Anda di halaman 1dari 24

MODUL ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN

FUNGSI KOGNITIF UNTUK PENDIDIKAN


DOKTER UMUM

Penyusun
dr. Rini Nindela, SpN, M.Kes

BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
Anamnesis
Anamnesis fungsi kognitif membutuhkan autoanamnesis dan alloanamnesis yang
mendalam dan teliti. Seringkali penurunan fungsi kognitif tidak disadari oleh penderitanya,
keluarga atau orang terdekatnyalah yang terlebih dahulu menyadarinya. Berikut adalah poin-poin
anamnesis yang perlu ditanyakan kepada pasien/keluarganya:
a. Sejak kapan (onset) gangguan fungsi kognitif terjadi, domain apa yang pertama kali mengalami
gangguan (pertanyaan spesifik terkait domain dijelaskan di bawah ini), bagaimana terjadinya
apakah perlahan-lahan atau tiba-tiba, bagaimana perjalanannya apakah hilang timbul, atau
stabil, atau menurun dengan fase plateau (stepwise) atau terus menerus menurun.
b. Ada atau tidaknya perubahan kognitif yang khas mengindikasikan adanya disfungsi organik
(seperti gangguan memori dan bahasa). Kemungkinan adanya disfungsi organik juga diketahui
dengan menanyakan adakah defisit neurologis lainnya seperti kelemahan, gangguan sensoris,
gangguan pada nervi kraniales (mulut mengot, bicara cadel, pandangan ganda, dan lain-lain),
gerakan abnormal (tremor, rigiditas, bradikinesia, chorea, dan lain-lain), dan kejang.
c. Kemungkinan adanya gangguan psikiatrik
fungsional dan penyesuaian. Lesi otak
tertentu, seperti tumor di lobus frontal
akan menimbulkan perubahan perilaku
yang menyerupai gangguan psikiatrik.
Selain itu, pasien dengan penyakit organik
juga terkadang mengalami gejala
emosional sekunder (seperti kecemasan
dan depresi) akibat penyakitnya. Di sisi
lain, gangguan psikiatrik terkadang juga
menimbulkan gejala-gejala yang
menyerupai gangguan organik
(pseudodementia).

d. Data pendukung untuk penentuan perilaku premorbid dan level fungsional yaitu tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Informasi ini penting dalam dalam menelaah hasil pemeriksaan
neuropsikologis.
e. Status medis pasien secara umum untuk mencari kemungkinan penyebab/faktor risiko
penurunan kognitif seperti adakah riwayat hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, penyakit
ginjal atau hati, trauma kepala, gangguan pendengaran, AIDS, juga penyalahgunaan NAPZA
dan kecanduan alkohol. Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit dalam keluarga.
f. Yang tidak kalah pentingnya adalah menanyakan sudah sejauh mana penurunan kognitif
tersebut terjadi, apakah sudah sampai mengganggu activity of daily living/ADL pasien baik
advanced (pekerjaan atau aktivitas harian pasien, misal karyawan apakah terdapat masalah
dengan pekerjaannya di kantor, atau ibu rumah tangga apakah masih bisa memasak, menyapu
dan menjalankan rutinitas hariannya serti biasa) maupun basic (makan, minum, dan personal
hygiene) yang berarti penurunan kognitif sudah sampai tahap demensia.

Satu persatu domain fungsi kognitif harus ditanyakan, berikut adalah contoh anamnesis dari setiap
domain fungsi kognitif (DSM-V):
ATENSI KOMPLEKS
Gangguan atensi kompleks berat:
 Mudah terdistraksi jika berada dalam situasi yang ramai/banyak stimuli dalam satu waktu
(TV menyala, orang lain mengajak mengobrol)
 Kesulitan mempertahankan informasi yang baru saja diperoleh seperti mengulang nomor
telepon atau alamat
 Tidak dapat menghitung dalam kepala
 Seluruh proses berpikir menjadi lebih lama dari biasanya dan harus disederhanakan terlebih
dahulu
Gangguan atensi kompleks ringan:
 Membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan tugas yang biasa dikerjakan
 Menimbulkan kesalahan-kesalahan di tugas yang rutin dikerjakan
 Menyelesaikan tugas harus dalam kondisi yang sangat tenang tanpa distraksi
MEMORI DAN KEMAMPUAN BELAJAR
Gangguan memori berat:
 Menanyakan hal yang sama berulang-ulang atau bicara hal yang sama berulang-ulang pada
dirinya sendiri
 Tidak dapat mengingat daftar belanjaan meskipun pendek, atau mengingat rencana kegiatan
hari itu
 Perlu diingatkan berulang-ulang dalam segala hal
Gangguan memori ringan:
 Kesulitan mengingat peristiwa yang baru/belum lama terjadi
 Bergantung pada reminder handphone, catatan atau tanda di kalendar untuk mengingat
rencana-rencana
 Mengulang bercerita hal yang sama pada orang lain dalam selang waktu tertentu
 Butuh membaca ulang atau bertanya pada orang lain tentang jalan cerita drama/buku yang
diikutinya
Catatan: kecuali pada demensia berat, memori implisit dan autobiografi umumnya masih
terpelihara
BAHASA
Gangguan bahasa berat:
 Sangat kesulitan dalam bahasa ekspresif dan reseptif
 Sering menggunakan sebutan umum seperti “benda itu” atau “kau tahu yang kumaksud” dan
menggunakan kata panggil pengganti bukan nama, pada kasus yang berat bahkan lupa nama
teman dekat dan keluarganya sendiri
Gangguan bahasa ringan:
 Kesulitan menemukan kata yang hendak diucapkan
 Lebih sering menggunakan sebutan umum dibanding istilah yang spesifik
 Kesalahan gramatikal seperti menghilangkan kata sambung, dll
PERSEPTUAL-MOTORIK
Gangguan perseptual motorik berat:
 Sangat kesulitan mengerjakan aktivitas yang sebelumnya rutin dikerjakan (menggunakan
alat atau perkakas, berkendara)
 Kebingungan dalam aspek waktu dan arah, bertambah parah pada malam hari,
 Tersesat di tempat-tempat yang familiar
Gangguan perseptual motorik ringan:
 Lebih bergantung pada peta, petunjuk arah dan aplikasi navigasi ketika bepergian
 Mungkin tersesat jika tidak kehilangan fokus untuk sesaat
 Membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengerjakan aktivitas yang rutin dikerjakan
(menggunakan alat atau perkakas, berkendara)
FUNGSI EKSEKUTIF
Gangguan fungsi eksekutif berat:
 Menelantarkan tugas yang rumit atau kompleks
 Hanya dapat mengerjakan satu tugas dalam satu waktu
 Bergantung pada orang lain untuk melaksanakan aktivitas yang kompleks/instrumental atau
dalam mengambil keputusan
Gangguan fungsi eksekutif ringan:
 Kesulitan atau peningkatan usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang
kompleks
 Kesulitan mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu atau kesulitan kembali ke pekerjaan
yang sedang dilakukan bila ada interupsi telepon atau pengunjung
 Sering mengeluh mudah lelah dalam merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan tugas
kompleks
 Menjadi kurang menyukai berkumpul dalam situasi yang ramai karena kesulitan mengikut
pembicaraan yang berubah-ubah dengan cepat
KOGNISI SOSIAL
Gangguan kognisi sosial berat:
 Berperilaku di luar norma sosial, misalnya mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan
tempat dan situasi, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti tidak menyadari
konteks, gestur dan unsur emosi dalam pembicaraan orang lain, di luar kebiasaannya
 Mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan faktor keamanan
 Tidak menyadari ada perubahan perilaku dalam dirinya
Gangguan kognisi sosial ringan:
 Perubahan perilaku tidak ekstrim, mungkin terlihat sebagai ketidakpedulian/apatis, kurang
empati, menjadi lebih introvert atau ekstrovert, atau malah lebih aktif/gelisah, kurang bisa
menangkap suasana hati orang lain.
Capaian Kompetensi Fungsi Luhur berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Capaian Kompetensi Fungsi Luhur dalam SNPPDI 2019

A. Penilaian kemampuan bicara dan bahasa termasuk penilaian afasia (4A)


Penilaian kemampuan berbahasa mencakup 6 modalitas yaitu kelancaran bicara (fluency),
pemahaman (comprehension), pengulangan (repetition), penamaan (naming), serta
kemampuan membaca (reading) dan menulis (writing).
 Fluency
Kelancaran bicara pasien dapat dinilai sejak awal anamnesis. Pemeriksa dapat mengajukan
pertanyaan terbuka atau meminta pasien menceritakan perjalanan penyakitnya. Selain itu,
dapat dilakukan pemeriksaan khusus seperti meminta pasien menyebutkan sebanyak-
banyaknya nama binatang dalam 1 menit. Sebelumnya ingatkan pasien untuk tidak
menyebutkan nama binatang yang sama berulang-ulang atau menyebutkan sinonim dari
binatang yang sama seperti “angsa” dan “soang”. Normalnya individu dapat menyebutkan
rata-rata 16 nama binatang dalam waktu 1 menit.
 Comprehension
Pemahaman verbal juga sudah dapat dinilai sejak pemeriksa melakukan anamnesis pada
pasien dengan memerhatikan apakah pasien memberikan jawaban yang sesuai untuk
pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pemeriksa dapat memberikan instruksi khusus pada
pasien untuk menunjuk objek yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya pemeriksa
menyebutkan 4 objek secara berurutan (meja, pena, kursi, pintu atau objek lainnya) pasien
kemudian harus menunjuk keempat objek tersebut secara berurutan. Cara pemeriksaan
lainnya adalah dengan memberikan pernyataan umum (misalnya “seorang bayi lebih besar
daripada seorang dewasa”) dan meminta pasien untuk menjawab apakah pernyatan tersebut
benar atau salah. Individu normal dapat memberikan jawaban yang tepat atas pernyataan
tersebut.
 Repetition
Pemeriksa meminta pasien untuk mengulang kata dan kalimat yang disebutkan, mulai dari
kata yang mudah hingga kata yang sulit, dari kata yang terdiri dari 2 suku kata hingga 3-4
suku kata, serta dari kalimat yang terdiri dari 3 kata hingga 7 kata seperti contoh berikut
Budi
Menggambar
Burung berkicau
Siapa yang datang
Dari Lhokseumawe menuju Payakumbuh
Calon penumpang antri membeli tiket
Pemerintah memberikan sumbangan kepada korban banjir
Pesawat komersil mengangkut ratusan penumpang dalam setiap penerbangan
Pemeriksa harus mendengar ada/tidak parafasia, kesalahan tata bahasa, omisi atau
penambahan. Individu normal dapat mengulang kalimat yang mengandung hingga 19 suku
kata. Parafasia dapat berupa parafasia fonemik/literal misalnya menyebut kursi dengan kurti,
atau parafasia verbal/semantik misalnya menyebut sendok sebagai garpu.
 Naming
Pemeriksa menginstruksikan pasien untuk menyebutkan nama objek atau bagian dari objek
yang ditunjuk oleh pemeriksa. Objek yang ditanyakan dapat berdasarkan kategori warna
(merah, kuning, hijau, dan lainnya), anggota tubuh (mata, rambut, tangan, dan lainnya),
objek dalam ruangan (pintu, meja, atap, dan lainnya) serta bagian dari objek (kaki meja,
kantung baju, pegangan pintu, dan lainnya)
 Writing and reading
Pemeriksa dapat meminta pasien menuliskan kalimat. Pemeriksa juga dapat meminta pasien
membaca dan melakukan sebuah instruksi yang dituliskan di kertas (misalnya “tepuk
tangan”).

