Anda di halaman 1dari 21

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD


TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

JURNAL

OLEH:

MUSDALIFAH TAMIN
G2I1 16044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER


(NHT) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA SMA

Musdalifah Tamin1, Kodirun2, Makulau3


( Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika UHO,
1
2
Pembimbing I, 3Pembimbing II)
Email:

Abstrak: Fokus penelitin ini, mengetahui deskripsi peningkatan kemampuan


pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan saintifik dan mengetahui perbedaan peningkatan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstual terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemberian instrumen penelitian berupa
lembar observasi, angket motivasi belajar, dan tes kemampuan pemecahan masalah
matematis berbentuk tes uraian/essay. Teknik analisis data menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukan rata-rata N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik sebesar 0,2641, sedangkan pada
kelas eksperimen sebesar 0,23635. Selanjutnya rerata N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran
NHT dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi. Sedangkan pada siswa yang memiliki motivasi
belajar sedang dan rendah terdapat perbedaan yang signifikan.

Kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Numbered Head


Together, Pendekatan Saintifik, Pendekatan Kontekstual.
Abstract: The focus of this research is to find out the description of increasing
mathematical problem solving abilities of students who are taught with the NHT
learning model with a scientific approach and knowing the differences in improving
the NHT learning model with a scientific approach and the NHT learning model with
a contextual approach to improving the mathematical problem solving ability of
students who have motivation. learning high, medium, and low. Data collection
techniques were carried out by giving research instruments in the form of observation
sheets, learning motivation questionnaires, and mathematical problem solving ability
tests in the form of essay tests. The data analysis technique used descriptive statistics
and inferential statistics. The results showed that the average N-gain of students'
mathematical problem solving abilities who were taught using the NHT learning
3

model with a scientific approach was 0.2641, while in the experimental class it was
0.23635. Furthermore, the average N-gain of students' mathematical problem solving
abilities after being taught using the NHT learning model with a contextual approach
and the NHT learning model with a scientific approach did not have a significant
difference in students who had high learning motivation. Meanwhile, students who
have moderate and low learning motivation have significant differences.
Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Numbered Head Together,
Scientific Approach, Contextual Approach.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran matematika sangat berpengaruh untuk keberhasilan
seorang guru dalam membimbing peserta didik. Namun, masih banyaknya
ketidaksempurnaan proses pembelajaran yang membuat peserta didik merasa
kesulitan dalam menyerap pelajaran yang diterimanya.Ironis jika banyak peserta
didik yang merasa kesulitan dalam belajar matematika, padahal pelajaran matematika
itu sendiri sangat penting untuk bekal hidup para peserta didik..Karena memiliki
tingkat kesulitan yang lumayan rumit, matematika selalu dijadikan sebagai syarat
utama dalam penerimaan siswa baru di sekolah dan universitas negeri. Bahkan
perusahaan industri ternama menggunakan matematika sebagai syarat utama untuk
penerimaan karyawan baru.
Mengingat betapa besar kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
maka sudah seharusnya matematika disampaikan dan diajarkan dengan menekankan
pada apa yang dialami oleh siswa dalam kehidupannya.Matematika harus
disampaikan dengan cara yang berbeda serta kegiatan pembelajaran harus
menekankan pada kebermaknaan. National Council of Teacher of Mathematics atau
(NCTM, 2000), bahwa pembelajaran matematika harus mampu mengembangkan
beberapa keterampilan, yakni: (1) pemecahan masalah matematis (mathematical
problem solving); (2) penalaran dan pembuktian matematika (mathematical
reasoning and proof); (3) komunikasi matematika (mathematical communication);
(4) koneksi matematika (mathematical connection); (5) representasi matematika
(mathematical representation).
4

Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki setiap siswa adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis. Namun, peserta didik banyak yang
beranggapan jika matematika merupakan pelajaran yang sulit. Pada hakikatnya
matematika akan terasa mudah dan menyenangkan jika dikemas dengan proses
pembelajaran yang menarik dan mudah ditanggapi oleh peserta didik. Disinilah guru
dituntut untuk membuat proses pembelajaran menjadi baik dan menarik. Salah satu
pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika yakni
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini memliki beberapa
kekurangan.
Menurut (Hosnan, 2014) kekurangan atau kelemahan pendekatan saintifik
antara lain sebagai berikut: (1) dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita
waktu; (2) kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan berakibat
pada kesalahan penyimpulan; dan (3) apabila terdapat siswa yang kurang berminat
terhadap materi yang dipelajari, dapat menyebabkan pembelajaran menjadi tidak
efektif.
Kekurangan dan kendala penerapan pendekatan saintifik dapat dilihat dengan
salah satu factor penyebabnya adalah siswa yang kurang aktif atau siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran atau siswa masih memiliki motivasi yang
kurang ketika proses pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa dalam proses
pembelajaran dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah siswa tidak
merasakan manfaat dalam mempelajari suatu materi tertentu.
Motivasi siswa yang rendah dapat berdampak pada proses dan hasil belajar
siswa yang tidak meningkat dengan baik, bahkan sangat menurun. Motivasi memiliki
peran penting dalam keberhasilan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi,
memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk berhasil daripada siswa yang tidak
memiliki motivasi sedikitpun. Mc. Donald dalam (Djamarah, 2011: 148) mengatakan
bahwa, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut, siswa yang memiliki motivasi akan senantiasa
5

berusaha untuk mencapai tujuannya dengan belajar lebih giat pada setiap mata
pelajaran yang diikuti.
Adapun menurut (Sardiman, 2007: 81), bahwa untuk memahami motivasi dapat
dilihat dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah a) tekun menghadapi tugas;
b) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); c) menunjukan minat terhadap
bermacam-macam masalah orang dewasa; d) lebih senang bekerja mandiri; e) cepat
bosan pada tugas rutin; f) dapat mempertahankan pendapatnya; g) tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini; dan h) senang mencari dan memecahkan masalah yang
kompleks.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika masih kurang. Selain itu, siswa
kurang merasakan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi matematika,
sehingga cenderung bersifat hafalan saja. Hal ini berdampak pada sikap siswa yang
cenderung lebih pasif, tidak adanya rasa percaya diri, motivasi belajar sangat rendah,
dan faktor-faktor lainnya.
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
matematika kelas XI IlmuAlam (IA) MAS Pesri Kendari diketahui bahwa kesulitan
yang dialami sebagian besar siswa adalah siswa belum mampu memecahkan
permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu,
siswa cenderung pasif, sehingga guru kesulitan untuk menggali ide yang terdapat
pada siswa tersebut.
MAS Pesri Kendari merupakan sekolah yang telah menerapkan Kurikulum
2013 dan dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Akan tetapi,
guru masih mengalami banyak kendala dalam penggunaan pendekatan saintifik,
sehingga berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar siswa. Menurut (Wardani
dan Budiharti 2014) serta Sani (2014) bahwa kendala yang dialami guru dalam
menerapkan pendekatan saintifik yang pada dasarnya menekankan keterampilan
proses antara lain adalah waktu yang terbatas, kesulitan anak dalam menggunakan
alat dan menarik kesimpulan dari sebuah eksperimen, siswa yang kurang aktif, dan
6

kebiasaan siswa yang memperoleh pengetahuan dari penjelasan guru (teacher


oriented).
Sejalan dengan permasalahan tersebut, guru telah berusaha untuk memberikan
pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Akan tetapi, pembelajaran tersebut kurang efisien karena masih
banyak siswa yang belum mampu memecahkan masalah matematika terutama yang
berhubungan dengan kehidupan nyata, bahkan ada sebagian siswa yang hanya
mengharapkan pekerjaan temannya ketika diberikan soal yang berkaitan dengan
kehidupan nyata. Keadaan ini menunjukkan aspek dari tujuan pembelajaran
matematika terutama pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih
rendah.
Selain itu, pembelajaran matematika seharusnya menjadi aktivitas yang
bermakna dengan bebas mengaktualisasi seluruh potensi yang dimiliki peserta didik.
Agar pembelajaran dapat berpusat pada peserta didik, guru perlu memilih pendekatan
pembelajaran yang memerlukan keterlibatan peserta didik secara aktif selama proses
pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.Salah satu
pendekatan pembelajaran yang lebih terpusat kepada peserta didik dan menyajikan
proses pembelajaran bermakna yang berkaitan dengan kehidupan nyata adalah
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual akan membuat peserta didik belajar
matematika nyaman dan menyenangkan.
Pendekatan kontekstual memiliki karakteristik: (1) dilaksanakan dalam
konteks autentik, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna, (3) memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, (4)
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman, (5)
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling
memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam, (6) dilaksanakan secara
aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama, dan (7) dilaksanakan dalam
situasi yang menyenangkan (Muslich, 2011: 42).
7

Berdasarkan karakteristik pendekatan kontekstual tersebut, diharapkan siswa


lebih aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran akan lebih bermakna, siswa
lebih termotivasi untuk belajar matematika, dan siswa dapat menyelesaikan masalah
matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selain itu, siswa juga dapat dilatih
untuk bekerja sama dengan teman-temanya melalui kelompok belajar.
Menurut (Gumrowi, 2016:184) pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) sejalan dengan pembelajaran kooperatif (cooperatif
learning). Menurut (Slavin, 1997: 284), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
di mana siswa belajar dalam suatu kelompok kecil, saling membantu dalam
memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua
siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif adalah numbered head together (NHT).
Langkah-langkah model pembelajaran CTL menurut Trianto dalam (Sudjana,
2014: 140), yaitu sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar bermakna melalui bekerja
sendiri, menemukan sendiri, serta mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan
baru,
b. Laksanakan kegiatan inkuiri seoptimal mungkin,
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa melalui berbagai cara,
d. Ciptakan masyarakat belajar,
e. Hindarkan model sebagai contoh pembelajaran,
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan, dan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya melalui berbagai cara
Model pembelajaran NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
yang siswanya dilibatkan pada kegiatan belajar, dan siswa dilatih bekerjasama dengan
siswa lain. Model pembelajaran NHT dapat juga mengajak lebih banyak siswa lebih
aktif selama pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas akademik mereka
(Marfuah dkk, 2014: 657). Selain itu, model pembelajaran NHT memberi kesempatan
8

kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang


paling tepat (Astrawan, 2013: 231).
Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan pendekatan yang merujuk pada teknik-
teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru atau
mengoreksi, dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah,
metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang
dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik. Karena itu, pendekatan ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan
menguji hipotesis (Kemendikbud, 2013). Adapun Langkah-langkah pendekatan
saintifik adalah mengamati/observasi, menanya, mengumpulkan data/mencoba, dan
mengkomunikasikan.
Menurut (Lazim, 2013: 2), ada beberapa karakteristik pembelajaran dengan
metode saintifik, yaitu sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa. 
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip. 
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 
4) Dapat mengembangkan karakter siswa. 
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga didalam diri seseorang (pribadi)
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan Donald
dalam (Nashar, 2004: 39). Berbeda dengan pendapat yang diungkapkan oleh Alderfer
dalam (Nashar, 2004: 42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau
hasil belajar sebaik mungkin.
Menurut (Handoko dan Hani, 1992: 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi
belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: a) kuatnya
kemauan untuk berbuat; b) jumlah waktu yang disediakan untuk belajar; c) kerelaan
9

meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain; d) ketekunan dalam mengerjakan


tugas.
Penelitian ini, dibatasi pelaksanaannya pada siswa kelas XI IA MAS Pesri
Kendari tahun pelajaran 2020/2021. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebagai variabel terikat, Model
Pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifiksebagai
variabel bebas, dan motivasi siswa sebagai variabel kontrol. Materi yang menjadi
fokus penelitian ini adalah barisan dan deret.
Berdasarkan fakta yang telah ditemukan sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual,
perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang
diajar model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual, untuk mengetahui
perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang
diajar model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual khusus untuk siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi, perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran
NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstual khusus untuk siswa yang memiliki motivasi belajar
sedang, dan perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan
saintifik dan siswa yang diajar model pembelajaran NHT dengan pendekatan
kontekstual khusus untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
10

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental–semu (quasi experimental
research). Bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan pekiraan bagi
informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Penelitian ini, menggunakan desain Pretest-Posttest kelompok
kontrol (Pretest-Posttest Control Group Design)
Metode penarikan sampel pada penelitian ini, diawali dengan purposive sampling,
dengan pertimbangan rerata hasil ulangan harian siswa kelas XI IA MAS Pesri
Kendari. Selanjutnya, peneliti mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata dan
varians hasil ulangan harian yang relatif sama yaitu kelas XI IA2 dan kelas XI IA3.
Sedangkan penentuan kelas eksperimen dan kelas control dilakukan dengan cara
random sampling melalui undian. Sehingga, diperoleh dan dapat diklasifikasikan
menjadi kelas eksperimen yaitu kelas XI IA3 menggunakan perlakuan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual dan kelas control yaitu kelasXI
IA2 dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan pemecahan masalah ditinjau
dari motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sedangkan instrumen non tes berupa angket
motivasi belajar dan lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi untuk siswa
dan juga lembar observasi untuk guru yang berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik di kelas.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
teknik pemberian tes, angket, dan observasi. Teknik pemberian tes digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Teknik pemberian angket digunakan untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa untuk membagi siswa ke dalam tiga
kelompok, yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
11

Sedangkan untuk memperoleh kesimpulan tentang pengaruh model pembelajaran


NHT dengan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa berdasarkan motivasi belajar menggunakan analisis deskriptif dan
analisis inferensial.
HASIL
1. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswayang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran NHT dengan
Pendekatan Saintifik (Kelas Kontrol)
Analisis deskriptif data N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa merupakan deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
diperoleh dari hasil pree-test dan post-testsetelah diberikan perlakuan berupa
pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik. Analisis
deskriptif ini digunakan untuk melihat gambaran peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan perlakuan, yaitu penerapan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik.
Rangkuman hasil analisis deskripsi N-gain data kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data N-gainKemampuan
PemecahanMasalah Matematis Siswa Kelas Kontrol
Statistics
N_Gain_Kontrol
Valid 27
N
Missing 0
Mean ,2641
Median ,2000
Mode ,07
Std. Deviation ,23635
Variance ,056
Range ,80
Minimum ,00
Maximum ,80
Sum 7,13
12

Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS 21, disajikan pada Tabel 1


diperoleh bahwa rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik sebesar
0,2641, median atau nilai tengah sebesar 0,2, dan modus sebesar 0,07.
2. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran NHT dengan
Pendekatan Kontekstual (Kelas Eksperimen)
Analisis deskriptif data N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa merupakan deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
diperoleh dari hasil pree-test dan post-testsetelah diberikan perlakuan berupa
pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual.
Analisis deskriptif ini digunakan untuk melihat gambaran peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematissiswa setelah diberikan perlakuan, yaitu penerapan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual.
Rangkuman hasil analisis deskripsi N-gaindata kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan kontekstualdapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Data N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen
Statistics
N_Gain_Eksperimen
Valid 27
N
Missing 0
Mean ,4485
Median ,4200
Mode ,21a
Std. Deviation ,25430
Variance ,065
Range ,78
Minimum ,10
Maximum ,88
Sum 12,11
a. Multiple modes exist. The smallest value is
shown
13

Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS 21 yang disajikan pada Tabel


2, diperoleh bahwa rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diberi model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual sebesar
0,4485, median atau nilai tengah sebesar 0,42, dan modus sebesar 0,21.

3. Analisis Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan uji-t.Pengujian dengan menggunakan SPSS
21, diperoleh hasil seperti pada Tabel 3. berikut.
Tabel 3. Uji-t N-gainKemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. Mean Std.
(2- Differen Error
tailed) ce Differen
ce
Equal variances 2,761 52 ,008 ,18444 ,06681
assumed
Data_N_Gain
Equal variances not 2,761 51,724 ,008 ,18444 ,06681
assumed
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh nilai Sig. = 0.008. Karena nilai Sig.≤ α=0,05,
maka H0 ditolak. Dengan ditolakya H0 dapat disimpulkan bahwa N-gain kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstual dan yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan saintifikmemiliki perbedaan yang signifikan.
Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan uji-t.Pengujian dengan menggunakan
SPSS 21, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4, berikut.
14

Tabel 4. Uji-t N-gain Kemampuan Pemecahan MasalahSiswa Masing-


masing Kelas pada Kategori Motivasi Belajar Tinggi
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2- Mean Std. Error
tailed) Differen Differenc
ce e
Equal variances 1,916 14 ,076 ,21175 ,11051
assumed
MB_Tinggi
Equal variances not 1,756 8,001 ,117 ,21175 ,12060
assumed
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh nilai Sig. = 0.117. Karena nilai Sig.> α=0,05,
maka H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa bahwa N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstualdan yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik pada kategori motivasi belajar tinggi
tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan uji-t.Pengujian dengan menggunakan
SPSS 21, diperoleh hasil seperti pada Tabel 5, berikut.
Tabel 5. Uji-t N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Masing-masing Kelas pada Kategori Motivasi Belajar Sedang
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. Mean Std. Error
(2- Difference Difference
tailed)
Equal variances 2,316 17 ,033 ,18000 ,07770
assumed
MB_Sedang Equal variances 2,218 12,655 ,046 ,18000 ,08115
not assumed

Berdasarkan Tabel 5, diperoleh nilai Sig. = 0.033. Karena nilai Sig.≤


α=0,05,maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstualdan yang diajar dengan model
15

pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik pada kategori motivasi belajar


sedang memiliki perbedaan yang signifikan.
Hipotesis 4 diuji dengan menggunakan uji-t. Pengujian dengan menggunakan
SPSS 21, diperoleh hasil seperti pada Tabel 6, berikut.
Tabel 6. Uji-t Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Masing-masing Kelas
pada Kategori Motivasi Belajar Rendah
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Df Sig. Mean Std. Error
(2- Differenc Difference
tailed) e
Equal variances 2,645 17 ,017 ,11389 ,04306
assumed
MB_Rendah
Equal variances not 2,669 16,949 ,016 ,11389 ,04267
assumed
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh nilai Sig. = 0.017. Karena nilai Sig.≤ α=0,05,
maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan N-gain kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstualdan yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan saintifik pada kategori motivasi belajar rendah memiliki
perbedaan yang signifikan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi dan wawancara guru
matematika MAS Pesri Kendari. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut
diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah,
sehingga perlu ditindaklanjuti. Hasil kajian peneliti dari berbagai sumber, maka
alternatif yang tepat untuk menyelesaikan masalah rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa tersebut adalah dengan menerapkan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual.
Pada kelas control digunakan pendekatan saintifik dengan deskripsi hasil
yang didapatkan yakni Rata-rata N-gainkemampuan pemecahan masalah matematis
16

siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik
sebesar 0,2641 dengan Standar deviasi yang diperoleh siswa pada kelas kontrol
sebesar 0,23635.
Sedangkan pada kelas eksperimen Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan kontekstual sebesar 0,4485 dengan Standar deviasi yang diperoleh siswa
pada kelas eksperimen sebesar 0,2543. Artinya terdapat perbedaan nilai pada
kemampuan pemecahan masalah matematika dengan pendekatan saintifik dan
pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstual memperhatikan motivasi belajarsiswa dapat menjadi
solusi untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Hasil analisis setelah diberikan model pembelajaran NHT dengan pendekatan
kontekstual menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
sebagian besar sudah lebih baik secara deskriptif dibandingkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan saintifik. Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Nurhayati dkk, 2020: 47) dimana pendekatan kontekstual dengan menggunakan
media ICT geogebra dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa khususnya pada materi program linear. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya
peningkatan nilai yang signifikan yaitu dari nilai rata – rata 19,63 menjadi 75,31.
Kesamaan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan kontekstul,
sedangkan perbedaannya terdapat pada model pembelajaran dan media pembelajaran.
Hasil analisis data N-gain secara deskriptif menunjukan bahwa penerapan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstualterhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa lebih baik jika dibandingkan dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik. N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata kelas
kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dengan
17

pendekatan kontekstuallebih baik secara deskriptif dibandingkan model pembelajaran


NHT dengan pendekatan saintifik.
Selanjutnya, secara inferensial dengan uji-t diperoleh bahwa terdapat
perbedaanpeningkatan yang signifikan antaramodel pembelajaran NHT dengan
pendekatan kontekstualdan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.Perbandingan hasil
analisis data N-gain secara deskriptif antara kelas yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstualdan kelas yang diajar dengan
model pembelajaran NHT dengan pendekatansaintifik terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Gumrowi, 2016) yang melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran
melalui pendekatan kontekstual dengan Cooperative Learning untuk meningkatkan
hasil belajar gelombang siswa kelas XII MAN 1 Bandar Lampung. Dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa Strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
dengan Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Kesamaan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual, namun pada penelitian ini lebih
menekankan padaperbandingan pendekatan sanitifik dan pendekatan kontekstual
dengan model pembelajaran NHT. Perbedaan juga terdapat pada model pembelajaran
dimana model pembelajaran yang digunakan Gumrowi yakni model pembelajaran
Cooperative Learning.
Motivasi belajar siswa berdasarkan pengkategorian tinggi mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan pada kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Sedangkan motivasi belajar siswa berdasarkan pengkategorian sedang dan
rendah mempunyai pengaruh yang signifikan pada kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Pengaruh motivasi belajar pada kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dapat dilihat pada setiap kelompok motivasi belajar baik yang tinggi,
sedang, maupun yang rendah. Pada kelompok kategori motivasi belajartinggi, siswa
yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual
18

dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.
Sedangkan pada kelompok kategori motivasi belajar sedang, siswa yang
diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang signifikan dimana model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual lebih baik, begitu juga pada
kelompok motivasi belajar rendah, siswa yang diajar dengan model pembelajaran
NHT dengan pendekatan kontekstual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang
signifikan dimana model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual lebih
baik.
Hubungan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual (kelas eksperimen)
dan yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik (kelas
Kontrol) memiliki varians yang sama. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
peningkatan motivasi belajar ketika dilakukan pembelajaran model NHT dengan
pendekatan Kontekstual. Seperti yang diungkapkan Yamin (Jatisunda, 2016)
pembelajaran kontekstual membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang
sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Artinya pendekatan kontekstual dapat
memperkuat kemampuan siswa dengan penerapan pola yang berbeda untuk
menyelesaikan masalah matematika.Pokok materi yang dihubungkan dengan
kehiudpan sehari-hari menjadi point pembeda antara pendekatan kontekstual dan
pendekatan saintifik.Diantara kelemahan pendekatan saintifik (Hosnan M, 2014)
yakni efektifitas waktu, kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen,
menyebabkan kurang minatnya siswa. Kegagalan dan kesalahan dalam melakukan
experimen cenderung dapat dikaitkan dengan kurangnya penerapan materi yang
19

mengarah ke kehidupan sehari hari.Minat siswa juga merupakan efek dari tidak
adanya contoh konkrit yang di kehidupan sehari-hari siswa.
Perbandingan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika tentunya juga
dipengaruhi motivasi belajar.Hal ini sejalan dengan Alderfer dalam (Nashar, 2004:42)
yang menyatakan motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang
menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi dan dengan
model pembelajaran NHT menciptakan suasana lebih kopreatif dan menuntut
kerjasama sama siswa, menurut (Marfuah dkk, 2014: 657), model pembelajaran NHT
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang siswanya dilibatkan pada
kegiatan belajar, dan siswa dilatih bekerjasama dengan siswa lain.Hal ini mendorong
siswa secara bersama-bersama memecahkan masalah, dan pada akhirnya
meningkatkan kemampuan masing-masing individu siswa dalam memecahkan
masalah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Deskriptif kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan Saintifik (Kelas
Kontrol) menunjukan Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik
sebesar 0,264. Sedangkan pada N-gain siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,23635.
Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
setelah diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual
dengan rata-rata N-gain sebesar 0,4485.
Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa
yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dans iswa
yang diajar model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori
20

motivasi belajar tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan, Rata-rata N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori motivasi belajar
sedang memiliki perbedaan yang signifikan. Selanjutnya, Rata-rata N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori motivasi belajar
rendah memiliki perbedaan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Astrawan, I.G.B. 2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 3
Tonggolobibi. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol.3 No. 4 (2013), 227-242.
Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gumrowi, A. 2016. Strategi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kontekstual dengan
Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gelombang Siswa
Kelas XII MAN 1 Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-
BiRuNi. 05 (2) (2016) 183-191.
Handoko dan T. Hani.1992. Manajemen Personal dan Sumber Daya Manusia, Edisi
Kedua, Cetak ke Empat. Yogyakarta: UGM
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jatisunda, M.G. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual .Jurnal
Theorems (The Original Research of Mathematics, 1 (1), 35-44.
Kemendikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta:
Pusbangprodik.
Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum
2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marfuah, I; Mardiyana, dan Kusmayadi, T.A. 2014. Pengembangan Model
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Berbasis Outdoor Study
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA Kelas X pada Materi Pokok
Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika. Vol.2, No.6, hal 655-666.
Muslich, M. 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
21

Nashar, H. 2004. Peranan Motivasi Kemampuan Awal dalam Kegiatan


Pembelajaran, Cet 2. Jakarta: Delia Press.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. United States of
America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Nurhayati, Leni :Ernawati: M. Afrilianto & Luvy Sylviana Zanthy. Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Aplikasi Geogebra
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa,
SIGMA, 5(2), 44-48.
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teory, Research, and Practice. Boston
Allyn and Bacon. USA.
Sudjana, Nana. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai