Anda di halaman 1dari 20

©2022 by the authors.

Submitted for possible open access


publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF UNTUK MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(STUDI PADA RS MATA ACHMAD WARDI BWI KOTA SERANG)

Andi Adam Virgiawan,


Fakultas Syariah UIN SMH Banten
a.adamvirgiawan@gmail.com

Ahmad Harisul Miftah


Fakultas Syariah UIN SMH Banten
ahmad.harisul.miftah@uinbanten.ac.id

Abstrak

Sebagai salah satu pilar kesejahteraan umat, wakaf mempunyai peran dan fungsi
yang signifikan sebagai instrumen pengembangan ekonomi Islam dan sangat berperan dalam
upaya mewujudkan perekonomian nasional yang sehat. Dalam jangkauan yang lebih luas,
kehadiran wakaf dapat pula dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan manajemen yang
rapi, teratur dan profesional. Salah satu lembaga yang menangani permasalah wakaf di
Indonesia adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI adalah suatu lembaga keagamaan
yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan
keagamaan, khususnya bagi umat yang beragama Islam, dalam rangka mencapai
kesejahteraan spiritual dan material menuju masyarat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Secara hukum Islam prosedur
pengelolaan wakaf produktif pada RS Mata Achmad Wardi telah sesuai dengan hukum Islam.
Berdasarkan hukum positif prosedur pengelolaan wakaf produktif pada RS Mata Achmad
Wardi telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun
2004 tentang Wakaf. 2) Selama proses pengelolaan tanah wakaf pada RS Mata Achmad
Wardi tidak mengalami hambatan. Yang menjadi hambatan ialah dana untuk pembangunan
dan fasilitas RS Mata Achmad Wardi, solusi untuk mengatasi masalah tersebut ialah pihak
BWI Pusat bekerjasama dengan BWI Kota Serang menggandeng lembaga Dompet Dhuafa
untuk bekerja sama, selain itu pihak RS Mata Achmad Wardi juga gencar membuat proposal
dan penyebaran untuk pengembangan RS Mata Achmad Wardi. 3) RS Mata Achmad Wardi
dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan mata, kesehatan merupakan unsur
kesejahteraan. Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis, hal tersebut
tercantum dalam Pasal 1 UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Strategi RS Mata
Achmad Wardi untuk mensejahterakan kesehatan masyarakat dengan membuat program
layanan kesehatan pemeriksaan dan operasi penyakit mata bagi golongan fakir, miskin dan
dhuafa.

Key words: Wakaf Produktif, Kesejahteraan, RS Mata Achmad Wardi.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 31


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

A. Pendahuluan
Sejak terjadinya krisis ekonomi dan melonjaknya angka kemiskinan di tanah air kita,
maka peran wakaf semakin dirasa penting peranannya dalam menanggulangi problem sosial
dan ekonomi di tcngah masyarakat. Menurut Departemen Sosial RI, hambatan, kesulitan atau
gangguan penyandang masalah kesejahteraan dapat berupa kemiskinan, ketelantaran,
kekacauan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan atau ketertinggalan dan bencana
alam maupun bencana sosial.1
Sebagai salah satu pilar kesejahteraan umat, wakaf mempunyai peran dan fungsi yang
signifikan sebagai instrumen pengembangan ekonomi Islam dan sangat berperan dalam upaya
mewujudkan perekonomian nasional yang sehat. Dalam jangkauan yang lebih luas, kehadiran
wakaf dapat pula dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di
bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan manajemen yang rapi, teratur
dan profesional.
Diberbagai negara-negara Islam seperti Mesir dan Arab Saudi, pranata wakaf telah
didayagunakan dan memegang peranan yang sangat besar dalam menunjang dan
mengembangkan berbagai aspek kehidupan umat Islam. Menurut Sayed Ammer Ali
menyatakan, bahwa hokum wakaf merupakkan cabang yang terpenting dalam hokum Islam,
sebab dapat terjalin dalam seluruh kehidupan ibadat dan perekonomian sosial kaum Muslim.2
Perkembangan wakaf di Indonesia kian hari kian meningkat. Hal ini terlihat dari
bertambhanya jumlah obyek harta wakaf, baik berupa tanah, uang dan lainnya, yang tersebar
di berbagai penjuru Indonesia. Data rekap tanah wakaf selalu mengalami kenaikan. Misalnya,
data tahun 2010 menyebutkan ada 415.980 onyek tanah wakaf di seluruh Indonesia. Jumlah
ini meningkat pada tahun 2013 menjadi 435.395 obyek tanah, data tahun 2013 menyebutkan
ada 414.246,429 hektar luas tanah wakaf yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut pun terus
meningkat setiap harinya. Ini merupakan asset yang luar biasa besar dan sangat potensial.3

1
Ibnu Syamsi dan Haryanto, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dalam Pendekatan
Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial, (Yogyakarta:: UNY Press, 2018), h. 13.
2
Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Prespektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di Indonesia,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 12.
3
Amelia Fauzia dkk, Fenomena Wakaf di Indonesia: Tantangan Menuju Wakaf Produktif, (Jakarta:
Badan Wakaf Indonesia, 2016), h. 1.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 32