Tabel 2. Jenis-jenis Afasia (Rottermund and Knapik, 2011)


B. Penilaian daya ingat/memori (4A) termasuk penilaian orientasi (4A) dan penilaian
kemampuan belajar baru/new learning ability (2A)
 Immediate memory (memori dengan rentang waktu antara stimulus dan recall dalam
hitungan detik)
Immediate memory dapat dinilai dengan pemeriksaan rentang digit/digit span. Pemeriksa
membacakan sejumlah angka secara berurutan kemudian pasien diminta mengulanginya
dengan urutan yang sama. Pemeriksa melafalkan angka dengan kecepatan 1 angka/detik
dengan intonasi suara normal. tidak boleh menyebutkan angka secara berpasangan (misal 2-
6-jeda-5-9) atau berkelompok seperti menyebutkan nomor telepon (376-jeda-8439).
Individu normal umumnya dapat mengulang 5-7 angka tanpa kesulitan. Ketidakmampuan
individu tanpa retardasi tanpa afasia untuk mengulang ≥5 angka mengindikasikan adanya
gangguan atensi.
 Recent memory
 Orientasi: pemeriksa dapat menanyakan tempat seperti provinsi, kota, RS tempat pasien
berada sekarang serta waktu seperti tanggal, bulan tahun saat ini.
 New learning ability: kemampuan pasien untuk mempelajari materi baru, memperoleh
memori baru dan memanggil kembali hal baru tersebut setelah jangka waktu menit, jam
atau hari. Pemeriksa dapat menanyakan kepada pasien apa yang dimakannya saat sarapan
tadi pagi, kendaraan apa yang digunakannya untuk pergi ke RS atau kejadian lain yang
abru terjadi. Selain itu, pemeriksaan memori jenis ini dapat dilakukan dengan instrumen
khusus seperti subtes recall pada MMSE dan memori tunda pada MoCA-Ina (memori
verbal/auditorik). New learning ability yang adekuat menunjukkan integritas sistem
memori secara keseluruhan yaitu registrasi dan rekognisi terhadap input sensorik awal,
retensi dan penyimpanan informasi, serta retrieval terhadap penyimpanan informasi.
 Remote memory: merupakan memori deklaratif yang sudah menjadi pengetahuan lama,
termasuk autobiografi pasien. Pemeriksa dapat menanyakan kepada pasien dimana dia
tumbuh besar, riwayat sekolah, dan pekerjaannya.

C. Penilaian konsentrasi (4A)


Secara umum, konsentrasi dapat diartikan sebagai atensi yang terpusat. Atensi sendiri
merupakan pemilahan dan kategorisasi stimulus yang diterima. Atensi dapat diperiksa dengan
tes repetisi/rentang digit (digit span) seperti yang dijelaskan pada pemeriksaan immediate
memory. Rentang digit yang diperiksa dapat dimulai dari awal deret angka (forward digit span)
atau dari belakang (backward digit span). Pemeriksaan konsentrasi dapat dilakukan dengan tes
huruf A acak (letter A test). Pemeriksa membacakan sederetan huruf dan pasien diminta untuk
mengetuk meja setiap kali huruf A disebutkan. Pemeriksa menyebutkan huruf dengan intonasi
normal dan kecepatan satu huruf perdetik, tidak boleh menyebutkan huruf secara berpasangan
atau berkelompok. Individu normal rata-rata dapat menyelesaikan tugas tanpa kesalahan.
FBACMNAAJKLBAFADEAAAJAMOFAAB
Contoh kesalahan pada gangguan organik yang sering ditemukan adalah:
 Gagal mengetuk pada saat huruf A disebutkan (omission error)
 Mengetuk saat huruf A tidak disebutkan (commission error)
 Gagal mennghentikan ketukan (perseveration error)

D. Penilaian apraksia (2)


Apraksia adalah kelainan perencanaan gerakan motorik yang sebelumnya telah dipelajari yang
tidak dapat dijelaskan oleh gangguan tenaga, koordinasi, sensasi, komprehensi, atau atensi.
Jenis apraksia yang umum terjadi adalah apraksia ideomotor dan apaksia ideasional. Apraksia
ideomotor adalah gangguan dalam memeragakan cara penggunaan alat (misalnya menyisir
rambut atau memalu paku) dan gestur komunikatif (seperti melambaikan tangan tanda selamat
jalan, berpura-pura meniup lilin). Apraksia ideasional adalah gangguan dalam melakukan
gerakan sekuensial, misalnya menyikat gigi (membuka tutup pasta gigi, mengambil sikat gigi,
membubuhkan pasta ke sikat gigi, dan menyikat gigi) atau mengirim surat (melipat kertas surat,
memasukkannya dalam amplop, merekatkan lem amplop, lalu menempelkan perangko)
Pemeriksa memberikan perintah verbal kepada pasien secara bertahap dari yang paling sulit
hingga yang paling mudah seperti berikut:
 Pemeriksa meminta pasien melakukan sesuatu (tanpa contoh dan alat bantu)
 Pemeriksa memberikan contoh (tanpa alat bantu) lalu meminta pasien mengikuti
 Memberikan alat bantu lalu meminta pasien mencoba lagi.
Ada kalanya pasien kesulitan mengikuti perintah verbal (tahap 1) namun dapat meniru gerakan
pemeriksa (tahap 2). Hal ini dikarenakan input visual lebih mudah mencapai korteks motorik
dibandingkan dengan input verbal.
E. Penilaian agnosia (2)
Terdapat banyak jenis agnosia. Agnosia visual merupakan ketidakmampuan mengenali benda
secara visual yang terbagi menjadi:
 Agnosia visual aperseptif: kegagalan pembentukan persepsi dari stimulus visual sehingga
pasien tidak mampu mendeskripsikan atau menggambar ulang bentuk benda
 Agnosia visual asosiatif: terbentuk persepsi benda (sehingga pasien dapat menggambar
ulang benda), tetapi hubungannya dengan area otak yang berhubungan dengan bahasa
dan/atau memori visual terganggu sehingga pasien tidak dapat menyebutkan nama benda
ataupun fungsinya.
Pemeriksa menunjukkan sebuah benda yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian pasien diminta mengenali dan menyebutkan namanya. Bila pasien gagal, berikan
benda tersebut kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien bisa mengenali benda tersebut
melalui sentuhan. Bila kemudian pasien dapat mengenali dan menyebutkan nama benda
tersebut, maka pasien dikatakan menderita agnosia visual. Selanjutnya, pasien diminta
menentukan pasangan 2 gambar yang sama dari sekelompok gambar yang berbeda-beda. Bila
pasien dapat melakukan hal ini, maka dikatakan pasien menderita agnosia visual asosiatif dan
bila tidak berhasil berarti pasien menderita agnosia visual aperseptif.
Agnosia auditorik mengacu pada gangguan dalam persepsi dan identifikasi suara meskipun
fungsi pendengaran, fungsi kognitif, dan kemampuan bahasa (membaca, menulis, dan
berbicara) seluruhnya normal. Agnosia auditorik dapat bersifat umum, mempengaruhi semua
jenis persepsi suara, atau dapat (relatif) spesifik untuk domain tertentu. Agnosia auditorik verbal
(juga dikenal sebagai pure word deafness) mengacu pada defisit khusus untuk pemrosesan
ucapan lisan, environmental sound agnosia mengacu pada kesulitan yang terbatas pada suara
lingkungan non-verbal, dan amusia mengacu pada defisit yang terbatas pada musik. Defisit ini
dapat bersifat aperseptif atau asosiatif, seperti pada agnosia visual.
Astereognosia merupakan ketidakmampuan mengenali bentuk, ukuran, dan nama suatu benda
melalui sentuhan. Pemeriksa memberikan benda yang umum dijumpai (misal kunci, uang koin,
pena) kepada pasien yang sebelumnya sudah diminta menutup mata. Kemudian pasien diminta
menyebutkan nama benda tersebut. Pemeriksaan dilakukan pada kedua tangan pasien.
F. Pemeriksaan Penapisan Gangguan Fungsi Kognitif
Mini-Mental State Examination (MMSE) versi Indonesia
Tujuan pemeriksaan ini adalah mengukur dan membandingkan derajat gangguan kognitif
secara kuantitatif dan serial. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan sebagai sarana diagnosis
tunggal untuk gangguan kognitif. Pelaksanaan pemeriksaan ini memakan waktu sekitar 5-10
menit, dengan nilai maksimal 30. Rentang nilai 24-30 menunjukkan fungsi kognitif yang
normal, sedangkan nilai ≤30 menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang kemudian
dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kognitif ringan (nilai MMSE 18-23), sedang (nilai
MMSE 10-17), dan berat (nilai MMSE 0-9). Sensitivitas MMSE dalam mendeteksi demensia
adalah 25-87%, dan spesifisitasnya berkisar antara 62-100% pada komunitas subjek dengan
gangguan organik. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada orang yang buta huruf.

Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina)


Tujuan pemeriksaan ini adalah mengukur dan membandingkan derajat gangguan kognitif
secara kuantitatif dan serial, sama seperti MMSE. Nilai maksimal yang dapat diperoleh dalam
pemeriksaan MoCA-Ina adalah 30, dan hasil <26 menunjukkan adanya gangguan fungsi
kognitif. Sensitivitas MoCA-Ina lebih tinggi dibandingkan dengan MMSE, tetapi
pelaksanaannya memerlukan waktu yang lebih lama. MoCA mampu mendeteksi mild cognitive
impairment lebih baik daripada MMSE dengan sensitivitas 83-90% vs 25-78%. MoCA juga
dapat mendeteksi terjadinya gangguan fungsi kognitif pada pasien paska stroke, termasuk
demensia vaskular, lebih baik dibandingkan MMSE (sensitivitas 92% vs 82%). Sensitivitas
MoCA dalam mendeteksi demensia Alzheimer mencapai 94-100%, lebih tinggi dibandingkan
MMSE (25-78%). Seperti MMSE, pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada orang yang bisa
baca-tulis.
Gambar 1. Formulir Pemeriksaan MMSE
Gambar 2. Formulir Pemeriksaan MoCA-Ina
AD8 Dementia Screening
AD8 adalah kuesioner yang terdiri dari 8 butir pertanyaan yang dapat membantu mendeteksi
terjadinya penurunan fungsi kognitif. Pemeriksaan ini berbeda dengan MMSE dan MoCA karena
tidak dilakukan pada pasien itu sendiri melainkan pada orang yang dekat dengan pasien
(misalnya suami/istri, anak, atau pengasuh). Penilaian berbasis informasi dari orang terdekat ini
dapat mendeteksi penurunan fungsi yang ringan yang seringkali tidak disadari oleh pasien itu
sendiri, tetapi harus dipastikan terlebih dahulu informan yang diwawancara adalah orang yang
memang tinggal serumah dengan pasien/mengenal keseharian pasien. Format AD8
menggunakan pertanyaan ya/tidak, dan hanya diperlukan waktu sekitar 3 menit untuk
menyelesaikannya. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas sebesar 85% dan spesifisitas sebesar
86%. Seperti metode skrining lainnya, pemeriksaan ini tidak dapat dijadikan landasan tunggal
dalam penegakan diagnosis demensia.
Gambar 3. Formulir Pemeriksaan AD8
Gambar 4. Algoritma Skrining Demensia
Checklist Skill Lab Fungsi Kognitif Untuk Pendidikan Dokter Umum

No. Skill
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien

4 Menjelaskan tujuan anamnesis

5 Meminta izin untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan

6  Sejak kapan (onset) gangguan fungsi kognitif terjadi,


 Domain apa yang pertama kali mengalami gangguan
 Bagaimana terjadinya apakah perlahan-lahan atau tiba-tiba,
 Bagaimana perjalanannya apakah hilang timbul, atau stabil, atau menurun dengan
fase plateau (stepwise) atau terus menerus menurun.
7 Adakah defisit neurologis lainnya seperti kelemahan, gangguan sensoris, gangguan
pada nervi kraniales (mulut mengot, bicara cadel, pandangan ganda, dan lain-lain),
gerakan abnormal (tremor, rigiditas, bradikinesia, chorea, dan lain-lain), dan kejang.
8 Kemungkinan adanya gangguan psikiatrik seperti depresi atau anxietas, atau delirium,
atau perubahan perilaku
9 Tingkat pendidikan dan pekerjaan untuk menentukan perilaku premorbid dan level
fungsional
10 a. Status medis pasien secara umum untuk mencari kemungkinan penyebab/faktor
risiko penurunan kognitif seperti adakah riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, obesitas, penyakit ginjal atau hati, trauma kepala, gangguan pendengaran,
AIDS, juga penyalahgunaan NAPZA dan kecanduan alkohol.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga.
11 Apakah gangguan kognitif sudah mengganggu activity of daily living/ADL pasien baik
advanced (pekerjaan atau aktivitas harian pasien, misal karyawan apakah terdapat
masalah dengan pekerjaannya di kantor, atau ibu rumah tangga apakah masih bisa
memasak, menyapu dan menjalankan rutinitas hariannya serti biasa) maupun basic
(makan, minum, dan personal hygiene)
12 Menanyakan gejala gangguan atensi kompleks berat:
 Mudah terdistraksi jika berada dalam situasi yang ramai/banyak stimuli dalam satu
waktu (TV menyala, orang lain mengajak mengobrol)
 Kesulitan mempertahankan informasi yang baru saja diperoleh seperti mengulang
nomor telepon atau alamat
 Tidak dapat menghitung dalam kepala
 Seluruh proses berpikir menjadi lebih lama dari biasanya dan harus disederhanakan
terlebih dahulu
Menanyakan gejala gangguan atensi kompleks ringan:
 Membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan tugas yang biasa dikerjakan
 Menimbulkan kesalahan-kesalahan di tugas yang rutin dikerjakan
 Menyelesaikan tugas harus dalam kondisi yang sangat tenang tanpa distraksi
13 Menanyakan gejala gangguan memori berat:
 Menanyakan hal yang sama berulang-ulang atau bicara hal yang sama berulang-
ulang pada dirinya sendiri
 Tidak dapat mengingat daftar belanjaan meskipun pendek, atau mengingat rencana
kegiatan hari itu
 Perlu diingatkan berulang-ulang dalam segala hal
Menanyakan gejala gangguan memori ringan:
 Kesulitan mengingat peristiwa yang baru/belum lama terjadi
 Bergantung pada reminder handphone, catatan atau tanda di kalendar untuk
mengingat rencana-rencana
 Mengulang bercerita hal yang sama pada orang lain dalam selang waktu tertentu
 Butuh membaca ulang atau bertanya pada orang lain tentang jalan cerita
drama/buku yang diikutinya
14 Menanyakan gejala gangguan bahasa berat:
 Sangat kesulitan dalam bahasa ekspresif dan reseptif
 Sering menggunakan sebutan umum seperti “benda itu” atau “kau tahu yang
kumaksud” dan menggunakan kata panggil pengganti bukan nama, pada kasus yang
berat bahkan lupa nama teman dekat dan keluarganya sendiri
Menanyakan gejala gangguan bahasa ringan:
 Kesulitan menemukan kata yang hendak diucapkan
 Lebih sering menggunakan sebutan umum dibanding istilah yang spesifik
 Kesalahan gramatikal seperti menghilangkan kata sambung, dll
15 Menanyakan gejala gangguan perseptual motorik berat:
 Sangat kesulitan mengerjakan aktivitas yang sebelumnya rutin dikerjakan
(menggunakan alat atau perkakas, berkendara)
 Kebingungan dalam aspek waktu dan arah, bertambah parah pada malam hari,
 Tersesat di tempat-tempat yang familiar
Menanyakan gejala gangguan perseptual motorik ringan:
 Lebih bergantung pada peta, petunjuk arah dan aplikasi navigasi ketika bepergian
 Mungkin tersesat jika tidak kehilangan fokus untuk sesaat
 Membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengerjakan aktivitas yang rutin
dikerjakan (menggunakan alat atau perkakas, berkendara)
16 Menanyakan gejala gangguan fungsi eksekutif berat:
 Menelantarkan tugas yang rumit atau kompleks
 Hanya dapat mengerjakan satu tugas dalam satu waktu
 Bergantung pada orang lain untuk melaksanakan aktivitas yang
kompleks/instrumental atau dalam mengambil keputusan
Menanyakan gejala gangguan eksekutif ringan:
 Kesulitan atau peningkatan usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang
kompleks
 Kesulitan mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu atau kesulitan kembali ke
pekerjaan yang sedang dilakukan bila ada interupsi telepon atau pengunjung
 Sering mengeluh mudah lelah dalam merencanakan, mengorganisir dan
melaksanakan tugas kompleks
 Menjadi kurang menyukai berkumpul dalam situasi yang ramai karena kesulitan
mengikut pembicaraan yang berubah-ubah dengan cepat
17 Menanyakan gejala gangguan kognisi sosial berat:
 Berperilaku di luar norma sosial, misalnya mengenakan pakaian yang tidak sesuai
dengan tempat dan situasi, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti tidak
menyadari konteks, gestur dan unsur emosi dalam pembicaraan orang lain, di luar
kebiasaannya
 Mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan faktor keamanan
 Tidak menyadari ada perubahan perilaku dalam dirinya
Menanyakan gejala gangguan kognisi sosial ringan:
Perubahan perilaku tidak ekstrim, mungkin terlihat sebagai ketidakpedulian/apatis,
kurang empati, menjadi lebih introvert atau ekstrovert, atau malah lebih aktif/gelisah,
kurang bisa menangkap suasana hati orang lain.
18 Melakukan dan menginterpretasikan hasil skrining kognitif MMSE/MoCA/AD8
19 Menjelaskan kemungkinan diagnosis pasien  mild cognitive impairment atau
demensia (berdasarkan ada/tidaknya gangguan ADL) beserta subtipenya
20 Menjelaskan rencana tatalaksana
21 Edukasi untuk latihan kognitif di rumah
22 Menanyakan kembali kepada pasien/keluarga apakah informasi yang diberikan cukup
jelas atau ada yang ingin ditanyakan
23 Menerapkan prinsip komunikasi yang baik seperti mempertahankan eye-contact, tidak
memotong perkataan pasien, bersikap sopan, menunjukkan empati dan lain-lain
Total

