Kajian Akt - Manajemen Kontemporer BAB 01 - 13
Kajian Akt - Manajemen Kontemporer BAB 01 - 13
Teknologi teknologi ini secara dramatis mengubah struktur perekayasaan biaya Manufacturing, yaitu
upah tenaga kerja langsung dan komponen biaya produk menurun, sedangkan depresiasi, perekayasaan dan
biaya pemrosesan data meningkat. Perubahan ini membuat tingkat overhead yang lebih tinggi dan
mengurangi basis tenaga kerja yang digunakan untuk mengalokasikan biaya Manufacturing. Sebagai
akibatnya, perusahaan harus menemukan suatu cara baru untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini.
Selama tahun 1986, konsorsium mengembangkan suatu laporan dengan merekomendasikan suatu
pendekatan konseptual untuk sistem manajemen biaya yang responsif terhadap kebutuhan pabrik pada masa
yang akan datang. Proyek tersebut akan mengkonsolidasikan pengaruh dan konsep seperti Total Quality
Control (TQC), Just In Time (JIT) Manufacturing dan Computer Integrated Manufacturing (CIM) dalam
desain konseptual.
Proyek tersebut telah mengidentifikasi 4 dimensi dan masalah manajemen biaya yaitu:
1. Praktik Manufakturing (Manufacturing Pratices)
Perusahaan melakukan strategi Manufacturing seperti JIT TQC dan CIM untuk membantu mencapai
tujuan Manufacturing mereka. Strategi ini secara signifikan mempengaruhi pola perilaku biaya produk
dan pengaruh demikian harus dimengerti.
Panitia telah mengembangkan dua model yang merupakan riset mereka:
a. Model aktivitas teknik/Manufacturing (The Engineering Manufacturing Activity Model)
menggambarkan aktivitas Manufacturing yang terjadi selama daur hidup suatu produk (Liffe Cycle
of Product) untuk setiap pabrik manufakturing tanpa memperhatikan kombinasi proses pemesinan
dan perakitan. Model tersebut terdiri dari 15 aktivitas dari perencanaan strategik sampai "Product
Sevice".
b. The Manufacturing Practice Profil adalah suatu aktivitas matriks (yang diambil dari aktivitas
teknik/Manufacturing) dan karakteristik mereka dalam lingkungan Manufacturing yang berbeda.
Lingkungan mengeksplorasi termasuk Manufacturing traditional, simplifikasi proses (JIT/TQC)
kelompok, Otomatisasi dan CIM.
2. Tolok Ukur Performa (Perfoance Measurements)
Panitia tolok ukur performa bekerja untuk mendefinisikan tolak ukur yang tepat dalam suatu
simplifikasi proses (JIT/TQC) dalam lingkungan CIM, untuk membantu mengidentifikasi aktivitas
yang tidak berguna dalam pabrik yang mempunyai perputaran persediaan yang besar. Tujuan akhir
adalah untuk mengeliminasi semua aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah (Non Value Added
Activities) dan menyederhanakan proses Manufacturing agar sel manufakturing (Manufacturing Cells)
dari kelompok otomatisasi yang terisolasi merupakan langkah berikut yang logis.
3. Model dan Praktik Akuntansi (Accounting Models dan Practies)
Panitia model dan praktik akuntansi bertanggung jawab untuk mengembangkan desain konseptual
akuntansi biaya dan sistem pelaporan untuk mendukung pabrikan yang telah maju dalam membuat
keputusan usaha strategis, perencanaan dan pengawasan operasi rutin, mengawasi performa, dan
menentukan pendapatan dan posisi Finansial.
Area topik berikut telah diselesaikan dalam draft:
Pusat biaya
Klasifikasi biaya
Alokasi biaya
Metodologi depresiasi
Product costing
Penilaian persediaan
Pengendalian intern dan prosedur audit
Penetapan harga (Pricing)
Penganggaran, pengembangan standar, dan forecasting
4. Manajemen Investasi
Tujuan dari panitia manajemen Investasi adalah mendefinisikan suatu metodologi, yang secara garis
besar memuat prosedur untuk menghubungkan perencanaan strategis terhadap justifikasi investasi.
Elemen yang biasa digunakan sekarang ini (seperti ROI, Payback, Throughput dan Process Yield).
