Anda di halaman 1dari 20

Nilai Dasar Pergerakan

KM ITB

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu
tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan
cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik
pendidikan itu tidak diberikan sama sekali"

- Tan Malaka

Kabinet KM ITB 2018/2019


DAFTAR ISI

Mukadimah ............................................................................................................................................ 3
Nilai Dasar Pergerakan KM ITB 2018/2019 ........................................................................................... 6
Definisi ................................................................................................................................................ 6
Visi dan Misi Kabinet KM ITB 2018/2019 .............................................................................................. 6
Visi ....................................................................................................................................................... 6
Misi...................................................................................................................................................... 7
Batang Tubuh Nilai Dasar Pergerakan ................................................................................................... 9
Batang Tubuh Nilai Internal ................................................................................................................ 9
Batang Tubuh Nilai Eksternal ............................................................................................................ 14

2
Mukadimah

Gerakan kemahasiswaan merupakan realitas yang tak bisa diabaikan dalam konteks
peran perguruan tinggi. Apalagi berbicara kemahasiswaan Indonesia yang memiliki karakter
yang khas dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa dari negara lain. Dalam lintasan
sejarah pembangunan bangsa ini, mahasiswa Indonesia, yang memiliki posisi sebagai insan
akademis, telah memainkan peranan penting sebagai kontrol sosial dan aktor pergerakan
dalam penataan kehidupan negara bangsa.

Narasi kemahasiswaan tidak bisa dikaitkan sebagai agen perubahan. Ia hanya dapat
didefinisikan sebagai aktor pergerakan yang bertujuan melakukan transformasi kebaikan
dalam penataan kehidupan negara bangsa. Entitas mahasiswa tidak memiliki otoritas dan
kewenangan yang cukup untuk menjadi bagian dari perubahan itu sendiri, tetapi memiliki
kewajiban sebagai aktor pergerakan dalam rangka kontrol sosial dan menjadi insan
akademis dalam kehidupan negara bangsa. Realitas yang terjadi pun tidak mendukung
pernyataan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Masa kepengurusan organisasi
kemahasiswaan notabene hanya berjalan selama satu tahun saja. Sekitar 12 bulan
menjalankan kepengurusan organisasi tidak cukup untuk melakukan transformasi kebaikan
yang signifikan. Organisasi kemahasiswaan dalam hal ini dibatasi oleh waktu yang singkat
dalam menjalankan roda kepengurusannya. Alhasil, mahasiswa hanya bisa merasakan
perannya sebagai aktor pergerakan dan kontrol sosial dalam tempo waktu yang tidak cukup
untuk melakukan transformasi kebaikan.

Atas dasar hal inilah sudah selayaknya mahasiswa menyadari urgensi dari adanya
pewarisan kepengurusan. Baik mewarisi maupun mewariskan kebaikan. Dari satu
kepengurusan ke kepengurusan berikutnya. Mahasiswa perlu memahami urgensi dari
adanya keberlanjutan upaya kebaikan yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Bahkan
tidak hanya sekadar melanjutkan, tetapi juga mengoptimalkan setiap warisan kebaikan yang
diberikan oleh pendahulunya. Mahasiswa selanjutnya juga perlu memainkan peran
memberikan warisan kebaikan bagi penerusnya agar dapat dimaksimalkan.

Maka dari itu, penting rasanya narasi kemahasiswaan KM ITB dibawa dalam suasana
gairah yang menggebu untuk meneruskan dan memberikan warisan capaian-capaian

3
kebaikan yang digerakkan oleh setiap entitas kemahasiswaan di bawah naungan KM ITB.
Begitu pun dengan kepengurusan Kabinet KM ITB. Cukup banyak capaian-capaian yang telah
dilakukan oleh kepengurusan Kabinet KM ITB 2017. Penting rasanya bagi setiap Kabinet KM
ITB 2018 memahami urgensi pewarisan ini, diperlukan pertimbangan tentang keberlanjutan
capaian-capaian kebaikan yang dilakukan oleh kepengurusan Kabinet KM ITB 2017. Kabinet
KM ITB 2018 seyogyanya memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan capaian-capaian
kebaikan yang dapat diteruskan oleh kepengurusan Kabinet KM ITB 2019 di kemudian hari.

Memahami urgensi dari pewarisan capaian kebaikan dalam organisasi


kemahasiswaan,seyogyanya juga perlu dikaitkan dengan momentum-momentum yang
melingkupi gerakan kemahasiswaan itu sendiri. Baik secara internal maupun eksternal
organisasi kemahasiswaan yang bersangkutan, yang kemudian dapat melahirkan sebuah
bentuk siklus kemahasiswaan yang sifatnya menyesuaikan kondisi dan tantangan yang
terjadi.

Sama halnya jua dengan narasi kemahasiswaan KM ITB yang selama ini dibangun.
Narasi kemahasiswaan KM ITB sepatutnya digerakkan atas pertimbangan momentum-
momentum yang hadir dalam setiap kepengurusan yang dijalankan. Dari hasil pertimbangan
tersebut – dalam hal ini mengenai narasi yang telah dibawa oleh beberapa kepengurusan
terakhir dan potensi narasi yang akan dibawa pada kepengurusan selanjutnya – dapat
disimpulkan bahwa apa yang selama ini dibangun dalam narasi kemahasiswaan ITB
memberikan indikasi tentang adanya siklus kemahasiswaan. Begitu pun juga dengan
kemahasiswaan setiap kampus di seluruh nusantara.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa narasi yang dibawa
oleh kepengurusan Kabinet KM ITB 2016 dan 2017 adalah menyiapkan bahan bakar dan
basis massa untuk melakukan eskalasi gerakan. Gerakan yang dimaksud disini adalah
bagaimana KM ITB dapat turut berperan serta berkontribusi dalam ranah sosial
kemasyarakatan dan juga sosial politik. Kedua lingkup gerakan ini sama-sama disiapkan
bahan bakar dan basis massanya oleh Muhammad Mahardhika Zein dan Ardhi Rasy
Wardhana dalam kepengurusan yang mereka berdua pimpin. Maka dari itu, sudah
sepantasnya kepengurusan Kabinet KM ITB 2018 dibawa dengan narasi kemahasiswaan
yang bertujuan melanjutkan narasi yang telah dibawa oleh keduanya. Dengan menjadikan

4
sosial kemasyarakatan dan juga sosial politik sebagai inti pergerakan dari narasi
kemahasiswaan yang dibawa. Tentu dengan beberapa catatan evaluasi dan tidak melupakan
peran karya serta inovasi yang seharusnya menjadi karakter khusus bagi narasi
kemahasiswaan KM ITB.

Pertimbangan untuk mengambil narasi kemahasiswaan ini didasari hari hasil analisis
kondisi momentum-momentum yang akan terjadi selama satu tahun kepengurusan Kabinet
KM ITB di tahun 2018. Ada cukup banyak isu-isu yang dapat dikawal oleh mahasiswa dengan
perannya sebagai kontrol sosial. Baik dalam sudut pandang intrakampus, regional, maupun
isu nasional. Ke depan, kepengurusan Kabinet KM ITB 2018 tidak lagi berkutat dalam
menyiapkan bahan bakar dan basis massa yang sudah tersedia dan terbentuk. Namun,
wajah kepengurusan Kabinet KM ITB 2018 perlu menampilkan perannya sebagai
konsolidator gerakan.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana wajah dari konsolidator


gerakan ini perlu dibangun dengan suatu narasi yang dapat menginspirasi gerakan
mahasiswa. Karena pada dasarnya basis massa gerakan itu dapat dibangun ketika sudah
tercipta kondisi yang ideal. Kondisi yang menggambarkan keadaan mahasiswa sudah
tersadarkan secara penuh bahwa perannya selain bertanggung jawab secara akademik, juga
perlu menjadi aktor pergerakan dan juga kontrol sosial. Dari kesadaran akan peran
mahasiswa inilah posisi mahasiswa sebagai insan akademis dapat didefinisikan secara tepat.

Jawaban atas pertanyaan di atas adalah dengan memaknai setiap aktivitas


kemahasiswaan dengan penuh semangat pelayanan terbaik. KM ITB sebagai salah satu
entitas kemahasiswaan seharusnya dapat menempatkan perannya secara optimal dalam
memastikan setiap kebutuhan dasar mahasiswa dan memberikan kesempatan aktualisasi
diri kepada mereka. Dengan penuh semangat pelayanan terbaik yang digaungkan oleh
seluruh organisasi kemahasiswaan di bawah naungan KM ITB, dipastikan kesadaran penuh
mahasiswa akan posisi dan perannya dapat tercipta secara optimal. Dengan begitu pun
Kabinet KM ITB dapat menunjukkan wajahnya secara maksimal sebagai konsolidator
gerakan mahasiswa. From Service Excellence to Consolidated Movements.

5
Narasi tentang konsolidator gerakan sebagai wajah dari Kabinet KM ITB muncul
karena kesadaran bahwa setiap organisasi mahasiswa di bawah naungan KM ITB memiliki
potensi-potensi kebaikan yang berbeda. Setiap potensi kebaikan itu selama ini tidak
diapresiasi dan diberdayakan secara optimal sehingga tidak menciptakan gerakan yang
terkonsolidasi secara baik dalam sudut pandang KM ITB. Dengan menempatkan posisi
Kabinet KM ITB sebagai konsolidator gerakan dapat dipastikan akan tercipta mozaik
pergerakan yang mengakomodasi seluruh entitas kelembagaan dalam lingkup
mengoptimalkan kolaborasi potensi kebaikan.

Nilai Dasar Pergerakan KM ITB 2018/2019

Definisi
Terdapat dua jenis Nilai Dasar Pergerakan KM ITB 2018/2019 yaitu nilai dasar pergerakan
internal dan nilai dasar pergerakan eksternal. Nilai dasar pergerakan internal adalah nilai
yang dianut dalam tubuh Kabinet KM ITB 2018/2019 dan diterapkan pada kehidupan sehari-
hari di internal KM ITB. Nilai Dasar pergerakan eksternal adalah nilai yang menjadi dasar
untuk menentukan baik dan buruknya suatu permasalahan yang ada. Nilai dasar pergerakan
internal dan eksternal diekstrak dari visi dan misi Kabinet KM ITB 2018/2019. Berikut
merupakan visi dan misi kabinet KM ITB 2018/2019.

Visi dan Misi Kabinet KM ITB 2018/2019

Visi
“KM ITB sebagai Rahim Pelayanan dalam Pergerakan Merangkai Indonesia Madani”
Rahim Pelayanan
Rahim berarti tempat dimana sesuatu dirawat dan kemudian dilahirkan. Pelayanan
sendiri berarti usaha membantu menyiapkan/mengurus apa-apa yang diperlukan orang lain.
KM ITB sebagai rahim pelayanan disini bermakna bahwa KM ITB berperan sebagai sebuah
entitas yang akan melahirkan semangat pelayanan dalam setiap kegiatannya. Semangat
pelayanan tersebut kemudian akan menjadi nilai utama dalam setiap kegiatan yang ada di
KM ITB baik itu dalam kegiatan internal maupun kegiatan eksternal. Dengan adanya nilai
utama berupa semangat pelayanan tersebut, harapannya KM ITB akan lebih bergairah

6
dalam menjalankan setiap kegiatannya karena semangat tersebut akan memunculkan
mindset memberikan kebermanfaatan kepada orang lain.

Pergerakan Merangkai Indonesia Madani


Pergerakan didefinisikan sebagai sebuah usaha untuk membangkitkan dan
memperjuangkan sebuah kebaikan, sedangkan masyarakat madani secara singkat dapat
diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan
memaknai kehidupannya. Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan melalui beberapa
bidang yaitu bidang karya inovasi, sosial kemasyarakatan, dan sosial politik. Pergerakan
tersebut dilakukan dalam rangka usaha mewujudkan Indonesia Madani sesuai yang
diamanahkan dalam Konsepsi KM ITB. Dalam Konsepsi KM ITB, dikatakan bahwa insan
akademis memiliki peran untuk membentuk tatanan masyarakat masa depan. Tatanan
masyarakat masa depan yang dimaksud disini adalah tatanan masyarakat madani.

Misi
1. Menanamkan semangat pelayanan dalam kemahasiswaan KM ITB
Menanamkan berarti menaburkan, memasukkan, membangkitkan, dan
kemudian memelihara. Semangat pelayanan yang akan menjadi nilai utama dalam
berkegiatan dan pergerakan harapannya tidak hanya dimiliki oleh kabinet saja,
namun juga dimiliki oleh semua elemen baik itu Himpunan Mahasiswa Jurusan
maupun Unit Kegiatan Mahasiswa. Semangat pelayanan tersebut tidak terbatas
dalam program pelayanan-pelayanan kebutuhan dasar, tetapi harapannya semangat
pelayanan tersebut menjadi sesuatu yang terkristal dalam seluruh lembaga dalam
melakukan setiap kegiatannya. Semangat pelayanan yang ingin ditanamkan
kemudian akan diturunkan menjadi nilai-nilai dasar KM ITB.
2. Memperkuat sinergisasi pergerakan antar elemen KM ITB
Memperkuat berarti memperkukuh atau memperteguh. Bisa juga diartikan
sebagai usaha untuk meningkatkan apa yang sudah dilakukan sebelumnya agar
menjadi lebih baik. Sedangkan sinergisasi yang dimaksud adalah penyelarasan
gerakan baik itu dalam gerakan internal maupun gerakan eksternal. Yang dimaksud
dengan memperkuat sinergisasi adalah bagaimana elemen-elemen yang ada di
dalam KM ITB dapat lebih bersinergi lagi dalam menjalankan kerja-kerjanya.

7
Sinergisasi tersebut dapat diawali dengan memunculkan potensi-potensi yang ada
dalam elemen KM ITB. Elemen yang ada di KM ITB didorong untuk melakukan
pergerakan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Pergerakan-
pergerakan tersebut kemudian dikolaborasikan dan disinergiskan. Sinergisasi yang
dilakukan harapannya akan dapat memunculkan sebuah pergerakan KM ITB yang
lebih bermanfaat dan berdampak.
3. Harmonisasi pergerakan mahasiswa dalam karya inovasi, sosial masyarakat, dan
sosial politik
Harmonisasi didefinisikan sebagai upaya penyelarasan. Harmonisasi
pergerakan yang dimaksud adalah penyelarasan gerakan dalam bidang karya inovasi,
sosial masyarakat, dan sosial politik agar memiliki arah yang sama. Harapannya
pergerakan dalam tiga bidang tersebut dapat saling mendukung satu sama lain
karena pada dasarnya tiga bidang tersebut adalah sebuah kesatuan yang saling
membutuhkan bidang yang lain. Dengan adanya keselarasan dari ketiga bidang
pergerakan, diharapkan akan memunculkan pergerakan yang lebih bermanfaat dan
berdampak.
4. Mengembangkan kemahasiswaan multikampus yang berkelanjutan
Mengembangkan didefinisikan sebagai upaya menjadikan maju agar apa yang
sudah ada menjadi lebih baik. Sedangkan berkelanjutan berarti apa yang diusahakan
harus bisa berlangsung terus menerus dan berkesinambungan. Multikampus ITB
menjadi isu yang sangat hangat akhir-akhir ini. Dengan diberlakukannya sistem
multikampus ITB, maka mau tidak mau kemahasiswaan ITB juga harus memperluas
kegiatan kemahasiswaannya ke kampus-kampus lain selain kampus ganesha. Karena
itu, misi ini berbicara tentang pengembangan kegiatan kemahasiswaan di kampus
ITB selain kampus Ganesha. Harapannya, dengan adanya kemahasiswaan
multikampus yang lebih bergairah, maka dapat mendukung pergerakan-pergerakan
yang dilakukan oleh KM ITB.

Dari visi misi di atas, terdapat sebuah amanat untuk melakukan penanaman nilai yang
tertulis pada misi nomor 1 yaitu menanamkan semangat pelayanan dalam kemahasiswaan
KM ITB. “Semangat pelayanan” inilah yang kemudian menjadi acuan untuk mendefinisikan
nilai dasar pergerakan internal, sedangkan nilai dasar pergerakan eksternal diekstrak melalui

8
kalimat visi “KM ITB sebagai Rahim Pelayanan dalam Pergerakan Merangkai Indonesia
Madani” yang mana secara spesifik diekstrak melalui analisis kondisi Indonesia yang belum
sepenuhnya mewujudkan tatanan masyarakat madani.

Batang Tubuh Nilai Dasar Pergerakan

Batang Tubuh Nilai Internal


Konsep service excellence yang merupakan konsep yang dibawa oleh Kabinet KM ITB
2018/2019 ini memiliki syarat-syarat agar bagaimana service excellence dapat tercapai yaitu
Realiability, Responsiveness, Assurance, dan Empati. Nilai dasar pergerakan internal ini
adalah nilai-nilai yang perlu dibangun dan ditanamkan di setiap entitas KM ITB untuk
mewujudkan Indonesia Madani melalui semangat pelayanan. Nilai dasar pergerakan
internal ini kemudian menjadi nilai yang perlu dianut dalam tubuh Kabinet KM ITB
2018/2019 dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan menjadi landasan arah gerak di
internal KM ITB.
1. Integritas
Integritas menurut KBBI
in.teg.ri.tas /intêgritas/
n mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran
Dalam konsep service excellence, reliability memiliki maksud bahwa apa yang
dijanjikan adalah sama dengan apa yang ditawarkan/dilaksanakan. Kata integritas
berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berarti menyeluruh, lengkap atau
segalanya. Kamus Oxford menghubungkan arti integritas dengan kepribadian
seseorang yaitu jujur dan utuh. Ada juga yang mengartikan integritas sebagai
keunggulan moral dan menyamakan integritas sebagai “jati diri”.

Integritas juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai


dan kode etik. Dengan kata lain integritas diartikan sebagai “satunya kata dengan
perbuatan”. Paul J. Meyer menyatakan bahwa “integritas itu nyata dan terjangkau
dan mencakup sifat seperti: bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia.
Jadi, saat berbicara tentang integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan

9
karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: dapat dipercaya, komitmen, tanggung
jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan. Integritas dalam konteks
kemahasiswaan adalah bagaimana kader KM ITB bertindak secara konsisten sesuai
dengan nilai yang ia pegang selama berkemahasiswaan di dalam KM ITB. Seperti
yang telah dijelaskan di atasm, Integritas dalam hal ini juga mencakup komitmen.
Komitmen adalah bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat seseorang kepada
orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu. Komitmen dapat dilakukan dengan
sukarela atau terpaksa, tergantung situasi masing-masing. Komitmen dalam konteks
kemahasiswaan KM ITB adalah bagaimana kader KM ITB memiliki komitmen
terhadap tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang mahasiswa yaitu sebagai
insan akademis seperti yang tertuang dalam konsepsi KM ITB. Komitmen ini juga
selayaknya perlu untuk tercermin ke dalam kehidupan sehari-hari selama
berkemahasiswaan di KM ITB.

2. Empati
Empati menurut KBBI
em.pa.ti /èmpati/
n Psi keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi
dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau
kelompok lain
Empati adalah sebuah sikap memahami, sadar, peka dan memahami baik
terhadap suatu kondisi maupun suatu individu/orang lain. Empati dalam konsep
pelayanan diperlukan sebagai pemantik bagi seseorang untuk merasakan
permasalahan yang ada di sekitar yang kemudian hal ini akan membuahkan sebuah
sikap tertentu atas suatu permasalahan. Suatu solusi atas sebuah permasalahan
yang didasarkan atas empati akan lebih tepat sasaran dibandingkan solusi yang tidak
didasarkan kepada empati. Empati juga merupakan sebuah pemantik awal agar
nantinya seseorang mau untuk bertoleransi, bergotong royong, restoratif, dan
responsif.

10
3. Responsif
res.pon.sif /rèsponsif/
a cepat (suka) merespons; bersifat menanggapi; cepat tanggap; tergugah hati;
bersifat memberi tanggapan (tidak masa bodoh)

Dalam konsep service excellence, dikenal istilah responsiveness yang memiliki


makna bahwa dalam sebuah pelayanan diperlukan sebuah sikap cepat dalam
merespons permasalahan baik mulai dari tahap kepekaan terhadap masalah/impuls
sampai tahap merumuskan feedback atas permasalahan/impuls yang ada. Responsif
dan empati merupakan dua nilai yang memiliki hubungan erat satu sama lain
sehingga dalam mempraktikkan nilai responsif diharapkan mahasiswa juga mampu
menerapkan nilai empati sebagai nilai yang memantik nilai responsif.
Empati adalah tentang bagaimana seseorang memiliki kepekaan terhadap
permasalahan dan kemauan untuk kemudian take action atas pemasalahan tersebut.
Nilai responsif melengkapi nilai empati. Jika empati merupakan pemantik awal bagi
seseorang agar ia peka dan memiliki keinginan untuk take action terhadap
permasalahan tersebut maka responsif merupakan katalis yang akan mempercepat
proses mulai dari tahap kepekaan terhadap masalah sampai tahap merespons
permasalahan tersebut.

4. Restoratif
Restoratif merupakan nilai yang diturunkan dari hakikat seorang mahasiswa
sebagai seorang insan akademis yang mana seorang insan akademis memiliki dua
peran. Pertama, peran untuk selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi
yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Kedua, peran yang
akan muncul dengan sendirinya apabila mengikuti watak ilmu itu sendiri. Watak ilmu
adalah selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah. Adapun kebenaran ilmiah
yang dimaksud adalah kebenaran yang didapatkan dari rasionalitas akal, wujud
empiris maupun informasi dari sumber terpercaya. Dengan selalu mengikuti watak
ilmu ini, maka insan akademis mengemban peran untuk selalu mengkritisi kondisi

11
kehidupan masyarakatnya di masa kini dan selalu berupaya membentuk tatanan
masyarakat masa depan yang benar dengan dasar kebenaran ilmiah. Dengan
pemaparan ini maka secara teknis, keseluruhan proses pendidikan di perguruan
tinggi ditujukan untuk membantu atau memberi alat pada mahasiswa untuk
menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Selain itu pendidikan juga ditujukan
untuk membantu mahasiswa menentukan visinya tentang tatanan masyarakat masa
depan yang baik berdasarkan cita-cita kebangsaan dalam bingkai NKRI.
Dalam menjalankan perannya sebagai insan akademis, diperlukan sifat restoratif.
Restoratif merupakan bentuk kata sifat dari “restorasi”. Makna restorasi dalam KBBI
adalah sebagai berikut
res.to.ra.si1 /réstorasi/
n pengembalian atau pemulihan ke keadaan semula (tentang gedung bersejarah,
kedudukan raja, negara); pemugaran

Restoratif dalam konteks nilai adalah bagaimana seseorang memiliki kemauan


memecahkan masalah dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan segala
sesuatu menjadi berfungsi dengan baik kembali (sesuai dengan kondisi ideal). Pandai
dalam mengetahui sesuatu yang salah dan memperbaikinya, menikmati tantangan
dalam menganalisis gejala-gejala, mengidentifikasi yang salah, dan menemukan
solusinya. Konteks restoratif ini memiliki pemaknaan yang luas meliputi baik aspek
fisik seperti barang, uang, manusia maupun aspek non fisik seperti sistem, aturan,
nilai, dll. Restoratif juga erat kaitannya dengan sense of crisis yaitu bagaimana
terdapat sebuah kepekaan terhadap gejala-gejala permasalahan yang muncul lalu
menganalisis gejala, mengidentifikasi masalah, sampai merumuskan solusi. Kritis dan
solutif serta adaptif dan progresif merupakan bagian dari restoratif.
a. Kritis dan solutif
Kritis menurut KBBI
kri.tis
a bersifat tidak lekas percaya
a bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan
a tajam dalam penganalisisan
Hakikatnya mahasiswa merupakan insan akademis yang memiliki tugas untuk
selalu mengembangkan diri untuk menjadi bagian dari tatanan masyarakat masa

12
depan dan juga memiliki peran yang akan muncul dengan sendirinya ketika
mengikuti watak dari ilmu. Watak dari ilmu sendiri kemudian didefinisikan sebagai
kritis dan solutif. Kritis erat dengan sebuah respon terhadap apa yang sudah
menggejala. Dengan bersikap kritis, wawasan akan bertambah. Karakter kader KM
ITB juga akan terbentuk menjadi pribadi yang bijak menangani masalah. Tidak
sekadar menimba ilmu dan pengetahuan di ruang kelas, tetapi juga harus mampu
berargumentasi dan mempertanggungjawabkannya.

Solutif menurut KBBI


so.lu.si
n penyelesaian; pemecahan (masalah dan sebagainya); jalan keluar: -- persoalan
pembangunan desa akan segera diseminarkan
Bersikap kritis berarti kita juga siap untuk maju. Kritis di sini bukan hanya
dalam menyampaikan pendapat. Kritis juga berarti kader KM ITB aktif mencari dan
memberikan solusi. Hal penting yang juga perlu dicatat adalah mahasiswa
seharusnya bukan hanya pandai berargumen dan mempertahankannya, tetapi harus
bisa menerima pendapat orang lain pula. Agar tak sekadar mengkritik dengan kritis
namun siap pula untuk dikritik.
Dalam restoratif dan kaitannya dengan peran insan akademis untuk senantiasa
mengembangkan diri menjadi menjadi bagian dari tatanan masyarakat masa depan
juga diperlukan sifat adaptif dan progresif.
b. Progresif dan Adaptif
Progresif menurut KBBI
prog.re.sif /progrèsif/
a ke arah kemajuan
a berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politik)
a bertingkat-tingkat naik (tentang aturan pemungutan pajak dan sebagainya)
Mahasiswa hakikatnya memiliki peran untuk menjadi seorang insan akademis
yang mana dalam konsepsi KM ITB didefinisikan insan akademis memiliki tugas untuk
selalu mengembangkan diri untuk menjadi bagian dari tatanan masyarakat masa
depan (masyarakat madani). Tugas untuk selalu mengembangkan diri untuk menjadi
bagian dari tatanan masyarakat madani ini kemudian dikristalisasikan menjadi

13
sebuah nilai progresif yang bermakna senantiasa mengembangkan diri ke arah yang
lebih baik.

Adaptif menurut KBBI


adap.tif
a mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan
Untuk membentuk pribadi yang progresif, diperlukan nilai adaptif juga yang mana
memiliki kemampuan untuk menyesuaiakan dengan keadaan karena untuk
senantiasa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik diperlukan suatu sifat untuk
mampu menyesuaikan dengan keadaan-keadaan yang senantiasa berubah.

Batang Tubuh Nilai Eksternal


Masyarakat Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang
berbasiskan pada nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan;
menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong menjaga
kedaulatan negara. Pengertian genuine dari Masyarakat Madani itu perlu dipadukan dengan
konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang terikat dalam ikatan kebangsaan dan ikatan
kemanusiaan dalam bingkai NKRI. Karakter dari terwujudnya Masyarakat Madani adalah
dengan tidak adanya hegemoni antara penguasa dan masyarakatnya. Di samping itu,
masyarakat madani juga kental dengan kesetiaan (loyality) dan kepercayaan (trust) antar
sesama elemen masyarakat sehingga tidak adanya sifat individualis dalam masyarakat
tersebut. KM ITB mencitakan Indonesia menjadi negara kuat yang membawa misi rahmat
keadilan bagi segenap umat manusia, agar bangsanya menjadi sokoguru peradaban dan
buminya menjelma menjadi taman kehidupan yang tentram dan damai dalam perwujudan
Indonesia Madani.

Secara garis besar, terdapat beberapa karakteristik masyarakat dengan sumber daya
manusia unggul yang dapat merealisasikan cita-cita masyarakat madani agar terwujud pada
diri bangsa Indonesia.

Pertama, institutional society (masyarakat kelembagaan). Dalam dunia yang telah


mengglobal seperti sekarang ini, sekat-sekat wilayah sudah tidak berarti lagi. Maka, pada

14
level yang sangat mikro suara-suara individu lebih tidak memiliki arti lagi. Pada kondisi ini
masyarakat cenderung memandang suara kolektif lebih powerful dibandingkan suara
individu per individu. Pada akhirnya mereka membentuk koloni-koloni yang memiliki
gagasan dan tujuan yang relatif sama.
Munculnya LSM-LSM dan komunitas berbasis minat-bakat dapat dipandang sebagai
pengejawantahan kenyataan yang ada. Kerangka kelembagaan juga dapat dipandang
sebagai upaya individu-individu dalam masyarakat untuk meningkatkan daya tawar dalam
posisinya masing-masing.

Kedua, constitutional society (masyarakat hukum). Dalam hal ini yang dimaksud dengan
masyarakat hukum adalah masyarakat yang memahami hukum dan fungsinya sebagaimana
mestinya. Mereka mengetahui batasan-batasan hak mereka dan batasan-batasan hak
pemerintah serta mengetahui batasan-batasan wkewajiban mereka dan batasan-batasan
kewajiban pemerintah. Dengan karakteristik masyarakat seperti ini, akan terjadi suatu
kondisi check and balance antara pemerintah dan masyarakat sehingga dengan demikian
pemerintah tidak akan mengintervensi kebijakannya kepada wilayah privat rakyatnya.
Kalaupun terjadi, dengan segera masyarakat akan mengoreksinya karena kesadaran hukum
yang mereka miliki. Ada semacam built-in stabilizer dalam diri masyarakat hukum.

Ketiga, religious society (masyarakat beragama). Dalam proses globalisasi, agama diyakini
masih memiliki peran signifikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Agama tidak akan berada di pinggiran dalam proses tersebut. Apalagi tercerabut dari
konteks sosial, budaya, ekonomi dan politik yang tumbuh dan berkembang. Justru agama
menjadi sumber kekuatan untuk menggerakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keempat, intellectual and egalitarian society (masyarakat yang intelek dan egaliter). Ada
hubungan yang sangat erat antara tingkat intelektual dengan cara pandang individu dalam
konteks interaksi sosial. Dalam konteks pergaulan antar individu, harus dipahami bahwa
keberagaman dalam masyarakat Indonesia (bahkan dunia) adalah suatu kenyataan.