Referensi
1. Pemeriksaan Klinis Neurologis Praktis Khusus Kolegium Neurologi Indonesia 2018.
2. Panduan Praktik Klinik Demensia. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015.
3. Strub and Black. The Mental Status Examination in Neurology 4th edition. USA,
Philadelphia, F. A. Davis Company.
4. American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 5th edition/DSM-V. American Psychiatric Association, Arlington VA, USA.
5. Lastri DN dan Mayza A. 2017. Neurobehavior Dasar dan Pemeriksaannya. Dalam:
Aninditha T dan Wiratman W (editor). Buku Ajar Neurologi (Buku I). Penerbit
Kedokteran Indonesia, Tangerang, Indonesia.
6. Rottermund and Knapik. Prophylaxis, therapy & rehabilitation: The role of the human
factor (pp.129-135) Edition: Vol.13 Chapter: Verbal and non-verbal communication in
therapeutic process. Eukrasja, Katowice, Media Silesia. 2011.
LAMPIRAN

Montreal Cognitive Assessment


Administrasi, Instruksi dan Skoring

The Montreal Cognitive Assessment (Moca) dirancang sebagai instrumen skrining cepat untuk
memeriksa disfungsi kognitif ringan. Ini menilai domain kognitif yang berbeda; perhitungan,
perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif, memori, bahasa, keterampilan konstruksi visual,
berpikir konseptual, dan orientasi. Waktu yang digunakan dalam test ini adalah sekitar 10 menit.
Nilai total maksimal yang diperoleh adalah 30 poin, skor ≥26 menandakan kognitif yang normal.

1. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (I):
Administrasi: pemeriksa memerintahkan subjek: "Tariklah garis dimulai dari nomor ke huruf
secara berurutan seperti contoh. Mulailah di sini. [Menunjuk ke (1)] dan menarik garis dari 1
maka ke A kemudian ke 2 dan seterusnya. berakhir di sini [menunjuk ke (E)]. "
Skor: Berikan satu poin jika subjek berhasil menarik pola berikut: 1– A– 2 – B - 3 – C - 4 – D
- 5 – E, tanpa membuat garis yang memotong. Setiap kesalahan yang tidak segera dikoreksi,
akan dinilai dari 0.

2. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (KUBUS):
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut, (sambil menunjuk ke kubus) :
"Salinlah gambar ini semirip mungkin, pada bagian yang kosong di bawah".
Skor : Salah satu titik yang dialokasikan untuk gambar dengan benar dieksekusi.
• Gambar harus tiga-dimensi
• Semua garis yang ditarik
• Tidak ada baris yang ditambahkan ataupun di ulang.
• Hasil garis yang dibuat relatif paralel dengan panjang sama (prisma empat persegi panjang
yang diterima) titik A tidak ditetapkan jika salah satu-kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi.

3. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (JAM):
Administrasi: Tunjukkan ruang/bagian ketiga (di sebelah kanan) dan berikan instruksi berikut:
"Gambarlah sebuah jam yang menunjukkan pukul 11.10 lengkap dengan angkanya. ".
Skor: Berikan satu poin untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:
 Contour (1 poin):. Gambar jam yang harus berupa lingkaran ( kesalahan kecil dapat
dimaklumi, misalnya ketidaksempurnaan sedikit pada penutupan lingkaran);
 Angka (1 poin):. Semua nomor jam yang harus ada dan tanpa nomor tambahan; angka harus
berada dalam urutan yang benar dan sesuai penempatannya; angka Romawi dapat diterima;
nomor dapat ditempatkan di luar lingkaran kontur ;
 Tangan (1 poin):. Harus ada dua jarum jam yang menunjukkan waktu yang tepat, jarum jam
harus jelas lebih pendek dari sisi menit; dan pangkal harus berpusat di tengah lingkaran.
Point nilai tidak akan diberikan bila satupun dari ketiga kriteria diatas tidak terpenuhi.

4. PENAMAAN:
Administrasi: Dimulai dari gambar di sebelah kiri, sambil menunjuk gambar satu persatu
sambil mengatakan “Sebutkan, binatang apakah ini?”
Skor : Satu poin untuk tiap gambar yang direspon benar (1) Unta; (2) Badak; (3) Gajah.
5. MEMORI:
Administrasi: pemeriksa membaca daftar dari 5 kata yang tersedia secara berurutan dengan
jeda waktu satu detik dari kata satu ke berikutnya, kemudian berikan instruksi sebagai berikut:
"Ini adalah tes memori. Saya akan membacakan daftar kata yang akan Anda harus ingat
sekarang dan nanti. Dengar baik-baik. Ketika saya selesai, ulangi kata-kata yang Anda ingat".
Cek kembali kata-kata yang di ulangi subjek (pasien). Apabila subjek menunjukkan bahwa ia
telah selesai atau tidak dapat mengingat kata-kata lebih lanjut, bacalah daftar kata untuk kedua
kalinya dengan instruksi berikut: "Saya akan membacakan daftar yang sama untuk kedua
kalinya. Cobalah untuk mengingat dan mengatakan kembali kata-kata sebanyak yang Anda
bisa, termasuk kata-kata Anda mengatakan pertama kali”
Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap kata yang benar.
Pada akhir test kedua, informasikan kepada subjek bahwa ia akan diminta untuk mengingat
kata-kata lagi dengan mengatakan, "Saya akan meminta Anda untuk mengingat kata-kata lagi
pada akhir test."
Skor: Tidak ada poin diberikan untuk test pertama dan kedua.

6. ATENSI:
Forward Digit Span (Baca daftar angka):
Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Saya akan mengatakan beberapa angka dan ketika
saya selesai, ulangi persis angka-angka tadi seperti yang telah saya sebutkan". Baca urutan
angka pertama dengan intonasi datar dan jeda satu detik tiap angkanya. Backward Digit Span:
Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka lagi,
tapi ketika saya selesai, Anda harus mengulangi kepada saya dalam urutan mundur/terbalik"
Baca urutan angka kedua dengan intonasi datar dan jeda satu detik tiap angkanya.
Skor: Berikan satu poin untuk setiap urutan yang benar. (contoh: jawaban yang benar untuk
urutan dari belakang adalah 2-4-7).

Daftar Huruf:
Administrasi: pemeriksa membaca daftar urutan huruf pada pada kecepatan konstan, setelah
memberikan instruksi berikut: "Saya akan membaca urutan huruf. Setiap kali saya mengatakan
huruf A, ketukkan tangan Anda sekali. Jika saya mengatakan huruf yang berbeda, jangan buat
ketukan ".
Skor: Berikan satu poin bila kesalahan terjadi maksimal satukali (error adalah ketukan di huruf
yang salah atau kegagalan untuk mengetuk pada huruf A).

7s Series (Pengurangan Angka 7):


Administrasi : pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sekarang, saya akan meminta Anda
untuk menghitung, pengurangan berurutan dengan angka 7, dimulai dari 100, dan kemudian
terus dikurangi tujuh dari jawaban Anda sampai saya memberitahu Anda untuk berhenti"
Berikan pengulangan instruksi ini dua kali jika perlu.
Skor: Sub test ini memiliki nilai maksimal 3 poin bila jawaban benar > 4; Berikan 2 poin bila
2 atau 3 jawaban benar; nilai 1 poin untuk 1 jawaban benar; dan 0 (nol) bila tidak satupun
jawaban benar. Sebagai contoh, seorang peserta dapat menjawab "92-85 - 78-71 - 64" mana
"92" tidak benar, tapi semua nomor berikutnya akan dikurangi dengan benar. Ini adalah salah
satu kesalahan dan item tersebut akan diberi skor 3.
7. PENGULANGAN KALIMAT:
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan membacakan kalimat.
Ulangi persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Wati membantu saya menyapu lantai hari
ini" (Setelah respon) lanjutkan pada kalimat ke dua, dengan instruksi: "Sekarang saya akan
membacakan kalimat lain. Ulangi setelah saya, persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Tikus
bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang."
Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kalimat diulang dengan benar. Pengulangan harus sama
persis. Waspada untuk kesalahan karena kelalaian (misalnya, dengan mengabaikan "ketika",
"ini") dan substitusi / penambahan (misalnya, "menyapu lantai pada hari ini;" menggantikan
atau mengubah bentuk jamak, dll )

8. VERBAL FLUENCY:
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sebutkan kata-kata sebanyak
mungkin ang dimulai dengan huruf tertentu yang saya akan memberitahu Anda dalam sekejap.
Anda dapat mengatakan apa saja kata yang Anda inginkan, kecuali Kata benda (seperti nama
orang atau hewan, dll), angka, atau kata-kata yang dimulai dengan suara yang sama namun
memiliki akhiran yang berbeda. Aku akan memberitahu Anda untuk berhenti setelah satu menit.
Apakah Anda siap? [Jeda] Sekarang, sebutkan kata-kata sebanyak yang yang dimulai dengan
huruf F (atau S). [waktu selama 60 sec]. Berhenti. "
Skor: Berikan satu poin jika subjeknya menghasilkan 11 kata atau lebih dalam 60 detik.

9. ABSTRAKSI:
Administrasi: pemeriksa meminta subyek untuk menjelaskan apa kesamaan yang dimiliki
masing-masing pasangan kata yang akan disebutkan, dimulai dengan contoh: "Katakan kepada
saya apa kemiripan antara pisang dan jeruk?". Jika jawaban subyek yang diberikan kurang tepat,
ulangi instruksi sebelumnya dengan mengatakan: "Berikan kemiripan lainnya". Jika subjek
tidak memberikan respon yang sesuai (buah), pemeriksa mengatakan, "Ya, keduanya sama-
sama buah" Jangan memberikan petunjuk tambahan atau klarifikasi..
Setelah percobaan atau contoh, berikan instruksi berikutnya: "Sekarang, sebutkan kemiripan
antara kereta api dan sepeda". Berikut respon, selanjutnya untuk soal kedua, instruksikan:
"Selanjutnya sebutkan kemiripan antara jam tangan dengan penggaris". Pemeriksa dilarang
memberikan petunjuk tambahan atau kata kunci.
Skor: Hanya dua soal terakhir yang dinilai. Beri 1 poin untuk masing-masing pasangan
menjawab soal dengan benar.
Respon berikut dapat diterima: Kereta-sepeda = sarana transportasi, sarana perjalanan;
Jam tangan-penggaris = alat ukur, digunakan untuk mengukur.
Respon berikut ini tidak dapat diterima: Kereta-sepeda = mereka telah roda;
Jam tangan-penggaris = mereka memiliki nomor.

10. Ingatan tertunda (Delayed Recall):


Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan membacakan beberapa
kata kepada Anda sebelumnya, tugas anda adalah mengingat kata-kata yang telah saya sebutkan
dan kemudian mengulanginya kembali kata-kata tersebut”. Buatlah tanda cek (√) untuk setiap
kata-kata yang dapat ingat dan disebutkan secara spontan tanpa isyarat.
Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kata-kata yang berhasil diingat dan di sebutkan dengan benar
tanpa petunjuk ataupun kata kunci.
Optional:
Setelah percobaan sub test delayed recall, berikan motivasi pada subjek dengan
memberikan kata kunci (clue) sesuai dengan petunjuk yang disediakan di bawah
ini untuk tiap kata-kata yang sama sekali sulit diingat oleh subjek. Berikan tanda
(√) pada kolom, untuk tiap kata yang dapat diingat dan disebutkan dengan benar
setelah subjek diberikan bantuan kata kunci. Bila dengan cara ini subjek tetap sulit
mengingat kata yang telah disebutkan, berikan bantuan terakhir dengan pilihan
jawaban menggunakan instruksi:, "Manakah di antara kata-kata berikut yang
termasuk jawaban kata tadi, HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?"
Gunakan kategori berikut dan / atau isyarat pilihan ganda untuk setiap kata, bila
sesuai:
WAJAH: bantuan kategori: bagian tubuh pilihan: hidung, wajah, tangan
SUTERA: bantuan Kategori: jenis bahan pilihan: jeans, katun, sutera
MASJID: bantuan kategori: jenis bangunan pilihan: masjid, sekolah, rumah sakit
ANGGREK: bantuan kategori: jenis bunga pilihan: anggrek, aster, tulip
MERAH: bantuan kategori: warna pilihan : merah, biru, hijau

Skor: Tidak ada poin untuk jawaban yang diberikan dengan bantuan. Kata kunci
ataupun bantuan digunakan untuk tujuan informasi klinis saja dan dapat
memberikan informasi tambahan pada pemeriksa tentang jenis gangguan memori.
Untuk memori defisit karena kegagalan proses encoding, pemberian bantuan kata
kunci tidak perpengaruh pada performance.

11. Orientasi:
Administrasi: Pemeriksa memberikan instruksi "Katakan tanggal berapa sekarang/hari ini".
Jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka segera lanjutkan instruksi:
"Katakan pada saya (bulan, tahun, dan hari]" Kemudian katakan: "Sekarang, ceritakan
dimanakan kita sekarang(tempat,d an kota).
Skor: Berikan satu poin untuk setiap item/soal yang dijawab dengan benar. Subjek harus
menyebutkan tanggal dan nama tempat dengan tepat (nama rumah sakit, klinik, kantor).
Poin/nilai tidak diberikan bila subjek salah dalam menjawab soal.

TOTAL SKOR: Jumlahkan semua sub scores yang tercantum di sisi kanan. Tambahkan satu poin
bagi subjek yang memiliki latar belakang pendidikan formal kurang dari 12 tahun. Skor maksimal
yang dihasilkan adalah 30, untuk skor total > 26 adalah normal (tidak ada gangguan).

Anda mungkin juga menyukai