Ekonomi Amerika telah berpindah dari yang tadinya berproduksi terutama untuk kompetisi domestik
menjadi, produksi untuk bersaing secara internasional. Beberapa perusahaan Amerika tidak mampu
menyaingi perusahaan asing, khususnya Jepang, dalam harga atau kualitas produk, dan mereka harus
merubah cara mereka beroperasi apabila mereka ingin mendapatkan kembali posisi kompetisi secara
internasional.
Untuk memperoleh biaya unit yang lebih rendah dan kualitas produk yang lebih baik, perusahaan
Amerika sekarang mencari cara untuk:
1. Mengeliminasi biaya yang tidak memberikan nilai tambah terhadap suatu produk (Non Value Added
Cost).
2. Memperkecil jumlah tenaga kerja langsung yang dibayar mahal (high period labor).
3. Mengurangi jumlah unit rusak yang diproduksi.
a. Hal yang telah menghasilkan 3 tujuan filosofis untuk operasi pabrik, yaitu:
b. Persediaan tempat waktu (Just In Time / JIT Inventory)
c. Pabrik yang di otomatisasi (Automated Factories)
d. Persediaan yang tanpa cacat (Zero Defect Goods)
Berikut beberapa perbedaan sistem biaya yang tradision (Traditional Cost Accounting/TCA) dengan
Cost Manajement System (CMS) menurut Charles D. Macimore :
Perbedaan TCA (Traditional Cost CMS (Cost Manajement
Accounting) System)
1. Fokus Berhorison jangka pendek Perencanaan strategik
2. Pengukuran Biaya standar Tidak ada konsensus sampai
sekarang
3. Evaluasi Analisis varian Analisis varian
4. Model Keputusan Berdasarkan margin kontribusi Berdasarkan margin kontribusi
5. Biaya Produk Full absorption costing Full absorption costing
6. Alokasi Biaya Biaya tak langsung dialokasikan Biaya tak langsung dapat
sesuai dengan hubungan yang diperlakukan sebagai biaya
diasumsikan. periode. Kalau di alokasikan,
mereka akan mengalami masalah
yang sama dengan sistem
akuntansi yang tradisional.
Tidak ada konsensus secara
umum.
Menurut Robert S. Kaplan ada empat kecenderungan besar yang mempengaruhi akuntansi manajemen
yaitu :
1. Implementasi Manufakturing Tepat Waktu (Just In Time Manufacturing/JIT)
Manufacturing Tepat Waktu adalah suatu sistem "demand-pull". Filosofi dari JIT adalah memproduksi
suatu produk pada saat dibutuhkan dan hanya menurut kuantitas yang diminta oleh pelanggan.
Manufacturing tepat waktu secara tipikal dapat:
a. Mengurangi persediaan dalam tingkat yang signifikan, yang berarti mengurangi penggunaan modal
yang dapat digunakan untuk investasi lain yang lebih produktif.
b. Meningkatkan tingkat dalam pengendalian mutu yang berarti memperkuat kemampuan bersaing
dari perusahaan.
c. Menghasilkan perubahan yang fundamental dalam cara berproduksi.
2. Introduksi Dari Computer Integrated Manufacturing (CIM)
Otomatisasi dari lingkungan Manufacturing memungkinkan perusahaan untuk:
a. Mengurangi persediaan
b. Meningkatkan kapasitas yang produktif
c. Memperbaiki kualitas dan jasa
d. Mengurangi waktu proses dan meningkatkan keluaran
e. Menghasilkan suatu keuntungan kompetitif untuk suatu perusahaan
Apabila otomatisasi dapat dipertimbangkan, ia berarti pemasangan suatu sistem Computer Integrated
Manufacturing (CIM). CIM Menunjukkan kemampuan berikut :
Desain dari produk dilakukan melalui penggunaan suatu Computer - Assisted Design System
(CAD).
Suatu Computer - Assisted Engineering System (CAE) digunakan untuk menguji sistem.
Produk dihasilkan dengan menggunakan Computer - Manufacturing System (CAM). CAM
menggunakan "computer controller machines" dan robot.
Suatu sistem informasi yang dihubungkan oleh bermacam komponen yang di otomatisasi.
3. Kemajuan Dalam Teknologi Informasi
Terdapat dua kemajuan yang signifikan yang berhubungan dengan teknologi informasi :
a. Yang pertama secara dekat berhubungan dengan Computer - Integrated Manufacturing.
Dengan Manufacturing yang otomatisasi komputer digunakan untuk memonitor dan
mengendalikan operasi. Karena komputer digunakan, suatu jumlah yang dapat dipertimbangkan
dari informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan kepada manajer tentang apa yang terjadi di
tingkat bawah pada saat hal tersebut terjadi.
b. Kemajuan penting yang kedua adalah memperlengkapi alat yang diperlukan.
Yaitu ketersediaan personal computer (PCS), spreadsheet software, dan graphics packages. PC
memungkinkan suatu hubungan komputer pada sistem informasi perusahaan, dan spreadsheet dan
grafik memperlengkapi manajer dengan kemampuan analitis untuk menggunakan informasi.
4. Deregulasi Dalam Industri Jasa
Deregulasi dari banyak pemakai jasa (seperti kapal udara dan Telekomunikasi) di Amerika Serikat
telah meningkatkan kompetensi dalam industri jasa. Banyak organisasi untuk melangsungkan hidup.
Karena sangat penting sektor ini sektor jasa akan meningkatkan permintaannya terhadap informasi
akuntansi manajemen.
Kecenderungan besar dalam Manufacturing di Amerika Serikat dalam tahun-tahun belakangan ini
dapat dikelompokkan dalam 5 kategori umum sebagai berikut :
1. Sistem Manufacturing tepat waktu (Just In Time Manufacturing System)
Dalam sistem manufaktur yang tepat waktu tekanan utama adalah pada pengurangan persediaan
barang setengah jadi. Jumlah barang setengah jadi yang besar merupakan investasi Rupiah yang besar
dalam persediaan yang tidak menghasilkan suatu pengembalian kepada perusahaan. Secara ideal, tidak
ada barang setengah jadi di antara departemen. Setiap Departemen proses menyelesaikan tepat waktu
(Just In Time) untuk Departemen proses yang berikutnya memulai. Dalam sistem produksi tepat
waktu, yang sering disebut "Pulled Through Production" karena departemen yang menyesuaikan
pemrosesan menarik (meminta) material yang lebih banyak dari Departemen yang mendahuluinya.
Suatu cara sistem manufaktur yang tepat waktu berusaha untuk mengurangi barang setengah jadi
adalah dengan menggabungkan fungsi-fungsi pemrosesan menjadi pusat kerja (Work centres).
2. Otomatisasi (Automation)
Penggunaan mesin yang otomatisasi dalam proses manufakturing sering dipertimbangkan karena :
a. Basis penghematan Tenaga Kerja dan material
b. Memperbaiki pengendalian kualitas dan mengurangi waktu pengembangan produk
c. Meningkatkan biaya overhead melalui peningkatan dalam depresiasi pemeliharaan perbaikan pajak
dan asuransi
d. Mengurangi jumlah upah langsung yang diperlukan dalam proses produksi
3. Kualitas produk (Product Quality)
Untuk memperbaiki kualitas produk produsen Amerika Serikat telah memulai menggunakan metode
Jepang dalam mengorganisir pekerja dalam suatu gugus kendali mutu (quality circle), kadang-kadang
disebut kelompok pengendalian mutu (Quality Control Teams). Suatu gugus kendali mutu merupakan
sekelompok karyawan yang bertemu secara periodik untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan
masalah, dan apabila memungkinkan untuk menerapkan solusi terhadap masalah masalah tersebut.
4. Pengendalian persediaan (Inventory Control)
Dua teknik pengendalian yang modern yaitu:
a. Perencanaan Kebutuhan Bahan (Material Requirement Planning/ MRP)
MRP atau Material Resource Planning merupakan suatu sistem yang dikembangkan pada tahun
1970an. Suatu sistem MRP menggunakan komputer untuk memproyeksi kebutuhan bahan dengan
mengembangkan jadwal pembelian dan jadwal produksi berdasarkan permintaan yang
diproyeksikan. Kelemahan utama MRP adalah:
Model yang digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan barang sering rumit
Memerlukan periode yang panjang untuk dikembangkan
Harus menggunakan komputer. Sebab itu suatu sistem mrp adalah mahal sekali.
b. Sistem Persediaan Tepat Waktu (Just In Time/ JIT)
Sistem ini awalnya dikembangkan oleh Jepang yang menamakan sistem ini sebagai "Kanban
Sistem". Tujuan sistem JIT adalah mengurangi persediaan mencapai titik yang paling rendah
mungkin. Optimum dari sistem Tepat Waktu adalah memperoleh bahan secukupnya aja (Just
enough materials) untuk menjalankan lini produksi bergerak dalam basis yang berkesinambungan.
Sebagai contoh, General Motors telah menggunakan pendekatan persediaan tepat waktu sejak
1980 dan mengurangi biaya yang berhubungan dengan persediaan tahunan dari US $ 8 Miliar
menjadi US $ 2 Miliar.
5. Teknologi informasi (Information Technology/IT)
Penggunaan teknologi informasi komputer yang canggih dalam proses produksi memungkinkan :
Manajer melakukan kontak "Real Time" dengan proses produksi
Manajer dapat memonitor dan mengendalikan operasi dengan dasar menit ke menit
Pemantauan yang terus-menerus atas masukan dan keluaran dari proses produksi meningkatkan
efisiensi produksi dan kualitas produk
Sistem produksi just in time mungkin merupakan inovasi manajemen mengenai peningkatan
produktivitas yang paling penting sejak studi waktu dan gerak (time and motion study) oleh Frederick
Winslow Taylor pada abad ini. Ia merupakan inovasi Jepang dan terutama dipraktekkan oleh Toyota. Tidak
ada hal yang unik mengenai produksi JIT. Ia dapat digunakan pada setiap tempat.
Produksi JIT berarti memproduksi dan membeli kuantitas yang sangat sedikit pada saat yang tepat dan
untuk digunakan. Disimpulkan bahwa JIT cocok untuk produksi yang bervolume tinggi, akan tetapi tidak
cocok untuk "job shop" yang bervolume lebih kecil.
BAB 9 - MENGELIMINASI BIAYA YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH (NON VALUE ADDED
COST) DALAM MANUFAKTURING
Suatu contoh dari aktivitas yang tidak efisien dan tidak bernilai tambah adalah sebagai berikut:
Apabila sekarang ini rata-rata memakan waktu 15 menit untuk memproses suatu pesanan pembelian secara
manual, akan tetapi suatu studi waktu dan gerak menyimpulkan bahwa hal ini Seharusnya hanya memakan
waktu 12 menit, tambahan 3 menit adalah tidak bernilai tambah. Sebagai tambahan, apabila suatu sistem
pesanan pembelian diperlukan mungkin standar waktu yang baru adalah 5 menit. Menurut kriteria non-
value-added, 10 menit (15 menit dari waktu aktual dikurangi 5 menit untuk sistem pesanan pembelian)
merupakan waktu yang tidak bernilai tambah (non value added time).
Banyak pengukuran performa yang digunakan dalam manufakturing yang tradisional tidak dapat
diterapkan dalam "continuous- flow manfacturing". Tolok ukur tersebut tidak bertujuan dalam mengeliminir
interupsi yang tidak diperlukan dalam rangkai memudahkan transisi terhadap "continuous-flow
manufacturing". Beberapa perbedaan yang spesifik adalah :
a. Standar upah yang temasuk penyisihan untuk penundaan yang tidak dapat dihindarkan.
b. Biaya set up sering diperlakukan sebagai upah langsung yang bernilai tambah dan dimasukkan
sebagai tolok ukur efisiensi.
c. Mengukur efisiensi dari operator individual dan penyedia mendorong produksi barang setengah jadi
yang tidak diperlukan.
d. Pengukuran pemakaian mesin mendorong mesin yang berjalan melebihi permintaan jadwal harian.
e. Prosedur penilaian persediaan mendorong persediaan yang tinggi untuk "overliquidate" biaya
overhead dan meningkatkan pendapatan.
f. Tolok ukur varian harga pembeliannya menekankan penetapan harga material oleh supplier daripada
kualitasnya.
g. Beberapa tolok ukur area kerja mendorong supoptimisasi, yang berpengaruh buruk terhadap performa
pabrik secara keseluruhan.
Tenaga kerja secara keseluruhan menghabiskan 35 % waktunya dalam aktivitas yang berilai tambah,
51 % dalam aktivitas yang tidak berilai tambah, dan 14 % dalam aktivitas pada area abu-abu.
