dihindari.
III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Pemerahan secara tradisional lebih ekonomis dan alatnya sederhana, tetapi tidak
efisien waktu, memerlukan banyak tenaga, dan pemerahan tidak optimal.
Sedangkan pemerahan secara modern lebih maksimal dalam menghasilkan susu,
waktu pemerahan efisien, tidak memerluka banyak tenaga, dan lebih higienis,
tetapi memerlukan biayan lebih banyak daripada pemerahan secara tradisional.
2. Milking system yang cocok diterapkan di Indonesia adalah dengan menerapkan
system pemerahan semi modern dengan menggunakan mesin perah portable.
3. Mesin perah portable terdiri atas pompa vakum, pulsator, milk claw, teat cup, dan
bucket. Hygiene dilakukan dengan menerapkan standar kebersihan di kendang
seperti penggunaan masker, sepatu boots, dan mencuci tangan dan peralatan.
Pemerahan dilakukan 2 kali sehari.
4. Hygiene sangat berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan. Hygiene yang
tidak dilakukan akan menyebabkan cemaran mikroba pada susu tinggi dan dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis.
5. Kendala yang dihadapi peternak yaitu hygiene, solusinya adalah dengan lebih
menrapkan lagi hygiene agar penyakit bisa teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bimantoro, S., Ambarwati, S. P., dan Firnawati, S. K. M. (2014). Pengaruh Kondisi Hygiene


Pemerah dan Sanitasi Kandang Terhadap Jumlah Cemaran Mikroba Pada Susu Sapi
Di Peternakan Mojosongo Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Despal, R. Zahera, N. N. A. Rosmalia, dan D. A. I. Agustiyani. 2021. Ternak Perah Presisi.


IPB Press. Bogor.

Frick, H. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

Haminah, N., N. P. Utami, Bastoni dan D. Yuliananda. 2021. Managemen Pemeliharaan


Sapi Perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak
Baturraden. Kandang 13(2) : 29-42.

Mahardika, Happy A., Pratiwi T., dan Puguh, S. 2016. Pengaruh Suhu Air Pencucian
Ambing Dan Teat Dipping Terhadap Jumlah Produksi, Kualitas Dan Sel Somatik Susu
Pada Sapi Peternakan Friesian Holstein. Buletin Peternakan. 40(1) : 11–20.

Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rachman, Tahar. 2008. Petunjuk Teknis Penanganan Dan Pengolahan Susu. Jakarta:
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.

Salosa, T. S., Awang, S. A., Suryanto, P., dan Purwanto, H. R. 2014. Hutan Dalam
Kehidupan Masyarakat Hatam Di Lingkungan Cagar Alam Pegunungan Arfak. J.
Manusia Dan Lingkungan. 21(3): 349-355.

Sari, V. M., G. Widyaswara dan F. Pramonodjati. 2021. Pengaruh Perbedaan Waktu dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi terhadap Jumlah Bakteri Escherichia coli. Journal of
Health Research. 4(2):47-58.

Shittu A., Abdullahi J., Jibril A., Mohammed A.A, dan Fasina F.O. 2012. Sub-Clinical
Mastitis and Associated Risk Factors on Lactating Cows In The Savannah Region Of
Nigeria. BMC Veterinary Research 8: 134-141.

Soekarno, S. J. 2019. Peternakan Sapi Perah Modern Di Pakem, Yogyakarta Dengan


Pendekatan Arsitektur Ekologis. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Atma Jaya.
YOGYAKARTA.
Soekarto. 2020. Teknologi Hasil Ternak. IPB Press. Bogor.

Sopandi, T., dan Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan. Sidoarjo: ANDI.

Sulistyati, M., Hermawan dan A. Fitriani. 2013. Potensi Usaha Peternak Sapi Perah. Jurnal
ilmu ternak 1(3):17-23.

Syamsi, A. N., Widodo, H. S., dan Ifani, M. 2020. Mempertahankan Kualitas Susu Melalui
Sanitasi dan Higiene Pemerahan. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis
Peternakan VII–Webinar, 469- 472.

Wicaksono, A., & Sudarwanto, M. 2016. Prevalensi mastitis subklinis dan evaluasi
mikrobiologis susu peternakan rakyat di Boyolali. Acta Veterinaria Indonesiana, 4(2),
51-56.

Anda mungkin juga menyukai