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Salah satu lembaga yang menangani permasalah wakaf di Indonesia adalah Badan
Wakaf Indonesia (BWI). BWI adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan
sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya bagi umat
yang beragama Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan material menuju
masyarat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan pembahasan latar belakang tentang wakaf di atas, penulis tertarik untuk
membahas lebih mendalam permasalahan tentang wakaf, khususnya pengelolaan wakaf
produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan hal tersebut judul yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah, “Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada RS Mata Achmad Wardi BWI Kota
Serang)”.
B. Tinjauan Literatur
Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak
boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti, perlakuan pemilik dengan
cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wakaf, harta
yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh warisnya. Wakif menyalurkan menfaat
harta yang diwakafkannnya kepada mauquf’alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang
mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila
wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksa agar memberikannya kepada mauquf’alaih.
Karena itu mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah: “tidak melakukan suatu tindakan
atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”4
Secara bahasa, wakaf berasal dari kata waqafayaqifu-waqfan, yang berarti berhenti atau
menahan. Menurut istilah (fikih), wakaf adalah menahan pokok harta benda wakaf dan
menyalurkan manfaat atau hasilnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41
tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

4
Ahmad Mujahidin, Hukum Wakaf di Indonesia dan Proses Penanganan Sengketanya, (Jakarta:
Kencana, 2021), h. 115.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 33


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.5
Kata produktif dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah bersifat atau mampu
menghasilkan dalam jumlah besar dan mendatangkan, memberi, hasil, manfaat, yang
menguntungkan.6 Produktif adalah setiap usaha yang dapat menghasilkan keuntungan
(profitable), mempunyai market yang potensial serta mempunyai manajemen yang bagus,
selain itu usaha-usaha tersebut dapat meningkatkan keuntungan. Produktif lebih menekankan
pada hasil atau manfaat dari suatu kegiatan. Sementara kesibukan hanya mencakup
banyaknya kegiatan yang dimiliki dan terkadang malah membuat seseorang kewalahan.7
Kesejahteraan merupakan asal kata dari sejahtera, yang artinya, aman sentosa dan
makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan, menyejahterakan akan membuat
sejahtera, menyelamatkan, mengamankan dan memakmurkan, kesejahteraan merupakan
keadaan sejahtera di mana terciptanya keamanan, keselamatan, ketenteraman.8 Pembangunan
kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan
bermartabat, serta untuk memenuhi hakatas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya
kesejahteraan sosial, Negara menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan
sosial secara terencana, terarah dan berkelanjutan9
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersbut, pemerintah telah melakukan berbagai
program seperti BLT (bantuan langsung tunai) dan juga PMPN Mandiri. Tetapi semua
program yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut belum sepenuhnya bisa membantu
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu lembaga wakaf terutama wakaf
uang bisa dijadikan salah satu alternative untuk membantu pemerintah dalam program
mengentaskan kemiskinan.10
Wakaf merupakan pranata keagamaan dalam Islam yang memiliki keterkaitan langsung
secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan kemanusiaan, seperti

5
Mohammad Nuh, Buku Pintar Wakaf, (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2019), h. 6.
6
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1215.
7
Said Insya Mustafa, Zakat Produktif & Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Usaha
Mikro Rakyat, (Malang: Media Nusa Creative, 2017), h. 97.
8
Dendy Sugono, Kamus Bahasa, ……, h. 1328.
9
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, Pasal 4 Tentang Kesejahteraan Sosial
10
Yasniwati dkk, Wakaf untuk Kesejahteraan, ….., h. 166.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 34


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

pengentasan kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi


umat. Al-Qur’an telah memberikan petunjuk untuk selalu memelihara kebersamaan sebagai
makhluk sosial dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam pola hubungan kemanusiaan
dengan tetap saling menghormati, menjaga, melindungi, mengasihi dan menyantuni
sebagaimana diatur dalam sistem ajarannya, seperti perwakafan.11
Fungsi sosial ini akan berjalan manakala kepemilikan seseorang memberikan manfaat
kepada masyarakat, karena di dalam harta benda seseorang ada hak orang lain yang melekat
pada harta benda tersebut, sebagaimana firman Allah:
﴾ ‫﴿ َوفِيٓ اَم َوا ِل ِهم َح ٌّق ِللسَّآىٓ ِِ ِل َوال َمح ُرو ِم‬
19. Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak
meminta.12
Ayat ini menjelaskan bahwa di dalam harta benda seseorang terdapat hak orang lain. Ini
berarti bahwa sebagai satu kesatuan dalam kehidupan sosial, kehadiran yang satu terkait,
tergantung dan berkepentingan dengan kehadiran yang lain. Pelaksanaan wakaf akan
memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial yang positif dan dinamis, penuh tanggung
jawab sosial, terhindar dari pengaruh paham kapitalisme yang membawa pada sikap
individualistis dan egoistis. Oleh karena itu, prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk
menciptakan keadilan sosial merupakan implementasi dari sistem ekonomi yang mendorong
dan mengakui hak milik individu dan masyarakat secara seimbang.
Potensi wakaf untuk memajukan perekonomian masyarakat semakin memikat banyak
kalangan. Hal ini bukannya tanpa alasan. Beberapa sumber, misalnya, menunjukkan bahwa
banyak tanah wakaf di Indonesia yang nyatanya berpotensi dan berpeluang untuk bisa
dikembangkan menjadi lebih besar lagi. Apalagi, untuk tanah-tanah wakaf yang berlokasi di
daerah industri ataupun sentral bisnis pada kota-kota besar, itupun belum termasuk dengan
tanah-tanah yang ada di pedesaan.13
Di Indonesia untuk mengelola wakaf produktif, yang pertama-tama adalah
pembentukan suatu badan atau lembaga yang menkoordinasi secara nasional bernama Badan

11
Abdurrohman Kasdi, Fiqih Wakaf dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif, (Yogyakarta: Idea
Press, 2017), h. 153.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan Artinya. (Yogyakarta: UII Press, 2021), h. 859.
13
Tati Rohayati, Fenomena Wakaf di Indonesia Tantangan menuju Wakaf Produktif, (Jakarta: Badan
Wakaf Indonesia, 2016), h. 9.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 35


