Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN KESAN PEJABAT PUBLIK

(Studi pada Bupati Kabupaten Gowa, Adnan Purichta Ichsan)

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURKHALIS K
NIM: 50700116085

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terlihat baik di lingkungan masyarakat merupakan salah satu kebutuhan

sekunder bagi sebagian besar orang yang harus terpenuhi. Memiliki kesan buruk

membawa pengaruh yang dapat berdampak besar, sebagai makhluk sosial manusia
tidak bisa terlepas dari pengaruh dan dinamika dalam lingkungan masyarakat. Selalu

ada rasa penasaran dan ingin tahu terhadap suatu informasi atau peristiwa yang
terjadi. Informasi yang diperoleh baik yang ditampilkan secara langsung maupun di

media biasanya didesain untuk menggiring opini agar seseorang yang termuat

didalamnya mendapat kesan sesuai dengan yang diinginkan atau yang sedang

dibutuhkan.

Goffman menyebut aktivitas untuk memengaruhi orang itu sebagai

“pertunjukan” (performance). Sebagian pertunjukan ini diperhitungkan untuk

memeroleh respon tertentu, sebagian lainnya kurang diperhitungkan dan lebih mudah
dilakukan karena pertunjukan itu tampak alami, namun pada dasarnya tetap ingin

meyakinkan orang lain agar orang lain menganggap sebagai seseorang yang inzgin

ditunjukkan.1 Penciptaan kesan baik tentu mengharapkan sesuatu setelah kesan baik

itu berhasil terbangun dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pada dasarnya

seseorang sengaja menampilkan gambaran atau konsep dirinya untuk memeroleh

kesan baik.

1
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.Remaja Rosdakrya, 2006), h.
113.

1
2

Ariani berpendapat, bahwa banyak penelitian yang terkait dengan pengaturan

organisasi yang terfokus pada sebuah impression management dapat membantu

individu dalam mencapai citra yang baik dan mencapai kesuksesan karir. Impression

management adalah proses dimana individu menyajikan informasi tentang diri sendiri

agar tampil sesuai dengan keinginan individu sehingga orang lain melihat dan

menilainya sebagai sesuatu yang sesuai dengan keinginan individu tersebut.2

Manejemen kesan (Impression Management) adalah proses penciptaan kesan


baik seseorang dimata orang lain. Seringkali seseorang bahkan sengaja membuat

sebuah alur cerita untuk membangun kesan baik dimata orang lain. Situasi seperti ini
seringkali dilakukan oleh seorang pejabat publik. Hal ini dilakukan karena seorang

pejabat publik memang sangat perlu terlihat baik atau punya kesan baik dimata

publiknya. Pengelolaan kesan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak

langsung atau melalui perantara media.

Manajemen kesan adalah konsep yang disajikan seorang ahli teori sosial

Eving Goffman dalam bukunya Presentation of Self in Everiday Life (1959). Lebih

awal Goffman menjelaskan bahwa seseorang selalu memainkan peran dalam cara
yang kreatif agar individu tersebut mendapat respon dari orang lain sesuai dengan apa

yang dikehendakinya. Menurutnya, sebagai akibat dari itu seseorang berusaha

mengelola atau mengatur irama, respon orang lain dengan cara menghadirkan citra

sedemikian sesuai dengan individu tersebut inginkan sehingga orang lain berpikir

tentang individu tersebut. Inilah yang Gofman sebut sebagai manajemen kesan atau

pengelolaan kesan.

2
Wahyu Arini, “Pengaruh Manajemen Impresi pada Perilaku Kewargaan Organisasional:
Suatu Studi Empiris”, Jurnal Komunikasi, vol. V no. 1 (Februari 2014), h.13.
http://journal.umy.ac.id/index.php/bti/article/view/2445/pdf_35 (7 November 2018).
3

Menurut Goffman sangat sedikit atribut, pemilikan, atau aktivitas kita sebagai

manusia yang tidak digunakan dalam pengelolaan kesan ini. Pakaian yang pakai,

rumah yang di huni, pekerjaan yang di tekuni, cara kita menghabiskan waktu luang,

setiap hal yang mungkin publik tau tentang kita, termasuk foto yang kita pajang di

media sosial faktanya semua itu digunakan untuk memberitahu orang lain tentang

siapa diri kita.3

Perkembangan selanjutnya dari manajemen kesan, pada tahun 1982 Jones &
Pittman membangun sebuah sistem untuk merekam berbagai macam-macam perilaku

manajemen kesan. Melalui sitem ini Jones & Pittan mengidentifikasi taktik-taktik
yang digunakan orang dalam melakukan manajemen kesan. Sistem tersebut

mencangkup lima taktik yang meliputi: Self-promotion, ingratiation, exemplification,

intimidation, dan supplification.4

Bagi seorang pejabat publik membangun kesan baik di masyarakat adalah

suatu hal yang wajib untuk dilakukan, karena menjalankan roda kepemimpinan tanpa

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat adalah hal yang susah untuk dilaksanakan.

Masyarakat dan pemimpin adalah dua hal yang tidak bisa untuk dipisahkan, maka
dari itu harmonisasi antara keduanya harus tetap terjaga agar seorang pemimpin bisa

menunaikan kewajibannya dan masyarakat juga mendapatkan haknya.

Diskresi (freies ermessen) merupakan suatu kebebasan yang pada asasnya

memperkenankan alat administrasi negara mengutamakan keefektifan tercapainya

suatu tujuan daripada berpegang teguh pada ketentuan hukum, atau kewenangan yang

sah untuk turut campur dalam kegiatan sosial guna melaksanakan tugas-tugas

3
Pip Jones, Dkk, Pengantar Teori-teori Sosial (Jakarta:Obor, 2016), hlm. 147.
4
John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Bandung: PT. Gelora Aksara
Pratama t.t, 2015), hlm. 126.
4

menyelenggarakan kepentingan umum. Prinsipnya, pejabat pemerintah yang

menggunakan diskresi, selama tindakan itu dilakukan dalam lingkungan formil

wewenangnya (zolang hij tenminste binnen formele kring van zijn bevoegdheid heeft

gehandeld) atau dilakukan dalam rangka melaksanakan kewenangan jabatan, semua

konsekuensi yang timbul akan menjadi tanggungjawab jabatan.5

Seperti halnya dengan Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo selaku Bupati di

Kabupaten Gowa. Berdasarkan survey awal penelitian ini, periode pertama sebagai
kepala daerah Adnan Purictha sempat buruk di mata masyarakat karena dianggap

curang dalam PILKADA, masyarakat juga sempat menyebut kemenangan tersebut


sebagai dinasti politik.

Dari hasil hitung cepat yang dilakukan dua lembaga survei, Jaringan Survey

Indonesia (JIS) dan Celebes Research Center (CRC), pasangan ini unggul pada

pemilihan kepala daerah (Pilkada) Gowa. Dari data masuk ke CRC yang mencapai

82, Adnan-Kio unggul 42,18 persen. Sedangkan Andi Maddusila Idjo-Wahyu

Permana 27 persen, Syahrir Syafruddin-Anwar Usman 3.34 persen, Djamaluddin

Maknun-H Maskur 1.69 persen, dan Andi Tenri Olle YL-Chairil Muin 25.79 persen.
Jika data dari kedua lembaga survei ini tidak berubah, artinya Kabupaten

Gowa akan dipimpin keluarga Yasin Limpo selama 25 Tahun. Sebab, Adnan Purichta

merupakan anak dari Ichsan Yasin Limpo yang merupakan Bupati Gowa dua peride

sejak 2005-2015. Sebelum dipimpin Ichsan YL, Kabupaten yang terkenal dengan

kerajaan Islam ini sempat dipimpin Syahrul Yasin Limp o (SYL). Dia memimpin

Gowa selama dua periode sejak 1994-2002. SYL saat ini menjabat sebagai Gubernur

Sulawesi Selatan, setelah sebelumnya sempat menduduki kursi Wakil Gubernur

5
Pujiyono, “Diskreasi dan Tanggung Jawab Pejabat Publik pada Pelaksanaan Tugas dalam
Situasi Darurat”, Jurnal Law Reform, Vol. 13 No.1 (Februari 2017), h. 66
5

Sulsel periode 2003-2008. Pria 60 tahun sejauh ini telah mempimpin Sulsel sejak

2008, setelah mampu menang di Pilkada Gubernur.6

Selain itu, Adnan Purichta Ichsan juga pernah mengalami konflik mengenai

pergantian kedudukan Raja Gowa yang dianggap serakah oleh masyarakat. Dari

penelusuran Liputan6.com, insiden pembakaran gedung DPRD Gowa merupakan

buntut konflik sejak terbitnya Perda Pembentukan Lembaga Adat Gowa pada 15

Agustus 2016. Dalam pelaksanaan Perda tersebut, Bupati Gowa Adnan Purichta
Ichsan Yasin Limpo dilantik sebagai Dewan Adat yang sekaligus

sebagai sombayya ri gowa atau Raja Gowa.


Keberadaan Perda ini pun akhirnya mengusik ketenangan keluarga kerajaan

Gowa yang menilai Perda itu telah memutus silsilah Raja Gowa. Pendukung Raja

Gowa ke-37 Andi Maddusila Karaeng Idjo pun dibuat meradang dan hingga saat ini

terus menolak Perda tersebut. Andi Maddusila yang didukung oleh seluruh

perwakilan raja-raja se-nusantara juga melakukan upaya hukum lainnya dengan

mengirim surat ke Presiden RI, Kementerian Dalam Negeri, Gubernur Sulsel, serta

melakukan gugatan pembatalan Perda LAG ke PTUN. 7


Tetapi di akhir periode masa jabatannya dia berhasil untuk kembali

mendapatkan kepercayaan masyarakat. Sampai pada akhirnya PILKADA 2020

Adnan Purichta menjadi satu-satunya bakal calon Bupati di Kabupaten Gowa, bahkan

kemenangannya mencapai 84% melawan kotak kosong. Penetapan pemenang Pilkada

Gowa ditetapkan lewat rapat pleno terbuka di Hotel Gammara Makassar. Adnan-Kio

6
Debbie Sutrisno, “Gowa akan Dipimpin Dinasti Yasin Limpo Selama 25 Tahun”, Republika Online.
9 Dec 2015. https://republika.co.id/berita/nasional/pilkada/nz3gho361/tradisi-ramadhan (17 Desember 2021).
7
Eka Hakim, “Konflik Bupati dan Raja Gowa Makin Panas,” 27 Sept 2016.
http://m.liputan6.com/regional/read/2611511/konflik-bupati-dan-raja-gowa-makin-
panas?utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Share_Top (17 Desember
2021).
6

hadir sekaligus menerima penyerahan salinan surat keputusan KPU Gowa tentang

penetapan hasil pilkada. Ketua KPU Gowa Muhtar Muis mengatakan, penetapan

paslon terpilih menyusul pemberitahuan Mahkamah Konstitusi bahwa tidak ada

gugatan terkait pilkada setempat.

Menurut rekapitulasi resmi KPU Gowa, terdapat 413.788 suara sah pada

pemungutan suara 9 Desember 2020. Dari jumlah tersebut, pemilih Adnan-Kio

sebanyak 377.463 suara atau 91,22 persen. Sedangkan pemilih kolom kosong
sebanyak 36.325 suara. Muhtar melaporkan, Pilkada Gowa 2020 diikuti 419.604

pengguna hak suara. Tingkar partisipasi pemilih tercatat sebesar di atas 78 persen,
melebihi target nasional 77 persen. Perolehan suara Adnan-Kio di Pilkada Gowa jadi

rekor baru di Sulawesi Selatan. Kemenangan Adnan-Kio sudah diprediksi sejumlah

lembaga survei yang menggelar hitung cepat alias quick count pada hari pilkada. Sala

satunya Jaringan Suara Indonesia (JSI), yang melaporkan Adnan-Kio menang dengan

perolehan 91,14 persen suara.8

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik dan tertantang untuk

meneliti manajemen kesan yang dibangun oleh Adnan Purichta Ichsan selaku Bupati
Kabupaten Gowa yang berhasil mendapat kepercayaan masyarakat kembali.

Disamping itu, peneliti beranggapan bahwa komunikasi adalah salah satu faktor

pendukung dalam membangun manajemen kesan.

8
Aan Pranata, “KPU Gowa Tetapkan Adnan-Kio sebagai Pemenang Pilkada” 22 Jan 2021.
https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/aanpranata/kpu-gowa-tetapkan-sebagai-adnan-kio-pemenang-
pilkada. (17 Desember 2021).
7

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan pada manajemen kesan yang dilakukan oleh

Adnan Purichta Ichsan sebagai Bupati Kabupaten Gowa untuk tetap mempertahankan

citra positifnya di masyarakat.

2. Deskripsi Fokus

Berkaca dari fokus penelitian di atas dan untuk menghindari kesalah pahaman
dalam menginterpretasikan judul yang diajukan dalam penelitian ini. Penulis

mendeskripsikan fokus penelitian dalam judul yaitu:

a. Impression Management

Manajemen kesan (Impression Management) menaruh titik fokus pada proses

membangun kesan baik pada individu, kelompok maupun instansi guna mendapakan

perspektif yang baik dari orang lain (khalayak). Pengelolaan kesan dapat dilakukan

secara langsung maupun secara tidak langsung atau melalui perantara media. Hal ini

dilakukan karena seorang pejabat publik memang sangat perlu terlihat baik atau

punya kesan baik dimata publiknya.

b. Pejabat Publik
Pejabat publik adalah sesorang yang dipilih, ditunjuk atau dimandatkan suatu

tugas dalam sebuah instansi untuk melaksanakan tugas tertentu. Dengan segala

kemampuan yang dimilikinya, publik memilih seorang pejabat publik guna untuk

memperjuangkan kepentingan publik melalui penyelenggaraan pelayanan publik yang

baik dan terarah. Maka dari itu, seorang pejabat publik harus punya strategi yang baik
8

untuk menjalakankan kewajibannya dan mampu memanejemen kesan agar terlihat

lebih baik dan tetap mendapat kepercayaan dari publik yang ia pimpin.

c. Adnan Purichta Ichsan

Adnan Purichta Ichsan adalah salah seorang pejabat publik yang saat ini

sedang menjabat sebagai Bupati di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Putra daerah Kabupaten Gowa kelahiran Jakarta pada tanggal 9 Maret 1986
merupakan putra dari mantan Bupati Kabupaten Gowa, Bapak Ichsan Yasin Limpo.

Adnan Purichta Ichsan memulai karir politiknya pada tahun 2009 sebagai anggota
DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2014, beliau kembali terpilih sebagai

anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan di dapil Makassar I. Barulah pada tahun

2016 walaupun diawal diperiode pertamanya banyak menuai kritik dan hambatan,

namun itu semua dapat dilalui dengan baik melalui program kerja yang berhasil

mendapat perhatian baik dari publik. Terbukti diperiode keduanya, beliau kembali

maju untuk bertarung menjadi calon Bupati di Kabupaten Gowa melawan kotak

kosong. Karena sudah mendapat perhatian dan kepercayaan yang baik dari
masyarakat, Adnan Purichta Ichsan berhasil keluar menjadi pemenang dalam

pemilihan kepala daerah tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen kesan yang dilakukan oleh Adnan Purichta Ichsan

sebagai Bupati Kabupaten Gowa?


9

2. Bagaimana proses komunikasi politik Adnan Purichta Ichsan dalam

manajemen kesan yang dibangun sebagai Bupati Kabupaen Gowa?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti

buku, jurnal, artikel, disertasi, skripsi, tesis, serta karya ilmiah lain yang dikutip di

dalam penulisan sebuah proposal. Tinjauan pustaka ini bisa dimaknai sebagai suatu
aktivitas yang meliputi pencarian, lalu membaca dan menelaah sebuah karya tulis

yang sangat relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka
disamping membekali penulis dengan landasan yang diinginkan, juga mencerminkan

kedalaman teori yang terlibat dalam penelitian. Untuk mempermudah jalannya

penelitian ini, penulis melakukan studi literasi mengenai beberapa penelitian yang

dianggap relevan sebagai bahan rujukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun

penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini

antara lain:

1. Skripsi Ulfah Nurul Islam Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas


Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang

berjudul “Impression Mangement Pejabat Publik Dalam Media Sosial

(Analisis isi Kualitatif Deskriptif Pengelolaan Kesan Walikota Bandung

Ridwan Kamil Melalui Unggahan Foto & Video dalamAkun Instagram

@ridwankamil)” yang ditulis pada tahun 2018.9 Dalam penelitiannya

membahas mengenai bagaimana pengelolaan kesan Ridwan Kamil dalam

9
Ulfah Nurul Islam, Impression Mangement Pejabat Publik Dalam Media Sosial (Analisis isi
Kualitatif Deskriptif Pengelolaan Kesan Walikota Bandung Ridwan Kamil Melalui Unggahan Foto &
Video dalamAkun Instagram @ridwankamil). Skripsi (Surakarta: Fak. Komunikasi & Informatika,
2018).
10

media sosial Instagram. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan

teori Impression Management, adapun yang menjadi perbedaan dalam

penelitian ini adalah metode penelitiannya. Saudari Ulfah menggunakan

metode analisis isi sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif.

2. Skripsi Arif Hermansyah Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial &

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang berjudul


“Pengelolaan Kesan Selebgram dalam Memanfaatkan Media Sosial

Instagram (Studi Kasus Selebgram Lokal di Kota Cilegon)” yang ditulis


pada tahun 2019.10 Dalam Penelitiannya membahas mengenai bagaimana

proses pengelolaan kesan (Impression Management) yang terjadi pada

panggung depan selebgram dalam memanfaatkan media sosial Instagram

dan panggung belakang selebgram dalam kehidupan sehari-harinya.

Persamaan dalam peneitian ini yaitu keduanya menggunakan pendekatan

kualitatif, sedangkan perbedaannya terletak pada objek. Saudara Arif

objeknya Selebgram dan pada penelitian ini objeknya yaitu Adnan Purichta
Ikhsan.

3. Skripsi Nur Fitrah Ramadany S. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Dakwah & Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang

berjudul “Impressoin Management Dalam Media Sosial (Analisis isi dalam

unggahan akun Twitter @Jokowi)” yang ditulis pada tahun 2019.11 Dalam

10
Arif Hermansyah, Pengelolaan Kesan Selebgram dalam Memanfaatkan Media Sosial
Instagram (Studi Kasus Selebgram Lokal di Kota Cilegon). Skripsi (Cilegon: Fak. Ilmu Sosial & Ilmu
Politik, 2019).
11
Nur Fitrah Ramadany S. Impressoin Management Dalam Media Sosial (Analisis isi dalam
unggahan akun Twitter @Jokowi. Skripsi (Makassar: Fak. Dakwah & Komunikasi, 2019).
11

Penelitian ini membahas mengenai strategi pengelolaan kesan yang

dilakukan oleh Joko Widodo melalui media sosial Twitter agar tetap

mendapatkan kepercayaan dan mempertahankan image positifnya di

masyarakat. Persamaan dalam penelitian keduanya membahas mengenai

manajemen kesan adapula perbedaannya adalah saudari Nur Fitrah

menggunakan media sosial sedangkan pada penelitian ini tidak

menggunakan media sosial.

Tabel 1.1

Tabel Perbandingan

Perbedaan
Nama
Judul Penelitian Peneliti Penelitian Persamaan
Peneliti
terdahulu Peneliti
Ulfah Impression Mangement Metode pada Metode pada Keduanya
Nurul Pejabat Publik Dalam penelitian ini penelitian ini menggunakan teori
Islam Media Sosial (Analisis isi menggunakan menggunakan Impression
Kualitatif Deskriptif analisis isi kualitatif Management
Pengelolaan Kesan Waliko deskriptif
ta Bandung Ridwan Kamil
Melalui Unggahan Foto
& Video dalam Akun Insta
gram @ridwankamil)
Arif Pengelolaan Kesan Selebgr Perbedaan Pada penelitian Keduanya
Herman am dalam Memanfaatkan terletak pada ini objeknya menggunakan
syah Media Sosial Instagram objeknya, Arif adalah Bupati penelitian kualitatif.
(Studi Kasus Selebgram Hermansyah Gowa yaitu
Lokal di Kota Cilegon) objeknya adalah Adnan Purichta
selebgram Ikhsan.
Nur Impression Management Nur Fitrah Pada penelitian Keduanya
Fitrah Dalam Media Sosial Ramadany ini tidak membahas tentang
Ramada (Analisis isi dalam menggunakan menggunakan manajemen kesan
ny unggahan akun Twitter media sosial media sosial
@Jokowi)”
12

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi manajemen kesan (Impression Management) yang

dilakukan oleh Adnan Purichta Ichsan sebagai Bupati Kabupaten Gowa.

b. Untuk mengetahui proses komunikasi politik Adnan Purichta Ichsan dalam

manajemen kesan yang dibangun sebagai Bupati Kabupaten Gowa.


2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini sebagai media pengembangan khasanah

keilmuan baik ilmu pengetahuan secara umumnya dan khususnya dalam kajian ilmu

komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa atau

siapapun yang memiliki niat melakukan penelitian Manajemen Kesan Pejabat Publik

(Studi Kasus pada Adnan Purichta Ikhsan Sebagai Bupati Gowa).


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Komunikasi Politik

Dalam dunia politik, komunikasi politik adalah hal yang sudah semestinya

terjadi. Tidak hanya aksi protes dalam menyuarakan bentuk kritikan atau aspirasi

menuntut hak yang terampas, namun dalam komunikasi politik juga terdapat rapat,
pidato, kampanye, debat dalam sidang, perundingan maupun negosiasi. Para jurnalis

meliput peristiwa yang terjadi kemudian merilisnya dalam bentuk berita kepada
publik dengan frame tertentu, lalu masyarakat, elit politik maupun dari unsur

pemerintah memperoleh berita dari media mengenai perkembangan, peristiwa,

ataupun isu. Dari informasi tersebut kemudian muncul persepsi, pendapat maupun

penilaian dari berbagai pihak yang mendapatkan informasi tersebut.

Pawito mengemukakan beberapa pengertian komunikasi politik dalam

bukunya, satu diantaranya adalah pengertian komunikasi politik menurut McQuail.

Menurut McQuail, komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian


informasi termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya,

pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan

dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga.

Pandangan McQail menunjukkan bahwa komunikasi politik menandai

keberadaan dan aktualisasi lembaga-lembaga politik, komunikasi politik merupakan

fungsi dari sistem politik, dan komunikasi politik berlangsung dalam suatu

sistempolitik tertentu. Suatu komunikasi dapat dikatakan sebagai komunikasi politik

tergantung pada bagaimana karakter pesan dan dampaknya terhadap sistem politik.

13
14

Semakin jelas pesan komunikasi berkaitan dengan politik dan semakin kuat pula

dampaknya terhadap sistem politik, maka semakin signifikan pula komunikasi

tersebut dinilai sebagai komunikasi politik.1

Pandangan lain mengenai komunikasi politik juga dikemukakan oleh Henry

dan Rachma yang mereka simpulkan dari beberapa batasan pengertian yang

dikemukakan oleh beberapa sarjana. Mereka mengartikan komunikasi politik sebagai

suatu aktivitas komunikasi yang mempunyai konsekuiensi atau akibat polituk, actual
potensial, terhadap fungsi sistem politik. Menurut mereka, komunikasi mempunyai

peranan yang cukup penting dalam proses politik. Oleh karena itu, tidak jarang para
penguasa berusaha untuk mengendalikan dan menguasai komunikasi agar mereka

tetap mendapat dukungan untuk berkuasa.

Seorang pemimpin politik, baik yang otoriter maupun demokrat, memiliki

kecenderungan untuk memanipulasi atau menguasai informasi yang ada untuk

masyarakat. Dalam hal ini, media ikut berperan aktif sebagai penyalur informasi.

Hanya saja sejarah menunjukkan bahwa media sealu dipengaruhi oleh kekuatan yang

ada di masyarakat, baik kekuatan politis, penguasa, pemilik modal, maupun kekuatan
ekonomi dan politik yang lain. Pada intinya, media selalu dipengaruhi oleh sistem

politik yang berlaku.2

Doris Greber juga mengingatkan dalam tulisannya Political Languange bahwa

komunikasi politik tidak hanya pada retorika, tetapi juga mencakup simbol-simbol

bahasa, seperti bahasa tubuh maupun tindakan-tindakan politik misalnya unjuk rasa,

boikot, aksi protes dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa

1
Pawito, Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan(cet.I;Yokyakarta:Jalasu
tra, 2009), h. 2.
2
Henry Subiakto dan Rachma Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi (Ed.II;
Cet.I;Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), h. 19-20.
15

komunikasi politik merupakan suatu proses pengoperan lambang-lambang atau

simbol komunikasi yang berisi pesan politik dari individua atau kelompok kepada

khalayak dengan tujuan membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi

sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi sasaran politik. Komunikasi politik

memiliki pesan yang bermuatan politik dan memiliki implikasi atau konsekuensi

terhadap aktivitas politik.3

Seperti pengertian komunikasi politik, tujuannya pun sangat banyak. Dalam


buku Roni Tabroni mengemukakan pandangan Ardial mengenai tujuan dari

komunikasi politik itu sendiri. Ardial memandang bahwa tujuan komunikasi politik
diantaranya adalah penyampaian informasi politik, membentuk citra politik,

membentuk opini publik dan dapat juga menghendel pendapat ataupun tuduhan lawan

politik. Komunikasi politik juga bertujuan menarik simpati publik untuk

meningkatkan partisipasi politik sesuai dengan kepentingannya. Komunikasi politik

sangat terkait erat dengan opini publik. Hal tersebut dianggap sebagai konsekuensi

dari sebuah proses pencitraan yang dilakukan, terlebih dalam konteks dimana

pencitraan itu menggunakan media massa. Opini publik akan terbentuk ketika
komunikator politik menyampaikan gagasan atau pesannya kepada khalayak.4

B. Impression Management Theory

Teori manajemen impresi (impression management) menyebut, bahwa

dalam interaksi sosial setiap individu berupaya menampilkan gambaran dirinya atau

konsep dirinya di depan orang lain. upaya ini disebut manajemen impresi, yaitu

3
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Ed.Rev; Cet.5; Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h.30.
4
Roni Tabroni, Komunikasi Politik Pada Era Multimedia (Cet.2; Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2014), h. 26-28.
16

individu secara sengaja menggunakan komunikasi untuk menciptakan kesan yang

diinginkan dari orang lain terhadapnya. Karena manajemen impresi terkait cara

mempresentasikan diri, maka Rosenfeld, Giacalone & Riordan menyebutnya sebagai

teori presentasi diri. Dalam interaksi dengan orang lain, individu menggunakan

komunikasi unuk mengelola kesan orang lain terhadap diri individu tersebut

(Goffman). Komunikasi yang digunakan ini, menurut Goffman dibagi dalam dua

bagian, yaitu:
a. Bagian yang relatif mudah bagi individu untuk mengelola dan memanipulasinya,

yaitu komunikasi verbal.


b. Bagian yang relative lebih sulit sering terjadi diluar kesadaran atau tidak disengaja

sulit dikontrol, yaitu komunikasi nonverbal.5

Istilah prestasi diri dan prestasi diri strategis digunakan oleh Edward Jones

dan rekannya untuk mendeskripsikan konsep mereka tentang manajemen kesan. Teori

presentasi diri ini didasarkan pada asumsi bahwa presentasi perilaku seseorang secara

koheren selama interaksi akan menyebabkan orang lain menentukan tipe atribusi

terhadap orang itu. Perilaku dan atribusi yang diasosiasikan Edward Jones diringkas
menjadi lima tipe strategi presentasi diri yang biasa dilakukan individu, strategi

karakteristik yang akan mengungkapkan masing-masing atribusi, dan berbagai taktik

untuk mengimplementasikan strategi tersebut.6 Menurut Kriyantono sendiri, strategi

tersebut juga berlaku untuk menjelaskan perilaku organisasi dalam mempresentasikan

dirinya untuk memengaruhi kesan publiknya. Kelima strategi presentasi diri tersebut

adalah:

5
Rachmat Kriyantono, Teori-Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal (Cet.II;
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h.220.
6
Littlejoohn & Foss, Ensiklopedia Communication Theory, terj. Tri Wibowo S, Ensiklopedia
Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2016), h.611.
17

1. Strategi Ingratiation (Menyenangkan Orang Lain)

Strategi ini digunakan oleh individu maupun organisasi yang ingin

dipersepsi sebagai pihak yang menyenangkan atau ramah. Strategi ini diwujudkan

dengan menampilkan emosi-emosi positif selama interaksi dengan publik, seperti

suka membantu publik dan menghargai kepentingan publik.

2. Strategi Self-Promotion (Promosi Diri)

Strategi Self-Promotion digunakan jika seseorang maupun kelompok, jika


ingin mendapatkan kesan sebagai seseorang individua tau organisasi yang

berkompeten. Strategi ini diaplikasikan dengan menampilkan prestasi yang dicapai,


hal-hal baik yang telah dilakukan terhadap publik, dan menampilkan berbagai

penghargaan yang diperoleh atas prestasinya.

3. Strategi Supplication (Sebagai contoh)

Strategi Supplication digunakan jika ingin mendapatkan kesan sebagai

individu atau organisasi yang layak dijadikan contoh. Strategi ini terwujud dari

beberapa tindakan, seperti mendemonstrasikan kemampuan, kelebihan, integritas, dan

nilai-nilai organisasi.
4. Staregi Supplication (Self-Handicapping)

Strategi ini memperlihatkan individu organisasi yang memiliki

keterbatasan dalam membantu publik. Individua tau organisasi tersebut diimpresikan

sebagai pihak yang lemah sekaligus yang menjadi korban dari krisis yang terjadi.

5. Strategi Intimidation

Strategi ini digunakan jika ingin dipersepsi sebagai seseorang atau

organisasi yang kuat dan mampu mengontrol situasi. Diwujudkan dengan


18

menampilkan atribut yang mempresentasikan kemarahan atau keinginan untuk

menghukum pihak lain yang menyebabkan kerugian.7

Dalam teorinya, Goffman juga mengemukakan mengenai suatu panggung

drama yang disebut dengan panggung depan dan panggung belakang. Dimana melalui

panngung depan individu menampilkan identitas yang disebut dengan identitas sosial,

yakni identitas yang ingin individu tampilkan di depan umum. Sementara itu, melalui

panggung belakang individu memiliki identitas personal, yaitu identitas yang individu
sembunyikan. Melalui fenomena tersebut, teori mengenai manajemen kesan

dikembangkan oleh Goffman untuk menggambarkan bahwa dalam penampilan diri


seringkali individu ketika menjalani perannya di tengan masyarakat melakukan

sesuatu untuk menampilkan kesan tergantung dari apa yang disebut Goffman sebagai

“setting dan audiences”, bahwa ketika individu melakukan manajemen kesan, maka

individu tersebut akan berlaku secara sadar ataupun tidak dalam menampilkan citra

yang diinginkannya dan berharap orang lain kan terkesan dengan apa yang telah

dilakukan oleh individu tersebut.8

Setiap manusia tentulah harus memiliki konsep diri yang positif untuk
dapat bergaul dengan baik di masyarakat. Konsep diri berkaitan dengan bagaimana

cara Anda memandang diri sendiri dan persepsi Anda tentang bagaimana orang lain

memandang diri Anda. Konsep diri adalah segala apa yang dipikirkan dan dirasakan

tentang diri sendiri serta keseluruhan kepercayaan dan sikap yang dirasakan tentang

diri sendiri pula. Terkadang Anda berprasangka buruk terhadap diri sendiri. Misalnya,

jangan-jangan orang lain menganggap saya jelek, pasti si A menganggap saya tidak

7
Rachmat Kriyantono, Teori-Teori Publik Relations Perspektif Barat dan Lolal, h. 222.
8
Ruli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cet.I; Jakarta: Kencana Prendmedi Group,
2014), h. 143-144.
19

bisa. Jika hal ini berlarut, Anda bisa jatuh dalam fenomena dimana pandangan orang

lain tentang diri Anda terinternalisasi dalam benak Anda. Misalnya, merasa orang lain

menganggap diri Anda bodoh, lama-lama tanpa Anda sadari anggapan tadi

terinternalisasikan ke dalam benak Anda. Konsep diri ini berkaitan dengan upaya

melakukan “impression management”. Artinya, agar tujuan komunikasi kita tercapai,

maka kita berusaha mengatur cara kita berkomunikasi, penampilan diri kita, cara

berjalan, dan sebagainya. Pada akhirnya, membuat khalayak terkesan. Jika konsep
diri kita negatif, maka proses manajemen impresi ini sulit dilakukan.9

C. Pandangan Islam Tentang Pejabat Publik

Berbicara mengenai pejabat publik, tentu tidak lagi asing ditelinga kita.

Apalagi di Negara kita Indonesia yang menganut ideologi demokrasi. Seorang pejabat

publik merupakan pelayan masyarakat yang ditunjuk dan diberikan amanah untuk

memimpin suatu wilayah berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing. Selain

menjalankan tugas dan fungsinya, pejabat publik juga harus mampu untuk menjadi

contoh yang baik untuk masyarakat atau publik yang dipimpinnya. Kritikan dan

sebuah penghargaan yang diberikan oleh publik adalah suatu hal yang biasa dihadapi
oleh seorang pejabat publik. Seringkali seorang pejabat publik juga salah dalam

menjalankan tugas dan wewenannya. Hal ini merupakan hal yang lumbrah dan sering

terjadi dalam kehidupan pejabat publik. Bahkan situasi seperti ini sudah terjadi

sebelum Indonesia merdeka. Maka dari itu, sebagai umat muslim yang taat, haruslah

tahu cara untuk menhindar dari kondisi dan situasi yang diluar perintah Agama kita.

1. Manusia sebagai Khalifah

9
Rachmat Kriyantono, Teori-Teori Publik Relations Perspektif Barat dan Lokal, h.264.
20

QS. Al-Baqarah: 30

‫ض َخ ِليفَةً قَالُوا أَت َ ْج َع ُل فِي َها َم ْن‬ ْ ‫َوإِذْ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي َجا ِع ٌل فِي‬
ِ ‫األر‬
‫ِّس لَ َك قَا َل إِنِِّي أ َ ْعلَ ُم َما ال‬
ُ ‫ِك َونُقَ ِد‬ ُ ‫يُ ْف ِسدُ فِي َها َويَ ْس ِفكُ ال ِدِّ َما َء َون‬
َ ُ‫َحْن ن‬
َ ‫سبِِّ ُح بِ َح ْمد‬
َ‫ت َ ْعلَ ُمون‬

Terjemahnya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”10

Allah Swt telah menerangkan bahwa Dialah yang menghidupkan manusia

dan menempatkannya di bumi. Lalu Dia menerangkan asal penciptaan manusia dan

apa-apa yang diberikan kepadanya berupa pengetahuan tentang berbagai hal. Maka

ingatlah, hai Muhammad, nikmat lain dari Tuhanmu yang diberikan kepada manusia.

Nikmat itu adalah firman Allah kepada malaikat-Nya, “ Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan makhluk yang akan Aku tempatkan di bumi sebagai penguasa. Ia adalah
Adam beserta anak cucunya. Allah menjadikan mereka sebagai khalifah untuk

membangun bumi.” Dan ingatlah perkataan malaikat, “Apakah Engkau hendak

menciptakan orang yang menumpahkan darah dengan permusuhan dan pembunuhan

akibat nafsu yang merupakan tabiatnya? Padahal, kami selalu menyucikan-Mu dari

apa-apa yang tidak sesuai dengan keagungan-Mu, dan juga selalu berzikir dan

mengagungkan-Mu.” Tuhan menjawab, “Sesungguhnya Aku mengetahui maslahat

yang tidak kalian ketahui.”

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. (Bandung: Syaamil


10

Cipta Media, 2005), h. 6


21

2. Citra Kesucian/ Baik/ Lurus

QS. Al-Ruum ayat: 30

‫َّللا ذَلِكَ ال ِدِّي ُن‬


ِ‫ق ه‬ ِ ‫علَ ْي َها ال تَ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ َ‫َّللا الهتِي ف‬
َ ‫ط َر النه‬
َ ‫اس‬ ِ ‫ط َرةَ ه‬ ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ف‬
ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِلل ِد‬
َ‫اس ال يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ْالقَيِِّ ُم َولَ ِك هن أَ ْكثَ َر النه‬
Terjemahnya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) firman Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”11

Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari

kesesatan mereka. Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah

itu. Yaitu fitrah bahwa mereka dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya.

Fitrah itu tidak akan berubah. Fitrah untuk menerima ajaran tauhid itu adalah agama

yang lurus. Tetapi orang-orang yang musyrik tidak mengetahui hakikat hal itu.

1. Citra Amanah
QS. Al-Ahzab, ayat: 72

‫ض َو ْال ِجبَا ِل فَأَبَيْنَ أَ ْن يَ ْح ِم ْلنَ َها َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْن َها‬


ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬ ‫علَى ال ه‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫ضنَا ْاأل َ َمانَة‬ْ ‫ع َر‬ َ ‫إِنها‬
ً ‫ظلُو ًما َج ُه‬
‫وال‬ َ َ‫سا ُن إِنههُ َكان‬ ِ ْ ‫و َح َملَ َها‬.
َ ‫اْل ْن‬ َ

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi,


dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. (Bandung: Syaamil


11

Cipta Media, 2005), h. 407


22

dan mereka khawatir akan menghianatinta, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”12

Kami telah menawarkan kepada bumi, langit dan gunung untuk

mengemban tugas-tugas keagamaan. Tapi mereka tidak bersedia melaksanakan misi

itu karena takut. Tetapi manusia menyanggupinya. Sungguh manusia itu sangat zalim

pada diri sendiri dan tidak mengetahui kemampuan dirinya.

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. (Bandung: Syaamil
Cipta Media, 2005), h. 421
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif menggunakan

penelitian kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan

masalah yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meniliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem
pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.1

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya


umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak

ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap

kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik kesimpulan

berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.2

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian

deskriptif menggunakan penelitian kualitatif. Penulis memutuskan untuk menggunak

n metode ini karena relevan dan sesuai untuk meneliti manajemen kesan yang
dilakukan pejabat publik, yakni Adnan Purichta Ichsan sebagai Bupati Kabupaten

Gowa.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku

1
Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghlia Indonesia, 2005), h. 54.
2
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Komunikasi Public Relation dan Komunikasi ( Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, Cet-7 2017), h. 215.

23
24

manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang

dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya. Menurut Bodgan dan Taylor yang

dikutip dalam Imam Gunawan, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu

secara utuh. 3

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-


strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Pendekatan


penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan

data sedalam-dalamnya. Data-data dalam penelitian yang diperoleh dari wawancara,

observasi, dan dokumentasi selama penelitian nantinya akan dikumpulkan dan diolah

sedemikian rupa untuk dianalisa sesuai dengan maksud penelitian, kemudian hasil

dari analisa tersebut akan dideskripsikan secara struktur kualitatif untuk menarik

kesimpulan.4

C. Sumber Data

Penulis memerlukan beberapa sumber data yang dapat membantu dalam

proses penyelesaian penelitin. Sumber data tersebut ialah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek

yang diteliti saat penelitian dilakukan, misalnya hasil wawancara, sharing dengan

3
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Ed.1; Cet.4; Jakarta:
Bumi Aksara, 2016) h. 80.
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 56.
25

beberapa individual maupun secara kelompok yang secara langsung terlibat dengan

obyek yang diteliti. Kelebihan dari data primer adalah data yang didapatkan bersifat

otentik dengan apa yang dilihat dan didengar secara langsung oleh peneliti.

Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan Teknik

purposive sampling (sampel purposive). Sampel purposive merupakan penentuan

sampel yang dilakukan oleh penulis secara sengaja memilih sampel atau periode

tertentu atas dasar pertimbangan ilmiah atau berdasarkan kriteria-kriteria tertentu


yang telah ditentukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan

informan memang tidak dilakukan secara acak, tetapi berdasarkan pertimbangan yang
kuat dari penulis.5

Adapun kriteria yang digunakan adalah :

1. Bupati Kabupaten Gowa (Adnan Purichta Ichsan)

2. Protokoler Bupati Kabupaten Gowa

3. Tokoh Masyarakat Kabupaten Gowa

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang didapatkan oleh penulis melalui
berbagai macam sumber seperti membaca buku, pencarian di internet, artikel

maupun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sumber

penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung

yang berupa catatan dan media, bukti yang telah ada atau arsip baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.6

5
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu-Ilmu
Sosial Lainnya, (Cet.I; Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), h. 47.
6
A.Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantatif Kualitatif & penelitian gabungan (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2017), h. 369.
26

D. Metode Pengumpulan Data

Menurut J. Supranto data yang baik dalam suatu penelitian adalah data

yang dipercaya (Reliable), tepat waktu, mencakup ruang yang luas serta dapat

memberikan gambaran yang jelas untuk menarik kesimpulan.7 Pada penelitian ini,

penulis akan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara observasi,

wawancara dan dokumentasi.


1. Observasi

Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung. Observasi


merupakan teknik pengumpulan data untuk penelitian kualitatif karena dalam

observasi terdapat interaksi berupa percakapan pada objek yang diteliti.

Tujuan obeservasi dalam banyak hal, adalah untuk memahami perilaku dan

kejadian-kejadian, dalam hal ini berbagai variasi mengenai keterlibatan dalam

observasi atau tingkat partisipasi dipergunakan pada penelitian terhadap lingkungan

sosial, antara lain sebagai berikut berbentuk.8

a. Participant Observation (pengamatan partisipasi)


Teknik pengamatan ini biasanya digunakan untuk pengumpulan data dan

informasi melalui kombinasi antara observasi langsung dan wawancara secara formal

atau informal dalam waktu yang bersamaan.

7
J. Supranto, Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, (Jakarta: lembaga penerbit FE-UI,
1998), h. 47.
8
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Komunikasi Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, Cet.-7 2017), h. 35-36.
27

b. Nonparticipant Observation (Pengamatan Nonpartisipasi)

Penulis melakukan pengamatan nonpartisipasi ini, melakukan observasi

pengumpulan data dan informasi tanpa melibatkan diri atau tidak menjadi bagian dari

lingkungan sosial.

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi non-partispasi, dimana

penulis tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang diteliti.


2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan


seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.9 Dalam penelitian ini, penulis

akan melakukan wawancara langsung dengan Bupati Kabupaten Gowa, Adnan

Purichta Ichsan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan

dalam berbagai metode pengumpulan data. Data dokumentasi yang dikumpulkan


dapat berupa foto-foto, surat, surat kabar, buku-buku, naskah, artikel, catatan harian,

dan arsip-arsip lain yang dianggap bagi penulis. Kajian dokumen merupakan

pelengkap dan penggunaan kaidah observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.10

9
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
2010), hal.180.
10
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2017), h. 363.
28

Hasil dari penelitian kualitatif akan lebih tinggi jika menggunakan teknik

pengumpulan data dengan dokumentasi. Dokumentasi banyak tersedia, sehingga

peneliti akan lebih mudah mendeskripsikan dan menganalisa berita terkait penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian kualitatif adalah penulis itu sendiri mengadakan

obeservasi wawancara terhadap informan, dengan dibantu alat seperti handphone,

kamera, ballpoint, dan buku. Dimana handphone difungsikan untuk merekam


informan tersebut saat melakukan wawancara, kamera digunakan untuk mengambil

gambar atau peristiwa yang penting untuk dokumentasi penulis tersebut, ballpoint
dan buku untuk mencatat hal-hal penting lainnya.11

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan urai dasar.12 Tujuan analisis adalah untuk

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diimplementasikan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pendekatan deskriptif kualitatif

yang merupakan suatu proses menggambarkan keadaan sasaran yang sebenarnya,


penelitian secara apa adanya sejauh penulis dapatkan dari hasil observasi, wawancara,

maupun dokumentasi.13

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisir data yang tidak sesuai

11
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), h. 129.
12
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitiankualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
103.
13
Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 15.
29

dengan teori-teori untuk mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang

terdapat dilapangan maupun pada kepustakaan. Data dikumpul, dipilih secara selektif

dengan disesuaikan pada permasalahan yang diangkat dalam penelitian, kemudian

dilakukan pengolahan dengan meneliti ulang yang didapat, apakah data tersebut

sudah cukup baik dan dapat dipersiapkan untuk proses selanjutnya.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu


bentuk tertentu sehingga data dapat dilihat secara utuh. Dalam penyajian data, penulis

melakukan cara yang induktif yakni menguraikan setiap permasalahan dalam


pembahasan penelitian ini dengan cara memberikan gambaran secara umum

kemudian memberikan gambaran yang lebih spesifik.

3. Analisis Perbandingan

Dalam teknik ini penulis mengkaji data yang diperoleh dari lapangan

secara mendalam lalu membandingkannya dengan data-data yang sebelumnya

didapatkan sebelum menarik kesimpulan.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Pada tahap ini setelah data yang ada sudah menguatkan adanya indikasi

terhadap temuan dari penelitian maka penulis melakukan penarikan kesimpulan

berdasarkan temuan-temuan di lapangan. Kesimpulan itu kemudian diverifikasi lagi

dengan cara memikir ulang dan meninjau kembali catatan lapangan sehingga

terbentuk penegasan terhadap kesimpulan.


30

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data

dan sumber data yang telah ada. Bila penulis melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sebagai sumber data. 14

Penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan sebagai pengecekan


keabsahan data yang penulis temukan dari hasil wawancara penulis dengan informan

kunci lainnya dan kemudian penulis mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi


yang berhubungan dengan penelitian serta hasil pengamatan penulis di lapangan

sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.

14
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung : Alfabeta, 2009), h.330.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002.


Arini, Wahyu. “Pengaruh Manajemen Impresi pada Perilaku Kewargaan
Organisasional: Suatu Studi Empiris”, Jurnal Komunikasi, vol. V no. 1
(Februari 2014), h.13.
http://journal.umy.ac.id/index.php/bti/article/view/2445/pdf_35. 7
November 2018.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Ed.Rev; Cet.5;
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan
Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Cet.I; Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2011.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Ed.1; Cet.4;
Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Hermansyah, Arif. Pengelolaan Kesan Selebgram dalam Memanfaatkan Media
Sosial Instagram (Studi Kasus Selebgram Lokal di Kota Cilegon). Skripsi.
Cilegon: Fak. Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2019.
Islam, Ulfah Nurul. Impression Mangement Pejabat Publik Dalam Media Sosial
(Analisis isi Kualitatif Deskriptif Pengelolaan Kesan Walikota Bandung
Ridwan Kamil Melalui Unggahan Foto & Video dalamAkun Instagram
@ridwankamil). Skripsi Surakarta: Fak. Komunikasi & Informatika, 2018.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006.
- - - - - . Teori-Teori Public Relations Perspektif Barat dan Loka. Cet.II;
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.
Littlejoohn & Foss, Ensiklopedia Communication Theory, terj. Tri Wibowo S,
Ensiklopedia Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2016.
Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya,
2011.
Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2010.
- - - -. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2006.
Nasrullah, Ruli. Teori dan Riset Media Siber. Cet.I; Jakarta: Kencana Prendmedi
Group, 2014.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghlia Indonesia, 2005.
Pawito, Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan
cet.I;Yokyakarta:Jalasutra, 2009.
Rachma Ida dan Henry Subiakto. Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi. Ed.II;
Cet.I;Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012.
Ramadany S, Nur Fitrah. Impressoin Management Dalam Media Sosial (Analisis
isi dalam unggahan akun Twitter @Jokowi. Skripsi. Makassar: Fak.
Dakwah & Komunikasi, 2019.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Komunikasi Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet-7 2017.
Rohidi,Rohendi Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press, 1992.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta, 2009.
Supranto,J. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta: lembaga penerbit
FE-UI, 1998.
Tabroni, Roni. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Cet.2; Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2014.
Yusuf, A.Muri Metode Penelitian: Kuantatif, Kualitatif & penelitian gabungan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2017.
KOMPOSISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Komunikasi Politik
B. Impression Management Theory
C. Pandangan Islam Tentang Pejabat Publik
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrumen Pengumpulan Data
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data

BAB IV MANAJEMEN KESAN PEJABAT PUBLIK


A. Profil Adnan Purichta Ichsan
B. Manajemen Kesan Adnan Purichta Ichsan
C. Proses Komunikasi Politik Adnan Purichta Ichsan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai