Astronomi Maya merupakan topik etnoastronomi atau arkeoastronomi yang memiliki fokus
kajian pada peradaban bangsa Maya pada masa pra-Kolumbus, di wilayah Mesoamerika.
Astronomi Maya mempelajari keterkaitan arsitektur, tradisi, kalender, artefak-artefak, dan
kepercayaan Bangsa Maya dengan benda-benda dan fenomena yang terjadi di langit.[1][2][3]
Bangsa Maya dikenal memiliki ahli-ahli astronomi yang teliti. Peradaban Maya kuno telah
mengembangkan pengamatan dan prediksi astronomis yang dapat dikatakan sebagai salah
satu yang paling akurat di dunia pada masa sebelum ditemukannya teleskop.[1] Mereka
percaya kemauan dan perbuatan dari dewa-dewa dapat terbaca melalui matahari, bulan,
bintang-bintang, dan planet, sehingga mereka menganggap astronomi dan praktik-praktiknya
merupakan hal yang sangat penting. Mereka juga membuat berbagai bangunan yang
memiliki keterkaitan astronomi. Peradaban Maya mempelajari secara spesifik benda-benda
langit seperti Matahari, Bulan, Venus, dan beberapa planet lainnya. Bangsa Maya juga
menggunakan kalender yang dikembangkan berdasarkan pengamatan astronomis.[1][2]
Kebudayaan bangsa Maya kuno mempercayai bahwa penciptaan dan penghancuran (baca:
kiamat) alam semesta merupakan suatu siklus yang berulang setiap 5.200 tahun sekali
dalam definisi tahun modern.[4] Siklus yang terjadi saat ini diyakini oleh kebudayaan bangsa
Maya yang dimulai sejak 3114 SM atau 3113 SM pada kalender modern, sehingga
penghancuran atau kiamat menurut perkiraan kebudayaan bangsa Maya kuno akan terjadi
pada tahun 2011 atau 2012 Masehi.[4][5] Terdapat berbagai perdebatan mengenai konsep
kosmologi pasti yang dipercaya oleh masyarakat Maya kuno. Namun, berbagai kajian
arkeoastronomi menunjukan bahwa masyarakat Maya mempercayai bahwa bentuk bumi
berbentuk datar dan memiliki empat sisi sudut. Setiap sudutnya berada pada arah mata
angin utama dan diberi tanda berupa warna — merah untuk timur, putih untuk utara, hitam
untuk barat, kuning untuk selatan, dan bagian tengah diberi warna hijau.[4]
Kebudayaan bangsa Maya juga meyakini bahwasanya langit merupakan sesuatu yang
berlapis-lapis dengan tiap sudutnya disokong oleh empat dewa dengan kekuatan fisik yang
sangat besar yang disebut sebagai Bacabs.[5] Kemudian juga dipercayai bahwa langit
ditopang oleh empat jenis pepohonan dengan warna dan spesies yang berbeda disetiap
sudutnya, dengan pohon kapuk berwarna hijau di bagian tengah.[4][5]
Gambaran bentuk bumi yang rata diyakini oleh kebudayaan Maya berada di atas punggung
seekor buaya raksasa yang sedang beristirahat di kolam yang dipenuhi oleh teratai.[5] Untuk
menjelaskan langit, buaya digantikan oleh konsep dengan ular berkepala dua.[4] Sebagai
informasi tambahan kata "langit" dalam bahasa Maya memiliki kemiripan dengan kata "ular".
