Kain Tenun Ikat Ternate
Kain Tenun Ikat Ternate
Oleh
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
dan maju, banyak upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia
yang lebih berkualitas, salah satunya adalah melalui pendidikan. Menurut Syah (2011:
10), pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan tingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Menurut James & James, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
Indonesia memiliki banyak keragaman dan keunikan budaya. Hal ini dapat dilihat
dari Indoesia memiliki banyak pulau dan suku yang telah menjadi ciri khas bangsa.
Seharusnya dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat
Indonesia lebih setia, peduli dan bangga pada budaya lokal. Akan tetapi pada
dipisahkan. Hal ini terlihat dari berbagai kelompok budaya yang berbeda telah
menggunakan pengetahuan matematika yang berbeda satu dengan lainnya (Walle, 2006:
bagian dari budaya dan sejarah (Fathani, 2009: 87). Kebudayaan merupakan cara khas
manusia untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Yang khas pada kebudayaan
ialah bahwa design kehidupan itu diperoleh melalui proses belajar (Maran, 2007:20).
Matematika itu terwujud karena adanya kegiatan manusia (Soedjadi, 2007:6). Ketika
dideskripsikan sebagai suatu cara khusus yang dipakai oleh kelompok budaya tertentu
menjelaskan dengan cara mereka sendiri (Sumardyono, 2004: 21-22). Jika dikaitkan
tentang sejarah dan konsep dari matematika, yang berimplikasi untuk pengajaran
khususnya dilihat dalam kebudayaan dan seni kita temui beragam-ragam budaya
geometri yang muncul dalam seni budaya kain Indonesia. Dalam kain songket ini muncul
beberapa konsep geometri seperti teselasi (geometri hiperbolik) dan konsep fractal.
kebudayaan dan seni kita temui beragam-ragam budaya yangmerupakan representasi dari
banyak konsep matematika. Diantaranya adalah konsep geometri yang muncul dalam
Kota Ternate merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Maluku
Utara, Indonesia dengan ibu kota Sofifi. Dari aspek budaya, masyarakat Kota ternate
sangat kaya akan budaya lokal, diantaranya ialah adat istiadat, kesenian, kerajinan
tangan, dan lainnya.Salah satu budaya lokal yang sampai saat ini masih ada ialah kain
tenun ikat pakan. Kain tenun ikat ternate tidak jauh berbeda dengan kain tenun dari
daerah lain termasuk kain songkat, perbedaannya di motif karena di motif memiliki
filosofi masing-masing dari daerah sendiri dan juga pada kain tenun ikat ternate masih
menggunakan alat tradisonal pakan gedogan bukan ATBM. Kain tenun ikat merupakan
sebuah keterampilan bagi masyarakat kota ternate sejak lama. Orang Ternate jujur
mengakui bahwa kerajinan tenun ikat bukanlah kerajinan asli dari budaya mereka. Tenun
ikat dibawa oleh para perantau dari Sulawesi yang dulunya banyak menyasar wilayah
Maluku dan Maluku Utara. Hingga, mereka turut mengajarkan orang asli Ternate untuk
lalu memasukkan unsur-unsur lokal yang original, dan akhirnya menemukan motif
mereka sendiri. Kain tenun Ternate banyak menceritakan tentang latar belakang
kehidupan masyarakatnya yang sangat dekat dengan laut. Maka, kamu akan kamu temui
motif kerrang, burung laut, ikan, atau siput pada kain tenun Ternate. Motif ini pulalah
yang kemudian diturunkan turun temurun kepada anak dan cucu, sehingga orang Ternate
sudah mengakui sendiri bahwa ini adalah hasil karya mereka sendiri. Dengan cara
tradisional dan masih menggunakan alat tenun yang bukan mesin, para perempuan
menghasilkan tenun dengan motif/bunga yang berbeda. Perbedaan motif ini biasa terjadi
dikarenakan motif-motif tersebut mempunyai makna, bukan sekedar sebuah gambar akan
Ketika melakukan pengamatan jarak jauh pada salah satu sekolah dasar di
Kota Ternate, diketahui bahwa pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru di
kelas tentang bangun datar maupun bangun ruang, hanya menggunakan alat peraga
yang umum seperti alat peraga yang terbuat dari kertas karton maupun plastik tebal
dengan ukuran ideal, tetapi belum menggunakan alat peraga yang ditemukan dalam
pembelajaran matematika tersebut. Hal ini membuat siswa sulit untuk berpikir secara
realistik.
dapat memuat unsur-unsur budaya yang dialami siswa sehari-hari dengan konsep
matematika yang telah diperolehnya. Konsep etnomatematik yang akan dilakukan
pada kain tenun ikat Ternate ini dapat menjadi sumber belajar sekaligus sebagai upaya
untuk melestarikan budaya Ternate, dimana budaya tersebut memiliki kaitan langsung
dengan matematika.
Menurut Nor Maizan Abdul Aziz, Rokiah Embong, Zubaidah Abd Wahab & Hamidah
Maidinsah (2012), (dalam Sabilirrosyad) dimungkinkan untuk dilakukannya studi
ethnomathematics pada aktivitas bertenun. Aktivitas bertenun, dibalik pengetahuan budaya yang
melingkupinya, dipandang memiliki karakteristik-karakteristik matematika. Pengungkapannya
melalui ethnomathematics diyakini akan menunjukkan adanya keterhubungan antara matematika
dengan budaya, juga sebaliknya. Keterhubungannya terlihat dari aktivitas matematika yang
dilakukan oleh para penenun. Aktivitas matematika ini muncul secara alami, melalui
pengetahuan dan pandangan masyarakat Ternate sendiri tanpa melalui pendidikan atau pelatihan
formal.
Dengan kata lain, secara tidak sadar kelompok masyarakat (Ternate) yang tidak
mengenyam pendidikan mampu menggunakan konsep-konsep matematika dalam mendesain dan
menghasilkan suatu karya seni. Sehingga dapatlah dikaji penggunaan konsep matematika dalam
menghasilkan tenun dan hal ini sejalan dengan pendapat Marcia Ascher and Robert Ascher
(1997) bahwa “Ethnomathematics is the study of mathematical ideas of nonliterate peoples”
(Powell & Frankenstein, 1997: 25).
Beberapa penelitian sebelumnya sudah membuktikan bahwa matematika dalam budaya
dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam pembelajaran matematika. Seperti yang
ditunjukkan oleh Melkior Wewe dan Hildegardis Kau (2019) dalam penelitian dengan judul
“Etnomatematika Bajawa: Kajian Simbol Budaya Bajawa dalam Pembelajaran Matematika”
mendapatkan hasil bahwa symbol budaya Bajawa berupa rumah adat (Sa,o, Meze), Bhaga dan
Ngadhu sangat erat kaitannya dengan materi geometri pada pembelajaran matematika.
Selanjutnya 2018). Alfonsa M. Abi (2016) juga telah melakukan penelitian dengan judul
“Integrasi Etnomatematika dalam Kurikulum Matematika Sekolah” menunjukkan hasil bahwa
konsep matematika telah dimiliki dan dihidupi masyarakat sejak lama. Hal ini terealisasi dari
bentuk etnomatematika suku Amanuban yang memuat banyak konsep-konsep matematika
terutama dalam bidang geometri dan aljabar. Wara Sabon Dominikus yang juga telah
melakukan penelitian dengan judul “Etnomatematika Adonara” memperoleh hasil bahwa
etnomatematika Adonara mempunyai kaitan dengan matematika sekolah yakni bilangan dan
basis bilangan, penamaan waktu, menghitung, mengukur, membandingkan, mengurutkan,
menjelaskan, bentuk geometri, pola bilangan, bilangan polidromik serta mengevaluasi dan
memutuskan.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik mengungkapkan konsep matematika apa saja
yang ada dalam motif kain tenun ikat ternate yang akan menjadi topik dalam penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul:
Eksplorasi Etnomatematika Kain Tenun Ikat ternate dan Penerapannya Pada Pembelajaran
Matematika.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja aspek-aspek matematika yang ditemukan dalam kain tenun Ikat Ternate?
Menurut Prabwati (2016, hal. 25) dalam jurnalnya bahwa beragam kajian mengenai ethno
telah dikenal seperti ethnomusicology, ethnobotany, ethnopsychology. Ethnoscinece dimaknai
sebagai kajian scientific berkaitan dengan fenomena-fenomena teknologi yang berkaitan langsung
dengan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Ethnolanguage dimaknai sebagai kajian
bahasa dalam hubungan dengan keseluruhan budaya dan kehidupan sosial, sehingga dengan
analogi yang sama ethnomathematics dimaknai sebagai kajian matematika (ide matematika) dalam
hubungan keseluruhan budaya dan kehidupan sosial.
Ubiratan D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil dalam Prabawati (2016, hal. 27)
menyatakan bahwa secara istilah etnomatematika diartikan sebagai: The mathematics which is
practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe societies, labour groups
chlidern of certain age brackets and professional classes. Artinya: metematika yang dipraktekkan
di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh,
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas professional.
Ascher dalam Tandililing (2015, hal. 40) mendefinisikan etnomatematika sebagai suatu
studi tentang ide-ide matematika dalam masyarakat literasi. Artinya, Secara tidak sadar karya seni
yang dibuat oleh kelompok masyarakat atau suku-suku tertentu yang tidak mengenyam pendidikan
formal mengandung konsep-konsep matematika. Pernyataan-pernyataan yang sudah diungkapkan
maka etnomatematikan dapat diartikan sebagai matematika yang dipraktikan oleh kelompok
budaya yang berada di lingkungan masyarakat semua kalangan.
Etnomatematika dalam dunia pendidikan juga dapat dianggap sebagai sebuah program
yang bertujuan untuk mempelajari siswa memahami, mengartikulasikan, mengolah dan akhirnya
menggunakan ide-ide matematika, konsep dan praktek-praktek yang dapat memecahkan masalah
yang berkaitan dengan aktivitas kebudayaan sehari-hari dalam masyarakat pendidikan. Seperti
dalam penelitian yang dilakukan oleh Theresia Laurens (2016, hal. 10) bahwa setalah siswa
belajar pada proses pembelajaran dengan berbasis etnomatematika dapat meningkatkan hasil
belajar dan sebelum pembelajaran berbasis etnomatematika rerata hasil belajar siswa berada pada
katagori rendah. Pernyataan Theresia Laurens tersebut sama halnya dengan pernyataan Euis
Fajriyah (2018, hal. 116) bahwa hadirnya etnomatematika dalam pembelajaran matematika
memberikan nuansa baru bahwa belajar matematika tidak hanya didalam kelas tetapi juga bisa
diluar kelas dengan mengunjungi atau berinteraksi dengan kebudayaan setempat dapat digunakan
sebagai media pembelajaran matematika. Sementara itu, dilihat dari sisi pendeketan pembelajaran,
maka etnomatematika selaras dengan pendekatan pembelajaran matematika yang cocok jika
diterapkan dalam kurikulum 2013.
Seni dalam menenun berkaitan erat dengan budaya, kepercayaan, dan lingkungan alam
yang diberi rasa. Kain tenun merupakan kebudayaan Indonesia selain batik yang sudah
mendapatkan pengakuan UNESCO pada tahun 2009 sebagai salah satu arisan budaya bangsa
Indonesia. Indonesia memiliki beberapa pulau yang memiliki kebudayaan menenun yaitu pulau
Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Nusa Tenggara dengan corak yang berbeda-beda sesuai
dengan kebudayaan yang dilakukan setiap daerah perdalaman tersebut. Kultur sosial dalam
masyarakat beragam, maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan. Oleh
sebab itu, seni tenun dalam masyarakat selalu memiliki ciri khas, dan merupakan bagian dari
representasi budaya masyarakat tersebut.
Menurut Wiyoso Yudoseputro dalam Mardiyanti (2016, hal. 20) lebih lanjut mengatakan:
Tenun adalah cara pembuatan kain dan pada prinsipnya kain tenun terjadi karena adanya
persilangan antara dua benang yang terjalin saling tegak lurus satu sama yang lain. Benang-benang
tersebut terbagi dalam dua arah, yaitu vertikal dan horizontal. Benang yang arahnya vertikal atau
mengikuti panjang kain dinamakan benang lungsi, sedangkan benang yang arahnya horizontal atau
mengikuti lebar kain tersebut benang pakan yang dalam prateknya benang lungsi disusun secara
sejajar atau pararel dan dipasang di atas alat tenun, sedangkan pakan adalah benang yang bergerak
kekanan dan kekiri dimasukkan kesela-sela benang lungsi dan dipasang pada teropong dalam
bentuk gulungan di atas palet.
Kain tenun merupakan kerajinan yang dilakukan oleh masyarakat berupa bahan kain yang
dibuat dari benang serat, kapas, sutera diselembaran kain dengan proses persilangan benang-
benang memanjang (lungsi) dan melebar (pakan) berdasar suatu pola tertentu dengan bantuan alat
tenun. Benang memanjang merupakan benang yang hanya memiliki satu warna sebagai warna
breakground dan benang yang melintang merupakan benang yang memiliki berbagai warna
sebagai warna yang membentuk motif.
Sejenis kain tua yang sudah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu kala, adalah kain
tenun ikat. Hampir di setiap wilayah Indonesia memiliki kain tenunnya sendiri. Mulai dari wilayah
Indonesia Barat hingga Timur memiliki ciri khas tersendiri pada kain tenunnya. Kain tenun
biasanya memiliki harga yang tidak murah, namun sangat wajar karena proses pengerjaan yang
rumit dan memakan waktu berhari-hari. Salah satu kain tenun yang unik dan memiliki karakter
kuat adalah kain tenun asli Ternate.
Pada dasarnya, kain tenun Ternate tidak berbeda dari kain tenun lain di Indonesia. Mulai
dari benang yang menjadi bahan dasar, peralatan hingga teknik pembuatan pun sama dengan kain
tenun dari daerah lain.Sebenarnya, kerajinan tenun ikat bukanlah kerajinan asli dari budaya
Ternate Maluku. Sejarah kain tenun Maluku di Ternate di awali oleh para perantau dari pulau
Sulawesi yang dulunya banyak menyasar wilayah Maluku dan Maluku Utara. Mereka yang
membawa ketrampilan membuat tenun ikat ke daerah ini.
Para perantau dari Sulawesi ini yang mengajarkan orang asli Ternate untuk menenun.
Masyarakat setempat pun mengembangkan teknik pembuatan kain tenun tradisional ini terutama
dalam motif atau corak khas. Pengrajin tenun di Ternate mulai memasukkan unsur-unsur lokal
yang original, dan akhirnya menemukan motif khas Ternate Maluku Utara. Motif kain tenun
Ternate banyak menceritakan tentang latar belakang kehidupan masyarakatnya yang sangat dekat
dengan laut. Tak heran, kamu akan menemukan motif kerang, burung laut, ikan, atau siput pada
selembar kain khas Maluku Utara. Motif pada kain khas Maluku tersebut yang kemudian
diturunkan turun temurun kepada anak dan cucu, sehingga orang Ternate sudah mengakui sendiri
bahwa motif pada kain tradisional tersebut adalah hasil karya khas daerah Ternate.
Tenun Ikat dari Pulau Ternate memang memiliki corak-corak dan warnanya yang beraneka
ragam dan motif yang berbeda dengan yang ada di pulau-pulau yang lain. Karena dekat dengan
laut, motif kain tenun dibentuk mirip biota laut seperti kepiting, cumi-cumi, teripang, ikan, dan
kura-kura. Ada beberapa kain tenun yang memiliki motif gajah. Motif gajah ini dikenal yang
paling unik karena binatang besar itu sebenarnya tidak pernah ada di wilayah tempat tinggal
mereka. Namun, para penenun sudah membuat motif gajah ini secara turun-temurun yang mereka
tidak dapat menjelaskan kapan tepatnya motif ini mulai dibuat di Pulau Ternate. Namun seiring
waktu motif yang digunakan sekarang sudah beragam tidak terfokus pada motif yang dulu.
Sekarang banyak motif yang menggunakan motif bangun datar.
Kain Tenun Ternate memang jarang kita dengar dan kurang populer di dunia busana
Indonesia. Namun demikian, kain ini adalah sesuatu yang langka dan sudah ada cukup lama di
Ternate. Satu daerah di Ternate yang bernama Koloncucu adalah pusat pembuatannya dan
kerajinan kain ini telah diturunkan secara turun-temurun di tempat ini. Banyak pengrajin kain
tenun Ternate yang berasal dari tempat ini, dan biasanya menenun tidak hanya mereka jadikan
sumber pemasukan uang tetapi sebuah hobi yang akan mengisi setiap waktu luang mereka.Untuk
membuat satu kain tenun, biasanya sang pengrajin harus memakan waktu sekitar 1 minggu.
Namun demikian, dapat menjadi 1 bulan bila motif kain yang dibuat cukup rumit.
Menurut Garnadi (2012, hal. 3) menyatakan bahwa grup kristalografi adalah poligon-
poligon yang kongruen dengan sisi-sisinya tidak saling overlap (tumpah tindih) ketika ditata.
Suatu bidang yang luas dapat diisi dengan poligon-poligon yang kongruen sehingga seluruh luas
pada bidang terisi dan tidak ada yang berlubang dengan melakukan perputaran (rotasi),
pecerminan (refleksi), pegeseran (translasi) terhadap poligon-poligon tersebut.
1. Translasi
Translasi merupakan satu bentuk transformasi berupa perpindahan suatu objek dengan
cara memindahkan objek dengan jarak yang sama dan arah yang sama sesuai bentuk aslinya dalam
Mufida (2015, hal. 38). Geonawan (2014, hal. 64) bahwa translasi adalah perpindahan tempat pada
semua himpunan titik suatu ojek dengan jarak dan arah yang sama. Myta dan Isnaini (2017, hal.
80) menyakan translasi adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang
dengan jarak dan arah yang tetap. Jadi translasi merupakan perpindahan suatu objek seperti titik,
garis dan bidang datar dengan jarak dan arah yang sama dengan menggunakan sistem koordinat.
Berikut ini bentuknya:
Gambar II.1
Translasi
2. Refleksi
Menurut Irma (2016, hal. 13) menytakan bahwa refleksi atau pencerminan adalah bentuk
transformasi geometri yang memindahkan objek menjadi bayangan seperti di depan cermin.
Baichaqi (2015, hal. 13) menyatakan bahwa releksi merupakan memindahkan suatu objek kearah
tertentu menjadi suatu bayangan. Kurniasih dan Isnaini (2017, hal. 63) berpendapat bahwa refleksi
(pencerminan) adalah bagian lain dari transformasi yang memindahkan suatu titik pada bangun
geometri dengan menggunakan sifat benda dan bayangan pada cermin datar.:
Gambar II.2
Refleksi
Arah tertentu yang dimaksud yaitu sumbu pada garis kartesisus. Posisi objek asli dan
banyangannya bisa dilihat dengan garis kartesius. Garis kartesisus termuat garis x dan garis y.
Garis x merupakan garis horizontal dan garis y merupakan garis vertikal. Berikut ini sumbu yang
digunakan pada saat refleksi:
Gambar II.3
Refleksi Terhadap Sumbu x
Gambar II.4
Refleksi Terhadap Sumbu y
Gambar II.6
Refleksi Terhadap Garis y = -x
Gambar II.7
Refleksi Terhadap Titik Asal
Gambar II.9
Refleksi Terhadap Garis y = k
h. Rotasi
Rotasi merupakan salah satu trnasformasi yang memindahkan suatu objek dengan cara
memutar dan objek yang dirotasi akan membentuk banyangan objek yang sama dengan bentuk
yang memutar sesuai dengan besaran sudut putarannya mulai dari sudut 0 ° sampai 360 °.
Gambar II.10
Bentuk Rotasi
Gambar II.11
Poligon Pengisian Bidang
Menurut Schattschneider (1978, hal. 442) dalam hal ini terdapat 17 grup kristalografi
dengan poligon-poligon kecilnya disebut sebagai kisi satuan. Suatu kisi jika setiap pola yang
berulang memiliki gabungan dari titik-titik sehingga membentuk vektor. Vektor yang membentuk
sebuah sisi dari suatu kisi dihasilkan dari pergeseran suatu pola. Tidak hanya pergeseran saja
sebuah pola berulang juga menggunakan grup isometri bidang seperti perputaran, pencerminan
yang memetakan suatu pola atas dirinya sendiri. Grup simetri dari sebuah pola berulang juga
memetakan suatu gabungan kisi atas dirinya sendiri.
Gambar II.12
Kisi Satuan Saling Berhubungan
17 tipe grup kristalografi memiliki bentuk berbeda-beda yang terdapat pada Error:
Reference source not found berikut ini:
Gambar II.13
Grup Kristalografi 2 Dimensi
Beberapa pengelompokan sesuai Error: Reference source not found tersebut memiliki
beberapa notasi, antara lain:
Gambar II.14
Alogaritma Penentuan Kisi Satuan
Tabel kisi satuan
Tabel II.1
Kisi Satuan
Keterangan:
jjg : jajar genjang
ppj : persegi panjang
bkt : belah ketupat
bsk : bujur sangkar
hks : heksagonal
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan tujuan
untuk mengeksplorasi etnomatematika motif kain tenun ikat Ternate, serta mengetahui aspek-
aspek matematika yang terdapat pada kain tenun ikat Ternate sehingga dapat digunakan
kondisi tersebut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui hubungan atau kaitan proses
pembuatan kain tenun ikat Ternate dan matematika dari segi budaya dan dari segi
Penelitian ini dilaksanakan pada di rumah kerajinan tenun ibu Hj.Sehat, yang
lokasinya berada tepat di kelurahan Kolongcucu kecamatan ternate Utara kota Ternate .
C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini orang-orang yang dianggap bisa menjawab rumusan masalah yang
akan diteliti, seperti penenenun, guru matematika, dan masyarakat setempat di Kota Ternate.
D. OBYEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah tradisi menenun di kalangan masyarakat Kota
Ternate, Provinsi Maluku, dan aspek-aspek matematis yang terdapat dalam tradisi menenun
Menurut Lovland dalam Lexi (1988) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan dokumen dan lain-lain. Sumber
data dalam penelitian ini adalah hasil dari studi lapangan yang berupa hasil Wawancara,
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang
diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan observasi dengan tujuan untuk
dengan para pengrajin tenun. Sebelum kegiatan wawancara dilaksanakan, terlebih dahulu
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada subjek yang telah ditunjuk dan
mengatur jadwal penelitian, agar akan tiba waktunya, peneliti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kemudian subjek menjawab dan menjelaskan secara detail kepada peneliti
sesuai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Tujuan dari pertanyaan yang diajukan untuk
menggali berbagai informasi agar semua data yang diharapkan dapat diperoleh secara
lengkap.
Selain itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi
dilakukan dengan dua cara yaitu berupa foto-foto dan rekaman. Kegiatan dokumentasi
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga
mudah diolah. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci dan dibantu dengan
Pedoman observasi yang digunakan berisi janis-jenis motif yang digunakan pada
kain tenun ikat Tanimbar. Selain itu, kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan
kamera untuk mendokumentasikan setiap jenis motif yang didapatkan dalam kegiatan
tersebut.
2. Pedoman Wawancara
wawancara dalam bentuk daftar pertanyaan yang diberikan kepada informan seputar
sejarah, motif, makna, dan motif yang sering digunakan dalam kain tenun ikat Ternate.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto yang peneliti dapatkan saat
Pemeriksaan keabsahan data sangatlah perlu dilakukan agar data yang dihasilkan
dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. pemeriksaan keabsahan data
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data
penelitian. Dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini melalui
triangulasi data dengan dua pendekatan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode:
1. Triangulasi sumber data yaitu peneliti berupaya untuk membandingkan data yang
2. Triangulasi metode yaitu upaya untuk mengecek keabsahan data sesuai dengan
metode yang absah. Disamping itu pengecekan data dilakukan secara berulang-ulang
menjawab rumusan masalah berdasarkan pada teknik analisis data kualitatif menurut
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini mengacu pada Miles dan Huberman
(Emzir 2010), dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini, yaitu pengumpulan data
(data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
1. Pengumpulan data: pada tahap ini, peneliti akan melakukan proses pengumpulan
data dari hasil wawancara, dan berbagai dokumentasi berdasarkan kategori yang
2. Reduksi data: reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang penelitian
belum diakhiri. Produk dari reduksi data adalah berupa ringkasan dari catatan
untuk menajamkan, mengarahkan serta membuang data yang tidak perluh agar
Sajian data berupa narasi kalimat, gambar/skema, jaringan kerja dan tabel sebagai
narasinya.
konfigurasi yang utuh dan juga perluh diverifikasi selama proses penelitian
pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
catatan lapangan. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses
pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
Secara skematis proses analisis data menggunakan model analisis data interaktif
Subyek ini merupakan perwakilan dari masyarakat, yaitu: satu orang penenun
Pada umumnya motif kain tenun, baik itu motif klasik maupun motif
modern tidak terlaluberbeda jauh hampir semuanya sama. Motif yang berada
pada kain tenun adalah motif yang diambil dari motif alam seperti, motif
binatang dan tumbuhan atau motif flora dan fauna, juga motif manusia. Ada
juga motif yang melambangkan keperkasaan manusia seperti motif anak
ceritera mengenai waktu lampau perang antar desa dan orang yang pergi
berkepala.
Ada juga motif atau ragam hias geometris dalam bentuk tumpal,
terdapat pada seni kerajinan menenun kain.Selain dari ragam hian geometris
terdapat pula ragam hias kunci/kait, meander, pilin ganda danlain-lain. Untuk
ragam hias bercorak manusia, flora dan fauna berfungsi sebagai pemujaan
Ada sedikit perbedaan antara motif klasik atau motif lampau dan
motif modern yaitu; pada motif klasik terdapat banyak motif pada satu kain
yaitu ada motif binatang, tumbuhan dan manusia, motif klasik kelihatan lebih
banyak motifnya dari pada motif modern. Kalau motif modern hanya terdapat
sedikit motif yaitu pada sebuah kain hanya ada satu atau dua motif yaitu
seperti hanya ada motif binatang saja dan hanya ada motif tumbuhan saja atau
hanya motif manusi saja atau hanya ada motif satu jenis binatang dan satu
jenis tumbuhan yaitu seperti motif binatang ulat/cacing dan motif bunga, dan
pada motif modern pada satu kain tidak terlalu banyak motif. Untuk motif
Tenun Tanimbar yang dilaksanakan oleh satu atau lebih subjek pelaksana.
yang terkandung dari setiap alat dan motif berdasarkan pada 6 aktivitas dasar
matematisn menurut Alan J. Bishop (1988), lalu akan ditentukan pula materi
benang .membentuk
direntangkan
membentuk persegi
panjang.
Bentuk :Persegi
Panjang
yang permukaannya
licin, berfungsi
sebagai pengatur
susunan anyaman
Rumus :
benang yang akan
Volume tabung = πr 2t
ditenun.
Luas permukaan tabung
Bentuk : Tabung = 2 πr (t +r )
tanpa tutup
Dan juga
adanya refleksi
dari motif satu
ke motif
lainnya.
2 Bundala Bangun Selain bangun Segitiga sama
datar datar juga kaki
geometri dijumpai gari-
dimesi dua garis yang
dipadukan
motif garis-
garis sejajar.
7 Bangun Pada motif ini Belah ketupat
datar penenun
geometri membentuk
dimesi dua motif yang
dan dasarnya
Kedudukan diambil dari Garis sejajar
garis bangun datar
belah ketupat
dengan
dipadukan
motif garis-
garis sejajar.
pada kain tenun Ikat Ternate dan Alat tenun kain Ternate yaitu:
1. Bangun Datar
Ternate maupun pada alat tenunnya . Hampir semua motif dan alat
terdapat pola bangun datar .Salah satu contoh penerapan konsep ini,
dapat diaplikasikan menjadi permasalahan yang kontekstual.
2. Refleksi/ Pencerminan
3. Garis
Hampir semua motif terdapat pola garis. Salah satu contoh penerapan
pembuatan kain tenun Ternate. Oleh karena itu, eksplorasi lebih lanjut
4. Bangun Ruang.
tenun Ikat Ternate maupun pada alat tenunnya . Hampir semua motif
dan alat terdapat pola bangun datar .Salah satu contoh penerapan
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini yaitu hasil penelitian yang diperoleh
SMP. Hasil penelitian tersebut masih perlu dianalisis lebih lanjut untuk dapat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran dari peneliti sendiri terhadap hasil penelitian ini
adalah sebaiknya penelitian ini dilanjutkan agar dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika di Sekolah. Pembelajaran
berbasis budaya juga perlu dikembangkan di Indonesia khususnya
di Ternate, agar pembelajaran matematika dapat dikembangkan
menjadi pembelajaran matematika yang lebih bermakna. Pada
pembuatan kain Tenun ikat Ternate, peneliti banyak menemukan
aktivitas matematika, namun penelitian yang lebih mendalam
mengenai pembuatan kain tenun ikat Ternate masih sangat
dimungkinkan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/pesona-khas-tenun-ternate/
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/mengenal-peralatan-tenun-
gedogan-dermayon/