Anda di halaman 1dari 2

1.

Apa saja faktor penyebab putus obat pada pasien gangguan jiwa

Fleischhacker, dkk (2003) mengungkapkan empat faktor penyebab yang


mempengaruhi ketidakpatuhan pasien yaitu faktor yang berhubungan dengan
pengobatan, faktor yang berhubungan dengan pasien, faktor yang berhubungan
dengan lingkungan, dan faktor yang berhubungan dengan hubungan pasien dan tenaga
kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Fleischhacker dimana keempat faktor
tersebut diungkapkan oleh keluarga sebagai faktor yang menyebabkan anggota
keluarganya tidak patuh terhadap regimen terapeutik: pengobatan.
A. Faktor penyebab dari aspek obat.
Keluarga mengatakan efek samping obat, rasa obat yang pahit, banyaknya obat
yang diminum oleh pasien skizofrenia, dan kesulitan mendapatkan obat sebagai
faktor penyebab ketidakpatuhan dari aspek obat. Menurut partisipan efek samping
obat yang dirasakan pasien tidak hanya mengganggu secara fisik, namun juga
mengganggu fungsi seksual, aktivitas, dan konsentrasi pasien.

Menurut Pinikahana, dkk (2002) penyebab pasien tidak patuh adalah banyaknya
efek samping yang dirasakan pasien yaitu efek ekstra piramidal, akatisia,
peningkatan berat badan, dan gangguan fungsi seksual. Banyaknya efek samping
yang dirasakan pasien menyebabkan pasien sering kali berniat menghentikan
pengobatannya.
Selain itu, beberapa pasien merasa bahwa kerugian minum obat lebih besar dari
manfaat minum obat terutama saat gejala psikiatri tidak muncul. Banyaknya obat
yang harus dikonsumsi membuat partisipan merasa bosan dan takut mengalami
efek samping berupa kerusakan organ tubuh. Kaplan dan Sadok (1997) yang
mengatakan kompleksitas penggunaan obat (jumlah maupun dosis) merupakan
faktor risiko ketidakpatuhan, pasien yang mendapatkan tiga jenis medikasi dalam
satu hari atau jika medikasinya harus digunakan lebih dari empat kali dalam sehari
cenderung tidak patuh terhadap pengobatannya. Husar (1995) mengatakan rasa
yang tidak menyenangkan menyebabkan pasien, (tidak hanya anak-anak)
menghentikan pengobatannya. Kesulitan mendapatkan obat (jenis paten) sesuai
resep dokter menjadi salah satu penghambat kepatuhan pasien.

B. Faktor penyebab dari aspek pasien


Penyangkalan terhadap manfaat obat juga menjadi penyebab kekambuhan.
Faktor pasien sebagai penyebab ketidakpatuhan lainnya adalah penilaian pasien
terhadap obat. Pasien merasa obat adalah racun dan pemberi obat berniat meracuni
dirinya. Menurut Fleischhacker, dkk (2003), pasien dengan gejala positif sulit
patuh terhadap pengobatan karena merasa dipaksa dan takut diracuni.
Sikap negatif pasien terhadap pengobatan diakibatkan oleh keyakinan negatif
pasien terhadap obat. Jika pasien merasa obat dibutuhkan dan bermanfaat, maka
risiko sikap negatif akan rendah.
Ketidakdisplinan dalam minum obat sangat dipengaruhi oleh karakteristik pasien.
Jika pasien mempunyai kebiasaan hidup disiplin, dan menerima bahwa obat
dibutuhkan maka pasien akan patuh terhadap pengobatannya.
C. Faktor penyebab dari aspek keluarga
Akibat penyangkalan dari keluarga, keluarga bersikap membiarkan perilaku
pasien tidak mau minum obat. Mc Gaslan (1994), dan Huxlery, dkk ( 2000) dalam
Frisch & Frisch (2006) berpendapat bahwa pemberian pengetahuan tentang
gangguan jiwa dan terapi psikofarmaka pada keluarga akan meningkatkan
kepatuhan dan menurunkan angka kekambuhan.
Sikap simpati terhadap efek samping obat yang dirasakan pasien disebabkan
tingginya ekspresi emosi keluarga. Ekspresi emosi keluarga yang tinggi secara
tidak langsung menghambat peran keluarga dalam mendukung kepatuhan pasien.
Sikap simpati keluarga terhadap efek samping obat menyebabkan terhambatnya
dukungan akan kepatuhan.
(Puspitasari, 2017)

2. Bagaimana dampak putus obat terhadap masalah Kesehatan pasien gangguan jiwa

Pasien yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh pada pengobatan. Ketidakpatuhan
berobat ini yang merupakan alasan pasien kembali dirawat di rumah sakit. Pasien
yang kambuh membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali pada kondisi
semula dan dengan kekambuhan yang berulang, kondisi pasien bisa semakin
memburuk dan sulit untuk kembali ke keadaan semula.

Putus obat juga merupakan salah satu faktor presipitasi gangguan jiwa. Klien yang
mengalami gangguan jiwa, kebanyakan harus minum obat seumur hidupnya. Hal ini
yang menyebabkan klien merasa bosan minum obat dan akan menghentikan minum
obat. Selain karena merasa bosan, klien yang mempunyai pengetahuan kurang juga
akan menghentikan minum obat karena merasa sudah sembuh atau gejala tidak
muncul. Hal ini yang akan memicu kekambuhan gangguan jiwa atau munculnya
gangguan jiwa Kembali (Rinawati & Alimansur, 2016)

Kekambuhan yang terjadi dari beberapa pemicu salah satunya disebabkan karena
ketidakpatuhan pasien minum obat sehingga pasien putus obat yang mengakibatkan
pasien mengalami kekambuhan dan di rawat di rumah sakit kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, E. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Orang Dengan Gangguan
Jiwa. Jurnal Perawat Indonesia, 1(2), 58. https://doi.org/10.32584/jpi.v1i2.47
Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). (Asmedi, 2016). Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(1), 34.

Anda mungkin juga menyukai