Kelima, technology-oriented society (masyarakat yang berorientasi pada teknologi). Dalam


persaingan global dewasa ini, ada fenomena munculnya kekuatan baru dalam persaingan

15
internasional yang muncul di Asia (newly industrialized countries, NICs). Teknologi tak dapat
disangkal memiliki peran yang begitu besar dalam mempengaruhi dan membentuk
peradaban suatu bangsa dan negara. Maka, jika Indonesia tak memiliki daya saing
internasional, dalam hal ini upaya percepatan kemajuan teknologi, Indonesia tidak akan
pernah dipandang sebagai suatu peradaban yang diakui oleh dunia.

Keenam, justice and peaceful oriented society (masyarakat yang berkeadilan dan cinta
damai). Dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dapat disimpulkan bahwa sudah
sepantasnya bangsa Indonesia bergerak maju dengan orientasi saling mendukung satu sama
lain. Keadilan dan cinta akan kedamaian menjadi prinsip mendasar dalam keanekaragaman
nilai sosial budaya yang ada dalam diri bangsa Indonesia, dari Sabang hingga Merauke.
Dengan adanya keenam faktor di atas, perjuangan dalam mewujudkan Indonesia madani
sepatutnya dapat diikhtiarkan secara sistemis dan berkelanjutan. Dalam konteks negara
bangsa dan keindonesiaan pada zaman modern seperti sekarang ini, rasanya tepat jika
menjadikan kampus sebagai laboratorium pembinaan utama dalam mencetak sumber daya
manusia unggul. Kampus merupakan wadah pendidikan terbesar yang dapat mencetak
individu-individu dengan karakteristik yang unggul untuk membangun negara ini menjadi
Indonesia yang madani. Dan satu-satunya jalan adalah melalui gerakan kemahasiswaan yang
memiliki peran sebagai kontrol sosial dan aktor pergerakan. Setidaknya terdapat beberapa
alasan strategis mengapa kampus-kampus perguruan tinggi di seluruh wilayah nusantara
menjadi institusi terpenting dalam mencetak individu-individu unggul dalam rangka
pembangunan bangsa ini menjadi Indonesia madani.

Dari enam kondisi ideal masyarakat madani maka kemudian dapat dihasilkan nilai dasar
pergerakan eksternal KM ITB yaitu
1. Gotong Royong
Gotong royong merupakan pemadatan dari awalnya Pancasila menjadi
Ekasila. Gotong royong merupakan hasil penerjemahan dari syarat kondisi
masyarakat madani yaitu masyarakat kelembagaan. Dalam rangka mencapai suatu
kondisi dimana masing-masing masyarakat mau untuk mengkolektifkan
kekuatannya, diperlukan sebuah nilai gotong royong. Gotong royong dapat berarti
saling bahu membahu dalam kebaikan dan takwa agar timbul semangat bersama

16
untuk memperbaiki lingkungan yang ada berlandaskan nilai Ketuhanan (referensi:
ndp 2017/2018).
Salah satu syarat kondisi masyarakat madani adalah masyarakat yang kelembagaan
yang kemudian pada poin ini diterjemahkan bahwa diperlukan nilai gotong royong.
Dinamika yang akan ditemui oleh seseorang dalam bergotongroyong sangatlah
banyak, salah satunya adalah keberagaman yang ada. Dalam keberagaman ini
pastilah terdapat perbedaan yang pastinya akan muncul entah itu perbedaan
pendapat, sudut pandang, ideologi, dan lain sebagainya. Untuk menghadapi hal
seperti itu diperlukan sikap toleransi sehingga kita dapat menghargai serta
menghormati perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat.

2. Supremasi Hukum
Supremasi hukum ini merupakan hasil penerjemahan dari salah satu syarat
masyarakat madani yaitu masyarakat yang memahami hukum dan fungsinya
sebagaimana mestinya. Hukum-hukum ini meliputi berbagai dasar hukum yang ada
di Indonesia yang mencakup Pancasila, UUD 1945, UU, dll. Supremasi hukum sebagai
nilai dasar pergerakan eksternal adalah sebuah kondisi ideal bahwasanya hukum
ditempatkan di posisi tertinggi dan memiliki kekuasaan tertinggi dalam mengatur
kehidupan seseorang dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain
ditempatkan menjadi posisi tertinggi, tetapi hukum juga berlaku bagi setiap orang
sesuai konteks hukumnya. Supremasi hukum di sini merupakan sebuah penegasan
bahwa selayaknya hukum dijadikan sebagai panglima, hukum yang memihak kepada
kebenaran. Dalam sebuah kasus konflik agraria misalnya, yang harus diperhatikan
bahwa haruslah hukum perlu dipastikan berlaku dengan adil baik kepada rakyat yang
tergusur maupun pihak pemerintah yang menggusur dimana pada rakyat yang
tergusur harus dipastikan hak-haknya terpenuhi dan didapat sebuah solusi atau
mitigasi yang bijak.