Pada hieroglip-hieroglip yang ditemukan, ular langit berkepala dua ini tidak hanya
digambarkan sendiri, melainkan bersama benda-benda langit lainnya seperti Matahari, Bulan,
Venus, dan lain lain.[4]
Langit dipercayai memiliki 13 lapisan dengan tiap lapisnya memiliki dewa tersendiri sebagai
penguasa. Lapisan paling atas dikuasai oleh burung muan, sejenis burung hantu.[5] Bagian
yang didefinisikan sebagai dunia bawah memiliki sembilan lapisan yang dikuasai oleh Dewa
Malam. Dunia bawah ini dipercaya sebagai dunia yang dingin dan penuh nestapa serta
menjadi akhir dari kebanyakan arwah masyarakat Maya setelah meninggal. Benda-benda
langit seperti Matahari, Bulan, dan Venus juga diyakini melewati lapisan ini setelah tidak
terlihat lagi oleh mata manusia di malam hari.[4]
Bangsa maya relatif memiliki banyak dewa-dewa dalam kepercayaan mereka, terdapat
sedikitnya 166 dewa yang telah diidentifikasi. Hal ini dikarenakan setiap dewa memiliki
banyak rupa dan tampilan.[5] Beberapa memiliki lebih dari satu jenis kelamin; beberapa lagi
telah berumur tua atau muda; dan setiap dewa yang merepresentasikan benda-benda langit
memiliki wajah yang berbeda saat di dunia bawah, yang mana muncul saat dewa-dewa
tersebut "mati" di malam hari (saat bintang atau planet-planet menghilang).[4][5]
Beberapa sumber lainnya yang ditemukan pada peninggalan Bangsa Maya menunjukan satu
sosok mahakuasa yang dijuluki Itzamná, sosok yang menciptakan tulisan sekaligus
pelindung dari seni dan ilmu pengetahuan. Istrinya bernama Ix Chel, dewi penenun, ilmu
medis, dan persalinan; ia juga dipercaya dulunya sebagai dewi Bulan.[4][5]
Peran dari pendeta-pendeta Maya sangat erat kaitannya dengan kalender dan astronomi.
Pendeta-pendeta ini mengatur pembelajaran dan ritual-ritual, dan juga bertugas menghitung
waktu, festival, hari-hari suci, musim, ramal-meramal, penyembuhan penyakit, serta menulis
dan membuat catatan sejarah.[4][5] Pendeta Maya diwajibkan untuk tidak berhubungan intim
saat menjabat dan sering kali posisi ini diwariskan kepada putranya.[4]
Dalam kepercayaan Bangsa Maya dikenal juga ritual pengorbanan manusia. Biasanya yang
menjadi korban adalah tawanan perang, budak, anak yatim, atau anak "haram" yang biasanya
dibeli khusus untuk ritual ini[4][5]. Sebelum periode Toltek, pengorbanan hewan lebih umum
dilakukan ketimbang menggunakan manusia— kalkun, anjing, tupai, burung puyuh, iguana
merupakan bagian dari spesies hewan yang dianggap pantas untuk diberikan kepada dewa-
dewa Bangsa Maya.[4] Pendeta-pendeta dalam proses pengorbanan manusia dibantu oleh
empat orang dewasa yang dijuluki sebagai chacs, nama ini diambil sebagai penghormatan
terhadap dewa hujan dalam kepercayaan Bangsa Maya, Chac.[5] Keempat orang ini akan
menahan kedua kaki dan tangan korban, sementara bagian dada korban dibelah oleh orang
lainnya yang dijuluki sebagai nacom. Juga hadir dalam ritual tersebut chilam yang merupakan
sosok cenayang dan diyakini menerima pesan dari dewa-dewa saat dalam keadaan tak
sadar, pesan pesan dewa yang kemudian diutarakan oleh chilam tersebut kemudian
diinterpretasikan oleh pendeta-pendeta yang tengah bertugas.[4]
Bangsa Maya juga mempercayai bahwa ketika manusia meninggal, arwah mereka akan
memasuki dunia bawah melalui sebuah gua atau cenote.[4][5] Saat raja-raja meninggal,
mereka akan mengikuti jalan yang terhubung ke matahari dan kemudian jatuh ke dalam
dunia bawah; tetapi, dikarenakan mereka memiliki kekuatan supranatural, mereka akan
dilahirkan kembali di dunia langit sekaligus menjadi bagian dari dewa-dewa.[5] Kematian
karena sebab yang alami sangat ditakuti oleh Bangsa Maya dikarenakan pada kematian ini,
arwah manusia yang mati tidak langsung menuju ke surga. Masyarakat awam Bangsa Maya
akan dikuburkan di bawah lantai rumah mereka, mulut dari jasadnya akan diisi oleh makanan
dan batu permata, sekaligus ditaruh di sekelilingnya naskah-naskah dan objek objek
berkaitan dengan kepercayaan yang mereka gunakan selama hidup. Begitu pula dengan
pekuburan pendeta Maya yang diisi oleh buku-buku.[4][5]
Dalam kebudayaan Maya, Matahari merupakan benda langit paling penting. Matahari
disimbolisasikan dalam beberapa jenis hewan seperti, burung makau merah, burung kolibri,
dan puma.[3][6] Dewa Matahari dalam kepercayaan Maya bernama Kinich Ahau. Kinich Ahau
merupakan salah satu dewa terkuat dalam kepercayaan Maya dan dikaitkan dengan Itzamna,
salah satu sosok pencipta dalam kepercayaan Maya.[6] Kinich Ahau akan bersinar sepanjang
hari sebelum berubah bentuk menjadi jaguar di malam hari untuk melewati XibalbaI, nama
dari dunia bawag dalam kepercayaan Maya.[6][3]
Terdapat juga unsur kepercayaan lain dalam Bangsa Maya yang berkaitan dengan
matahari.[3][6] Hun Ahau dan Xbalanque yang dikenal sebagai dewa kembar akan
mentransformasikan bentuk mereka pada suatu ketika untuk menjadi Matahari dan Bulan.[6]
Bangsa Maya juga dikenal sebagai bangsa yang ahli dalam memprediksi fenomena-
fenomena yang berkaitan dengan matahari seperti gerhana dan perhitungan titik ekuinoks
ketika matahari tepat terbit di timur.[3]
Bulan dalam kebudayaan masyarakat Maya hampir memiliki peran yang sama pentingnya
dengan Matahari.[7] Umumnya Bulan diidentikan dengan unsur feminin dalam kebudayaan
Maya, meskipun terdapat juga penggambaran maskulin dari bulan dalam peninggalan-
peninggalan seni di Meksiko tengah bahkan terdapat juga penggambaran yang
menggambarkan Bulan memiliki unsur maskulin dan feminin sekaligus.[7][3] Penggambaran
feminin dari Bulan adalah Dewi Ix Chel yang juga merupakan istri dari sosok pencipta
Itzamna.[7] Dewi Ix Chel sering kali dihubungkan dengan aktivitas yang biasanya dilakukan
atau hanya terjadi pada kaum wanita seperti menenun, memintal, dan melahirkan.[3]
Sementara itu, penggambaran maskulin Bulan dalam kebudayaan masyarakat maya
berkaitan dengan peran laki-laki dalam masyarakat seperti bermain bola, atau kependetaan.
Seperti matahari dan planet-planet, dinasti Maya juga sering kali mengklaim bahwa mereka
merupakan titisan dari bulan.[3][8]
Dalam kebudayaan masyarakat Maya, pada bahasan etnografis, bulan juga dikaitkan dengan
pertanian jagung.[7] Keterkaitan ini dibuktikan dengan gambar-gambar yang ditemukan di
peradaban Maya klasik yang menunjukan bahwa kemunculan bulan bersamaan dengan
aspek feminin dan maskulin dari dewa-dewa pertanian jagung.[7] Di peradaban Maya klasik,
Dewi Bulan dalam kepercayaan masyarakat maya sering kali digambarkan sebagai sosok
yang muda. Ahli astronomi di peradaban Maya kuno juga telah mampu menganalisis dan
memprediksi pergerakan bulan dengan sangat akurat seperti perubahan fasenya dan
terjadinya gerhana bulan.[3][7]
Dari kajian arkeoastronomi, lukisan yang berbentuk ular langit diyakini memiliki keterkaitan
dengan penggambaran dari planet Venus dalam kebudayaan Maya.[9][10][11] Ditemukan
berbagai simbol planet Venus yang terpampang bersama simbol ular langit atau perwujudan
manusia dari ular langit tersebut yang diberinama Quetzalcoatl. Pada wilayah kerajaan Maya
kuno di Meksiko tengah, Dewa Angin yang merupakan bagian dari Venus diberi nama
Eheacatl-Quetzalcoatl, dan diyakini bersemayam di kuil-kuil pemujaan yang berbentuk
bulat.[12] Dari Kodex Dresden peninggalan Bangsa Maya, ditemukan lima variasi dari Bintang
Fajar, namun lima variasi dari planet Venus ini hanya digambarkan oleh satu sosok dewa
yaitu Tlauhuizcalpantecuhtli. Setiap variasi dari penggambaran Tlauhuizcalpantecuhtli
menunjukan Venus di berbagai musim yang berbeda.[10][12]
Penggambaran Venus lainnya pada periode klasik dari peradaban Maya ditemukan di
reruntuhan Palenque. Dari legenda lokal dapat diidentifikasi keterkaitan Venus dalam
tritunggal dewa-dewa dalam kebudayaan Maya.[12][10] Planet Venus dilambangkan sebagai
sosok tertua dari tiga dewa-dewa ini, Jupiter merupakan saudara tengah, dan Matahari
merupakan sosok termuda. Planet-planet ini kemungkinan menjadi objek pemujaan pada
kebudayaan Mesoamerika pra-Kolumbus. Monster yang menggambarkan planet Mars juga
ditemukan di salah satu kodex peninggalan bangsa maya pascaklasik.[12] Dalam peradaban
klasik maya, Mars dilambangkan oleh seekor rusa langit. K'awil, yang dikenal sebagai sosok
dewa garis keturunan bangsawan sering kali dikaitkan dengan ritual-ritual yang melibatkan
planet Jupiter dan Saturnus. Ka'wil kemungkinan digambarkan di Meksiko bagian tengah
sebagai Tezcatlipoca, dewa langit malam yang memiliki hubungan terhadap berbagai planet
dan juga rasi bintang Ursa Mayor.[12][13]
Bangsa Maya mengenal Bima Sakti sebagai sebuah jalan, sungai, atau tempat peristirahatan
arwah yang telah meninggal. Namun, bukti-bukti sejarah juga menunjukan Bangsa Maya
dengan kebudayaan yang lebih kontemporer memvisualisasikan Bima Sakti sebagai suatu
ular raksasa, atau ditemukan juga ikonografi yang menggambarkan Bima Sakti sebagai reptil
dari periode klasik Bangsa Maya (300-900 M).[9] "Monster Kosmis" Bima Sakti ini merupakan
simbolisasi dari dunia bawah di peradaban Maya dimana monster ini tidak digambarkan
sendiri sebagai suatu pita di langit melainkan bersama simbol-simbol lainnya seperti
matahari, bulan, dan venus. Sebuah pita langit sebagai simbolisasi monster kosmis ini juga
muncul pada kodex-kodex peradaban Maya praklasik, seperti pada Kodex Dresden dimana
dewa dari planet Venus dipasangkan dengan dewa pertambahan usia. Kodex praklasi lainnya
adalah kodeks Paris yang menggambarkan zodiak Bangsa Maya terdiri dari 13 konstelasi
bintang yang menggambarkan, menunjukan lima konstelasi dengan nama hewan yang
terletak pada pita langit ini.[9]
Di antara zodiak-zodiak tersebut, zodiak dengan yang diberi nama "kura-kura" merujuk pada
bintang-bintang di konstelasi Orion, zodiak dengan nama "ular derik" merujuk pada suatu
konstelasi yang mencangkup konstelasi Pleiades di dalamnya. Terdapat juga zodiak
"kalajengking" yang merujuk pada bintang-bintang di rasi Scorpio di peradaban modern,
dimana ini merupakan suatu kebetulan yang mengejutkan dan jarang terjadi. Zodiak-zodiak
ini menyertai primbon Bangsa Maya yang terdiri dari 1820 hari dan terdiri dari 5 siklus setiap
364 hari, tiap siklusnya dibagi kedalam 28 hari, yang kemungkinan merujuk pada perubahan
fase bulan.[9]
Kalender Haab
Kalender Haab adalah kalender bangsa Maya dengan struktur paling menyerupai kalender
Masehi.[14] Dengan 365 hari tiap tahunnya, sangat jelas bahwa kalender ini dibuat
berdasarkan pengamatan matahari. Kalender ini dijuluki sebagai kalender "samar-samar"
dikarenakan kalender ini tidak menyertakan penambahan hari sebagai kompensasi atas
siklus matahari yang tidak tepat selama 365 hari/siklus.[15][14] Kalender Haab telah
digunakan paling lama sejak kurun 100 SM dan dibuat sebagai penghubung dengan kalender
Bangsa Maya lainnya yang bernama Tzolk'in. Sebagai tambahan, tidak dapat ditemukan
penanggalan dalam kalender Haab yang berdiri sendiri tanpa disertai penanggalan lain dari
kalender Tzolk'in dalam hieroglip peninggalan Bangsa Maya. Kombinasi penanggalan Haab
dan Tzolk'in membuat sistem penanggalan yang lebih besar, yaitu satu siklusnya berumur 52
tahun. Sistem ini dinamakan Kalender Bulat dan tidak hanya digunakan oleh suku Maya
namun juga oleh tiap suku lainnya di daerah Mesoamerika.[15][14]
Kalender Haab sendiri terdiri dari 19 bulan dengan setiap bulannya kecuali bulan terakhir
terdiri dari 20 hari, bulan terakhir hanya terisi 5 hari. Setiap harinya direpresentasikan oleh
kombinasi simbol-angka.[16][14] Hari pertama dalam tiap bulan dimulai dari "nol" (konsep yang
telah dikenal Bangsa Maya saat itu). Lima hari terakhir dalam siklus tahunan kalender Haab
dimasukan dalam bulan yang bernama Wayeb.[16] Kelima hari ini dianggap sebagai hari sial
oleh kebudayaan maya, dan bukanlah hari untuk melakukan ritual-ritual tertentu ataupun
melakukan perjalanan jauh dari rumah.[16][14] Hieroglip, nama, makna, dan urutan bulan dari
Kalender Haab ditabulasikan pada tabel di bawah ini:
Bulan-bulan dalam kalender Haab beserta simbolnya secara berurutan.[17]
Nama
Glyph
Tzolkin
Kalender 260-/siklus bangsa Maya atau juga dikenal sebagai Kalender Tzolk'in, atau kalender
sakral adalah kalender siklik tertua yang diketahui di daerah Mesoamerika, para ahli
memperkirakan kalender ini telah ada sejak kurun tahun 600 SM.[18][19] Sementara terdapat
beberapa ahli yang mencari basis astronomis dari kalender ini,[20] kebanyakan dari ahli
sejarah setuju bahwa basis dari penanggalan kalender ini merupakan masa waktu kehamilan
wanita yaitu selama sembilan bulan.[19] Sistem penanggalan Tzolk'in terdiri dari mekanisme
yang melibatkan 13 angka yang kemudian dipasangkan dengan 20 nama hari.[20][19] Sistem
penanggalan Tlozk'in erat kaitannya dengan astrologi kuno pada kebudayaan Maya saat itu.
Setiap kombinasi dari angka dan simbol hari dianggap memiliki kelemahan atau kekuatan.
Hari dimana seorang manusia lahir berdasarkan kalender Tzolk'in dapat menentukan takdir
mereka ke depannya.[18][19][21]
Kalender ini tidak hanya digunakan oleh suku Maya di daerah Mesoamerika.[18] Kebudayaan
lainnya seperti Aztec dan Zapotec juga menggunakan sistem penanggalan yang sama
namun mereka memberikan nama yang berbeda untuk kalender ini. Suku Aztek menyebutnya
Tonalpohulai dan suku Zapotek menyebutnya Piye.[19] Hingga kini, sistem penanggalan yang
memiliki 260-hari ini, masih banyak digunakan pada berbagai komunitas suku Maya di
dataran tinggi Guatemala dan Chiapas.[18] Kebanyakan masyarakat di daerah tersebut masih
mengetahui hari ulang tahunnya berdasarrkan kalender ini.[18][19]
01 Imix' 11 Chuwen
02 Ik' 12 Eb'
03 Ak'b'al 13 B'en
04 K'an 14 Ix
05 Chikchan 15 Men
06 Kimi 16 K'ib'
07 Manik' 17 Kab'an
08 Lamat 18 Etz'nab'
09 Muluk 19 Kawak
10 Ok 20 Ajaw
Kalender ini diberi nama Kalender Hitung Panjang dikarenakan tidak diketahui penamaan
yang diberikan kebudayaan Maya terhadap kalender ini, dan juga dikarenakan satu siklus dari
kalender ini sangat panjang yaitu selama 5126 tahun.[23] Penanggalan pertama dari kalender
ini merujuk pada 11 Agustus 3114 SM, jika dikonversi dan dirunut kedalam kalender Masehi
modern. Akhir dari siklus ini adalah pada tanggal 21 Desember 2012, yang kemudian
menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat modern pada tahun tersebut.[23]
Kalender Hitung Panjang direpresentasikan sebagai lima sistem menurun — kin(hari), winal
(bulan dengan 20 hari), tun(360 hari), k'atuns (20 tun), dan bak'tuns (20 k'atun). Perlu
diperhatikan bahwa satu tun didefinisikan 360 hari dan diperhitungkan melalui cara yang
berbeda dengan tahun Haab yang terdiri dari 365 hari. Sementara bagian terlama dari sistem
Kalender Hitung Panjang diberi nama bak'tun dan dari cerita-cerita populer yang berkembang
menyatakan alam semesta akan berakhir ketika Kalender hitung panjang telah mencapai 13
bak'tuns yaitu pada 21 Desember 2012.[23] Namun, banyak akhli yang menyarankan satu
siklus dari Kalender Hitung panjang memiliki 20 ba'ktun sehingga merujuk pada interpretasi
tersebut, alam semesta akan berakhir pada 13 Oktober 4772 Masehi. Perhitungan detail dari
penanggalan Kalender Hitung Panjang ditabulasikan dalam tabel di bawah ini.[23]
1 K'in 1
1 Winal 20 K'in 20
Kuil di Chicen Itza yang diyakini merupakan observatorium kuno bangsa maya
Penempatan bangunan, dan pengaturan posisi bangunan tersebut di situs-situs Maya kuno,
diinterpretasikan oleh berbagai peneliti sebagai ekspresi kebudayaan Maya terhadap
keteraturan alam semesta ataupun perintah politik.[26] Kosmologi dianggap sebagai faktor
penting dalam pembangunan rancang struktur dan ruang dari suatu bangunan. Faktor selain
yang berkaitan dengan kosmologi, seperti sejarah perpolitikan di kota-kota kuno bangsa
Maya turut mempengaruhi perencanaan kota dan pengaturan spasial dari bangunan-
bangunan yang terdapat di kota tersebut.[24] Namun, pengaitan rancang bangun dari kuil-kuil
Bangsa Maya lebih jauh untuk membentuk suatu kosmogram masih dipertanyakan dan
mendapat berbagai kritik di kalangan para ahli.[26][24]
Catatan
Referensi
1. "The Maya Were Tracking the Planets Long Before Copernicus" (https://www.livescience.com/55837-
mayan-astronomers-made-sophisticated-calculations.html) . Live Science. Diakses tanggal
2017-12-15.
3. "How Does Ancient Mayan Astronomy Portray the Sun, Moon and Planets?" (https://www.thoughtco.c
om/ancient-maya-astronomy-2136314) . ThoughtCo. Diakses tanggal 2017-12-15.
10. Lankford(1997).
Daftar pustaka
Kelley, D.H. & Milone, E.F. (2005). Exploring Ancient Skies: An Encyclopedic Survey of
Archaeoastronomy (dalam bahasa Inggris). Springer-Verlag. ISBN 0-387-95310-8.
Kettunen, Harri; Christophe Helmke (2005). Introduction to Maya Hieroglyphs: 10th European
Maya Conference Workshop Handbook (http://www.mesoweb.com/resources/handboo
k/) (pdf). Leiden: Wayeb and Leiden University. Diakses tanggal 2006-06-08.
Ruggles, Clive L. N., ed. (2014). The Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy
(dalam bahasa Inggris). New York: Springer. ISBN 978-1-4614-6140-1. Kumpulan jurnal,
tiga volume; 217 artikel.
Ruggles, C.L.N.; Cotte, M., ed. (2010). Heritage Sites of Astronomy and Archaeoastronomy in
the context of the UNESCO World Heritage Convention: A Thematic Study (http://whc.unesc
o.org/uploads/activities/documents/activity-631-1.pdf) (PDF) (dalam bahasa Inggris).
Paris: ICOMOS / IAU. ISBN 978-2-918086-01-7.
Selin, Helaine. (2000). Science Across Culture : The History of Non-Western Science (dalam
bahasa Inggris). (I) Archaeoastronomy Across Culture. Springer-Science+Business Media,
B.V. ISBN 978-94-011-4179-6.
Pranala luar
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Astronomi_Maya&oldid=20830364"
Terakhir disunting 8 hari yang lalu oleh Minorax