Tahap 3 : Mengidentifikasikan dan mengeliminir penyebab ahap aktivitas yang tidak berilai tambah.
Kolom 1 dalam tabel di bawah ini merupakan 5 aktivitas yang paling tidak bernilai tambah,
yang diidentifikasikan oleh GE. Kolom ke 2 dari tabel merupakan variabel yang ada sekarang.
Personil operasi percaya hal tersebut merupakan faktor penyebab timbulnya biaya (cost driver)
dari aktivitas tersebut. Manajemen kemudian berusaha untuk mengurangi pengaruh dari "cost
driver" yang tidak mempunyai nilai tambah.
Tahap 4 : Aktivitas yang tidak bernilai tambah dan "cost driver" nya pada suatu rencana perakitan
peralatan medis di General elektric.
Sebagai contoh, perubahan dalam tata letak pabrik mengurangi mutasi material. Sama halnya,
perubahan dalam desain produk mengurangi jumlah komponen yang berbeda dalam suatu produk. Hasil dari
usaha yang sama dalam 12 bulan berikutnya termasuk:
21 % reduksi dalam biaya upah per unit.
50 % reduksi dalam barang setengah jadi, dan,
50 % reduksi dalam kerusakan yang dapat dideteksi pada pengujian akhir.
Lead time produk berkurang 60 %
Ruang yang dipakai berkurang 50%
Transaksi dalam gudang persediaan berkurang 57 %
Perbaikan waktu pengiriman atas jumlah pesanan yang dikirim sebesar 5 %.
Jumlah unit yang diselesaikan dan dikirim per minggu meningkat dari 6 menjadi 10.
Memperbaiki kesempatan belajar
Tenaga inspeksi khusus dieliminir, kecuali pada akhir pengujian.
2. Waktu inspeksi (inspection time), yaitu waktu yang digunakan, baik untuk menemukan produk yang
rusak atau mengerjakan ulang unit yang rusak.
3. Waktu pindah (Moving time), yaitu waktu yang digunakan untuk memindahkan produk dani suatu
operasi atau departemen ke yang lain.
4. Waktu tunggu (Queue/wait time) yaitu waktu yang dihabiskan suatu produk menunggu untuk
dikerakan pada waktu mereka tiba pada operasi yang berikut.
5. Waktu penyimpanan (Srorage time), yaitu waktu suatu produk, baik dalam gudang penyimpanan
bahan baku, persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang jadi menunggu untuk dijual atau
dikirim.
Biaya Standar
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu. Penggunaan sistem
biaya standar memberikan manfaat bagi perusahaan untuk (Abdul Halim, 1995) :
1. Perencanaan dan persiapan anggaran
2. Pengambilan keputusan tentang harga jual produk, strategi pengembangan produk dan sebagainya.
3. Pengendalian biaya
4. Menilai hasil implementasi
5. Tingkatkan kesadaran akan pentingnya penghematan biaya
6. Implementasikan Management By Objective (MBO)
7. Membedakan biaya yang telah dihabiskan untuk produksi jadi, inventaris produk dalam proses dan
sebagainya
8. Tekan biaya administrasi
9. Menyajikan laporan biaya dengan cepat
Penentuan biaya standar dapat dibagi menjadi tiga bagian (Mulyadi, 1991: 419) :
1. Biaya bahan baku standar
a. Harga standar (tarif) bahan langsung ditentukan oleh :
Harga satuan bahan langsung yang harus dibeli
Perubahan harga yang terjadi selama tahun yang bersangkutan
Standar terpisah harus ditetapkan untuk setiap bahan
Bagian akuntansi biaya atau pembelian
b. Jumlah standar bahan baku ditentukan dengan :
Investigasi teknis
Analisis catatan masa lalu
2. Biaya tenaga kerja langsung standar
a. Jam kerja standar dapat ditentukan oleh :
Hitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari lembar biaya periode
sebelumnya.
Lakukan uji coba operasi produksi dalam kondisi normal yang diharapkan.
Melakukan investigasi terhadap gerak dan waktu dari berbagai kondisi kerja karyawan yang
diharapkan.
Tahan estimasi yang masuk akal, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi
produksi dan produk
b. Tingkat upah standar ditentukan oleh :
Perjanjian dengan organisasi karyawan.
Data upah masa lalu yang dapat digunakan sebagai tingkat upah standar.
Perhitungan tingkat upah dalam kondisi operasi normal
3. Biaya overhead pabrik standar
a. Siapkan anggaran untuk biaya overhead pabrik dengan mempertimbangkan tingkat aktivitas
(kapasitas) yang termasuk :
Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau departemen untuk menghasilkan produk dengan
kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.
Kapasitas notmal adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produk
mereka dalam jangka panjang.
Kapasitas nyata adalah kapasitas yang diharapkan akan tercapai di tahun mendatang.
b. Pilih dasar untuk memuat biaya overhead pabrik untuk produk, termasuk :
Unit produk
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Jam kerja langsung
Jam mesin
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan
dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya. Biaya yang
dapat ditelusuri pada objek biaya akan meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Contoh biaya tidak
langsung adalah gaji pimpinan, gaji mandor, iklan untuk lebih dari satu macam produk, dan sebagainya.
Biaya tidak langsung sering disebut biaya overhead yang terbagi lagi menjadi biaya overhead pabrik,
biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi.
2. Nonoccupancy – related support cost, seperi akuntansi biaya dan pemerosesan data, dibebankan secara
langsung ke produk yang menggunakan jasa mereka.
3. “Occupancy – related costs”, yang dialokasi ke produk. Pembeban langsung dari kedua-duanya
“production floor expenses” dan “support cost” memberikan akuntansi biaya produk dan
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya setiap biaya terhadap proses maunfakturing.
Karena bahan baku di pesan dan terima tepat waktu (just in time) untuk digunakan tidak perlu
mendapat mereka pada perkiraan dan baku mereka secara langsung di debit ke perkiraan "Raw in process
inventory" dengan ayat jurnal :
Apabila penyesuaian telah dibuat pada akhir suatu periode akuntansi karena biaya overhead lebih atau
kurang dibebankan, debet dan kredit dilakukan hanya pada persediaan Raw-in Process dan persediaan
barang jadi. Sebagai contoh, asumsikan biaya overhead pabrik lebih dibebankan Rp 1.600.000, dan Rp
100.000 harus didisposisi ke barang setengah jadi dan Rp 500.000 ke persediaan barang jadi; sisanya Rp
1.000.000 ke harga pokok penjualan, maka ayat jurnalnya adalah :
Biaya overhead yang dibebankan Rp 1.600.000
Suatu contoh terakhir ini membantu menjelaskan perkiraan persediaan Raw in Process. Anggaplah
bahwa Rp 17.500.000 dari bahan baku dibeli dan akunyan mengahrgai bahan baku tersebut Rp 1.500.000
lebih tinggi, maka ayat jurnal berikut dibuat untuk mencatat pembelian :
Persediaan Raw in Process Rp 1.600.000
Sejarah JIT
Sistem ini dikembangkan oleh Toyota Motor Company di Jepang. Richard J. Schonberger dalam
bukunya "Japanese Manufacturing Technique-Nine Hidder Lessons In Simplicity" mengatakan bahwa
menurut orang-orang tua Jepang (Japanese Old- Timers), sistem JIT mulai digunakan secara luas dalam
industri perkapalan (shipbuilding industry) sejak 20 tahun yang lalu. Ceritanya adalah pada waktu itu industri
baja (steelmakers) berkelebihan produk karena ekspansi yang berlebihan (Over expanded).
Kapasitas industri baja bertumpuk, sehingga pabrik-pabrik kapal bisa mendapatkan pesanan bajanya
dengan sangat cepat. Pabrik kapal memanfaatkan situasi dengan menekan persediaan bajanya, dari kira-kira
untuk sebulan produksi menjadi tiga hari. Pabrik-pabrik. kapal itu menerima bajanya "tepat waktu" (Just-int-
Time). Gagasan JIT kemudian menyebar ke perusahaan-perusahaan pembuat suku cadang (equipment
manufacturing) yang mulai melakukan pengiriman tepat waktu dan para pemasoknya dan mulai
menggunakan sistem JIT untuk pekerjaan-pekerjaan di dalam pabriknya
Aplikasi modern sistem JIT ini mulai terkenal pada pertengahan tahun 1970 di Toyota oleh Taiichi
Ohno, wakil presiden Toyota, dan beberapal oleganya. Konsep JIT kemudian berpindah ke Amerka Serikat
sekitar tahun 1980 di pabrik Kawasaki Heavy Industry (KHI) di kota Lincoln, negara bagian Nebraska. Sejak
itu banyak perusahaan yang terbaik di Amerika Serikat, seperti Ford, General Motor, Motorola, Black and
Dekker, Briggs and Sratton Hewlet Packard, BM. John Deere, Bendix, Mercury Marine, Rockwell Tennant,
honeywell dan lain-lain mulai menerapkan sistem JIT, termasu pula industri-industri otomatif dan elektronik.
Konsep JIT ini ekarang sudah mulai dimengerti dan digunakan oleh industri di Amerika.
Peranan JIT
Peranan JIT Industri yang bertujuan ekspor harus menghadapi kompetisi dunia internasional. Masalah
manufakturing sebenamya merupaka masalah inti, karena untuk mempertahankan keuntungan kompetitif
perusahaan perlu mengurangi biaya produksinya dan memperbaiki mutu barangnya.
2. Penekanan diberikan pada meminimumkan tenggang waktu produksi (production lead ime) setiap unit.
Tenggang waktu produksi adalah interval antara tahap pertama produksi dan waktu keluamya barang
jadi dari lini produksi.
3. Lini produksi dihentikan jika suatu suku cadang tidak ada atau pekerjaan rusak ditemukan. Perhentian
menimbulkan urgenst untuk memperbaiki masalah yang menyebabkan unit yang rusak. Setiap
karyawan didorong untuk meminimumkan sumber-sumber potensial penyebab penghentian (seperti
bagian bahan baku yang rusak dan lain-lain).
persediaan bahan dan barang dalam prosss: Selama tinggal akuntansi bahan dan akuntansi Barang
Dalam Proses).
Inventory 40.000.000
a. Operation costing
Operasi 1. 40.000.0000
Bahan 40.000.000
Operasi 2. 39.600.000
Operasi 3. 38.800.000
b. JIT costing
a. Operating costing
b. JIT costing
Dalam sistem JIT, biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Costs) dan biaya overhead pabrik
(factory overhead costs) tidak ditelusuri ke pesanan kerja tertentu, karena tidak ada pesanan kerja (work
order). Tenaga kerja langsung sebagian lain dari overhead pabrik. Biaya konversi (Direct Labor Plus Factory
Overhead) sama dengan biaya overhead pabrik karena tidak ada lagi kategori terpisah untuk tenaga kerja
langsung.
Overhead pabrik yang terjadi setiap bulan (termasuk tenaga kerja langsung) mengalir ke harga pokok
penjualan (cost of goods sold) pada bulan yang sama, menurut sistem kalkulasi biaya JIT. penelusuran
overhead melalui Persediaan Barang dalam Proses dan Persediaan Barang Jadi tidak menyajikan informasi
yang berguna. Oleh karena itu, overhead pabrik diperlakukan dengan dibebankan secara langsung ke Harga
Pokok Penjualan. Overhead yang tersisa dalam Barang dalam Proses dan Barang Jadi akan dibuat ayat jurnal
penyesuaiannya pada akhir bulan.
Robin Cooper, profesor dari Harvard Business School mengemukakan gejala dari suatu sistem biaya
usang sebagai berikut :
1. Manajer fungsional ingin menyingkirkan Lini produk yang tampaknya menghasilkan keuntungan
2. Margin laba sulit diperjelas
3. Produk yang sulit dibuat menunjukkan keuntungan yang besar
4. Departemen mempunyai sistem biaya sendiri
5. Bagian akuntansi menghabiskan banyak waktu dalam suatu proyek khusus
6. Perusahaan mempunyai relung Margin yang tinggi (high margin niche)
7. Harga pesaing terlalu rendah secara tidak realistis
8. Pelanggan tidak mengeluh walaupun harga dinaikkan
9. Hasil dari penawaran beats sulit hasil dari penawaran (bids) sulit dijelaskan
10. Penawaran pemasok lebih rendah dari yang diharapkan
11. Perubahan laporan biaya karena adanya peraturan akuntansi keuangan yang baru