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Wakaf Indonesia. Badan Wakaf Indonesia (BWI) diberikan tugas mengembangkan wakaf
secara produktif dengan membina Nazhir secara nasional, sehingga wakaf dapat berfungsi
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam pasal 47 ayat (2) disebutkan bahwa
Badan Wakaf Indonesia (BWI) bersifat independen, dimana pemerintah dalam hal ini sebagai
fasilitator. Tugas utama badan ini adalah memberdayakan wakaf melalui fungsi pembinaan,
baik wakaf benda tidak bergerak maupun benda bergerak yang ada di Indonesia sehingga
dapat memberdayakan ekonomi umat.14
Disamping memiliki tugas-tugas konstitusional, BWI harus menggarap wilayah tugas :
1. Merumuskan kembali fikih wakaf baru di Indonesia, agar wakaf dapat dikelola lebih
praktis, fleksibel dan modern tanpa kehilangan wataknya sebagai lembaga Islam yang
kekal.
2. Membuat kebijakan dan strategi pengelolaan wakaf produktif, mensosialisasikan
bolehnya wakaf bendabenda bergerak dan sertifikat tunai kepada masyarakat.
3. Menyusun dan mengusulkan kepada pemerintah regulasi bidang wakaf kepada
pemerintah.15
Meskipun wakaf telah memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan
masyarakat Muslim sepanjang sejarah perkembangan Islam, namun masih juga dijumpai
kenyataan bahwa wakaf tidak selalu mencapai hasil yang diinginkan. Sebaliknya, cukup
banyak studi tentang pengelolaan wakaf yang menunjukkan adanya wakaf yang tidak
terkelola secara memadai, karena terjadinya mismanajemen dan bahkan terjadi pula
penyelewengan harta wakaf.

C. Pembahasan
1. Konsep Pengembangan Wakaf BWI Kota Serang
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang
digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, kehadiran BWI
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
wakaf adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan dan bukan untuk
mengambil alih aset-aset wakaf yang selama ini dikelola oleh masyarakat Pembentukan BWI
14
Sumuran Harahap, Pedoman Pengelolaan dan Perkembangan Wakaf, (Jakarta: Kemenag RI Dirjen
BMID Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 90.
15
Sumuran Harahap, Pedoman Pengelolaan, ….., h. 91.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 36


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Perwakilan Kota Serang sejalan dengan amanah UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
adalah dimaksudkan untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Kota Serang.16
Sesuai dengan Peraturan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Perwakilan Badan Wakaf Indonesia Pasal 5ayat 2 Tugas dan Wewenang BWI Perwakilan
Kota Serang sebagai berikut : 17
a. Melaksanakan kebijakan dan tugas-tugas BWI di tingkat Kota Serang
b. Melakukan koordinasi dengan Kantor Kementerian Agama Kota Serang dan instansi
terkait dalam rangka pelaksanaan tugas BWI Perwakilan Kota Serang
c. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf
d. Bertindak untuk dan bertanggungjawab untuk dan atas namaPerwakilan BWI Kota
Serang baik kedalam maupun keluar
e. Memberhentikan dan mengganti Nazhir yang luas tanah wakafnya kurang dari 1000 M2
(seribu meter per segi)
f. Menerbitkan tanda bukti Pendaftaran Nazhir yang luas tanah wakafnya kurang dari 1000
M2 (seribu meter per segi)
g. Melaksanakan survey dan membuat laporan atas usul perubahan peruntukan harta benda
wakaf berupa tanah yang luasnya kurang dari 1000 M2 (seribu meter per segi)
h. Melaksanakan survey dan membuat laporan atas usul penukaran/perubahan status harta
benda wakaf (ruislagh) berupa tanah yang luasnya kurang dari 1000 M2 (seribu meter per
segi)
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Perwakilan BWI Provinsi Banten.

Pengembangan wakaf yang dirancang oleh BWI disusun berdasarkan visi dan
misi BWI Kota Serang. Visi BWI Perwakilan Kota serang sejalan dengan Visi Badan Wakaf
Indonesia adalah “Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat,
mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan di Kota Serang”.
Sedangkan misinya yaitu “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Kota Serang

16
Badan Wakaf Indonesia Kota Serang, “Profil”, https://bwikotaserang.id/profil/, diakses pada tanggal
12 Juli 2022, pukul 22.32 WIB.
17
Badan Wakaf Indonesia Kota Serang, “Tugas dan Wewenang”, https://bwikotaserang.id/profil/tugas-
dan-wewenang/, diakses pada tanggal 12 Juli 2022, pukul 22.37 WIB.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 37


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta
benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI Perwakilan Kota
serang mempunyai 5 divisi, yakni Divisi Pembinaan Nazhir, Divisi Pengelolaan dan
Pemberdayaan Wakaf, Divisi Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat, dan Divisi
Peneltian dan Pengembangan Wakaf.18
2. Entitas RS Mata Achmad Wardi Kota Serang sebagai Wujud Pengembangan
Wakaf Produktif
Dalam rangka turut mendukung Program Pemerintah di bidang Kesehatan dan upaya
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat untuk daerah Kota Serang khususya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya, Lembaga Dompet Dhuafa bekerja sama dengan BWI
mendirikan Rumah Sakit Khusus Mata di Kota Serang Banten. Rumah Sakit ini didirikan
diatas tanah wakaf milik keluarga Bapak Achmad Wardi dan sebagai wakif Ibu Hj. Ifa
Fatimah yang kemudian di wakafkan kepada BWI.19
Rumah Sakit Mata Achmad Wardi Serang ini beralamat di Jl. Raya Taktakan Km 1,
Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten. Berdiri di atas tanah wakaf seluas
1.420,48 meter yang di wakafkan Hj Ifa Fatimah kepada BWI, mengapa diberikan nama RS
achmad wardhi karena RS tersebut berdiri diatas tanah wakaf keluarga Bapak Achmad
Wardi. Rumah Sakit Mata Achmad Wardi ini berdiri dengan luas bangunan Rumah sakit
927,5 M2.
Rumah Sakit Mata Achmad Wardi Serang memiliki izin operasional berdasarkan surat
izin kepetusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang nomor 027/11678/Dinkes2017 tentang
Pemberian izin Operasional Rumah Sakit tertanggal 28 Desember 2017, dengan sifat
perpanjangan berlaku selama 5 tahun. Atas biaya dana tanah wakaf senilai 3,3 Miliar Rupiah.
Untuk penyelesaian pembangunan dan kelengkapan alat alat Rumah Sakit menghabiskan 50
Miliar lebih. Rumah Sakit ini Bernuansa Islami, Ramah Dhuafa dan Professional. Yang
memberikan pelayanan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Rumah Sakit Mata Achmad
Wardi Serang merupakan Rumah Sakit Khusus Mata pertama di Kota Serang, Banten dengan

18
Badan Wakaf Indonesia Kota Serang, “Visi dan Misi BWI Perwakilan Kota Serang”,
https://bwikotaserang.id/profil/bagian-beranda/, diakses pada tanggal 12 Juli 2022, pukul 22.41 WIB.
19
RS Mata Achmad Wardi Serang, “Profil”, https://rsmataachmadwardi.com/about/#, diakses pada
tanggal 13 Juli 2022, pukul 09.30 WIB.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 38


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

teknik operasi tanpa jahit dan menggunakan alat alat medis terkini, dengan layanan unggulan
“Vitreoretina” dan “Cataract Center”. RS Mata Achnad Wardi juga membuka Unit Gawat
Darurat untuk Pelayanan Kesehatan Umum.
Secara umum Rumah Sakit Mata Achmad Wardi ini didirikan dalam rangka
memproduktifkan tanah wakaf yang dikelola Badan Wakaf Indonesia bekerja sama dengan
lembaga Dompet Dhuafa guna membantu kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan
khususnya mata, menyadari bahwa keberadaan Rumah Sakit Mata yang belum tersedia di
daerah Banten. Tujuan didirikanya Rumah Sakit Mata Achmad Wardi Serang adalah sebagai
berikut:20
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan berstandar nasional dan internasional
b. Tersedianya sumber daya manusia professional dengan standart nasional dan
internasional
c. Terjalinya kemitraan dengan Instusi terkait di dalam maupun luar negeri.

Gerakan Wakaf Produktif menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan
umat Rumah Sakit Mata Achmad Wardi terus berupaya memberikan fasilitas dan kemudahan
untuk memberikan pelayanan mata terbaik bernuansa Islami Ramah Dhuafa dan
Profiossional, Rumah Sakit ini memiliki tenaga medis dari para dokter berkualitas dan
berkompeten bagi masyarakat yang mempunyai keluhan mata. Rumah Sakit Mata Achmad
Wardi merupakan Rumah Sakit khusus mata yang dikelola oleh Lembaga Dompet Dhuafa
bekerja sama dengan Badan Wakaf Indonesia yang beroperasi di wilayah Serang Banten.
Rumah sakit ini khusus memberikan pelayanan kesehatan mata dan termasuk kedalam sakit
khusus kelas C.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka program-program strategis telah dirancang RS
Mata Achmad Wardi antara lain sebagai berikut : 21
a. Program gerakan 3000 kaca mata gratis untuk santri dan kiayi
b. Program banten bebas katarak
c. Pemberian wakaf tempat tidur gratis Bank CIMB Niaga Syariah

20
RS Mata Achmad Wardi Serang, “Tujuan”, https://rsmataachmadwardi.com/about/#, diakses pada
tanggal 13 Juli 2022, pukul 09.41 WIB.
21
RS Mata Achmad Wardi Serang, “Program”, https://rsmataachmadwardi.com/about/#, diakses pada
tanggal 13 Juli 2022, pukul 10.09 WIB

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 39


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

d. Gerakan wakaf untuk melihat


e. Wakaf 3.000 Al-Qur’an braille untuk tunanetra
f. Program workshop retina dan glaukoma untuk seluruh Puskesmas di Kota Cilegon
g. Program workshop retina dan glaukoma untuk Puskesmas di Kota Serang
3. Konsep Wakaf Produktif dan Kesejahteraan
Secara etimologi para ahli bahasa menggunakan tiga kata untuk mengungkapkan
tentang wakaf, yaitu: al-waqf (wakaf), al-habs (menahan), dan at-tasbil (berderma untuk
sabilillah). Kata al-waqf adalah bentuk masdar (gerund) dari ungkapan waqfu asy-syai’, yang
berarti menahan sesuatu.22
Secara istilah para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf, sehingga mereka
berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan tentang
wakaf menurut istilah sebagai berikut:23
Dalam pandangan Muhammad Al-Syarbini Al-Khatib, ia nyatakan bahwa wakaf ialah
penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai dengan kekalnya zat
benda dengan memutuskan (memotong) tasharruf (pertolongan) dalam penjagaannya atas
mushrif (pengelola) yang dibolehkan adanya”. Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir
yang dimaksud dengan wakaf ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya yang tidak
musnah seketika, dan untuk penggunaan yang dibolehkan serta dimaksudkan untuk mendapat
rida Allah. Idris Ahmad berpendapat bahwa wakaf ialah menahan harta yang mungkin dapat
diambil manfaatnya, kekal zatnya, dan menyerahkannya ke tempat-tempat yang telah
ditentukan syara’ serta dilarang leluasa pada benda-benda yang dimanfaatkannya itu.
Berdasarkan terminologi wakaf produktif adalah wakaf yang pokok hartanya
diinvestasikan, kemudian keuntungan dari investasi tersebut didistribusikan sesuai kehendak
wakif. Wakaf produktif dikenal dalam literatur wakaf dengan istilah wakaf tidak langsung
(al-wqf ghair al-mubassyir) atau wakaf investasi (al-waqf al-istitsmaary).24
Dalam perspektif ulama dan tokoh kontemporer terkait wakaf produktif seperti
Mundzir Qahaf dan Shahir Md Zuki sebagaimana yang dikutip oleh Munawar berikut ini:
22
Abdurrohman Kasdi, Fiqih Wakaf dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif, (Yogyakarta: Idea
Press, 2017), h. 5.
23
Aden Rosadi, Zakat dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, dan Implementasi, (Bandung: SimbioSa
Rekatama media, 2019), h. 121.
24
Ahmad Furqon, Fikih Wakaf dan Manajemen Wakaf Produktif, (Semarang: Southeast Asian
Publishing, 2019), h. 11.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 40


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Menurut Mundzir, wakaf produktif merupakan bagian dari bentuk wakaf


berdasarkan substansi ekonominya. Beliau mendefinisikan bahwa wakaf produktif
adalah wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi, baik di bidang
pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda
wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang
diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf”.25

Menurut Shahir Md Zuki sebagaimana yang dikutip oleh Munawar mengemukakan


bahwa:
“Wakaf dari perspektif ekonomi dapat berupa investasi dana dan aset lainnya yang
digunakan untuk memperoleh hasil dan pendapatan untuk konsumsi di masa mendatang
baik oleh individu maupun masyarakat. Dengan demikian, wakaf memberikan layanan
peningkatan kesejahteraan tertentu kepada masyarakat yang dibiayai melalui investasi
sumber daya yang dialokasikan”.26

Kata “kesejahteraan” dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata “sejahtera”,
yang berarti “aman sentosa, makmur dan selamat”.27 Secara istilah kesejahteraan merupakan
suatu keadaan yang meliputi rasa aman dan tenteram lahir dan batin. Keadaan sejahtera
relatif, berbeda pada setiap individu maupun keluarga, dan ditentukan oleh falsafah hidup
masing-masing. Kondisi sejahtera bersifat tidak tetap, dapat berubah setiap saat baik dalam
waktu cepat atau lambat. Untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan, manusia harus
berusaha secara terus-menerus dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sesuai dengan
tuntutan hidup yang selalu berkembang tanpa ada batasan waktunya.28
Menurut Duran sebagaimana yang dikutip oleh Sukmasari kesejahteraan masyarakat
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar yang tercermin dari rumah yang layak,
tercukupinya kebutuhan sandang dan pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah
dan berkualitas atau kondisi dimana setiap individu mampu memaksimalkan utilitasnya pada
tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan
rohani.29

25
Wildan Munawar, Wakaf Produktif & Kesejahteraan Masyarakat, (Tangsel: Cinta Buku Media,
2020), h. 42.
26
Wildan Munawar, Wakaf Produktif, …., h. 42.
27
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1382.
28
Asih Kuswardinah, Ilmu Kesejahteraan Keluarga, (Semarang: UNNES Press, 2017), h. 2.
29
Dahliana Sukmasari, "Konsep Kesejahteraan Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur’an", Journal of
Qur’an and Hadis Studies, Vol. 3, No. 1, (2020), h. 7.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 41


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Kesejahteraan keluarga memiliki beberapa tahapan, antara lain:30


a. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara manual, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan pendidikan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga sejahtera tahap I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani,
pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan,
bisa baca tulis latin, dan keluarga berencana.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Keluarga sejahtera Tahap II yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosio
psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
pengembangannya seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung, berinteraksi
dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat, dan mampu memperoleh
informasi dari media.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosio psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat,
seperti secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan
keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga sejahtera tahap III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat

30
Herien Puspitawati, Pengantar Studi Keluarga, (Bogor: IPB Press, 2020), h. 512-514.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 42


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.31
4. Prosedur Pengelolaan Wakaf Produktif pada RS Mata Achmad Wardi Menurut
Hukum Islam dan Hukum Positif
Melihat fakta riil, bahwasannya wakaf dilandasi adanya peran pemerintah pada UU No.
41 Tahun 2004, sebagai pembinaan dan pengembang dibentuklah Badan Wakaf Indonesia
(BWI) sebagai suatu badan independen yang memiliki tugas mengembangkan perwakafan
nasional di Indonesia. Dengan adanya badan otonom tersebut, merupakan perwujudan
menjalankan fungsi dan tujuan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.32
Jenis wakaf yang diwakafkan wakif adalah wakaf tanah, agar tanah yang diwakafkan
menjadi produktif, diperlukan dukungan finansial dari berbagai pihak, dengan cara
menggandeng Dompet Dhuafa Provisnsi Banten untuk melakukan gerakan wakaf uang.
Unsur-unsur yang terlibat dalam pendirian wakaf tanah teridiri dari wakif, nazir dan
mauquf 'alaih. Yang mewakafkan tanah ini adalah keluarga Achmad Wardi. Yang menjadi
Nazir dalam wakaf ini adalah lembaga Dompet Dhuafa. Sementara pihak yang diberi
wakaf/peruntukan wakaf (mauquf 'alaih) masyarakat yang terdampak penyakit mata.
Jika diperoleh pendapatan atau keuntungan maka pembagian dari keuntungan tersebut
di bagi menjadi 2 (dua) bagia, untuk nazir adalah 10% (sepuluh persen), dan 90% (Sembilan
puluh persen) diperuntukan untuk mauquf alaih atau pihak yang diberi wakaf/peruntukan
wakaf
Landasan yang digunakan dalam pengelolaan RS Mata Achmad Wardi berlandaskan
dengan peraturan Negara yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Hajj ayat 77 dan
surat Al-‘Imran ayat 92.

5. Faktor Penghambat dalam Menangani Wakaf Produktif pada RS Mata Achmad


Wardi dan di Kota Serang

Herien Puspitawati, Pengantar Studi, …., h. 514.


31
32
Aden Rosadi, Zakat dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, dan Implementasi, (Bandung: SimbioSa
Rekatama media, 2019), h. 142.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 43


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Persoalan wakaf tidak terlepas dari berbagai problematika yang berkembang,


khususnya di Indonesia. Sejak dan setelah datangnya Islam, sebagian besar masyarakat
Indonesia melaksanakan wakaf berdasarkan paham keagamaan yang dianut, yaitu paham
Syafi’iyah dan adat kebiasaan setempat. Praktik pelaksanaan wakaf semacam ini, pada paruh
perjalananya harus diakui memunculkan persoalan mengenai validitas legal tentang harta
wakaf yang berujung pada timbulnya persengketaan-persengketaan karena tiadanya bukti-
bukti yang mampu menunjukkan bahwa benda-benda bersangkutan telah diwakafkan.33
Penghambat atau kendala pengelolaan menangani wakaf produktif pada RS Mata
Achmad Wardi adalah faktor biaya atau dana untuk pembangunan gedung dan fsilitas, untuk
mengatasi kendala tersebut pihak BWI Bekerja sama dengan lembaga Dompet Dhuafa
Banten. Sementara kendala penanganan wakaf produktif di Kota Serang adalah tingkat
pemhaman masyarakat. Adapun solusi untuk mengatasi tingkat pemahaman tentang wakaf
produktif maka perlu diadakan edukasi yang serius untuk masyarakat. Dan yang paling
penting adalah menentukan nazir atau lembaga badan hukum untuk mengelola wakaf
produktif yang ada di masyarakat dengan baik. Dengan adanya nazir yang ditugaskan, maka
wakaf-wakaf produktif yang ada di tengah masyarkat dapat ditangani dengan lebih baik.
Pemahaman masyarakat Indonesia yang bersifat fiqh oriented dan bercorak Syafi’iyyah
tersebut melahirkan mengakibatkan beberapa dampak sebagai berikut:34
a. Melahirkan pemahaman lama dalam pengelolaan wakaf, seperti adanya anggapan bahwa
wakaf semata milik Allah yang tidak boleh diubah/ganggu gugat. Untuk itu, banyak tokoh
masyarakat atau umat Islam tidak memperbolehkan wakaf dikelola secara produktif selain
ibadah mahdlah
b. Pemahaman masyarakat terhadap wakaf bersifat konvensional konservatif sulit diajak
maju hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat atas pentingnya
pemberdayaan wakaf untuk kesejahteraan umum yang akhirnya menjadi problem yang
harus dipecahkan bersama.
c. Banyak kasus sengketa wakaf karena memang tidak ada bukti hitam di atas putih
sehingga ini menjadi persoalan yang cukup serius pada saat saat ini

33
Jaenal Arifin, "Problematika Perwakafan di Indonesia (Telaah Historis Sosiologis)", Jurnal Zakat
dan Wakaf (ZISWAF), Vol. 1, No. 2, (2014), h. 260.
34
Jaenal Arifin, "Problematika Perwakafan, …., h. 263-264.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 44


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

d. Pemahaman wakaf tersebut melahirkan para nazhir tidak professional. Padahal posisi
Nazhir menempati peran sentral dalam mewujudkan tujuan wakaf yang ingin
melestarikan manfaat wakaf.
e. Banyak asset wakaf yang akhirnya belum mempunyai sertifikat wakaf dan tentnunya
mengakibatkan beberapa persoalan di hari-hari mendatang.
f. Sebagian asset wakaf yang tidak terselamatkan
Mengatasi permasalahan di atas, menurut penulis diperlukan solusi altermatif dan
kemudian merumuskan strategi pengeelolaan dan penerapannya seperti:
a. Pemanfaatan Badan Wakaf Indonesia secara nyata dan maksimal.
b. Penyiapan manusia yang berkualitas yang akan bertindak sebagai Nadzir.
c. Guna mengatasi sengketa wakaf maka perlu segera dilakukan pensertifikatan wakaf.
d. Pengembangan harta wakaf menuju kearah produktif yang diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan umum.
e. Lebih dari itu sistem pengawasan yang cermat dan bertanggung jawab sangat diperlukan
dalam pengembangan serta pengelolaan harta wakaf.
Payung hukum dalam rangka melindungi aset wakaf dan demi kemaslahan umum
adalah keberadaan hukum positif tentang wakaf secara menyeluruh, di mana ini merupakan
bukti bahwa pemerintah benar-benar memperhatikan wakaf secara serius sebagai langkah
untuk melindungi dan mengembangkan perwakafan di masa mendatang. Bahkan upaya
pemerintah meregulasi peraturan terkait dengan masalah tersebut masih terus dilakukan yang
bertujuan memberdayakan lembaga-lembaga keagamaan secara optimal untuk kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak.
6. Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif pada RS Mata Achmad Wardi untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kota Serang
Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
berbunyi:35

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,


dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1
Ayat 1.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 45


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Pengelolaan wakaf dalam ajaran Islam selain harus didasarkan pada hukum syariat,
juga bertujuan mewujudkan agar harta wakaf bisa berkembang dan bermanfaat. Hasil
pengelolaan wakaf yang dikelola secara produktif dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
dakwah, kepentingan sosial, fasilitas kesehatan, pengembangan pendidikan, juga untuk
memperkuat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Untuk memperkuat perekonomian
masyarakat, dapat dilakukan dengan mengenakan berbagai program alternatif yang
pembiayaannya berasal dari wakaf.

Strategi RS Mata Achmad Wardi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di


Kota Serang ialah dengan mengadakan program pelayanan kesehatan pemeriksaan dan
operasi mata untuk golongan fakir, miskin dan dhuafa. RS Mata Achmad Wardi memberikan
bantuan pelayanan gratis tersebut untuk meningkatkan prodiktivitas mereka, dengan memiliki
kesehatan mata yang baik, maka para penerima bantuan dapat melakukan kegiatan sehari-hari
mereka lebih baik, sehingga tidak terjadi hambatan untuk mereka bekerja.

Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam kesejahteraan, sebagaimana hal tersebut
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang berbunyi:

“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”.36
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat dari hasil dari wakaf produktif, maka
perlunya koneksi atau hubungan antara wakaf-wakaf produktif yang berada di suatu daerah.
Berdasarkan contoh dalam wawancara, sawah, empang dan tanah perkebunan yang
diwakafkan, jika dikelolah dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan. Bahkan
objek wakaf tersebut bisa berkembang dan menguntungkan, di mana hasil panen dari tanah
wakaf tersebut dapat dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan, dan juga dapat
dijual, hasil penjualan tersebut dapat difungsikan untuk membeli tanah atau lahan yang dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Persyaratan bagi pasien yang ingin dilayanai secara gratis harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan oleh RS Mata Achmad Wardi. Persyaratan yang harus dibawa adalah

36
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 1.

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 46


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM). Setelah persyaratanlengkap maka pihak RS Mata Achmad Wardi akan melakukan
survey ke rumah calon pasien. Setelah data sesuai dengan kondisi atau status perkonomian
calon pasien, maka ia berhak menerima pelayanan kesehatan secara cuma-cuma atau gratis.
Jika data yang diberikan oleh calon pasien tidak sesuai maka ia tidak dapat menerima
pelayanan gratis.
Sebagai rumah sakit mata pertama di Asia yang didirikan di atas tanah wakaf dan
dikembangkan melalui wakaf uang sehingga dapat dikatakan sebagai rumah sakit mata
berbasis wakaf. Sebagai contoh praktik pengelolaan wakaf produktif usaha sektor riil pada
bidang kesehatan, RS Mata Achmad Wardi memiliki langkah atau strategi untuk mengola
dan mengembangkan wakaf produktif, pihak RS Mata Achmad Wardi tidak membatasi bagi
orang-orang yang ingin melakukan wakaf, zakat, infaq dan sedekah di RS Mata Achmad
Wardi. Bahkan seluruh pegawai menyalurkan wakaf dan infaqnya ke pihak RS Mata Achmad
Wardi yang ditanagani oleh pihak pengelolaan zakat RS Mata Achmad Wardi. Selain
mensejahterkan kesehatan masyarakat, RS Mata Achmad Wardi juga ikut serta dalam
mensejahterkan perkonomian masyarakat pra-sejahtera yang berada di Kota Serang dan
khusunya lingkungan sekitar RS Mata Achmad Wardi. Ketika bulan Ramadhan dan Hari
Raya Idul fitri, pihak RS Mata Achmad Wardi membagikan paket sembako kepada kaum
dhuafa, dan juga turut serta memberikan bantuan kepada kaum dhuafa yang terdampak
Covid-19, dan juga memberikan bantuan untuk korban bencana banjir yang melanda Kota
Serang daerah Kasemen, Kaujon, Lontar Baru dan lain-lain.
Dalam pengelolaan hasil pendapatan RS Mata Achmad Wardi mengikuti ketentuan dan
peraturan yang sudah ditetapkan. Keuntungan dalam pendapatan ini dibagikan kepada
mauquf alaih dan lembaga-lembaga yang turut serta dalam pengurusan keberlangsungan RS
Mata Achmad Wardi.

D. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 47


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

a. Prosedur pengelolaan wakaf pada Badan Wakaf Indonesia Kota Serang telah memenuhi
syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh hukum syariat Islam dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Wakaf dinyatakan sah apabila
telah terpenuhi rukun dan syaratnya yaitu, wakif, mauquf bih, mauquf 'alaih dan shighat.
Unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan wakaf RS Mata Achmad Wardi yaitu,
keluarga besar Achmad Wardi bertindak selaku wakif, BWI Kota Serang dan Dompet
Dhuafa Banten bertindak sebagai nazir, sementara pihak yang diberi wakaf/peruntukan
wakaf (mauquf 'alaih) masyarakat yang terdampak penyakit mata.
b. Faktor penghambat dalam menangani wakaf produktif pada RS Mata Achmad Wardi
ialah keuangan (dana), untuk mengatasi permasalahn tersebut pihak Badan Wakaf
Indonesia Pusat bekerjasama dengan Badan Wakaf Indonesia Kota Serang menggandeng
lembaga Dompet Dhuafa untuk bekerja sama, selain itu pihak RS Mata Achmad Wardi
juga gencar membuat proposal dan penyebaran untuk pengembangan RS Mata Achmad
Wardi. Faktor penghambat wakaf produktif di Kota Serang secara umum adalah
kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf, khususnya wakaf produktif. Adapun
solusi untuk mengatasi tingkat pemahaman tentang wakaf produktif maka perlu diadakan
edukasi yang serius untuk masyarakat, dan yang paling penting adalah menentukan nazir
atau lembaga badan hukum untuk mengelola wakaf produktif yang ada di masyarakat
dengan baik.
c. Strategi pengelolaan wakaf produktif pada RS Mata Achmad Wardi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Kota Serang ialah dengan melaksanakan program layanan
pemeriksaan kesehatan mata dan operasi mata secara geratis untuk golongan fakir,
miskin dan dhuafa. Selain itu selain itu RS Mata Achmad Wardi juga kerap kali
memberikan bantuan berupa paket sembako untuk masyarakat yang kurang mampu dan
korban bencana banjir, RS Mata Achmad Wardi juga menerima pengajuan proposal
bantuan bagi lembaga-lembaga pendidikan dan panti asuhan yang berada daerah Kota
Serang dan Provinsi Banten. RS Mata Achmad Wardi memiliki cara sendiri untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan meningkatkan kesejahteraan kesehatan
khususnya kesehata organ mata, mengingat kesejahteraan tidak hanya masalah ekonomi
yang mecukupi, badan yang sehat merupakan salah satu unsur kesejahteraan, hal tersebut
berdasarkan UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam Pasal 1 yang berbunyi

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 48


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

D. Daftar Pustaka

Aden Rosadi, Zakat Dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, Dan Implementasi, (Bandung, 2019)

Ahmad Furqon, Fikih Wakaf Dan Manajemen Wakaf Produktif, (Semarang, 2019)

Asih Kuswardinah, Ilmu Kesejahteraan Keluarga, (Semarang, 2017)

Ani Nurbayani, “Strategi Pemberdayaan Wakaf Produktif dalam Upaya Memakmurkan


Umat”, Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah, Vol. 5, No. 2, (2020), 167-188

Amelia Fauzia dkk, Fenomena Wakaf Di Indonesia: Tantangan Menuju Wakaf Produktif,
(Jakarta, 2016)

Ahmad Mujahidin, Hukum Wakaf Di Indonesia Dan Proses Penanganan Sengketanya,


(Jakarta, 2021)

Abdurrahman Kasdi, Fiqih Wakaf Dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif, (Yogyakarta,
2017)

Inayah Rahman dan Tika Widiastuti, “Model Pengelolaan Wakaf Produktif Sektor Pertanian
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pimpinan Ranting
Muhammadiyah Penatarsewu Sidoarjo)”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan,
Vol. 7, No. 3, (2020), 486-498.

Lisda Aisyah, Agus Alimuddin dan Bambang Suhada, “Implementasi Wakaf Produktif untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Ecoplan Vol. 3 No. 2, (2020), 79-87.

Jaenal Arifin, "Problematika Perwakafan di Indonesia (Telaah Historis Sosiologis)", Jurnal


Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Vol. 1, No. 2, (2014), 260-264.

Ibnu Syamsi dan Haryanto, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dalam Pendekatan
Rehabilitasi Dan Pekerjaan Sosial, (Yogyakarta, 2018),

Siah Khosyi’ah, Wakaf Dan Hibah Prespektif Ulama Fiqh Dan Perkembangannya Di
Indonesia, (Bandung, 2010)

Mohammad Nuh, Buku Pintar Wakaf, (Jakarta, 2019)

Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, 2008)

Said Insya Mustafa, Zakat Produktif & Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan
Usaha Mikro Rakyat, (Malang, 2017)

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 49


©2022 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
JURHIS
License (CC-BY-SA)
Jurnal Mahasiswa Hukum Islam license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan Artinya, (Yogyakarta, 2021)

Tati Rohayati, Fenomena Wakaf Di Indonesia Tantangan Menuju Wakaf Produktif, (Jakarta,
2016)

Sumuran Harahap, Pedoman Pengelolaan Dan Perkembangan Wakaf, (Jakarta, 2013)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung, 2013)

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram, 2020)

Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Sleman, 2015)

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta,
2017)

Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &
Studi Kasus, (Sukabumi, 2017)

Maryam B. Gainau, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta, 2021)

Nurdinah Hanifah, Memahami Penelitian Tindakan Kelas: Teori Dan Aplikasinya, (Bandung,
2014)

Masri Singarimbun, Prosedur Penelitian Survey, (Jakarta, 2012)

Robi Setiawan, Tenny Badina dan Mohamad Ainun Najib, “Strategi Pengelolaan Wakaf
Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Umat pada Wakaf Produktif
Dompet Dhuafa Banten”, Al Maal : Journal of Islamic Economics and Banking, Vol.
3, No. 1, (2021), 64 – 83.

Wildan Munawar, Wakaf Produktif & Kesejahteraan Masyarakat, (Tangsel, 2020)

Herien Puspitawati, Pengantar Studi Keluarga, (Bogor, 2020)

Badan Wakaf Indonesia Kota Serang, “Profil”, https://bwikotaserang.id/profil/, diakses pada


tanggal 12 Juli 2022, pukul 22.32 WIB

Badan Wakaf Indonesia Kota Serang, “Tugas dan Wewenang”,


https://bwikotaserang.id/profil/tugas-dan-wewenang/, diakses pada tanggal 12 Juli
2022, pukul 22.37 WIB

RS Mata Achmad Wardi Serang, “Profil”, https://rsmataachmadwardi.com/about/#, diakses


pada tanggal 13 Juli 2022, pukul 09.30 WIB

RS Mata Achmad Wardi Serang, “Tujuan”, https://rsmataachmadwardi.com/about/#, diakses


pada tanggal 13 Juli 2022, pukul 09.41 WIB

Andi Adam Virgiawan, Ahmad Harisul Miftah 50

Anda mungkin juga menyukai