TEORI HIMPUNAN
Penulis :
Darwanto
Karsoni Berta Dinata
Junaidi
Penyunting
Purna Bayu Nugroho
Diterbitkan oleh
Universitas Muhammadiyah Kotabumi
Jalan Hasan Kepalaratu, Nomor 1052, Sindangsari, Kotabumi,
Lampung Utara, Lampung
Kotak Pos 156; Telepon (0724) 22287; laman: www.umko.ac.id
Pos-el: humas@umko.ac.id
ISBN 978-623-94801-2-7
i
TEORI HIMPUNAN | Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala anugerah dan rahmat-Nya,
sehingga buku yang berjudul “Teori Himpunan” ini dapat terselesaikan
dengan baik. Buku ini disusun sebagai referensi dan juga dapat menjadi
bahan ajar pada mata kuliah Himpunan atau sejenisnya di Perguruan
Tinggi. Selain itu, buku ini akan memberikan bekal kepada pembaca dalam
menjustifikasi terhadap pembuktian beberapa sifat atau teorema di dalam
mata kuliah yang lain, khususnya yang terkait himpunan.
Penulis,
ii
TEORI HIMPUNAN | Daftar Isi
DAFTAR ISI
TEORI HIMPUNAN....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
1. Himpunan ............................................................................................... 1
A. Pendahuluan ....................................................................................................... 1
B. Sejarah Singkat Teori Himpunan ............................................................... 8
C. Definisi Himpunan ............................................................................................ 3
D. Representasi/Penyajian Himpunan ........................................................... 4
E. Kardinalitas Himpunan .................................................................................11
F. Himpunan Kosong..........................................................................................12
G. Himpunan Bagian ...........................................................................................14
H. Kesamaan Himpunan ....................................................................................19
I. Ekivalensi Himpunan ....................................................................................21
J. Himpunan Saling Lepas ...............................................................................22
K. Himpunan Kuasa .............................................................................................23
L. Operasi pada Himpunan ..............................................................................23
M. Perampatan Operasi Himpunan ...............................................................30
N. Hukum Aljabar Himpunan ...........................................................................31
O. Prinsip Dualitas Himpunan .........................................................................33
P. Prinsip Inklusif - Eksklusif Himpunan....................................................35
Q. Partisi Himpunan ............................................................................................37
R. Pembuktian Proposisi Himpunan ............................................................38
S. Himpunan Ganda ............................................................................................44
T. Ragam Permasalahan Himpunan.............................................................46
2. RELASI .................................................................................................. 49
A. Pendahuluan .....................................................................................................49
B. Definisi Relasi ..................................................................................................50
C. Representasi/Penyajian Relasi .................................................................55
iii
TEORI HIMPUNAN | Daftar Isi
iv
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
1. Himpunan
A. Pendahuluan
Teori himpunan merupakan teori yang paling dasar bagi cabang ilmu
matematika. Oleh karena itu, teori mengenai himpunan kembali dipelajari di
awal perkuliahan oleh mahasiswa yang menempuh kuliah bidang
matematika. Hal ini sebagai dasar dan juga untuk menyegarkan
pengetahuan dan ingatan kita tentang himpunan yang telah dipelajari di
SLTA maupun di SLTP dan bahkan di Pendidikan Dasar.
1
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Pada 1873 diusia 28, Cantor telah mengumumkan dalam sebuah teorinya.
Selama sepuluh tahun ia menyebarkan teorinya terhadap tulisan tersebut.
Teori himpunan dan konsep angka tak terbatas telah mengguncang dunia
matematika. Tetapi Cantor tidak mendapat manfaat dari penemuannya.
Cantor mendapat tantangan besar dari para ahli matematika pada waktu
itu, terutama dari gurunya, yakni Kronecker. Teori himpunan merupakan
dasar dari matematika. Sekitar tahun 1867 dan 1871, Cantor menerbitkan
2
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
C. Definisi Himpunan
Istilah himpunan dalam matematika berasal dari kata “set” dalam bahasa
Inggris. Kata lain yang sering digunakan untuk menyatakan himpunan
antara lain kumpulan, kelas, gugus, dan kelompok. Secara sederhana, arti
dari himpunan adalah kumpulan objek-objek (riil atau abstrak).
3
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
D. Representasi/Penyajian Himpunan
Terdapat banyak cara dalam menyajikan himpunan. Pada buku ini akan
dikemukakan 4 cara menyajikan himpunan. Keempat cara tersebut adalah:
(1) mengenumerasi semua elemen-elemennya; (2) menggunakan simbol-
4
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
1. Enumerasi
Kita dapat menyajikan sebuah himpunan menggunakan enumerasi jika
himpunan tersebut merupakan himpunan terbatas dan tidak terlalu
besar. Penyajian himpunan menggunakan enumerasi artinya
menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan Siantar dua
buah tanda kurung kurawal. Pada umumnya satu himpunan diberi nama
dengan menggunakan huruf kapital atau dengan menggunakan simbol-
simbol lainnya.
Contoh 1.1
Himpunan A merupakan sebuah himpunan yang berisi tiga
kabupaten/kota terluas di Provinsi Lampung. Maka himpunan A
dapat disajikan A = { Lampung Timur, Way Kanan, Lampung
Tengah}. Rincian tiga kabupaten/kota terluas di Provinsi Lampung
tersebut adalah: Lampung Timur memiliki luas wilayah 5.325,03
KM2, Way Kanan memiliki luas wilayah 3.921,63 KM2, dan
Lampung Tengah memiliki luas wilayah 3.802,68 KM2 (Sumber:
https://www.jogloabang.com).
Contoh 1.2
Himpunan B memiliki empat anggota, yaitu 1, 2, 3, dan 4.
Himpunan B dapat ditulis B = {1, 2, 3, 4}.
5
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
6
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.3
Contoh-contoh himpunan lainnya:
𝑋 = {𝑎, {𝑎, 𝑏}, 𝑐}
𝑌 = {𝑎, {𝑎}, {{𝑏}}}
𝑍 = {{}}
Contoh 1.4
Himpunan alfabet ditulis sebagai {𝑎, 𝑏, 𝑐, … , 𝑦, 𝑧}. Himpunan 50
bilangan asli pertama dapat ditulis {1, 2, 3, … , 49, 50}.
Contoh 1.5
Himpunan bilang bulat positif ditulis {1, 2, 3, … }. Himpunan bilangan
bulat ditulis {… , −2, −1, 0, 1, 2, … }.
Satu objek dapat menjadi anggota atau bukan anggota dari satu
himpunan. Keanggotaan satu himpunan dilambangkan dengan “∈” yang
dapat dibaca dengan “anggota dari” atau “elemen dari”. 𝑥 ∈ 𝐴
7
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.6
Misalkan 𝐴 merupakan Himpunan kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Lampung. Maka:
Lampung Utara ∈ A
Metro ∈ A
Kotabumi ∉ A
Muara Enim ∉ A
Kaur ∉ A
Contoh 1.7
Bila 𝐴 = {1, 2, 3}, 𝐴 = {1, {1,2}, 3}, 𝐴 = {1, 2, 3} , 𝐴 = {{{1, 2, 3}}}.
Maka:
2∈𝐴
4∉𝐴
{1, 2} ∈ 𝐴
𝐴 ∈𝐴
𝐴 ∈𝐴
2∉𝐴
2. Simbol-simbol Baku
Dalam matematika terdapat beberapa simbol-simbol baku atau umum
digunakan dari sebuah himpunan bilangan. Himpunan bilangan tersebut
biasanya ditulis tebal dan kapital. Terdapat perbedaan istilah atau
simbol antara di Indonesia dengan Internasional. Hal tersebut
disebabkan karena penggunaan bahasa yang berbeda. Dalam buku ini
diberikan penggunaan simbol-simbol himpunan bilangan yang umum
digunakan di Indonesia, antara lain:
8
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
9
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.8
(i) 𝐴 adalah himpunan bilangan bulat positif yang kurang dari 6. 𝐴
dapat dinyatakan dengan:
𝐴 = {𝑥|𝑥 adalah himpunan bilangan bulat positif yang kurang dari 6}
Dalam notasi yang lebih ringkas dapat di sajikan:
𝐴 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝑃, 𝑥 < 6}
(ii) 𝐶 adalah himpunan bilangan genap positif yang kurang dari
atau sama dengan 8. 𝐶 dapat dinyatakan dengan:
𝐶 = {𝑥|𝑥 himpunan bilangan genap positif yang kurang dari atau sama dengan 8}
4. Diagram Venn
Metode penyajian himpunan selanjutnya adalah menggunakan diagram
Penn. Diagram venn menyajikan himpunan dalam bentuk grafis. Metode
ini dikenalkan oleh Matematikawan Inggris yang bernama John Venn.
John Venn mengenalkan metodenya pada tahun 1881. Di dalam
diagram venn, himpunan semesta (U) disajikan dalam bentuk segi
empat, sedangkan himpunan lainnya disajikan dengan bentuk lingkaran
di dalam bentuk segi empat tersebut. Anggota suatu himpunan berada
di dalam lingkaran. Ada kemungkinan dua himpunan atau lebih memiliki
anggota yang sama, sehingga gambar pada diagram venn saling
10
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.9
Misalkan 𝑈 = {1, 2, 3, … , 8}, 𝐴 = {1, 2, 3, 5}, 𝐵 = {2, 5, 6, 8}. Ketiga
himpunan tersebut dapat disajikan dalam diagram venn sebagai
berikut.
gambar berikut merupakan penyajian
himpunan menggunakan metode
diagram venn. Pada diagram venn
tesebut dapat dilihat bahwa 𝐴 dan 𝐵
memiliki anggota yang sama, yaitu 2
Gambar 1.2
dan 5, sehingga 𝐴 dan 𝐵 saling beririsan. Anggota 𝑈 yang lain yaitu
Diagram Venn untuk contoh 1.9
E.Kardinalitas Himpunan
Sebuah himpunan dikatakan himpunan berhingga (finite set), jika terdapat
𝑛 elemen berbeda (distinct). Dalam hal ini 𝑛 adalah bilangan blta tak
negatif. Begitu juga sebaliknya, sebuah himpunan dikatakan himpunan tak
berhingga (infinite set) jika memiliki elemen tak berhingga (∞).
11
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.10
(i) Pada contoh 1.9 disebutkan bahwa 𝑈 = {1, 2, 3, … , 8}, 𝐴 =
{1, 2, 3, 5}, 𝐵 = {2, 5, 6, 8}. Maka |𝑈| = 8, |𝐴| = 4, |𝐵| = 4.
𝑈, 𝐴, dan 𝐵 merupakan sebuah himpunan yang berhingga.
(ii) Lampung memiliki rumah adat yang dapat dijadikan ikon Budaya
Lampung. Pada umumnya, rumah adat Lampung terbagi menjadi 4
jenis, yaitu rumah Nowou Sesat, Nuwou Balak, Lamban Balak, dan
Lamban Pesagi. Misalkan L adalah himpunan rumah adat Lampung.
Maka |𝐿| = 4.
(Sumber: https://rimbakita.com/rumah-adat-lampung)
Himpunan tak berhingga memiliki kardinal tak hingga pula (∞). Sebagai
contoh, himpunan bilangan asli (N). Himpunan bilangan asli memiliki jumlah
anggota tak hingga, artinya kardinal dari himpunan bilangan asli adalah
|𝑵| = ∞. Contoh lainnya adalah himpunan titik (koordinat) disepanjang
garis 𝑦 = 𝑥 + 5. Garis 𝑦 = 𝑥 + 5 memiliki garis yang tanpa batas, artinya
koordinat yang menempati garis tersebut juga tak terbatas, sehingga
kardinat dari himpunan titik (koordinat) disepanjang garis 𝑦 = 𝑥 + 5 juga tak
terbatas (∞).
F. Himpunan Kosong
Menurut definisi dari himpunan, yaitu pada Definisi 1.1 bahwa himpunan
merupakan kumpulan objek-objek yang berbeda. Dari definisi ini terlihat
dan dapat dipahami bahwa Kata “himpunan” atau “kumpulan” dalam
kontekstualnya (dalam pengertian kehidupan sehari-hari) harus memiliki
12
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.11
(i) 𝐵 = {𝑥|8 < 𝑥 < 9, 𝑥 ∈ 𝒁}
𝐵 tidak memiliki anggota, karena bilangan bulat yang lebih dari 8
atau kurang dari 9 adalah tidak ada. Sehingga dapat dikatakan
bahwa 𝐵 = ∅ atau 𝑛(𝐵) = 0.
(ii) 𝐶 = {𝑥|𝑥 + 3 = 0, 𝑥 ∈ 𝑹}
Dalam contoh berikut, 𝐶 juga tidak memiliki anggota, karena
bilanga riil yang dijadikan sebagai himpunan penyelesaian dari
persamaan 𝑥 + 3 = 0 tidak ada. Dalam arti lain bahwa
persamaan 𝑥 + 3 = 0 tidak memiliki penyelesaian jika semesta
pembicaraannya adalah bilangan riil. Persamaan 𝑥 + 3 = 0
memiliki penyelesaian dalam bilangan imaginer. Sehingga 𝐶 = ∅
atau 𝑛(𝐶) = 0.
(iii) 𝐹 = {manusia yang pernah ke permukaan matahari}
13
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
G. Himpunan Bagian
Sebuah himpunan bisa saja merupakan bagian dari himpunan yang lain.
Seluruh anggota yang terdapat dalam suatu himpunan, bisa juga
merupakan anggota himpunan lain. Contoh kontekstualnya: Lampung Utara
dan Metro merupakan daerah dalam wilayah Lampung, Lampung Utara dan
14
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.12
15
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
16
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Teorema 1.1
Jika 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 adalah sebuah himpunan, berlaku hal-hal sebagai
berikut:
(a) 𝐴 merupakan himpunan bagian dari 𝐴 itu sendiri (𝐴 ⊆ 𝐴)
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari suatu
himpunan (∅ ⊆ 𝐵)
(c) Jika 𝐴 ⊆ 𝐵, 𝐵 ⊆ 𝐶, maka 𝐴 ⊆ 𝐶
Bukti:
(a) Pada teorema ini sangat jelas dan mudah menunjukannya,
bahwa setiap anggota di 𝐴 merupakan anggota di 𝐴 juga.
Melalui kaidah dari definisi himpunan bagian:
𝐴 ⊆ 𝐴 ↔ ∀ 𝑥 ∈ 𝐴 ⇒ 𝑥 ∈ 𝐴, sehingga 𝑥 ∈ 𝐴 itu sendiri.
(b) Teorema ini juga dapat dibuktikan melalui kaidah dari definisi
himpunan bagian:
∅ ⊆ 𝐵 ↔ ∀ 𝑥 ∈ ∅ ⇒ 𝑥 ∈ 𝐵, melalui “implikasi” kita akan
menunjukan bahwa ∅ ⊆ 𝐵 bernilai “benar”. Syarat tersebut
dapat dipenuhi jika 𝑥 ∈ ∅ ⇒ 𝑥 ∈ 𝐵 juga bernilai “benar”. Untuk
𝑥 ∈ 𝐵 jelas ini akan bernilai “benar”. akan tetapi 𝑥 ∈ ∅ ini
bernilai “salah” karena himpunan kosong tidak memiliki
anggota, sehingga 𝑥 ∉ ∅ atau bernilai “salah”.
sehingga berdasarkan pendekatan implikasi dapat ditunjukan
tabel kebenaran sebagai berikut:
∅⊆𝐵 𝑥∈∅ 𝑥∈𝐵 ∀𝑥 ∈∅⇒𝑥 ∈𝐵
Benar Salah Benar Benar
17
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.13
(i) Tunjukan bahwa 𝐸 = {1, 2, 3} merupakan himpunan bagian
sebenarnya (proper set) dari 𝐹 = {1, 2, 3, 4, 5}.
Penyelesaian:
Untuk menunjukan bahwa 𝐸 adalah proper set dari 𝐹 (𝐸 ⊆ 𝐹)
maka kita harus menunjukan bahwa kita perlu memperlihatkan
bahwa setiap elemen dari 𝐸 merupakan elemen pada 𝐹, dan
sekurang-kurangnya ada satu elemen pada 𝐹 bukan merupakan
elemen di 𝐸.
Dapat dilihat bahwa setiap elemen pada 𝐸 merupakan elemen
pada 𝐹 sehingga 𝐸 ⊆ 𝐹. Sebaliknya (4, 5) ∈ 𝐹 tetapi (4, 5) ∉ 𝐸,
18
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
H. Kesamaan Himpunan
Dalam teori himpunan, ada kemungkinan bahwa dua buah himpunan
memiliki anggota (elemen) yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kedua himpunan tersebut adalah sama, meskipun urutan keanggotaannya
dari kedua himpunan tersebut berbeda. Kita akan mendefinisakan
kesamaan dua buah himpunan dalam definisi 1.5 sebagai berikut.
Contoh 1.14
(i) Misalkan 𝐴 = {1, 2, … , 100}, 𝐵 = {𝑥|𝑥 ≤ 100, 𝑥 ∈ 𝐍}. Maka 𝐴 = 𝐵
19
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Gambar 1.4
Diagram Venn untuk 𝐴 ⊂ 𝐵 dan 𝐴 = 𝐵
20
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
I. Ekivalensi Himpunan
Dalam teori himpunan, dua buah himpunan bisa saja ekivalen. Dikatakan
dua himpunan ekivalen jika jumlah anggota dari dua himpunan tersebut
sama. Kita akan mendefinisakan ekivalensi (dua atau buah himpunan yang
ekivalen) dalam definisi 1.6 sebagai berikut.
Contoh 1.15
(i) Jika 𝑀 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒} dan 𝑁 = {2, 5, 6, 8, 10}, maka 𝐴 ∼ 𝐵 sebab |𝐴| = |𝐵|
(ii) Jika 𝐾 = {1, 2} dan 𝐿 = Klasifikasi bahasa Lampung
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek
(dialek) yaitu dialek Api (A) da dialek Nyo (O). Dialek A (api) yang
dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih
Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui,
Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta
Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun).
subdialek (dialek) O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan
Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa 𝐾 ∼ 𝐿. Sumber:
(https://www.wikiwand.com/id/Suku_Lampung).
21
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.16
(i) Jika 𝐴 = {𝑥|𝑥 ≤ 10, 𝑥 ∈ 𝐏} dan 𝐵 = {𝑥|𝑥 > 10, 𝑥 ∈ 𝐏}, maka 𝐴 ∕∕ 𝐵
(ii) Berdasarkan contoh 1.5 (ii), dapat disimpulkan bahwa 𝐾 ∕∕ 𝐿. Hal
ini dikarenakan elemen pada 𝐾 berbeda semuanya dengan
elemen pada 𝐿, sehingga 𝐾 dan 𝐿 merupakan dua himpuanan
yang saling lepas.
Gambar 1.5
Diagram Venn untuk 𝐴 ∕∕ 𝐵
22
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
K. Himpunan Kuasa
Definisi 1.8 Himpunan kuasa (power set) dari himpunan 𝐴 adalah suatu
himpunan yang elemennya merupakan sumua himpunan
bagian dari 𝐴, termasuk himpunan kosong dan himpunan 𝐴
itu sendiri.
Contoh 1.16
Jika 𝐴 = {1, 2, 3}, maka ℘(𝐴) = {∅, {1}, {2}, {3}, {1,2}, {1,3}, {2,3}, {1, 2, 3}}
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah ℘(∅) = {∅}, dan himpunan
kuasa dari himpunan {∅} adalah ℘({∅}) = {∅, {∅}}.
23
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Jika dua himpunan saling lepas, maka irisan dari kedua himpunan
adalah himpunan kosong. Karena tidak ada anggota yang sama yang
terdapat dari kedua himpunan tersebut. Diagram venn untuk 𝐴 ∩ 𝐵
0064
Gambar 1.6
Diagram Venn untuk 𝐴 ∩ 𝐵
Contoh 1.17
(i) Jika 𝐴 = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan 𝐵 = {4, 5, 6, 7, 8, 9},
maka 𝐴 ∩ 𝐵 = {4, 5, 6}
(ii) Jika 𝐴 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 + 𝑦 = 7, 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐑} dan
𝐵 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 − 𝑦 = 3, 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐑}, maka 𝐴 ∩ 𝐵 = {(5,2)} yang
merupakan titik potong dari garis 𝑥 + 𝑦 = 7 dan 𝑥 − 𝑦 = 3
2. Gabungan (Union)
24
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Gambar 1.7
Diagram Venn untuk 𝐴 ∪ 𝐵
Contoh 1.18
(i) Jika 𝐴 = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan 𝐵 = {4, 5, 6, 7, 8, 9},
maka 𝐴 ∪ 𝐵 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
(ii) 𝐴∪∅=𝐴
3. Komplemen (Complement)
Gambar 1.8
Diagram Venn untuk 𝐴′
25
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.19
(i) Jika 𝑈 = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan 𝐵 = {4, 5, 6, 7, 8, 9},
maka 𝐴′ = {1, 2, 3, 7, 8, 9}
maka 𝐶′ = {2, 4, 6}
4. Selisih (Difference)
Gambar 1.9
Diagram Venn untuk 𝐴 − 𝐵 (daerah Hasil yang diarsir/abu-abu)
26
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.20
(i) Jika 𝐴 = {1, 2, 3, … , 10} dan 𝐵 = {2, 4, 6, 8, 10}.
Maka 𝐴 − 𝐵 = {1, 3, 5, 7, 9}, tetapi 𝐵 − 𝐴 = ∅
(ii) {7, 9, 11} − {7, 9 ,10} = {11}, tetapi {7, 9, 10} − {7, 9, 11} =
{10}
Dari contoh yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa selisih dua buah
himpunan yang keduanya bukan himpunan kosong bersifat tidak
komutatif, artinya 𝐴 − 𝐵 ≠ 𝐵 − 𝐴. Bukti tentang ini akan dibahas dalam
bahasan proposisi himpunan.
27
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Gambar 1.10
Diagram Venn untuk 𝐴 ⨁ 𝐵 (daerah hasil yang diarsir/warna abu-abu)
Contoh 1.21
(i) Jika 𝐴 = {1, 2, 3, … , 7} dan 𝐵 = {2, 4, 6, 8, 10}.
Maka 𝐴 ⨁ 𝐵 = {1, 3, 5, 7, 8, 10} dan 𝐵 ⨁𝐴 =
{1, 3, 5, 7, 8, 10}
(ii) {7, 9, 11} ⨁ {7, 9 ,10} = {10, 11} dan
{7, 9, 10} ⨁{7, 9, 11} = {10, 11}
Teorema 1.2
Dalam Beda setangkup, maka akan terpenuhi hukum-hukum sebagai
berikut:
(a) 𝐴 ⨁𝐵 = 𝐵⨁𝐴 (hukum komutatif)
(b) (𝐴 ⨁ 𝐵) ⨁ 𝐶 = 𝐴 ⨁ (𝐵 ⨁ 𝐶) (hukum asosiatif)
28
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.22
(i) Jika 𝐴 = {1, 2, 3} dan 𝐵 = {2, 4, }.
Maka 𝐴 × 𝐵 = {(1,2), (1,4), (2,2), (2,4), (3,2), (3,4)}
(ii) Misal 𝐷 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐑} dan 𝐸 = {𝑦|𝑦 ∈ 𝐑}, maka 𝐷 × 𝐸
adalah himpunan semua titik pada bidang datar. Artinya
semua pasangan berurutan (titik-titik) pada bidang datar.
Dari definisi dan contoh soal yang telah diberikan, dapat ditulis
beberapa catatan penting sebagai berikut:
(a) Jika 𝐴 dan 𝐵 himpunan berhingga (finite set), maka: |𝐴 × 𝐵| =
|𝐴| × |𝐵|
(b) Pasangan berurutan (ordered pairs) (𝑥, 𝑦) berbeda dengan
(𝑦, 𝑥). Sehingga (𝑥, 𝑦) ≠ (𝑦, 𝑥) sehingga mengakibatkan:
𝐴 × 𝐵 ≠ 𝐵 × 𝐴. Sehingga disimpulakn bahwa perkalian
kartesian tidak komutatif dengan syarat 𝐴 atau 𝐵 bukan
himpunan kosong (memiliki angota).
(c) Jika 𝐴 = ∅ atau 𝐵 = ∅, maka 𝐴 × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴 = ∅
29
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.23
(i) Jika 𝐴 = {1, 3}, 𝐴 = {2, 4, } dan 𝐴 = {𝑎, 𝑏}.
30
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Maka:
× = {(1,2𝑎), (1,2, 𝑏), (1,4,1), (1,4, 𝑏), (3,2, 𝑎), (3,2, 𝑏). (3,4, 𝑎), (3,4, 𝑏)}
31
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Misalkan:
Amerika Serikat kemudi mobil di kiri depan
Inggris (juga Indonesia) kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
- mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
32
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
(b) di Inggris,
- mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
- pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk
mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara
tersebut sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat
menjadi berlaku pula di Inggris.
33
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
A B = A B A B = A B
10. Hukum 0/1 Dualnya:
= U U =
34
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|
Lemma 1.1
Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan berhinga dan saling lepas (disjoint), maka:
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵|
Teorema 1.3
Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan berhinga, maka |𝐴 ∪ 𝐵| berhingga dan
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|.
Dengan cara yang sama, kita juga dapat menghitung jumlah anggota dari
dua himpunan yang beroperasi beda setangkup.
35
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
|𝐴 ⨁ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − 2 |𝐴 ∩ 𝐵|
Prinsip inklusif-eksklusif dapat juga digunakan pada operasi lebih dari dua
himpunan. Untuk tiga buah himpunan 𝐴, 𝐵, dan 𝐶 berlaku teorema sebagai
berikut:
Teorema 1.4
Jika 𝐴, 𝐵, dan C adalah himpunan berhinga, maka |𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶| berhingga
dan
|𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶| = |𝐴| + |𝐵| + |𝐶| − |𝐴 ∩ 𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐶| − |𝐵 ∩ 𝐶| + |𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶|.
|𝐴 ∪ 𝐴 ∪ … ∪ 𝐴 | = |𝐴 | − 𝐴 ∩𝐴 − 𝐴 ∩𝐴 ∩𝐴
+ ⋯ + (−1) |𝐴 ∩ 𝐴 ∩ … ∩ 𝐴 |
Contoh 1.24
(i) Berapa banyak bilangan bulat 1 sampai dengan 50 yang
habis dibagi 4 atau 7?
Penyelesaian:
Dimisalkan:
𝐴 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi 4
𝐵 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi 7
𝐴 ∩ 𝐵 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis
dibagi 4 dan 7 (yaitu himpunan bilangan bulat
1—50 yang habis dibagi dengan KPK dari 4 dan
7 yaitu 28
36
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Ditanya:
|𝐴 ∪ 𝐵| ?
|𝐴| = ⌊50/4⌋ = 12;
|𝐵| = ⌊50/7⌋ = 7;
|𝐴 ∩ 𝐵| = ⌊50/28⌋ = 1
Sehinggga:
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|
|𝐴 ∪ 𝐵| = 12 + 7 − 1
|𝐴 ∪ 𝐵| = 18
Jadi terdapat 18 buah bilangan antara 1 sampai dengan
50 yang habis dibagi 4 atau 7 yaitu:
𝐴 ∪ 𝐵 = {4, 7, 8, 12, 14, 16, 20, 21, 24, 28, 32, 35, 36, 40, 42, 44, 48, 49}.
Q.Partisi Himpunan
Misalkan terdapat satu kelas mahasiswa yang mengambil mata kuliah teori
himpunan. Satu kelas tersebut berisi 30 mahassiwa. Dosen pengampu
mata kuliah teori himpunan akan membagi kelompok mahasiswa dengan
jumlah yang berbeda-beda dan setiap mahasiswa hanya memiliki satu
kelompok. Jumlah kelompok tersebut dimulai dari 1 mahasiswa, 2
mahasiswa, sampai dengan 5 mahasiswa.
37
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.25
Misalkan 𝑀 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒, 𝑓, 𝑔, ℎ, 𝑖, 𝑗}, maka
{{𝑎}, {𝑏, 𝑐}, {𝑑, 𝑒, 𝑓}, {𝑔, ℎ, 𝑖}, {𝑗}} merupakan partisi dari himpunan
𝑀.
38
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)
Gambar 1.11
Diagram Venn untuk pembuktian 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)
(daerah hasil yang diarsir/warna abu-abu)
39
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
40
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Untuk memahami tabel 1.3 tersebut, akan dijelaskan salah satu baris
saja. Perhatikan baris ke-3 tabel 1.3, kita menuliskannya sebagai
berikut.
Misalkan 𝑥 ∉ 𝐴 (nilai 0), 𝑥 ∈ 𝐵 (nilai 1), dan 𝑥 ∉ 𝐶 (nilai 0), maka pastinya
𝑥 ∈ (𝐵 ∪ 𝐶) (nilai 1). Akan tetapi 𝑥 ∉ 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) (nilai 0). Ini untuk
pembuktian pada ruas kiri kesamaan. Pembuktian ruas kanan
kesamaan sebagai berikut. Jika 𝑥 ∉ (𝐴 ∩ 𝐵) (nilai 0) dan 𝑥 ∉ (𝐴 ∩ 𝐶)
(nilai 0), maka 𝑥 ∉ ((𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)) (nilai 0). Sehingga kesamaan 𝐴 ∪
(𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) bernilai benar, yaitu bernilai sama (bernilai 0
semua) menurut pembuktian dengan metode tabel keanggotaan.
Contoh 1.26
(i) Misalkan 𝐴 dan 𝐵 himpunan.
Buktikan bahwa 𝐴 ∪ (𝐵 − 𝐴) = 𝐴 ∪ 𝐵
Penyelesaian:
41
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
42
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
Contoh 1.27
(i) Misalkan 𝐴 dan 𝐵 himpunan. Jika 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅, dan 𝐴 ⊆ (𝐵 ∪ 𝐶),
maka 𝐴 ⊆ 𝐶
Bukti:
Berdasarkan keterangan bahwa:
𝐴 ∩ 𝐵 = ∅, artinya 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan saling lepas,
maka 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∉ 𝐵.
𝐴 ⊆ (𝐵 ∪ 𝐶) sesuai definisi himpunan bagian, maka 𝑥 ∈ 𝐴 dan
𝑥 ∈ (𝐵 ∪ 𝐶) juga, artinya 𝑥 ∈ 𝐵 atau 𝑥 ∈ 𝐶.
Berdasarkan keterangan pertama, bahwa 𝑥 ∉ 𝐵. Maka 𝑥 ∈ 𝐶.
Karena 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐶, sesuai definisi himpunan bagian, maka
𝐴 ⊆ 𝐶.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa: Jika 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅, dan 𝐴 ⊆
(𝐵 ∪ 𝐶), maka 𝐴⊆𝐶 adalah benar.
43
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
S. Himpunan Ganda
Berdasarkan definisi yang menyatakan bahwa himpunan adalah kumpulan
anggota yang berbeda. Akan tetapi pada beberapa kondisi, adakalanya
anggota dari himpunan tidak seluruhnya berbeda. Misalnya himpunan
nama-nama mahasiswa yang mengambil mata kuliah teori himpunan,
kemungkinan ada nama mahasiswa yang sama. Oleh karena itu terdapat
pengulangan anggota pada himpunan tersebut.”
44
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
45
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
46
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
4. Jika 𝐴 = {1, 2, {1, 3}, ∅} dan 𝐵 = {1, {1}, 4, 5}, tentukan himpunan berikut:
a. 𝐴 − ∅
b. 𝐴⨁𝐵
c. ∅ − 𝐵
d. 𝑃(𝐴 − 𝐵)
e. 𝑃(𝐵)
f. 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐴)
g. 𝐴 ∩ 𝑃(𝐴)
47
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan
d. (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = (𝐴 − 𝐶) − (𝐵 − 𝐶)
e. (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = 𝐴 − (𝐵 ∪ 𝐶)
48
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
2. Relasi
A. Pendahuluan
Kejadian dalam dunia nyata ini, umumnya tidak berdiri sendiri melainkan
berhubungan satu sama lainnya atau ada kaitan antara satu kejadian
dengan kejadian yang lainnya. Misalkan, hubungan antara suatu Mata
Kuliah dengan dosen pengampu, antara mahasiswa dan indeks prestasi
Kumululatif (IPK), antara pegawai dengan gajinya, dan lain-lain. Hubungan
di antara kejadian/himpunan dengan kejadian/himpunan yang lain dengan
suatu pengkaitan tertentu disebut dengan relasi.
Di tingkat SMP dan SMA sederajat anda telah diperkenalkan terkait konsep
relasi. Di mata kuliah himpunan ini, akan dibahas lebih mendalam terkait
dengan konsep relasi. Dengan memahami konsep relasi secara mendalam
diharapkan anda memiliki pengetahuan yang kuat dalam mengajarkan
konsep relasi kepada peserta didik anda kelak. Selain itu, mengingat
konsep relasi adalah konsep dasar, pemahaman konsep relasi akan sangat
membantu anda dalam memamahi materi matematika lain.
49
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
Tujuan bab ini. Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat
memahami tentang relasi serta mampu mempermulasikan Himpunan-
himpunan (kejadian-kejadian) dalam bentuk relasi.
B. Definisi Relasi
Sebelum memahami konsep Relasi, sebaiknya anda memahami terlebih
dahulu konsep pasangan berurut dan kalimat matematika terbuka. Hal
ini dilakukan karena dengan memahami kosep pasangan berurut dan
kalimat terbuka akan memudahkan memahami konsep Relasi. Berikut
penjelasan kedua konsep tersebut.
1. Pasangan Berurut
Definisi 2.1: “Pasangan dari dua objek a dan b yang dinyakan dengan
(a,b) disebut pasangan berurut apabila (a,b) memperhatikan urutan”.
Dari definisi pasangan berurut, dapat diartikan bahwa (a, b) ≠ (b, a),
dimana a ≠ b, sebab bagian pertama dari (a,b) ditempati oleh objek a,
sedangkan bagian pertama dari (b,a) ditempati oleh b.
50
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Contoh 2.1
Pada kalimat terbuka “x lebih kecil dari pada y” akan bernilai benar jika
kita mengganti (mensubstitusi) nilai x = 2 dan y = 3 atau P(2,3) bernilai
benar. Tetapi akan bernilai salah jika kita mensubsitutusi nilai x = 4 dan
y = 1 atau P(4,1) bernilai salah.
(iii) P (x,y); “Kuadrat dari x ditambah dengan kuadrat dari y adalah enam
belas atau “ 𝑥 + 𝑦 = 25”.
51
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Definisi 2.2. Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong dan P(x,y) kalimat
matematika terbuka. Relasi R dari himpunan A dan B merupakan
suatu himpunan yang anggota-anggotanya adalah pasangan berurut
(𝑎, 𝑏) dengan a ϵ A dan b ϵ A dari P(a,b) bernilai benar. Secara
matematis relasi dapat dinyatakan sebagai berikut; 𝑅 =
[(𝑥, 𝑦) ; 𝑥 𝜖 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑦 𝜖 𝐵] atau 𝑅 = (𝐴, 𝐵, 𝑃(𝑥, 𝑦))
1) Sebuah Himpunan A
2) Sebuah Himpunan B
Contoh 2.2.
Penyelesaian:
52
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Relasi R dari A ke B yang mengikuti aturan tersebut adalah : R = {(2, 2), (2,
4), (2, 8), (3, 9), (3, 15) }. Perhatikan bahwa 3 R 4 dll.
Setelah memahami konsep relasi, ada beberapa istilah yang perlu anda
ingat sehubungan dengan kosep relasi, yaitu Domain, Kodomain, dan
Range. Domain sering disebut dengan daerah asal. Kodomain adalah
daerah kawan, sedangkan range adalah daerah hasil. Untuk memperjelas
pemahaman terkait domain, kodomain, dan range, perhatikan kembali
contoh-contoh pada materi relasi.
Contoh 2.3.
53
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Penyelesaian:
54
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
C. Refresentasi/Penyajian Relasi
Suatu relasi dapat disajikan dalam berbagai bentuk penyajian yaitu.
1. Diagram Panah
2. Grafik Kartesius
3. Tabel
4. Matriks
5. Graph berarah
Contoh 2.4
Penyelesaian:
55
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
A B
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Himpunan B
Himpunan A
A B
1 1
1 2
1 3
2 2
3 3
56
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
𝑏 𝑏 𝑏
𝑎 𝑚 𝑚 . . . 𝑚
𝑎 ⎡𝑚 𝑚 . . . 𝑚 ⎤
⎢ . . . . ⎥
𝑀 = .. ⎢ . .
. . . .⎥
⎢. .
. . ⎥
. ⎢. . . .⎥
𝑎 ⎣𝑚 𝑚 . . . 𝑚 ⎦
1, 𝑎𝑅𝑏
𝑚 =
0, 𝑎𝑅𝑏
57
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
1 1 1
𝑀= 0 1 0
0 0 1
0 0 0
58
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
1 2
D. Relasi Inversi
Setelah mempelajari konsep relasi, anda akan diperkenlakan dengan
konsep relasi invers. Dengan bahasa sederhana relasi inversi diartikan
sebagai balikan atau lawan dari suatu relasi.
Contoh 2.5.
59
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Penyelesaiaan:
Penyelesaian:
E.Sifat-sifat Relasi
Setelah memahami konsep relasi, anda akan diperkenalkan dengan
beberapa sifat dari suatu relasi. Di Buku ini akan dibahas beberapa sifat-
sifat relasi yaitu Relasi Refleksif, Relasi Transitif, Relasi Simetris, dan relasi
anti-Simetris.
60
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
Berikut Penjelasannya :
1. Relasi Refleksif
Contoh 2.6:
(i) Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R adalah relasi ‘≤’ yang
didefinisikan pada himpunan A, maka R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4),
(2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)} Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2),
(3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian R
dinamakan bersifat refleksif.
Jika kita cermati sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam
penyajian suatu relasi, yaitu :
1 0 … 0
0 1 0
…
: : :
0 0 1
61
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
b. Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah
maka pada graf tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.
2. Relasi Transitif
Contoh 2.7
Penyelesaian:
Penyelesaian :
62
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi,
yaitu :
a) sifat transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :Jika ada busur dari
a ke b dan busur dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah
dari a ke c.
3. Relasi Simetris
Contoh 2.8:
Penyelesaian:
63
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
1 0
1 1
0 1
Relasi yang bersifat simetri, jika disajikan dalam bentuk graf berarah
mempunyaiciri bahwa jika ada busur dari a ke b, maka juga ada
busur dari b ke a.
4. Relasi Anti-Simetris
Definisi 2.8 Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan anti simetri jika
untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐴, (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅 dan (𝑏, 𝑎) ∈ 𝑅 berlaku hanya jika
𝑎 = 𝑏. karena suatu relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus.
Namun, relasi tidak dapat memiliki kedua sifat tersebut sekaligus
jika ia mengandung beberapa pasangan terurut berbentuk (𝑎, 𝑏) yang
mana 𝑎 ≠ 𝑏.
Contoh 2.9:
(i) Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ merupakan pada himpunan Z. bersifat anti
simetri
Penyelesaian:
64
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
(iii) Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi R merupakan
relasi yang simetri sekaligus relasi yang anti simetri.
1 0
0 1
1 0
F. Komposisi Relasi
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah
relasi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan
dengan S ∘ R, adalah relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh:
65
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Contoh 2.10:
Misalkan 𝑅 = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari
himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan 𝑆 =
{(2, 𝑢), (4, 𝑠), (4, 𝑡), (6, 𝑡), (8, 𝑢)} adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke
himpunan {𝑠, 𝑡, 𝑢}. Tentukan 𝑆 ∘ 𝑅 dan nyatakan dengan diagram panah?
Penyelesaian:
𝑆 ∘ 𝑅 = {(1, 𝑢), (1, 𝑡), (2, 𝑠), (2, 𝑡), (3, 𝑠), (3, 𝑡), (3, 𝑢) }
R S
1 . . 2 . s
2 . . 4
. t
3 . . 6
. u
. 8
G. Kombinasi/Operasi Relasi
Relasi merupakan himpunan pasangan terurut maka beberapa operasi
aljabar yang berlaku pada himpunan, juga beraku pada relasi. Operasi
66
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
Contoh 2.11:
(i) Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}. Relasi R1 = {(a, a), (b, b),
(c, c)} dan Relasi R2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}. Tentukan 𝑅 Ո 𝑅 ,
𝑅 ∪ 𝑅 , 𝑅 – 𝑅 , dan 𝑅 ⊕ 𝑅 ?
Penyelesaiaan:
𝑅 Ո 𝑅 = {(𝑎, 𝑎)}
𝑅 ∪ 𝑅 = {(𝑎, 𝑎), (𝑏, 𝑏), (𝑐, 𝑐), (𝑎, 𝑏), (𝑎, 𝑐), (𝑎, 𝑑)}
𝑅 ⊕ 𝑅 = {(𝑏, 𝑏), (𝑐, 𝑐), (𝑎, 𝑏), (𝑎, 𝑐), (𝑎, 𝑑)}
H. Relasi Kesetaraan
Contoh 2.12:
67
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Jawab :
Penyelesaian :
[1] = { . . . , – 11, – 7, – 3, 1, 5, 9, . . . }
[– 2] = { . . . , – 10, – 6, – 2, 2, 6, 10, . . . }
[– 3] = { . . . , – 11, – 7, – 3, 1, 5, 9, . .. }
68
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
Contoh 2.13
Jawab :
J. Relasi n-Ary
Anda sudah mengetahui bahwa relasi biner hanya menghubungkan
antara dua buahhimpunan. Sedangkan relasi yang lebih umum
menghubungkan lebih dari dua buah himpunan. Relasi yang
menghubungkan lebih dari dua himpunan dinamakan relasi n-ary (baca:
Jika n = 2, maka relasinya dinamakan relasi biner (bi = 2). Relasi n-ary
mempunyai terapan penting di dalam basisdata. Berikut dijelaskan definisi
relasi n-Ary
69
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
Contoh 2.14.
Misalkan
13598021, 13598025}
Arsitektur Komputer}
Nilai = {A, B, C, D, E}
70
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
K. Rangkuman
1. Pasangan dari dua objek a dan b yang dinyakan dengan (a,b) disebut
pasangan berurut apabila (a,b) memperhatikan urutan.
71
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
6. Diagram Panah
7. Grafik Kartesius
8. Tabel
9. Matriks
𝑅 = {(𝑏, 𝑎) I (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅}
72
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
12. Sebuah relasi pada himpunan A dinamakan relasi ekivalen jika relasi
tersebut refleksif, simetri dan transitif. Dua unsur yang berelasi ekivalen
disebut equivalent.
13. Sebuah relasi R pada himpunan S dikatakan relasi terurut parsial jika
relasi tersebut bersifat refleksif, antisimetri dan transitif. Sebuah
himpunan S yang dilengkapi dengan sebuah relasi R yang terurut
parsial, himpunan tersebut dinamakan himpunan terurut parsial
(partially ordering set – poset), Notasi : (S, R).
73
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
74
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
75
TEORI HIMPUNAN |2. Relasi
1 1 1
a. 0 1 1
1 1 1
1 1 1 0
b. 1 1 1 0
1 1 1 0
0 0 0 1
20. Jika suatu relasi R disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut :
1 1 1 0
𝑀= 0 1 0 1
0 0 1 0
0 0 0 1
76
TEORI HIMPUNAN | 2. Relasi
77
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
3. Fungsi
A. Pendahuluan
Salah satu konsep dalam matematika yang paling penting adalah
konsep fungsi. Fungsi sering dikatakan sebagai relasi khusus. Disebut
relasi khusus karena fungsi memunyai sifat-sifat tertentu atau ciri tertentu
sehingga suatu relasi dikatakan sebagai suatu fungsi. Setelah memahami
konsep relasi, anda akan diarahkan untuk memahami konsep fungsi.
78
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
B. Definisi Fungsi
Berikut definisi fungsi
Definisi 3.1: Suatu fungsi (f) dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu
relasi yang memasangkan setiap anggota Himpunan A secara
tunggal dengan anggota pada Himpunan B.
Contoh 3.1:
(i) Perhatikan relasi R yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
79
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
R
A B
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Penyelesaiaan:
Perhatikan domain pada relasi tersebut yaitu Himpunan A, ada satu anggota
himpunan A yaitu 4 ϵ A, yang tidak mempunyai pasangan. Berdasarkan definisi
fungsi, suatu relasi agar dikatakan fungsi maka syaratnya adalah 1) semua
anggota domain (A) mempunyai pasangan, 2) pasangan tersebut bersifat
tunggal. Oleh karena itu relasi R bukan fungsi.
(ii) Perhatikan relasi S yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
R
P Q
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
80
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
Penyelesaiaan:
(iii) Perhatikan relasi K yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
K
P Q
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Penyelesaiaan:
a. 𝑓(𝑥) = ,∀ 𝑥 ∈ 𝑅
81
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
b. 𝑓(𝑥) = 𝑥 , ∀ 𝑥 ∈ 𝑅
c. 𝑓(𝑥) = 𝑥 , ∀ 𝑥 ∈ 𝑅
Penyelesaiaan?
C. Refresentasi/Penyajian Fungsi
Penyajian fungsi pada dasarnya sama seperti penyajian pada Relasi.
Fungsi biasanya disajikan dalam bentuk
a. Diagram Panah
b. Tabel
c. Diagram Kartesius
d. Matriks
e. Graf berarah
82
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
D. Jenis-Jenis Fungsi
Pada materi ini akan dipaparkan jenis-jenis fungsi berdasarkan sifat-
sifatnya. Fungsi berdasarkan sifat-sifatnya dibedakan menjadi 3 yaitu (1)
fungsi surjektif/pada/onto; (2) Fungsi Injektif/satu-satu/into; (3)
Bijektif/korespondensi satu-satu. Berikut penjelasanya.
1) Fungsi Injektif/Pada/onto
Untuk menyelediki apakah suatu relasi merupakan fungsi maka kita harus
membukatikan terlebih dahulu apakah 1) relasi tersebut Fungsi, 2) fungsi
tersebut bersifat surjektif.
Dari definisi fungsi surjektif, untuk melihat apakah fungsi tersebut surjektif
atau tidak maka fokus perhatian kita pada Kodomain. Pastikan bahwa
setiap anggota domain mempunyai pasangan (prapeta).
Contoh 3.2.
(i) Perhatikan relasi K yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
83
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
K
P Q
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Penyelesaiaan:
Penyelesaiaan:
Perhatikan bahwa, bilangan negatif pada kodomain (R) yaitu (-y) ϵ R tidak
mempunyai pasangan di domain.
(iii) Perhatikan relasi K yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
84
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
K
A B
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Penyelesiaan:
Penyelesaiaan:
85
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
4. Fungsi Injektif
Definisi 3.3: Fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 disebut fungsi satusatu (injektif), apabila setiap dua
elemen yang berlainan di A akan dipetakan pada dua elemen yang
berbeda di B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan bahwa 𝑓 ∶ 𝐴 →
𝐵 adalah fungsi injektif apabila 𝑎 ≠ 𝑏 berakibat 𝑓(𝑎) ≠ 𝑓(𝑏) Pernyataan ini
ekuivalen, jika 𝑓(𝑎) = 𝑓(𝑏 ) maka akibatnya 𝑎 = 𝑏
Contoh 3.3.
(i) Perhatikan relasi K yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
K
P Q
1 . . 1
2 . . 2
3 .
. 3
4 .
Penyelesaiaan:
86
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
Penyelesaiaan:
K
A B
1 . . 1
2 . . 2
3 . . 3
. 4
Penyelesiaan:
87
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
Penyelesaiaan:
5. Fungsi Bijektif
Definisi 3.4: yaitu Fungsi f dikatakan sebagai fungsi bijektif jika fungsi
tersebut adalah fungsi surjektif dan juga fungsi injektif
Contoh 3.4
(i) Perhatikan relasi K yang disajikan dalam bentuk diagram panah berikut.
K
A B
1 . . 1
2 . . 2
3 . . 3
. 4
88
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
Penyelesiaan:
Karena K fungsi, injektif, tetapi tidak surjektif maka K bukan fungsi bijektif.
Penyelesaiaan:
89
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
E. Fungsi Inversi
Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita
dapat menemukan balikan (invers) dari f. Balikan fungsi dilambangkan
dengan 𝑓 . berikut dijelaskan definisi fungsi invers.
Contoh 3.5.
(i) Diketahui f = {(1, u), (2, w), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w}
adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu Tentukan invers dari f
(𝑓 ).
Penyelesiaan:
Penyelesaian:
90
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
Penyelesaian :
F. Komposisi Fungsi
Misalkan g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah
fungsi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi f dan g, dinotasikan
dengan 𝑓 ∘ 𝑔, berikut dijelaskan definisi komposisi fungsi
Definisi 3.6: g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah fungsi
dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi f dan g, dinotasikan dengan 𝑓 ∘
𝑔 didefinisikan oleh (𝑓 ∘ 𝑔)(a) = 𝑓(𝑔(𝑎))
Contoh 3.6:
(i) Diberikan g = {(1, u), (2, u), (3, v)} yang memetakan A = {1, 2, 3} ke B
= {u, v, w},dan fungsi f = {(u, y), (v, x), (w, z)} yang memetakan B = {u,
v, w} ke C = {x, y, z}.
Penyelesaian:
91
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
Tentukan 𝑓 ∘ 𝑔 dan 𝑔 ∘ 𝑓 .
Penyelesaian:
G. Fungsi Khusus
Jika suatu fungsi f mempunyai daerah asal dan daerah kawan yang sama,
misalnya D, maka sering dikatakan fungsi f pada D. Jika daerah asal dari
fungsi tidak dinyatakan maka yang dimaksud adalah himpunan semua
bilangan real (R). Untuk
1. Fungsi Konstan
92
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
F(x) = 3
2. Fungsi Linear
Grafik fungsi linier berupa garis lurus. Untuk menggambar grafik fungsi
linier bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membuat tabel dan dengan
menentukan titik potong dengan sumbu - X dan sumbu - Y.
Contoh 3.8.
Jawab.
93
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
3. Fungsi Kuadrat
Contoh 3.9.
Penyelesaian:
94
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
Definisi 3.10: ⌊𝑥⌋ menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil
atau sama dengan x
Definisi 3.11: ⌈𝑥⌉ menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau
sama dengan x
(i) ⌊3.5⌋ = 3
(ii) ⌈3.5⌉ = 4
(iii) ⌊0.5⌋ = 0
(iv) ⌈0.5⌉ = 1
(v) ⌊4.8⌋= 4
(vi) ⌈4.8⌉= 5
H. Fungsi Rekrusif
Contoh.
𝑛! = 1 𝑥 2 𝑥 … 𝑥 (𝑛 − 1)𝑥 𝑛 = (𝑛 − 1)! 𝑥 𝑛.
1 ,𝑛 = 0
𝑛! =
𝑛 𝑥 (𝑛 − 1)! , 𝑛 > 0
95
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
a. Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada dirinya sendiri.
Bagian ini juga sekaligus menghentikan definisi rekursif.
b. Rekurens
I. Rangkuman
1. Suatu fungsi (f) dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi
yang memasangkan setiap anggota Himpunan A secara tunggal
dengan anggota pada Himpunan B.
a. Diagram Panah
b. Tabel
c. Diagram Kartesius
d. Matriks
e. Graf berarah
96
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
(𝑓 ∘ 𝑔)(a) = 𝑓(𝑔(𝑎))
97
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
11. ⌊𝑥⌋ menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama
dengan x
12. ⌈𝑥⌉ menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama
dengan x
13. Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya mengacu pada
dirinya sendiri.
a. A B
a .
. x
b .
. y
c .
. z
A B
b.
a .
. x
b .
. y
c .
. z
98
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
A B
c.
a .
. x
b .
. y
c .
. z
3. Manakah yang merupakan fungsi injektif, surjektif, atau bijektif dari fungsi
dengan domain {1, 2, 3, 4}, yang didefinisikan sebagai berikut?
a. 𝑅 = {(1, 1), (2, 3), (3, 5), (4, 7); jika kodomainnya {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
b. 𝑅 = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 1); jika kodomainnya {1, 2, 3}
c. 𝑅 = {(1, 4), (2, 3), (3, 2), (4, 1); jika kodomainnya {1, 2, 3, 4}
d. 𝑅 = {(1, 1), (2, 2), (3, 2), (4, 4); jika kodomainnya {1, 2, 3, 4, 5, 6}
99
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
a. B
A
a .
. x
b .
. y
c .
. z
A B
b.
a . . x
b . . y
c . . z
A B
c.
a .
. x
b .
. y
c .
. z
a. 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1
b. 𝑓(𝑥) = 𝑥
c. 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛𝑥
d. 𝑓(𝑥) = ln 𝑥
100
TEORI HIMPUNAN | 3. Fungsi
a. 𝑓 𝑜 𝑔 (𝑥)
b. 𝑔 𝑜 𝑓 (𝑥)
c. 𝑓 𝑜 𝑔 (−1)
d. 𝑓 𝑜 𝑔 (𝑥)
e. 𝑔 𝑜 𝑓 (𝑥)
a. 𝑓 𝑜 𝑔 (100)
a. 𝑓 (𝑥)
b. 𝑓 (−2)
Carilah:
a. 𝑓(4)
b. 𝑓(−3)
c. 𝑓(𝑦 − 2𝑧)
d. 𝑓(𝑥 − 2)
101
TEORI HIMPUNAN |3. Fungsi
𝑥 − 3𝑥 , 𝑥 ≥ 2
10. Misalkan fungsi: 𝑅 → 𝑅 didefinisikan oleh 𝑓(𝑥) =
𝑥+1, 𝑥 <2
Carilah:
e. 𝑓(2)
a. 𝑓(0)
f. 𝑓(−2)
b. 𝑓(3)
102
TEORI HIMPUNAN | Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
1. Amir, M. F. & Prasojo, B. H. 2016. Matematika Dasar. Sidoarjo:
UMSIDA Press.
2. Lipschutz, S. 1989. Teori Himpunan (Set Theory). Diterjemahkan oleh
Pantur Silaban. Bandung: Gelora Aksara Pratama.
3. Munir, Renaldi. 2016. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika
Bandung.
4. Pinter. C. C. 2014. Set Theory. New York: Dover Publications Inc.
5. Rasmedi, Ame and Darhim, (2014) Geometri Transformasi. In: Relasi,
Fungsi, dan Transformasi. Universitas Terbuka, Jakarta.
103
3. Fungsi
100