3. Demokrasi
Nilai demokrasi merupakan hasil penerjemahan dari masyarakat
kelembagaan dan masyarakat hukum. Titik berat dari masyarakat kelembagaan
adalah pada level yang sangat mikro suara-suara individu lebih tidak memiliki arti

17
lagi. Pada kondisi ini masyarakat cenderung memandang suara kolektif lebih
powerful dibandingkan suara individu per individu. Ketika kita mengaitkan hal ini
dengan bercermin kepada hukum yang berlaku maka kemudian terumuskanlah
demokrasi yang merupakan sebuah cara untuk mengkolektifkan kekuatan dari
berbagai individu, entah itu dalam bentuk aspirasi melalui anggota dewan ataupun
demokrasi yang berupa aspirasi secara perseorangan atau kelompok tertentu. Oleh
karena itu, penting juga bagi anggota masyarakat madani untuk mengerti sistem
politik demokrasi. Demokratis dalam segala aspek kehidupan seperti politik, sosial,
budaya, ekonomi dan pendidikan.

4. Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama Pancasila yang
merupakan hasil penerjemahan dari kondisi masyarakat madani yaitu masyarakat
yang beragama. Agama dalam masyarakat madani tidak akan terpinggirkan apalagi
tercerabut dari konteks sosial, budaya, ekonomi dan politik yang tumbuh dan
berkembang. Justru, agama menjadi sumber kekuatan untuk menggerakkan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Esa merupakan kata serapan dari Bahasa
Sansekerta yang bentuk kata bendanya adalah Etad yang berarti as this atau as it is.
Walaupun “esa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tunggal atau satu,
makna yang lebih ditekankan di sini adalah sebagaimana Tuhan itu dimaknai oleh
penganutnya.
Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-
masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Ketuhanan Yang
Maha Esa yang dimaksud di sini adalah Ketuhanan yang berdasarkan nilai Ketuhanan
itu sendiri sesuai ajaran agama masing-masing bukan Tuhan yang dicitrakan oleh
manusia atau malah diatur sebagaimana keinginan dan kemauan penguasa. Selain
Ketuhanan sebagai objeknya, subjek atau penganutnya pun harus mau
mengamalkan agama secara berkeadaban, ialah saling hormat menghormati satu
sama lain27. Saling menghormati di sini berarti menjadikan toleransi beragama
sebagai perekat keberlangsungan hidup organisasi di tengah perbedaan ajaran dan
kepercayaan. Nilai Ketuhanan yang dimaksud tidak boleh menjadi sebuah alasan
untuk berselisih dan tercerai berai, tetapi malah menjadi pengikat persatuan untuk

18
saling rangkai merangkai. Dalam menentukan segala bentuk tindakan yang diambil,
Kabinet KM ITB 2018/2019 senantiasa mengedepankan landasan nilai Ketuhanan
baik dalam kehidupan berbangsa maupun kehidupan bernegara. Sehingga apabila
terdapat permasalahan yang timbul dan membutuhkan pemosisian diri, Kabinet KM
ITB 2018/2019 akan berdiri untuk membela kebebasan dalam memegang teguh
nilai Ketuhanan yang saling menghormati tanpa mengesampingkan persatuan.

5. Intelektualitas
Intelektualitas merupakan hasil penerjemahan dari kondisi masyarakat
madani yaitu masyarakat yang intelek. Intelektualitas dalam konteks ini memiliki
maksud bahwa dalam meninjau sebuah permasalahan harus didasarkan kepada
kebenaran ilmiah. Akan tetapi, dalam beberapa kondisi seringkali intelektualitas
tidak dapat berdiri sendiri karena sebuah permasalahan bisa saja baik menurut suatu
keilmuan tetapi tidak baik menurut keilmuan yang lain. Intelektualitas harus
didampingi oleh nilai-nilai lain yang terdapat pada batang tubuh nilai eksternal agar
dapat meninjau baik buruknya sebuah masalah secara lebih komprehensif.

6. Keadilan sosial dan Hak Asasi Manusia


Keadilan dalam konteks masyarakat madani merupakan sebuah langkah
untuk mencapai sikap gotong royong. Keadilan sosial tidak terlepas dari sifat adil
terhadap sesama. Sebagai seorang individu, seorang warga negara harus mampu
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara
Indonesia. Selain menjadi sebuah cara untuk mencapai sikap gotong royong,
keadilan sosial juga merupakan hasil penerjemahan syarat kondisi masyarakat
madani yaitu egaliter, berkeadilan, dan cinta damai. Egaliter memiliki makna bahwa
setiap manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan Tuhan tanpa
membedakan kedudukan, kekayaan, keturunan, suku, ras, golongan, dan
sebagainya, melainkan karena sikap masing-masing individu. Secara etimologi atau
menurut bahasa, kata egaliter berasal dari bahasa Perancis : Egal, egalite atau
egalitaire, yang berarti sama, tidak ada perbedaan. Egaliter jug erat kaitannya
dengan Hak Asasi Manusia yang dimiliki oleh setiap individu. Egaliter inilah yang
kemudian memicu terjadinya sebuah revolusi di Perancis yang diberinama

19
Declaration des droits de l’homme et du Citoyen (Pernyataan Hak Hak Manusia dan
Warga Negara) tahun 1789, dengan semboyan: Liberte, Egalite, Fraternite
(Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan) dimana akhirnya Hak Asasi Manusia
(HAM) dicantumkan pada konstitusi Prancis dan menjadi dasar dalam Deklarasi Hak
Manusia Asasi Manusia atau Universal Independent of Human Right yang dicetuskan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

20

Anda mungkin juga menyukai