Anda di halaman 1dari 27

Dosen Pengampu : Endang Sari, S.ST., M.

Keb

DIABETES MELITUS PADA MULTI PREGNANCY


,POLIHIDRAMNION ,OLIGOHIDRAMNION

KELOMPOK IV
ANGGOTA

Ghina Atikah (2003004)


Gita Cania (2003005)
Meli Sundari (2003010)
Meri Rahmayani (2003011) Lisa Sestia
Utary (211015201101)
DEFINISI DIABETES MELITUS

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, Diabetes


mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya. Diabetes Mellitus digolongkan dalam diabetes
tipe 1 dan diabetes tipe 2.
DIABETES TIPE I

Pada diabetes tipe 1, sel-sel beta di pankreas mengalami


kerusakan, sehingga produksi insulin menurun. Akibatnya, sel-sel
tubuh tidak dapat mengambil gula dari darah dan kadar gula
darah meningkat. Diabetes tipe 1 terjadi akibat adanya gangguan
yang disebut autoimun, di mana antibodi yang seharusnya
melindungi tubuh terhadap infeksi justru menyerang sel tubuh
sendiri. Dalam hal ini, yang diserang oleh antibodi adalah sel beta
yang terdapat di dalam pankreas.
DIABETES TIPE I I

Pada diabetes tipe 2, insulin dapat diproduksi dengan normal, tetapi


sel-sel tubuh kurang sensitif sehingga tidak bisa menggunakannya secara
optimal. Secara patogenesis Diabetes melitus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun
absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
1) Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimiadll)
2) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
3) Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah adalah tulisan singkat yang


berisi pertanyaan mengenai topik yang diangkat
oleh penulis, sehingga dengan adanya rumusan
masalah, penulis akan berusaha mencari jawaban
atau memecahkan masalah
DIABETES GESTASIONAL
DIABETES GESTASIONAL

Menurut World Health Organization (WHO) diabetes


melitus gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa
pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang
mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan.
DIABETES GESTASIONAL

Kehamilan dengan Diabetes Mellitus Gestasional biasa


terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian
kadar glukosa darah penderita akan kembali normal
setelah melahirkan (Depkes RI, 2008). Namun, pada
hampir setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul
kembali (Nurrahmani, 2012).
PATOFISIOLOGI
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Menurut Sudoyo (2009) pada kehamilan terjadi resistansi insulin


fisiologi akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan (human
placental, lactogen/HPL. progesterone, kortisol, prolaktin) yang
mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan. Tidak
berbeda pada patofiologi DM tipe, beda pada DMG juga terjadi
gangguan sekresi sel beta pankreas.
PATOFISIOLOGI
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Resistensi insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif


tubuh untuk menjaga asupan nutrisi kejanin. Resistensi insulin kronik
sudah terjadi sebelum kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitias.
Kebanyakan wanita dengan DMG memiliki kedua jenis resistensi insulin
ini yaitu kronik dan fisiologi sehingga resistensi insulin biasanya lebih
berat dibandingkan kehamilan nommal. Kondisi ini akan membaik
segara selesai nifas, dimana konsentrasi HPL sudah kembali seperti
awal.
KEBUTUHAN IBU DENGAN
DMG DI MASA KEHAMILAN

Kebutuhan akan dukungan keluarga


Kebutuhan akan dukungan sosial
Kebutuhan akan dukungan tenaga kesehatan
Kebutuhan akan dukungan informasi
POLIHIDRAMNION

POLIHIDRAMNION

Polihidramnion atau yang biasa juga disebut hidramnion merupakan


peningkatan abnormal dari volume cairan amnion. Peningkatan volume
cairan amnion dapat didiagnosa biasanya dalam masa trimester kedua
ataupun ketiga. Peningkatan abnormal pada cairan amnion merupakan
komplikasi 1-2% pada kehamilan. Kondisi klinis ini dihubungkan dengan
tingginya resiko prognosis kehamilan yang buruk.
ETIOLOGI

2 penyebab tersering dari polihidramnion adalah diabetes mellitus


maternal dan anomaly janin. Polihidramnion juga mungkin dapat
disebabkan oleh infeksi kongenital dan alloimunization.
ETIOLOGI

Literatur mengatakan etiologi- etiologi yang berpotensial menyebabkan


polihidramnion sebagai berikut:

a) Malformasi janin dan kelainan genetik (8-45%)


b) Diabetes melitus pada ibu (5-26%) Kehamilan multipel (8-10%)
c) Anemia janin (1-11%). Penyebab lainnya. seperti infeksi virus, Bartter
Syndrome, gangguan neuromuskular, hiperkalsemia pada ibu. Infeksi virus
yang dapat menyebabkan polihidramnion meliputi parvovirus B19, rubella.
cytomegalovirus. Infeksi lainnya seperti toxoplasmosis dan sifilis dapat juga
menyebabkan polihidramnion."
PATOFISIOLOGI

Dibawah kondisi fisiologis terdapat kesimbangan dinamis antara produksi


dan reabsorbsi cairan amnion. Jumlah cairan dipengaruhi oleh urinasi janin
dan produksi cairan paru janin, Cairan amnion diserap dengan cara ditelan
oleh janin danpenyerapan intramembran dan intravaskular. Hubungan
relatif dari masing- masing mekanisme ini bervariasi selama kehamilan.
Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan gangguan fungsi menelan
atau meningkatnya urinasi dan menyebabkan polhidramnion,
DIAGNOSIS KLINIS

Ultrasonografi Evaluasi
Single deepest pocket (kantong tunggal terdalam)
Indeks cairan amnion (AFI)

Tes Diagnostik Lebih Lanjut jika ditemukan Polihidramnion:

Ultrasound
Tes Laboratorium
Pemeriksaan diagnostik pada ibu untuk infeksi (TORCH serologi)
OLIGOHIDRAMNION
OLIGOHIDRAMNION

Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc.


Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena
pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan
amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim
(Sastrawinata, dkk, 2004:40).
OLIGOHIDRAMNION

dengan kriteria :
1) Jumlah kurang dari 500 cc
2) Kental
3) Bercampur mekonium (Manuaba, dkk, 2007:500)
PATOFISIOLOGI

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari


oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion.
PATOFISIOLOGI

Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga
mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta
dan obat- obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan
kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah
kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom
(Prawirohardjo,2010:155).
PATOFISIOLOGI

Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia


janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme
redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran
darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi oligohidramnion
(Prawirohardjo, 2010:269)
GAMBARAN KLINIS

Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan


tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada
setiap pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematurus, bunyi
jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas, persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada his akan sakit sekali,
bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah
dan Yulianti, 2010:232-233).
PENATALAKSANAAN

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) Penatalaksanaan pada ibu


dengan oligohidramnion yaitu :
1) Tirah baring
2) Hidrasi dengan kecukupan cairan
3) Perbaikan nutrisi
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai