Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah Politik Hukum

Kredibilitas DPR Sebagai Lembaga Legislatif Negara Yang Kredibilitas

Dosen pengampu : Afifah Rangkuti, SH.,M.H

Disusun Oleh:
HAFIZH ANANDA PUTRA SIPAHUTAR (0203203090)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PRODI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Solawat dan salam kepada baginda alam yang telah membawa
kita dari alam yang jahil menuju alam yang dipenuhi dengan ilmu dan takwa seperti yang kitarasakan
saat ini. Tidak lupa juga berterimakasih kepada kawan kawan atas kerja samanya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Dan kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat kepada kita yang haus akan
ilmu pengetahuan.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Medan ,18 Mei 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2

1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A.Latar Belakang 3
B. Perumusan Masalah 5
C. Manfaat Penelitian 5
D. Metode Penelitian 5
BAB II 8
PEMBAHASAN 8
A.Pengertian DPR 8
B.Akuntabilitas Dan Kredibilitas Lembaga Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku Kekuasaan
Kehakiman 8
C.DPR Pertanyakan Kredibilitas Ketua KPK 10
BAB III 12
PENUTUP 12
A.Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I

PENDAHULUAN

2
A.Latar Belakang
Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi sebagai
penyeimbang kerja pemerintah adalah Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disingkat DPR), DPR
terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum .
Sesuai dengan amanat UUD RI 1945 Pasal 20A ayat(1). Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi
Legislasi, fungsi Anggaran, dan fungsi Pengawasan. Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud ditegaskan
kembali dalam kerangka representasi rakyat. Pelaksanaan fungsi DPR terhadap kerangka representasi
rakyat dilakukan antara lain melalui pembukaan ruang partisipasi publik, transparansi pelaksanaan
fungsi, dan pertanggung jawaban kerja DPR kepada rakyat.

Pelaksanaan ketiga fungsi DPR terhadap kerangka representasi rakyat harus disadari sangat
penting oleh DPR. Walaupun demikian masih terdapat fenomena tidak sesuai antara representasi dan
akuntabilitas oleh wakil rakyat di DPR. Tingginya tingkat representasi tidak disertai dengan
peningkatan akuntabilitas dalam kinerja dan produktivitas wakil rakyat. Bahkan mantan ketua
Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI Surahaman Hidayat mengungkapkan saat pembukaan
seminar yang bertajuk sistem penegakkan etika lembaga perwakilan bahwa persepsi minor terhadap
DPR masih tinggi pasalnya kinerja parlemen belum optimal dan masih banyaknya anggota parlemen
yang melanggar etika dan hukum. Surahman menilai anggota dewan merupakan pengemban amanah
rakyat melalui fungsi dan tugasnya, anggota parlemen perlu mempertanggung jawabkan tugas dan
fungsinya tersebut. Maka untuk itu perlunya penegakkan etika anggota dewan yang serius yang
bertujuan untuk mengangkat citra negatif anggota DPR yang cenderung negatif di mata publik. 1

Sebagai salah satu institusi publik dengan status yang terhormat anggota DPR memiliki
kewajiban moral, etik, dan hukum untuk menjaga dan melindungi institusi mereka. Semakin tinggi
posisi Politik yang dipegang seorang anggota, semakin tinggi pula tanggung jawab menjaga
kehormatan institusi. Sadar dengan segala kemungkinan yang dapat merusak makna hakiki status
yang terhormat itu, DPR berupaya mengantisipasinya dengan membuat Kode Etik.

Bicara Mengenai Kode Etik tentunya akan menampakkan relasi yang kuat antara keberadaan
Kode Etik DPR dengan upaya peningkatan kinerja DPR RI. Dimana Kode Etik merupakan perangkat
aturan penting dalam menjamin akuntabilitas seorang anggota parlemen. Kode etik merupakan alat
untuk menjamin akuntabilitas seorang anggota parlemen apakah sudah mencapai standar etik politik
yang sehat, yang bebas dari campur tangan kepentingan pribadi, sikap tidak disiplin, korupsi dan
kolusi, dan penegasan terhadap peraturan yang berlaku.

Menurut Prof.Dr.Saldi Isra, dalam bukunya berjudul kampanye dengan uang haram, terkait
dengan upaya memerangi praktik korupsi paling tidak ada tiga peran penting yang harus dilakoni oleh
wakil rakyat.2

Pertama, memelihara integritas personal dan integritas institusi agar tidak masuk ke dalam
jebakan eksekutif dalam bentuk kemewahan fasilitas dan finansial. Jebakan ini muncul karena pada
salah satu sisi eksekutif sebagai pihak pengelola dan pengendalian keuangan negara. Sementara disisi
lain, Legislatif muncul sebagai supremasi dalam memegang kendali politik dengan sumber keuangan
yang amat tergantung kepada Eksekutif. Dua kutub kekuasaan itu memberi peluang kepada Eksekutif
dan Legislatif melakukan sinergi negatif untuk melakukan kolusi. Karena itu, menghindari jebakan ini
menjadi sangat penting agar mereka dapat menjadi aktor yang kredibel untuk mengerem laju korupsi .

1 Nur Habibi, Praktik Pengawasan etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jurnal cita hukum, vol.1,
1 juni 2014, hal 41

2 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2010, hal 167
3
Saldi Isra, Kampanye Dengan Uang Haram,Visigraf Padang, hal 71-72.
3
Kedua, menggunakan jenjang ketinggian otoritas lembaga mereka untuk menyahuti aspirasi
yang berkembang di tingkat publik dalam memberantas korupsi. Apalagi secara hukum, wakil raktyat
terikat dengan ketentuan Pasal 33 ayat (2) huruf h Undang-Undang No 4 Tahun 1999 bahwa anggota
DPR wajib menindaklanjuti aspirasi yang berkembang di masyarakat. Ketentuan ini merupakan
sebuah keniscayaan untuk menyahuti aspirasi publik dalam memberantas korupsi. Pada bagian ini
publik dapat meletakan penilaian untuk menarik titik perbedaan yang tegas antara wakil rakyat
sekarang dengan wakil rakyat yang pernah ada sebelumnya.

Ketiga, memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa tidak satu pun kelompok politik
dan kelompok kepentingan yang mendominasi kepentingan nasional. Hakikatnya, proses politik di
parlemen jangan sampai mendorong munculnya democratic corruption untuk kepentingan politik
jangka pendek. Misalnya, untuk menumpuk dana menghadapi pelaksanaan pemilihan umum,
partaipartai politik di parlemen bersekongkol dalam menggerogoti uang negara.

Pengertian Kode Etik menurut Pasal 235 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap
anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
DPR.3

Dari hal-hal tersebut maka untuk menjaga etika para anggota dewan dibentuklah Mahkamah
Kehormatan Dewan yang merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan
susunan dan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan dengan memperhatikan perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan
tahun sidang. Anggota Mahkamah kehormatan Dewan berjumlah 17 (tujuh belas) orang dan
ditetapkan dalam rapat paripurna tahun sidang. Tata Cara pelaksanaan tugas Mahkamah Kehormatan
Dewan diatur dalam Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang tata beracara Mahkamah
Kehormatan Dewan DPR Republik Indonesia.3

Mahkamah Kehormatan Dewan mulai bekerja dan Kode Etik adalah pedoman prilakunya.
Dalam pelaksanaannya anggota DPR harus bersifat negarawan yang bijak dan mempunyai moral yang
luhur, patuh terhadap hukum dalam menjalankan tugas, karena pada sejatinya ia adalah pemimpin
dalam lembaga perwakilan yang menjadi contoh masyarakat. Selaras dengan hal tersebut Jimly
Asshiddiqie berpendapat bahwa ada dua syarat seorang pemimpin dalam menjaga Wibawa
Institusinya, pertama kepemimpinan diharapkan dapat menjadi penggerak yang efektif untuk
tindakantindakan hukum tersebut yang pasti, kedua kepemimpinan tersebut diharapkan dapat menjadi
tauladan bagi lingkungan yang dipimpinnya masing-masing mengenai integritas kepribadian orang
yang taat terhadap aturan.5

Dengan adanya Mahkamah Kehormatan Dewan itu diharapkan dapat merubah berbagai aspek
kehidupan kenegaraan baik itu dalam kualitas kerja serta kinerja lembaga Legislatif yang memiliki
komitmen politik, moralitas, dan profesionalitas yang lebih tangguh dalam proses pelaksanaan
ketatanegaraan yang didasarkan pada terciptanya suatu sistem pengawasan dan keseimbangan antar
lembaga tinggi negara. Komitmen ini penting demi terwujudnya lembaga Legislatif yang kuat,
produktif, terpercaya, dan berwibawa dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI berada dibawah naungan DPR RI, badan ini bekerja
berdasarkan undang-undang susunan dan kedudukan, peraturan DPR RI tentang tata tertib dan Kode
Etik DPR RI, serta aturan perundang-undangan lain yang terkait dengan substnasi kode etik DPR RI .

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul permasalahan yang dipaparkan di atas, maka terdapat
perumusan masalah sebagai berikut:

3 Republik Indonesia, Undang-undang RI nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD,dan DPRD.
4
1. Apa saja kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam kaitannya dengan penegakan
Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia?

2. Bagaimana efektifitas Mahkamah Kehormatan Dewan dalam penegakkan Kode Etik anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia?

C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar memberikan manfaat berbagai pihak. Manfaat itu diuraikan
dalam bentuk manfaat Teoritis dan Praktis. Berikut pemaparannya :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat bagi pengembangan hukum Tata
Negara khususnya yang berkaitan dengan kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

b. Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat bagi peneliti-peneliti berikutnya
dalam pengembangan yang objek penelitiannya sama dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis a. Diharapkan hasil penelitian ini secara praktis bermanfaat bagi Dewan
Perwakilan Rakyat dalam memperbaiki ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Mahkamah
Kehormatan Dewan.

b. Diharapkan hasil penelitian ini secara praktis bermanfaat bagi lembaga Kepresidenan dalam
perubahan ketentuan-ketentuan tentang Mahkamah Kehormatan Dewan ke depannya. 6

D. Metode Penelitian
Oleh karena penelitian merupakan sarana (ilmiah) bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka metode penelitian diterapkan harus senantiasa di sesuaikan dengan ilmu pengetahuan

5
Nur Habibi, Praktik Pengawasan etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jurnal cita
hukum,vol 1, 1 juni 2014,hal 42
6
9 Soejono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hsl 1
yang menjadi induknya. Untuk memperoleh data yang maksimal dalam penelitian dan penulisan ini
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendekatan Masalah

Penelitian yang bersifat Deskriptif ini, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Yuridis Normatif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Jenis Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan sumber data yang digolongkan atas

a. Bahan hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, berupa Peraturan
PerundangUndangan. Dalam penelitian ini, sesuai dengan isu yang diangkat bahwa Peraturan
PerundangUndangan yang dimaksud adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

3. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib

4. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Kode Etik
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

5. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata
Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

b. Bahan hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atau
keteranganketerangan mengenai Peraturan Perundang-Undangan, berbentuk buku-buku yang ditulis
oleh para sarjana hukum, literatur-literatur hasil penelitian yang dipublikasikan, makalah, jurnal-
jurnal hukum dan datadata lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 4

c. Bahan hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadapbahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus yang digunakan untuk membantu penulis
dalam menerjemahkan istilah yang digunakan dalam penulisan ini. Bahan ini di dapat dari:

1) Kamus Bahasa Indonesia

2) Kamus Bahasa Inggris

3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengumpulan Peraturan Perundang-Undangan yang berhubungan dengan isu yang diangkat


oleh penulis, seperti Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Tata Tertib, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2015 Tentang Kode Etik DPR RI, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.

b. Merangkum dan menganalisis pendapat-pendapat para sarjana yang memberikan doktrin


terkait isu di dalam penelitian ini.

c. Turun langsung kelapangan hanya untuk mengambil dokumen-dokumen dari berbagai


perputakaan seperti perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas, perpustakaan Universitas
Andalas yang dirasa penting dan berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.

4. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara editing yaitu pengolahan dengan menyusun data-data yang
didapatkan menjadi data yang sistematis, terstruktur, berurutan dan saling berkaitan satu-sama lain.

5. Analisis Data Setelah dilakukan pengolahan Data selanjutnya dilakukan Analisis Data secara
kualitatif. Semua hasil penelitian Normatif yang berkaitan dengan kewenagan Mahkamah
Kehormatan Dewan serta efektifitas kerja Mahkamah Kehormatan Dewan dianalisis dengan
menggunakan pendapat para Ahli baik yang ditulis dalam bentuk buku maupun yang ditulis dalam

4 Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2010, hal 118.
6
media Internet. Selanjutnya hasil penelitian ini dituangkan secara Deskriptif berupa kalimat-kalimat
dalam bentuk skripsi.

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian DPR
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), umumnya disebut Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

B.Akuntabilitas Dan Kredibilitas Lembaga Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku


Kekuasaan Kehakiman.

Dalam praktiknya, demokrasi adalah pilihan sistem politik oleh suatu negara. Ada dua elemen
penting dalam negara demokratis: pemilihan umum dan partai politik. Karena Indonesia adalah negara
hukum dan negara demokratis, semua aspek kehidupan bernegara harus didasarkan pada hukum.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mendeskripsikan lebih
jelas tentang kekuasaan kehakiman, sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 kekuasaan kehakiman
pada pokoknya perlu dijamin kebebasannya (independency). Perubahan ini membawa konsekuensi
logis bahwa penguatan kelembagaan dalam rangka pelaksanaan kewenangan konstitusional. Kuantitas
kewenangan masing-masing lembaga telah diatur dalam UUD 1945, dihapuskannya lembaga tertinggi
negara sehingga lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif memiliki kedudukan yang setara.

7
Kedudukan setara antar lembaga diperlukan agar lembaga negara mampu menjalankan
kewenangannya tanpa ada intervensi dari lembaga lain.

Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi lembaga pemegang kekuasaan kehakiman Indonesia


bersama dengan Mahkamah Agung (MA). Kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945 dan
ketentuan konstitusional terkait MK diatur dalam Pasal 24 C UUD 1945, penjabaran ketentuan
konstitusional terdapat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi.Sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman MK telah
memperoleh jaminan konstitusional terhadap independensi kelembagaannya. MK berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk :

A. Menguji UU terhadap UUD 1945;

B. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945;

C. Memutuskan pembubaran partai politik;

D. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Pasal 10 UU MK). 5

Besarnya kewenangan MK tentu saja tidak luput dari kritik dan masukan dari banyak pihak,
terutama terkait dengan akuntabilitas dan indepedensi MK kedepannya. Lembaga negara Indonesia
mempunyai persoalan yang sangat rumit mengenai akuntabilitas dan kredibilitas penjabat publik serta
birokrasinya, dampaknya produk hukum dan tindakan pemerintah yang dilakukan berbagai lembaga
negara dan pemerintahan minim mendapatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat. Lembaga
Survey Indonesia menyatakan bahwa akibat kasus penangkapan ketua MK, tingkat kepercayaan
publik terhadap lembaga turun dari 63,7% hingga saat ini sekitar 28,0% saja, mayoritas responden
masyarakat sudah tidak percaya bahwa MK bekerja untuk kepentingan rakyat dan dapat menetapkan
putusan yang adil. Hal ini membuktikan bahwa karena adanya kasus korupsi yang terjadi dalam MK
membuat reputasi MK hancur dimata masyarakat. Permasalahan dugaan korupsi terhadap Ketua MK
pada dasarnya memang tidak dilihat secara individual saja tetapi harus dilihat dari segi
ketidaksempurnaan kelembagaannya. Kasus penangkapan Ketua MK dapat dijadikan salah satu realita
bahwa MK pun tidak kebal terhadap dugaan praktik kotor dan uang, sistem akuntabilitas dan
transparansi harus dibangun dalam MK. Peranan MK yang besar dalam kekuasaan kehakiman akan
dirasa timpang jika tidak dimbangi dengan aspek pengawasan terhadap MK itu sendiri. Pengawasan
tersebut dilakukan setidaknya terhadap 3 hal :

