Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif

yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.

Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu di dalam paket pelayanan

kesehatan reproduksi essensial yang perlu mendapatkan perhatian serius karena

dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas akan meningkatkan

tingkat kesejahteraan, kesehatan bayi dan anak serta kesehatan reproduksi (Suyati,

2013).

KB suntik adalah salah satu metode mencegah kehamilan yang saat ini

banyak digunakan di negara - negara berkembang. Kelebihan KB suntik yang

efektif 99% menjadi daya tarik bagi pasangan yang mengikuti program hamil. KB

suntik memiliki resiko efek samping yang sering dialami seperti gangguan haid,

perubahan berat badan, penggunaan jangka panjang dapat menurunkan libido,

akan tetapi masyarakat cenderung memilih metode kontrasepsi jangka pendek

dibandingkan jangka panjang, KB suntik salah satu metode kontrasepsi jangka

pendek yang banyak digunakan. Penurunan keinginan seksual (libido) pada

akseptor KB suntik meskipun jarang terjadi dan tidak dialami pada semua wanita

tetapi pada pemakaian jangka panjang dapat timbul karena faktor perubahan

hormonal terutama KB suntik DMPA yang memiliki efek progesterone yang

tinggi, sehingga terjadi pengeringan vagina yang menyebabkan nyeri saat

bersenggama dan pada akhirnya menurunkan gairah seksual (David, 2012).


2

Menurut WHO penggunaan KB suntik di Dunia lebih sedikit sekitar 2,9%.

Angka penggunaan KB suntik berbeda di setiap negara. Di negara berkembang ,

angka penggunaan KB suntik jauh lebih tinggi di bandingkan di negara maju. Di

Eropa angka penggunaan KB Suntik sekitar 3 % , USA sekitar 2,2 % , berbanding

jauh dengan negara berkembang. Di India sekitar 48 % , Sub – Africa sekitar

26%. Di negara Indonesia sendiri akseptor KB Depo Progestine sebesar 48,2%,

angka penggunaan KB suntik berbeda di setiap kota. di Jawa Timur akseptor KB

suntik hampir mencapai setengahnya dari akseptor KB yang lain yaitu sebanyak

48,2%. (BKKBN 2017). Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten Sampang

tahun 2015 menyatakan bahwa dari 83,36% penggunaan KB hormonal terdapat

63,7% pengguna KB suntik.

Metode KB suntik DMPA memberikan efeksitivitas, reversibilitas dan

efek penggunaan jangka panjang, salah satu efek samping dari kontrasepsi yang

menjadikan permasalahan akseptor kurang nyaman dalam penggunaan jangka

panjang pada kontrasepsi DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat

badan, kekeringan vagina, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan

jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang

tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali

(amenore). Selain itu efek yang tidak kalah mengganggu terutama pada pasangan

usia muda dan subur adalah penurunan libido akibat perubahan lipid serum yang

semakin berkurang (Kim et all,2014).

Penurunan keinginan seksual (libido) pada akseptor KB suntik meskipun

jarang terjadi dan tidak dialami pada semua wanita tetapi pada pemakaian jangka
3

3 panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal terutama KB suntik

DMPA (KB suntik 3 bulan) yang memiliki efek progesteron yang tinggi, sehingga

terjadi pengeringan pada vagina yang menyebabkan nyeri saat bersenggama dan

pada akhirnya menurunkan keinginan gairah seksual (David, 2012). Pendekatan

teori adaptasi Callista Roy ini diterapkan dalam perubahan pola adaptasi seksual

pada perubahan tersebut maka terjadilah respon pasangan untuk menyesuaikan

diri dan timbullah stimulasi yang mencetuskan terjadinya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan pada diri ini merupakan sebuah input, yang terbagi menjadi

tiga tingkat yaitu stimulus fokal, kontekstual dan residual, dengan input tersebut

timbul respon manusia untuk mempertahankan diri dengan pertahanan internal

yang terdiri dari sistem regulator dan sistem kognator. Kedua sistem tersebut

diterapkan kedalam empat mode yaitu fisiologis, fungsi peran, konsep diri, dan

interdependensi, dari empat mode tersebut yang nantinya akan muncul proses

output yaitu respon adaptif dan respon inefektif (Roy, 2009 cit. Priyo, 2012).

Respon adaptif akan berdampak pada perilaku seksual yang memuaskan yang

menghargai hak orang lain, sedangkan respon inefektif akan berdampak pada

disfungsi performa seksual, perilaku seksual yang membahayakan dan memaksa

(Stuart & Laraia, 2005 cit. Priyo, 2012).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aisyah (2015)

menunjukan bahwa penggunaan KB suntik dalam jangka panjang > 2 tahun dapat

mengakibatkan penurunan libido. Berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama

(Badilag) Mahkamah Agung (MA) bahwa dalam rentang 2009-2014, dari 2 juta

pasangan yang mencatatkan perkawinannya dalam setiap tahunnya, ditemukan

angka hampir 300.000 atau sekitar 15% yang mengakhiri perkawinan mereka di
4

meja sidang perceraian. Bahkan di beberapa daerah seperti Indramayu dan

Banyuwangi, angkanya melebihi rerata nasional, terdapat lima faktor dan yang

paling tertinggi disebabkan karena tidak ada keharmonisan sebanyak 97.615 kasus

termasuk adanya masalah kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi.

Upaya yang harus dilakukan pada akseptor KB suntik yang mengalami

gangguan libido seksual dengan cara memberikan konseling atau penyuluhan jika

telah menggunakan kontrasepsi suntik > 2 tahun untuk menggunakan metode

kontrasepsi yang lain seperti PIL, IUD, Kondom atau implant agar tidak

mengalami gangguan libido. Selain itu Petugas kesehatan juga bisa menyarankan

untuk menggunakan terapi non hormonal dalam 4 mengatasi penurunan libido

yang menyebabkan vagina kering seperti Lubrikasi (vaselin), pelembab,

Pilokarpin dimana terapi hormonal tersebut berfungsi mengurangi vagina kering,

sehingga mengurangi nyeri saat bersenggama.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh alat

kontrasepsi hormonal (KB suntik) terhadap libido pasangan usia subur di Polindes

Omben tahun 2022

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan menganalisis Pengaruh alat kontrasepsi hormonal

(KB suntik) terhadap libido pasangan usia subur di Polindes Omben tahun 2022

1.3.2 Tujuan Khusus


5

1. Mengidentifikasi libido pada pasangan usia subur sebelum memakai alat

kontrasepsi hormonal di Polindes Omben

2. Mengidentifikasi libido pada pasangan usia subur setelah memakai alat

kontrasepsi hormonal di Polindes Omben

3. Menganalisis Pengaruh alat kontrasepsi hormonal (KB suntik) terhadap

libido pasangan usia subur di Polindes Omben

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini di

harapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk

teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan

Pengaruh alat kontrasepsi hormonal (KB suntik) terhadap libido

pasangan usia subur di Polindes Omben tahun 2022

2. Sebagai refrensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan Pengaruh alat kontrasepsi hormonal (KB suntik)

terhadap libido pasangan usia subur di Polindes Omben tahun 2022

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang

Pengaruh alat kontrasepsi hormonal (KB suntik) terhadap libido

pasangan usia subur


6

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam

Pengaruh alat kontrasepsi hormonal (KB suntik) terhadap libido

pasangan usia subur tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai