Anda di halaman 1dari 3

Pedoman Kajian Linguistik Sebagi Ilmu Bahasa dan Bidangnya

Amalia Rizka Firnanda


22020074140/PD

Linguistik atau ilmu bahasa adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur
ilmu bahasa. Ilmu linguistik mempunyai ragam bidang di dalamnya yang
dipelajari untuk pedoman tindak tutur komunikasi yang tertata sesuai bahasa
baik dari wujud lambang, bunyi, dan makna suatu kalimat. Mempelajari linguistik
sesuai tingkatan, mulai tingkatan dasar yaitu bunyi pada kajian fonologi hingga
struktur bahasa sebagai alat berkomunikasi sesuai konteks penutur dan
pendengar pada bagian kajian pragmatik. Mempelajari linguistik sesuai konsep
untuk mudah mendalami ilmu linguistik sebagai bekal bahasa sesuai kaidah
berlaku yang benar sebagai pedoman berkomunikasi sesuai kajian linguistik.
Linguistik adalah objek kajian ilmu yang mengkaji tentang ilmu bahasa
(Verhaar, 1996:3). Linguistik dapat ditingkatkan menjadi tiga tingkatan, Tingkatan
awal paling dasar adalah parole, tingakatan kedua langue, tingkatan akhir adalah
langange. Linguistik merupakan objek pengamatan tentang ilmu bahasa dengan
kajian yang sistematis (Lyons 1955:1). Linguistik mempelajari dan membenahi
seluk beluk permasalahan mengenai bahasa (Robins 1966).
Pembidangan atau ruang lingkup linguistik dibagi menjadi dua macam,
yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik mengkaji struktur
dalam bahasa dan makrolinguistik mengkaji struktur luar bahasa. Cabang dari
bidang linguistik meliputi fonologi, morfologi, morfofonemik, sintaksis, semantik
dan pragmatik.
Pembidangan linguistik mulai dari hal paling awal, yaitu bunyi hingga
dapat menjadi tuturan bahasa. Bagian kecil dari linguistik yakni fonetik, fonemik,
dan fonologi. Morfofonemik adalah bidang dari ilmu bahasa yang mempelajari
morfem yang memuat perubahan, penambahan, pengurangan. Tingakatan
pembidangan atas terdapat sintaksis, semantik, analisis wacana, dan pragmatik.
Fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi
bahasa. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi dalam bentuk
fungsionalnya (Verhaar, 1996:10). Fonologi adalah ilmu yang mempelajari
intonasi bunyi, perbedaan dan persamaan sistem dan pola bunyi yang bersifat
fungsional (Lyons, 1995:98). Fonologi berada di luar waktu karena proses
pelafalan selalu sama (Saussure 1988:103). Setelah mempelajari bunyi dari
bahasa, maka terjadinya proses pembentukan kata.
Proses pembentukan terjadi pada morfologi yang merupakan bagian
cabang ilmu linguistik yang mecakup bagian-bagian morfem dan berhubungan
dengan tuturan kata dalam kalimat (Verhaar 1997:11). Morfologi mengkaji
berbagai kategori kata verba, nomina, adjectiva, pronomina dan sangat berkaitan
erat dengan sintaksis (Sasussure 1988:235-236). Satuan gramatikal kata disebut
morfem yaitu gramatikal terkecil (Robins 1992:233). Proses pembentukan kata
akan mengalami perubahan-perubahan yang timbul akibat pergeseran.
Pembentukan kata akan mengalami perubahan merupakan morfofonemik.
Morfofonemik adalah bagian cabang ilmu linguistik yang mempelajari bentuk
fonologis dengan adanya morfem-morfem dalam suatu bahasa pada umumnya
(Robins 1992:241). Pendekatan morfofonemik mengenai bahasa terjadi di
pertengahan antara tata bahasa dan fonologi (Lyons 1955:144). Perubahan kata
timbul akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Morfofonemik
merupakan "fonemis" hanya mengacu pada fonem-fonem (Verhaar 1996:104).
Morfofonemik mengkaji mengenai bunyi gabungan yang mengalami perubahan
dalam kombinasi morfem. Wujud morfofonemik dibagi menjadi tiga, proses
perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem.
Perubahan akitab pertemuan morfem akan menyusun sebuah kalimat.
Susunan kata dan kalimat terjadi pada sintaksis. Sintaksis adalah suatu bidang
cabang ilmu linguistik yang mempelajari susunan kata dalam kalimat (Verhaar
1996: 161). Teori sintaksis memuat berbagai tipe predikat di dalamnya (Robins
1996:24) Sintaksis di bagi menjagai tiga yaitu sintaksis kalimat, sintaksis frasa,
dan sintaksis klausa. Sintaksis memiliki kesatuan kalimat yang mengandung usnur
predikat dan non-predikat.
Sintaksis frasa merupakan satuan sintaksis satuan sintaksis atau lebih
yang dapat mengandung unsur non-predikat. Frasa adalah gabungan kata yang
berperan sebagai fungsional tuturan lebih panjang (Verhaar 1966:291). Unsur
frasa dibagi menjadi dua yaitu eksisentris dan endosesntris. Frasa dapat
gramatikal satu kata yang tidak memiliki subyek dan predikat (Lyons 1955:268).
Berbeda dengan sintaksis frasa, sintaksis klausa merupakan satuan
sintaksis atau lebih yang dapat mengandung unsur predikat. Klausa bersifat
predikatif. Dalam klausa terdapat subjek dan predikat. Kalimat yang lebih luas
dalam suatu kelompok yang terdapat unsur inti yaitu subyek dan predikat dan
non-inti objek, pelengkap, dan keterangan adalah klausa (Lyons, 1955: 168).
Klausa dapat dianalisis menjadi tiga cara yaitu dengan fungsi-fungsi, peran, dan
kategori (Verhar 1966: 162). Klausa di klasifikasikan menjadi dua jenis klausa,
yakni klausa bebas dan klausa terikat. Terdapat jenis unsur kalusa dalam predikat
yakni klausa verbal, klausa nominal, dan klausa adjektiva. Sintaksis memilah
proses pembentukan kalimat dengan bantuan semantik.
Semantik adalah bagian cabang dari ilmu linguistik yang mempelajari
struktur makna dari kata internal suatu bahasa. Makna merupakan penyampaian
dari wujud bahasa dari suatu komunikasi. Jenis semantik dapat dibedakan
menjadi dua semantik, yakni semantik gramatikal dan semantik leksikal.
Semantik gramatikal mempelajari makna sebuah kalimat, sedangkan semantik
leksikal mempelajari makna dari kata kesatuan sendiri (Verhaar 1966: 385).
Semantik mengkaji makna yang menyertakan pengunaan lambang dalam luar
bahasa (Robins 1955). Semantik merupakan verba Yunani yang berarti
“menandakan”. Semantik dapat diartikan sebagai penyelidikan makna pada
tanda bahasa kata maupun makna (Lyons 1955).
Jika semantik menelaah makna internal bahasa, pragmantik adalah salah
satu cabang linguistik yang mengkaji tentang pertuturan, konteks dari luar
bahasa dan juga makna dari tuturan. Pragmatik ilmu yang menelaah apa yang
tercakup dalam bentuk bahasa sebagai cara komunikasi antara sistem penutur
dan pendengar, dan sebagai hubungan dengan gejala bahasa dan gejala pada
topik "ekstralingual" yang sedang dibahas (Verhaar, 1966:14). Ada tiga aspek
penting yang mencakup pragmatik yaitu bahasa, konteks, dan pemahaman.
Bidang pragmatik merupakan suatu ujaran dari seorang penutur dalam kajian
pemakaian bahasa (Robins, 1992:52).
Jadi linguistik atau ilmu bahasa adalah ilmu yang paling penting untuk
dipelajari. Ilmu bahasa yang di dalamnya banyak mempelajari cara
berkomunikasi sesuai kaidah kebahasaan. Mulai dari bunyi, pembentukan
kalimat, dan menetapkan makna. Mempelajari ilmu linguistik sebagai bekal
belajar ilmu lain agar lebih terarah. Banyak fenomena baya dari dalam dan luar
bahasa yang dipaparkan ilmu linguistik. Jika kita menjadi ahli linguistika maka
tutur kata atau kalimat saat berkomunikasi akan lebih tertata dengan baik sesuai
ilmu bahasa.

Daftar Acuan
de Saussure, F. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Lyons, J. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Robins, R.H. 1996. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai