JURNAL
OLEH:
MUSDALIFAH TAMIN
G2I1 16044
model with a scientific approach was 0.2641, while in the experimental class it was
0.23635. Furthermore, the average N-gain of students' mathematical problem solving
abilities after being taught using the NHT learning model with a contextual approach
and the NHT learning model with a scientific approach did not have a significant
difference in students who had high learning motivation. Meanwhile, students who
have moderate and low learning motivation have significant differences.
Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Numbered Head Together,
Scientific Approach, Contextual Approach.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran matematika sangat berpengaruh untuk keberhasilan
seorang guru dalam membimbing peserta didik. Namun, masih banyaknya
ketidaksempurnaan proses pembelajaran yang membuat peserta didik merasa
kesulitan dalam menyerap pelajaran yang diterimanya.Ironis jika banyak peserta
didik yang merasa kesulitan dalam belajar matematika, padahal pelajaran matematika
itu sendiri sangat penting untuk bekal hidup para peserta didik..Karena memiliki
tingkat kesulitan yang lumayan rumit, matematika selalu dijadikan sebagai syarat
utama dalam penerimaan siswa baru di sekolah dan universitas negeri. Bahkan
perusahaan industri ternama menggunakan matematika sebagai syarat utama untuk
penerimaan karyawan baru.
Mengingat betapa besar kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
maka sudah seharusnya matematika disampaikan dan diajarkan dengan menekankan
pada apa yang dialami oleh siswa dalam kehidupannya.Matematika harus
disampaikan dengan cara yang berbeda serta kegiatan pembelajaran harus
menekankan pada kebermaknaan. National Council of Teacher of Mathematics atau
(NCTM, 2000), bahwa pembelajaran matematika harus mampu mengembangkan
beberapa keterampilan, yakni: (1) pemecahan masalah matematis (mathematical
problem solving); (2) penalaran dan pembuktian matematika (mathematical
reasoning and proof); (3) komunikasi matematika (mathematical communication);
(4) koneksi matematika (mathematical connection); (5) representasi matematika
(mathematical representation).
4
Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki setiap siswa adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis. Namun, peserta didik banyak yang
beranggapan jika matematika merupakan pelajaran yang sulit. Pada hakikatnya
matematika akan terasa mudah dan menyenangkan jika dikemas dengan proses
pembelajaran yang menarik dan mudah ditanggapi oleh peserta didik. Disinilah guru
dituntut untuk membuat proses pembelajaran menjadi baik dan menarik. Salah satu
pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika yakni
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini memliki beberapa
kekurangan.
Menurut (Hosnan, 2014) kekurangan atau kelemahan pendekatan saintifik
antara lain sebagai berikut: (1) dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita
waktu; (2) kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan berakibat
pada kesalahan penyimpulan; dan (3) apabila terdapat siswa yang kurang berminat
terhadap materi yang dipelajari, dapat menyebabkan pembelajaran menjadi tidak
efektif.
Kekurangan dan kendala penerapan pendekatan saintifik dapat dilihat dengan
salah satu factor penyebabnya adalah siswa yang kurang aktif atau siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran atau siswa masih memiliki motivasi yang
kurang ketika proses pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa dalam proses
pembelajaran dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah siswa tidak
merasakan manfaat dalam mempelajari suatu materi tertentu.
Motivasi siswa yang rendah dapat berdampak pada proses dan hasil belajar
siswa yang tidak meningkat dengan baik, bahkan sangat menurun. Motivasi memiliki
peran penting dalam keberhasilan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi,
memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk berhasil daripada siswa yang tidak
memiliki motivasi sedikitpun. Mc. Donald dalam (Djamarah, 2011: 148) mengatakan
bahwa, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut, siswa yang memiliki motivasi akan senantiasa
5
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan belajar lebih giat pada setiap mata
pelajaran yang diikuti.
Adapun menurut (Sardiman, 2007: 81), bahwa untuk memahami motivasi dapat
dilihat dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah a) tekun menghadapi tugas;
b) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); c) menunjukan minat terhadap
bermacam-macam masalah orang dewasa; d) lebih senang bekerja mandiri; e) cepat
bosan pada tugas rutin; f) dapat mempertahankan pendapatnya; g) tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini; dan h) senang mencari dan memecahkan masalah yang
kompleks.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika masih kurang. Selain itu, siswa
kurang merasakan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi matematika,
sehingga cenderung bersifat hafalan saja. Hal ini berdampak pada sikap siswa yang
cenderung lebih pasif, tidak adanya rasa percaya diri, motivasi belajar sangat rendah,
dan faktor-faktor lainnya.
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
matematika kelas XI IlmuAlam (IA) MAS Pesri Kendari diketahui bahwa kesulitan
yang dialami sebagian besar siswa adalah siswa belum mampu memecahkan
permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu,
siswa cenderung pasif, sehingga guru kesulitan untuk menggali ide yang terdapat
pada siswa tersebut.
MAS Pesri Kendari merupakan sekolah yang telah menerapkan Kurikulum
2013 dan dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Akan tetapi,
guru masih mengalami banyak kendala dalam penggunaan pendekatan saintifik,
sehingga berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar siswa. Menurut (Wardani
dan Budiharti 2014) serta Sani (2014) bahwa kendala yang dialami guru dalam
menerapkan pendekatan saintifik yang pada dasarnya menekankan keterampilan
proses antara lain adalah waktu yang terbatas, kesulitan anak dalam menggunakan
alat dan menarik kesimpulan dari sebuah eksperimen, siswa yang kurang aktif, dan
6
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental–semu (quasi experimental
research). Bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan pekiraan bagi
informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Penelitian ini, menggunakan desain Pretest-Posttest kelompok
kontrol (Pretest-Posttest Control Group Design)
Metode penarikan sampel pada penelitian ini, diawali dengan purposive sampling,
dengan pertimbangan rerata hasil ulangan harian siswa kelas XI IA MAS Pesri
Kendari. Selanjutnya, peneliti mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata dan
varians hasil ulangan harian yang relatif sama yaitu kelas XI IA2 dan kelas XI IA3.
Sedangkan penentuan kelas eksperimen dan kelas control dilakukan dengan cara
random sampling melalui undian. Sehingga, diperoleh dan dapat diklasifikasikan
menjadi kelas eksperimen yaitu kelas XI IA3 menggunakan perlakuan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual dan kelas control yaitu kelasXI
IA2 dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan pemecahan masalah ditinjau
dari motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sedangkan instrumen non tes berupa angket
motivasi belajar dan lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi untuk siswa
dan juga lembar observasi untuk guru yang berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik di kelas.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
teknik pemberian tes, angket, dan observasi. Teknik pemberian tes digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Teknik pemberian angket digunakan untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa untuk membagi siswa ke dalam tiga
kelompok, yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
11
siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik
sebesar 0,2641 dengan Standar deviasi yang diperoleh siswa pada kelas kontrol
sebesar 0,23635.
Sedangkan pada kelas eksperimen Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan kontekstual sebesar 0,4485 dengan Standar deviasi yang diperoleh siswa
pada kelas eksperimen sebesar 0,2543. Artinya terdapat perbedaan nilai pada
kemampuan pemecahan masalah matematika dengan pendekatan saintifik dan
pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan kontekstual memperhatikan motivasi belajarsiswa dapat menjadi
solusi untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Hasil analisis setelah diberikan model pembelajaran NHT dengan pendekatan
kontekstual menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
sebagian besar sudah lebih baik secara deskriptif dibandingkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan saintifik. Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Nurhayati dkk, 2020: 47) dimana pendekatan kontekstual dengan menggunakan
media ICT geogebra dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa khususnya pada materi program linear. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya
peningkatan nilai yang signifikan yaitu dari nilai rata – rata 19,63 menjadi 75,31.
Kesamaan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan kontekstul,
sedangkan perbedaannya terdapat pada model pembelajaran dan media pembelajaran.
Hasil analisis data N-gain secara deskriptif menunjukan bahwa penerapan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstualterhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa lebih baik jika dibandingkan dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik. N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata kelas
kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dengan
17
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.
Sedangkan pada kelompok kategori motivasi belajar sedang, siswa yang
diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang signifikan dimana model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual lebih baik, begitu juga pada
kelompok motivasi belajar rendah, siswa yang diajar dengan model pembelajaran
NHT dengan pendekatan kontekstual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik mempunyai perbedaan yang
signifikan dimana model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual lebih
baik.
Hubungan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual (kelas eksperimen)
dan yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik (kelas
Kontrol) memiliki varians yang sama. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
peningkatan motivasi belajar ketika dilakukan pembelajaran model NHT dengan
pendekatan Kontekstual. Seperti yang diungkapkan Yamin (Jatisunda, 2016)
pembelajaran kontekstual membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang
sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Artinya pendekatan kontekstual dapat
memperkuat kemampuan siswa dengan penerapan pola yang berbeda untuk
menyelesaikan masalah matematika.Pokok materi yang dihubungkan dengan
kehiudpan sehari-hari menjadi point pembeda antara pendekatan kontekstual dan
pendekatan saintifik.Diantara kelemahan pendekatan saintifik (Hosnan M, 2014)
yakni efektifitas waktu, kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen,
menyebabkan kurang minatnya siswa. Kegagalan dan kesalahan dalam melakukan
experimen cenderung dapat dikaitkan dengan kurangnya penerapan materi yang
19
mengarah ke kehidupan sehari hari.Minat siswa juga merupakan efek dari tidak
adanya contoh konkrit yang di kehidupan sehari-hari siswa.
Perbandingan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika tentunya juga
dipengaruhi motivasi belajar.Hal ini sejalan dengan Alderfer dalam (Nashar, 2004:42)
yang menyatakan motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang
menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi dan dengan
model pembelajaran NHT menciptakan suasana lebih kopreatif dan menuntut
kerjasama sama siswa, menurut (Marfuah dkk, 2014: 657), model pembelajaran NHT
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang siswanya dilibatkan pada
kegiatan belajar, dan siswa dilatih bekerjasama dengan siswa lain.Hal ini mendorong
siswa secara bersama-bersama memecahkan masalah, dan pada akhirnya
meningkatkan kemampuan masing-masing individu siswa dalam memecahkan
masalah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Deskriptif kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan Saintifik (Kelas
Kontrol) menunjukan Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik
sebesar 0,264. Sedangkan pada N-gain siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,23635.
Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
setelah diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual
dengan rata-rata N-gain sebesar 0,4485.
Rata-rata N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa
yang diajar dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dans iswa
yang diajar model pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori
20
motivasi belajar tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan, Rata-rata N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori motivasi belajar
sedang memiliki perbedaan yang signifikan. Selanjutnya, Rata-rata N-gain
kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik dan siswa yang diajar model
pembelajaran NHT dengan pendekatan kontekstual pada kategori motivasi belajar
rendah memiliki perbedaan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Astrawan, I.G.B. 2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 3
Tonggolobibi. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol.3 No. 4 (2013), 227-242.
Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gumrowi, A. 2016. Strategi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kontekstual dengan
Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gelombang Siswa
Kelas XII MAN 1 Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-
BiRuNi. 05 (2) (2016) 183-191.
Handoko dan T. Hani.1992. Manajemen Personal dan Sumber Daya Manusia, Edisi
Kedua, Cetak ke Empat. Yogyakarta: UGM
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jatisunda, M.G. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual .Jurnal
Theorems (The Original Research of Mathematics, 1 (1), 35-44.
Kemendikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta:
Pusbangprodik.
Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum
2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marfuah, I; Mardiyana, dan Kusmayadi, T.A. 2014. Pengembangan Model
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Berbasis Outdoor Study
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA Kelas X pada Materi Pokok
Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika. Vol.2, No.6, hal 655-666.
Muslich, M. 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
21