Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan pegujian absorpsi kafein per oral secara
in vitro. Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari adanya pengaruh pH terhadap absorbsi kafein melalui saluran
pencernaan secara in vitro. Penggunaan obat kafein pada pengujian ini
dikarenakan ..................
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah Tabung Crane dan Wilson.
Tabung tersebut terdiri dari tiga pipa dan satu tabung gelas. Pipa-pipa itu
mempunyai fungsi yang berbeda yaitu pipa untuk sirkulasi atau masuknya
oksigen, pipa untuk menyimpan cairan serosal (kanula) dan tempat
mengikatkannya usus, serta pipa untuk keluarnya gas atau oksigen, sedangkan
tabung gelas merupakan tempat untuk menyimpan cairan mukosal dan sampel.
Pada pengujian ini organ yang digunakan adalah usus halus dari hewan
percobaan tikus, digunakan usus halus karena usus halus merupakan tempat
absorbsi obat dalam tubuh. Sebelumnya, tikus percobaan dipuasakan dari
makanan selama 20-24 jam, tapi diberi minum air masak. Tujuan dari tikus
dipuasakan agar tidak ada faktor makanan lain yang mengganggu saat dilakukan
percobaan serta untuk mengosongkan lambung dan karena absorbsi obat
dipengaruhi oleh keepatan pengosongan lambung sehingga dalam keadaan kosong
obat dapat terabsorbsi dengan cepat.
Usus sepanjang 15 cm dibawah pilorus (pilorus adalah daerah atau bagian
lambung bawah yang berhubungan dengan bagian atas duodenum/usus duabelas
jari) dibuang hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi asam-asam
lambung yang  dihasilkan oleh lambung, sehingga absorbsinya dapat terganggu.
Sedangkan penggunaan usus yang dianjurkan yaitu dengan panjang 10 cm hal ini
karena usus untuk penyerapan itu adalah 10 cm dan karena disesuaikan juga
dengan jarak pada alat untuk mengikat usus tersebut. Kemudian bagian bawah
usus sebelum anus dipotong atau dibuang dikarenakan pada area tersebut ada fili
dan mikrofili yang menyebabkan besarnya luas permukaan, fili-fili ini tidak
terdapat pada daerah saluran cerna lainnya.
Usus yang telah dipotong kemudian dibalik secara perlahan agar usus
tidak sobek, sehingga bagian mukosa terletak di luar. Tujuan dari peletakan
mukosa usus diluar karena ingin menyamakan pengondisian seperti dalam tubuh
manusia, dimana mukosa usus adalah bagian yang lipofil, sehingga diharapkan
nantinya akan dapat diukur seberapa besar kadar zat aktif obat yang bersifat lipofil
yang dapat diabsorpsi oleh mukosa usus. Kemudian, usus yang akan digunakan
direndam dengan NaCl, tujuan dari perendaman ini yaitu agar usus tersebut tidak
kering dan rusak.
Sebelum usus diikatkan ke dalam tabung Crane dan Wilson terlebih
dahulu dilakukan kalibrasi alat dengan memberikan oksigen dengan pengaturan
100 gelembung per menitnya. Pemberian oksigen tersebut bertujuan agar sel-sel
usus tetap hidup. Cairan serosal yang digunakan adalah NaCl 0,9 %, karena NaCl
0,9% dianggap sama dengan cairan tubuh, sedangkan cairan mucosal yang
digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 yang menggambarkan sebagai cairan di
usus dan dapar HCl pH 1,2 yang menggambarkan sebagai cairan di lambung.
Kemudian usus diikat ke pipa kanula yang berisi cairan serosal dan bagian
bawahnya diikatkan ke pipa untuk mengeluarkan oksigen agar usus tetap diam.
Setelah itu dilakukan sampling sebanyak 1,4 mL dengan interval waktu
(5,10,20,30) berapa teh intervalnya lupa lagi hehehe. Cairan yang telah diambil
kemudian ditambahkan BaOH2 dan ZnSO4, penambahan kedua zat tersebut yaitu
untuk mengekstraksi kafein dan memisahkan kafein dari senyawa-senyawa lain
yang mungkin terikut, sehingga hanya kafein yang akan dianalisis menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Setelah ditambahkan BaOH2 dan ZnSO4, kemudian
cairan tersebut disentrifugasi karena BaOH2 yang tidak larut dalam air sehingga
dengan ini dapat memisahkan endapan dari filtratnya.
Setelah disentrifugasi lalu diukur absorbansi dari cairan tersebut dengan
Spektrofotometri uv-vis. Berdasarkan hasil.........................
Kemudian dilakukan dievaluasi grafik hubungan antara jumlah dan kadar
obat yang ditranspor sebagai fungsi waktu, kemudian evaluasi permeabilitas (Pm),
yang tergantung pada sifat membran tersebut dan pada molekul obat yang
diujikan. Permeabilitas membran juga dipengaruhi oleh koefisien difusi (D), luas
membran (A), dan koefisien partisi (K). Koefisien partisi menunjukkan
perbandingan konsenterasi obat di dalam fase lemak dan fase air. Semakin mudah
larut dalam lemak, maka koefisien partisi suatu obat akan semakin besar dan
difusi non membran menjadi lebih mudah. Kemudian dilakukan evaluasi lag time,
lag time yaitu waktu tunda absorpsi. Lag time yang baik adalah lag time yang
kurang dari 15 menit karena biasanya tidak menimbulkan masalah pada proses
transport melalui membran biologis.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil absorpsi tersebut
adalah.......

                  

Anda mungkin juga menyukai