1. Penjabat publiknya yaitu hakim MK, perangkat peradilan, dan birokrasinya;

2. Akuntabilitas dan kualitas dari putusan-putusan yang dikeluarkan, sebab putusan MK bersifat final
dan mengikat dan;

3. Problematika penafsiran yang dilakukan MK terhadap makna-makna pasal-pasal UUD 1945.3


Menurut penulis sampai saat ini tidak ada lembaga negara yang dapat mengawasi MK secara
langsung, hal ini dapat disebabkan oleh dua hal :

1. Desain kelembagaan MK di UUD 1945 sendiri tidak memberikan penegasan lembaga mana
yang berhak dan berwenang mengawasi MK

2. MK sendiri melalui putusan-putusannya mengenai kedudukan dan wewenang KY telah


menghapuskan eksistensi KY sebagai satu-satunya lembaga negara yang secara langsung dapat

5 Ahmad Sumadi. “Jurnal Indepedensi Mahkamah Konstitusi”. 2011


https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/184/181. Diakses pada 25 September 2022
8
mengawasi MK. Hal ini berarti MK menghilangkan aspek pengawasan terhadap dirinya sendiri dan
mengabaikan prinsip penting dalam mengelola kekuasaan yaitu pengawasan eksternal,
putusanputusan MK hanya mengandalkan diri pada aspek internal, yang mana sampai saat ini tidak
ada lembaga pengawasan internal yang kredibel mengawasi instituisinya sendiri.

Terkait dengan akuntabilitas dan kualitas dari putusan MK tentang putusan perselihan
sengketa pemilihan umum terutama Pilkada. Dalam UUD 1945 diatur bahwa MK berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final salah satunya memutus
perselisihan sengketa pemilihan umum. Berarti dalam ketentuan ini kewenangan MK terkait sengketa
Pilkada hanyalah pada ruang lingkup “pemilihan umum”, namun realitanya makna tersebut
mengalami perluasan seiring dengan putusanputusan dan interpretasi yang MK lakukan berarti MK
telah memperluas kewenangannya sendiri. Problematika yang lain adalah pengisian jabatan hakim
Mahkamah Konstitusi dianggap tidak memenuhi asas transparansi dan partisipatif (Pasal 19 UU MK).
Sehingga diperlukan suatu mekanisme yang baru agar tidak menimbulkan permasalahan kedepannya,
yang paling utama kepercayaan publik harus diraih kembali. Meingat besarnya kewenangan MK yang
diberikan oleh UUD maka model pengawasan yang lebih ketat harus diciptakan terhadap hakimhakim
MK baik secara internal maupun eksternal. 6

C.DPR Pertanyakan Kredibilitas Ketua KPK

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah kembali mempertanyakan kredibilitas Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo dalam mengusut dugaan korupsi proyek e-KTP yang tidak
transparan dan terkesan mengada-ada. Sebab, pemegang proyek itu mantan Mendagri Gamawan Fauzi,
menurutnya bersih, berkomitmen, dan bahkan mendapat Bung Hatta Awards.

Gamawan sendiri sudah memberi kesaksian jika dirinya tidak menerima satu rupiah pun dari
proyek tersebut. Bahkan sebelum tender, Gamawan menggandeng 15 kementerian negara untuk
mendapatkan kesepakatan agar proyek e-KTP ini sukses dan berjalan dengan baik karena akan digunakan
untuk pemilu 2014.

“Jadi, saya lebih percaya Gamawan Fauzi dibanding Agus Rahardjo. Apalagi dalam audit BPK 14 Juni
2014, tender e-KTP itu dinyatakan bersih, dan hanya ada potensi kerugiakan negara sebesar Rp 45,9 miliar.
Tapi, kini tiba-tiba Agus Rahardjo bilang ada kerugian negara Rp 2,3 triliun. Dari mana itu audit?,” tanya
Fahri Hamzah saat diskusi dialektika demokrasi “'Perlukah Pansus e-KTP?” bersama pengamat Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) Yenti Garnasih di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis
(16/3/2017).

Sama dengan kasus Hambalang, lanjutnya, KPK sibuk ngurus uang yang Rp 25 miliar (bukan uang
APBN), sedangkan kerugian negara Rp 2,5 triliun malah tidak diurus. Demikian pula skandal bank
Century. “KPK banyak menyebut nama-nama yang diduga terlibat. Tapi, sampai sekarang yang dipidana
hanya Budi Mulya dan Robert Tantular yang tak mengerti soal baillout. Lalu, nama-nama yang lain
kemana?” tanya politisi PKS ini kecewa.

“Apalagi sebelumnya konsersium Agus Rahardjo kalah tender dan meski proyek e-KTP ini jalan terus,
namun dia terus berusaha „ngrecoki‟. Padahal, audit yang dipakai KPK dari BPKP bukan BPK, dan yang
membuat kerugian negara itu BPK. Tapi, kasus ini tiba-tiba diblow up besar-besaran dengan arah yang

6 Dinoroy Aritonang. “Jurnal Peranan Dan Problematika Mahkamah Konstitusi (MK) Dalam Menjalankan Fungsi
Dan Kewenangannya”. 2013 http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/16. Diakses pada 25
September 2022
9
tidak jelas. Bagaimana dengan 15 kementerian yang terlibat. Betulkah ada korupsi? Kalau tidak, berarti
sengaja menyerang DPR,” jelas Fahri.

Untuk itu Fahri mengusulkan angket e-KTP, agar semuanya terbuka dan kita menonton drama apa
yang terjadi sebenarnya di dalam proyek e-KTP ini? Seharusnya semua mendukung ini, karena nama-nama
tersebut hanya berdasarkan nyanyian Nazaruddin (eks Bendum Demokrat) itu. “Jadi, Nazaruddin ini bukan
justice collaborator, melainkan justice kalkulator. Apa seperti ini cara mengelola negara. Semua dirusak
dengan intimidasi?” ujarnya.

Fahri mempertanyakan kenapa tidak suka dengan investigasi yang dilakukan oleh DPR RI?
Bahwa angket DPR itu perintah UUD Negara Republik Indonesia 1945 dan aturan DPR RI. “Jadi, tidak
usah alergi dengan angket DPR,” pungaksnya.

Sementara, Yenti Garnasih berharap KPK menyampaikannya dengan benar. Baik konstruksi
maupun struktur orang-orang yang menerima dan mengembalikan itu justru lebih mudah dibuktikan.
Dimana orang yang mengembalikan uang korupsi itu tidak serta-merta bebas dari pidana. “14 orang
yang mengembalikan uang itu justru ditersangkakan dengan UU TPPU. Sementara 60 orang yang
disebut akan menerima itu belum tentu menerima,” katanya.
Salah satu sumber informasi di Setjen dan BK DPR RI adalah arsip. Selain sebagai sumber ingatan,
arsip juga dapat dijadikan sebagai bahan pertanggungjawaban suatu kegiatan berupa rincian laporan
kegiatan serta sebagai sumber referensi bagi kegiatan yang akan datang.
BAKN sebagai alat kelengkapan dewan yang bersifat tetap dalam hal pengawasan penggunaan
keuangan negara berfungsi untuk melakukan telaahan terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI.
Oleh karena itu, pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas penggunaan keuangan negara serta
menjaga kredibilitas atau kepercayaan publik/masyarakat DPR RI khususnya dalam melaksanakan
fungsi pengawasan Dewan.
Dalam rangka melaksanakan tugas Setjen dan BK DPR RI dalam mendukung pelaksanaan
wewenang dan tugas DPR RI di bidang administrasi dan persidangan sesuai dengan visi misinya maka
Bagian Sekretariat (Bagset) Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) mempunyai tugas pokok
melaksanakan dukungan rapat dan tata usaha BKN. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Sub Bagian TU menemukan beberapa kondisi yang dapat menghambat pencapaian tujuan. Dari
permasalahan yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan
dengan manfaat yang akan diterima menggunakan metode CBA (Cost Benefit Analysis). Berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan metode CBA, maka dipilih sebagai isu proyek perubahan adalah
Penyelamatan Dokumen Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Penataan Arsip dengan hasil analisis
biaya rendah dan manfaat tinggi. Bagset. BAKN belum melakukan penataan arsip sesuai dengan
kaidah-kaidah kearsipan sehingga dikhawatirkan bila tidak segera ditata sesuai kaidah kearsipan, arsip
yang bernilai guna tinggi akan rusak atau hilang. Berdasarkan diagnosis permasalahan dan kondisi
ideal yang diharapkan, maka solusi yang dilakukan melalui proyek perubahan ini adalah
Penyelamatan Dokumen Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Penataan Arsip di Bagian
Sekretariat Badan Akuntabilitas Keuangan Negara.

10
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Tulisan ini berusaha mengungkap relasi antara DPR, partai politik dan konstituen dalam
bingkai politik pemilu. DPR berasal dari partai politik karena itu relasinya sangat kuat. DPR adalah
representasi partai politik. DPR dipilih oleh konstituen melalui pemilu yang adil, jujur, dan
demokratis. Karena itu, DPR, partai politik dan konstituen menjadi satu kesatuan dalam logika
demokrasi procedural.

Menurut Bintan Saragih, lembaga perwakilan atau disebut parlemen umumnya memiliki 3
(tiga) fingsi yaitu: 1. Fusngsi perundang-undangan atau legislasi 2. Fungsi pengawasan, dan 3. Fungsi
pendidikan politik DPR RI Khususnya anggota DPR RI juga memiliki fungsi lain di parlemen, yaitu
fungsi dalam hal anggaran (budgeting), kemudian fungsi terkait dengan pengukapannya ekselerasi
pembangunan dan kesejahtraan bagi masyarakat di daerah pemilihannya (konstituensi).

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Sumadi. “Jurnal Indepedensi Mahkamah Konstitusi”. 2011


https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/184/181. Diakses pada 25 September
2022

2. Dinoroy Aritonang. “Jurnal Peranan Dan Problematika Mahkamah Konstitusi (MK) Dalam
Menjalankan Fungsi Dan Kewenangannya”. 2013
http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/16. Diakses pada 25 September 2022

3. Anatasya Suryana. “Jurnal Evaluasi Mekanisme Pengisian Jabatan Hakim Mahkamah Konstitusi”.
2014. http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/plr/article/download/450/314/. Diakses pada 25
September 2022

4. Rofi Aulia. “Jurnal Constructing Responsible Artificial Intelligence Principles as Norms: Efforts to
Strengthen Democratic Norms in Indonesia and European Union”. 2022.
http://repository.ubaya.ac.id/42411/3/Rofi%20Aulia%20Rahman_Constructin
g%20Responsible%20Artificial%20Intelligence%20Principles%20as%20Nor ms.pdf. Di akses pada
26 September 2022

5. Undang-Undang Dasar 1945

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi

12

Anda mungkin juga menyukai