Anda di halaman 1dari 10

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

DAN ISU-ISU MANAJEMEN PENDIDIKAN

Eka Juannita¹, Dadan Suryana²


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Program Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
ekajuannita21@gmail.com
dadan,suryana@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan
serta isu-isu manajemen pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka
(library reseach) yaitu penelitian yang berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi literatur
ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan tidak hanya sekadar
manajemen sekolah atau manajemen pembelajaran saja, namun lebih dari itu walaupun semua
kebijakan manajemen pendidikan akhirnya berujung di sekolah pada semua jenjang dan
jenisnya. Semua aktivitas yang turut menyukseskan kegiatan pendidikan dalam rangka meraih
tujuan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Manajamen, Pendidikan

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the scope of educational management, educational
management issues and the development of management theory in the future. This study uses
the library research method, which is research related to theoretical studies and references to
scientific literature. The results showed that education management is not just school
management or learning management, but more than that, even though all education
management policies eventually end up in schools of all levels and types. All activities that
contribute to the success of educational activities in order to achieve predetermined goals.
Keywords : Management, Education

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan
strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Sesuai pasal 28 Undang-Undang Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD telah ditempatkan sejajar dengan
pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara yuridis formal, PAUD merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan Sistem Pendidikan Nasional (Awi, dkk. 2018).
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pembagian rentang usia berdasarkan
keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangan di Indonesia, tercantum dalam buku
kurikulum dan hasil belajar anak yang terbagi ke dalam rentang tahapan (Depdiknas, Puskur,
2002:1) dalam (Suryana, 2016: 26) adalah: 1) Masa bayi berusia lahir 12 bulan, 2) Masa
“toddler” atau batita usia 1-3 tahun, 3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun, 4) Masa kelas B TK
usia 4-5/6 tahun. dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun. (Suryana,
2014) juga menegaskan bawah anak usia dini mulai dari lahir sampai usia delapan tahun harus
mendapatkan stimulasi yang optimal sehingga setiap potensi dari aspek perkembangannya
akan berkembang.
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang
dilakukan oleh pendidik dan orangtua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan
pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami
pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan (Suryana dan Nelti, 2019:47).
Dapat dikatakan PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional 2003 mengatakan bahwa pendidik anak usia dini adalah profesional
yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil
pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan kepada anak
didik. Pendidik di lembaga PAUD memegang peran yang sangat penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini (Yusutria, 2019). Oleh karena itu, lembaga PAUD dituntut
untuk menjadi profesional. Sementara itu harus adanya manajemen pendidikan yang baik.
Hapidin, dkk (2012) berpendapat, manajemen memiliki makna sebagai usaha mengelola,
mengendalikan, dan mengarahkan berbagai sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Manajemen merupakan suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
sumber daya melalui kegiatan-kegiatan agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan
melibatkan orang lain. Sementara itu pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidikan dan/atau lingkungan yang disadari, teratur, terencana dan
sistematis untuk mengembangkan potensi anak secara optimal (Suharni, 2019: 2).
Manajemen pendidikan di lembaga PAUD yang terdiri dari berbagai aspek yaitu mulai dari
sistem pengelolaan, pendidik, karyawan, anak didik, keuangan, sarana dan prasarana serta
keluaran yang dihasilkan oleh PAUD. Dari segi manajemen keuangan, PAUD pengelola
berusaha mengefisienkan dan meminimalisasi biaya-biaya pengeluaran tetapi dengan hasil
yang optimal dan mengefektifkan dengan cara mengambil langkah-langkah yang tepat dalam
mengambil setiap keputusan sehingga tujuan dapat dicapai sesuai dengan visi dan misi
lembaga. Secara teori penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan konsep manajemen
PAUD menjadi lebih baik secara efektif dan efisien. Secara praktis diharapkan mampu
memberikan acuan dalam merumuskan dalam meningkatkan mutu program PAUD. Adapun
tujuan dalam pembahasan ini adalah untuk mendapatkan informasi pengetahuan mengenai
manajemen pendidikan dan adanya isu-isu pendidikan.

METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode kajian pustaka (library research) yaitu suatu penelitian
yang berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain berupa literature ilmiah yang berkaitan
dengan nilai, budaya, norma yang berkembang pada situasional yang diteliti (Sugiyono, 2012).
Sedengkan menurut (Zed dalam Supriyadi, 2016: 85) (library research), studi pustaka atau
kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

PEMBAHASAN
1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan manajemen sebagai proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
(Abdulmuhid, 2013). Dalm hal ini dikatakan manajemen merupakan suatu usaha
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta mengawasi kegiatan
dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Abdulmuhid (2013) juga mengatakan ada beberapa unsur dalam manajemen meliputi
manusia, sumber daya dan proses gerak. Manusia meliputi “aku” dan “kamu” serta “kita”.
Sumber daya meliputi “daya cipta” manusia dan daya alam. Proses meliputi kegiatan yang
aktif dijalankan. Penglibatan unsur-unsur tersebut berkeberadaan mutlak. Tidak ada
manajemen bisa berjalan tanpa melibatkan ketiga unsur tersebut dan pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidikan dan/atau
lingkungan yang disadari, teratur, terencana dan sistematis untuk mengembangkan potensi
anak secara optimal (Suharni, 2019).
Dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan ialah suatu upaya seseorang
untuk mengerahkan dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan
pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggung jawaban pribadi untuk mencapai
pengukuran hasil yang ditetapkan. Dengan demikian, manajemen pendidikan lebih
ditekankan pada upaya seorang pemimpin untuk menggerakkan dan pengelola sumber
daya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agilr terpusat dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan menggunakan manajeman, seorang
kepala sekolah bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban misi, sebagai
manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan, dan sebagai supervisor dalam
membina guru-guru pada proses belajar mengajar. Berbicara tentang kegiatan pendidikan,
di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang
menjadi patokan dalam manajemen pendidikan, menurut Ngalim, Purwanto (1986) dalam
(Dadan, 2019) adanya : (1) Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut
bidang-bidang materi/benda-benda (ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan,
gedung, dan alat-alat perlengakapan sekolah); (2) Administrasi personal, mencangkup
administrasi personal guru dan pegawai sekolah, administrasi peserta didik. Dalam hal ini
masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan; (3) Administrasi kurikulum,
seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan silabus atau rencana pengajaran tahunan,
persiapan harian dan mingguan, dll.
Rifa’i (2019) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut:
(1) Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja;
(2) Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab; (3) Memberikan tanggung jawab
pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya; (4)
Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia; dan relativitas nilai-nilai.
Dapat disimpulkan bahwa, manajemen pendidikan di Indonesia menetapkan bahwa
manajemen pendidikan harus berdasarkan pada delapan standar pendidikan sesuai dengan
standar satuan pendidikan masing-masing, yaitu standar kelulusan, standar isi, standar
proses, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar keuangan, dan standar penilaian.
Secara garis besar, Pendekatan Manajemen dapat dipilah menjadi 4 bagian yang
utama, yaitu pendekatan Ilmiah, pendekatan hubungan manusia, pendekatan kuantitatif
dan pendekatan modern.
a. Pendekatan manajemen Ilmiah (Manajemen Klasik)
Frederick W. Taylor menulis buku berjudul “Scientific Management” sehingga
dikenal sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”. Sebagai penggagas prinsip dasar
manajemen, menjelaskan secara ilmiah bahwa perlu adanya metode untuk
melaksanakan tugas, menyeleksi, melatih dan memotivasi pekerja dengan teknik
tertentu untuk mencapai efisiensi. Teknik yang digunakan untuk melaksanakannya
adalah dengan studi gerak dan waktu (time and motion studi), maksudnya
menganalisis dan mengukur waktu dari gerakan-gerakan pekerja dalam melakukan
serangkaian pekerjaan. Taylor juga menerapkan sistem tarif berbeda, yaitu karyawan
yang lebih produktif dan efisien mendapat upah lebih besar dari lainnya dengan tujuan
memperbaiki metode kerja karyawan.
Prinsip dasar yang dirumuskan Taylor ada empat, yaitu: (1) Pengembangan teori
manajemen ilmiah dapat disampaikan untuk menentukan metode dalam mencapai
tujuan; (2) Seleksi karyawan dilakukan secara ilmiah, sehingga tugas dan tanggung
jawabnya sesuai keahlian; (3) Pendidikan dan pengembangan karyawan. (4)
Hubungan yang harmonis antara manajemen dan karyawan (Farikhah, 2015).
Dapat dikatakan juga, Prinsip dasar manajemen ilmiah adalah dalam
perkembangan manajemen ilmiah yang benar dapat dilakukan dengan metode terbaik
utuk menghasilkan tugas, menyeleksi karyawan dengan cara ilmiah, sehingga
karyawan dapat diberi tanggung jawab tugas sesuai dengan keterampilannya,
pengembangan dan pendidikan karyawan dengan cara ilmiah, serta adanya hubungan
kerjasama yang erat antara manajemen dan karyawan untuk kepentingan yang sama-
sama untuk meningkatkan produktivitas yang sudah terencana.
b. Pendekatan hubungan Manusia
Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen perilaku. Aliran ini memusatkan
kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
Pendekatan manusia menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat sosial dan
ingin mengaktualisasikan dirinya. Menurut pendekatan ini, di tempat kerja orang
berusaha untuk memuaskan kebutuhan sosialnya, memberikan reaksi atas tekanan dari
kelompok serta berusaha memenuhi kebutuhan pribadi.
Dapat di simpulkan bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan
tujuan suatu organisasi dan mengintegrasikannya (menggabungkan) dengan tujuan
individu dengan tujuan kelompok. Dengan kata lain, pendekatan ini berpikir bahwa
organisasi harus didasarkan pada etika kelompok dari pada individualisme. Dengan
demikian, atasan dan bawahan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra,
bukan lawan.
Abraham Maslow, Frederick Herzberg dan Edgar Schein (dalam Farikhah, 2015:
27) berpendapat bahwa hubungan manusia dalam manajemen berada pada lingkup
organisasi, yaitu interaksi antara pimpinan dan bawahannya dengan suasana kerja
dalam organisasi yang kondusif. Prinsip yang dircanangkan aliran perilaku organisasi
adalah: (1) Organisasi merupakan satu kesatuan, bukan bagian per bagian; (2)
Motivasi bawahan penting untuk komitmen pencapaian sasaran organisasi; (3)
Manajemen adalah suatu proses yang fleksibel, tetapi tidak lepas dari peranan,
prosedur dan prinsip.
c. Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif
seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer untuk
membantu manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear
digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber
daya, analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat
penjadwalan kerja yang lebih efesien, dll.
Dalam kepaudtan ada pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen
peserta didik. Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan
ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga
pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi
tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan ditempat peserta didik
tersebut berada.
d. Pendekatan Manajemen Modern
Berkembangnya pendekatan dalam ilmu manajemen menunjukkan bahwa tidak
ada satu teori yang dapat diterapkan secara universal dalam segala situasi.
Perkembangan teori manajemen terus mengalami penyesuaian seiring tuntutan
lingkungan organisasi yang berubah secara dinamis. Sehingga manajer dan organisasi
harus menanggapi perbedaan-perbedaan tersebut melalui strategi manajerial memberi
kesempatan terhadap perkembangan sejumlah bakat dan kemampuan anggota-anggota
organisai. Landasan utama pendekatan ini adalah manajemen sebagai sistem dan
manajemen dengan pendekatan kontingensi.
 Pendekatan Sistem dan Pendekatan Kontingensi
Menurut (Suryana dan Rizka, 2019: 9) dalam Pendekatan Sistem, adalah
pendekatan yang bermaksud memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang
mana terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Sebagai suatu pendekatan
manajemen, "sistem" mencakup sistem-sistem umum/khusus dan analisis tertutup
maupun terbuka. Dan untuk Pendekatan Kontingensi, merupakan pendekatan yang
dikembangkan oleh para manajer, konsultan, dan peneliti yang mencoba untuk
menerapkan konsep-konsep dari berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan
nyata.
Dapat dikatakan Pendekatan Sistem yang mengacu kepada segala sesuatu yang
saling berhubungan dan saling tergantung dalam artian setiap fenomena dapat
dianalisis dan disajikan dari sudut pandangan sistem. Pendekatan ini memandang
organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dan tidak terpisahkan.
Sebagai suatu pendekatan sistem manajemen meliputi sistem umum dari sistem
khusus serta di analisis secara tertutup maupun terbuka. Pendekatan dalam sistem
umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofi, sosiopsikologis.
Analisis sistem menajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan,
akuntasi, sistem informasi, dan mekanisme perencanaan dan pengawasan.
Sementara itu Pendekatan Kontingensi yaitu yang digunakan untuk menjembatani
celah antara teori dan praktek. Antara teori dan praktek berbeda, maka harus
memperhatikan faktor lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan
aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendekatan kontingensi yaitu teori manajemen
yang menitikberatkan pada situasi dan kondisi tertentu, dalam mengembangkan
berbagai pendekatan dan menerapkannya. Namun tidak mengharuskan untuk
pendekatan yang sekiranya tidak sesuai untuk situasi dan kondisi yang ada. Oleh
karenanya, dalam situasi dan kondisi tertentu bisa digunakan pendekatan yang cocok
secara manajerial.
Pendekatan dipandang sebagai hubungan fungsional “bila maka”, hubungan
fungsional yaitu adanya keterkaitan antara variabel satu dengan variabel lain. Apabila
ada perubahan satu variabel akan mempengaruhi nilai variabel lainnya. Faktor
lingkungan merupakan variabel bebas, sedang konsep dan teknik manajemen
merupakan variabel bergantung. Adapun prinsip-prinsip manajemen modern meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan telah diadopsi dan
digunakan dalam praktek penyelenggaraan pendidikan. Aspek-aspek tersebut
merupakan satu kesatuan proses dan prosedur yang harus dilalui dalam usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan, sehingga tidak boleh mengesampingkan salah satunya
dan mengutamakan yang lain, kesemuanya harus mendapat perhatian yang serius
sesuai dengan kapasitas dan proporsinya.

2. Isu-isu Manajemen Pendidikan


Pada zaman abad ke-21 didasari oleh empat pilar UNESCO, yaitu learing to know,
learning to live together, and learning to be (Suryana, 2018). Suatu masyarakat dalam era
informasi, merupakan masyarakat pembelajar (life long learning society), karena jika tidak
terus menerus belajar maka akan tertinggal dari laju ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat perkembangannya. Oleh sebab itu pendidikan juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat industri modern, yaitu pendidikan berkualitas. Untuk mewujudkan
pendidikan berkualitas tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun membutuhkan
pemikiran–pemikiran yang cerdas dan bijaksana dalam menyikapinya. Karena semakin
canggih sistem pendidikan, maka semakin dibutuhkan pengelola pendidikan yang profesional.
Sehingga pendidikan dan pelatihan yang profesional untuk para manajer pendidikan
merupakan suatu keharusan dalam dunia industri modern. Berpijak pada permasalahan-
permasalahan tersebut, maka isu-isu utama manajemen pendidikan yang dapat dikemukakan
antara lain sebagai berikut:
 Isu terbaru yang menjadi perhatian dalam manajemen pendidikan adalah mempertanyakan
kompetensi manajer pendidikan yang menyongsong manajemen perubahan dan teknologi
pendidikan. Apabila suatu lembaga pendidikan berharap tetap eksis, maka diperlukan
kemampuan untuk menyesuaikan secara kreatif dan pintar. Manajemen perubahan meliputi
perubahan pola pikir (mindset), perilaku, penampilan, kebiasaan (abilitas), kemampuan
(kapabilitas), keberhasilan, nilai dan keyakinan normatif, kultur, motivasi kerja, selera dan
gaya hidup, serta karakter (Hartani, 2011: 34). Seorang manajer pendidikan harus responsif
dalam menyikapi konteks perubahan tersebut.
 Lahirnya undang-undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menandai terjadinya reformasi
pendidikan. Terutama yang berkaitan dengan manajemen pendidikan dengan harapan
pendidikan mampu memberikan nilai lebih pada peningkatan kesejahteraaan masyarakat
melalui proses pendidikan. Disamping itu pendidikan diharapkan mampu bersaing
ditingkat global. Oleh karena itu manajemen pendidikan di tingkat pusat maupun daerah
adalah merupakan pembantu yang melayani semua keperluan lembaga pendidikan,
sedangkan manajemen pada lembaga pendidikan (sekolah) sebagai pembantu belajar yang
mempunyai tanggung jawab terhadap kualitas manajemen dan lulusan pendidikan yang
relevan dan kompetitif serta unsur lain yang berkaitan dengan pendidikan.
 Munculnya manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan gagasan perubahan
manajemen sekolah yang bertujuan meningkatkan mutu manajemen yang kompetitif, yaitu
suatu pola manajemen sekolah yang memberdayakan potensi semua unsur sekolah mulai
dari pimpinan hingga pelaksana pendidikan tingkat bawah yang dilakukan secara optimal
dan proporsional. Sehingga semua komponen di sekolah adalah sebagai manajer terhadap
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
 Manajemen pendidikan luar biasa perlu upaya peningkatan dan pelayanan khusus, agar
bisa lebih memberi kepedulian dan kesempatan anak-anak berkebutuhan khusus untuk
mengenyam pendidikan secara layak. Pengelolaan pendidikannya sudah saatnya ditata
secara profesional, baik dari segi pendidiknya, sarana prasarana maupun seluruh unsur
yang dibutuhkan dalam pendidikan, sehingga anak-anak tersebut tidak merasa sempit
ruang geraknya.
 Pembelajaran sistem klasikal masih sangat mendominasi kegiatan belajar di sekolah.
Padahal dalam lembaga pendidikan (sekolah) perbedaan individual peserta didik sangat
membutuhkan perhatian guru kaitannya dengan manajemen pengajaran, agar proses
pembelajaran lancar dan sukses. Perbedaan individu peserta didik meliputi: (1) perbedaan
biologis, yaitu berkaitan dengan fisik dan kesehatan serta mental anak; (2) perbedaan
inteligensi, yaitu kemampuan dalam memahami dan menyesuaikan dengan situasi baru
dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara
efektif dan kemampuan memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat; (3)
perbedaan psikologis, terutama berkaitan dengan minat dan perhatian peserta didik
terhadap materi pelajaran yang berdampak pada motivasi belajarnya (Syaiful Sagala, 2010:
55).
Dengan adanya fenomena tersebut, guru perlu memperbaiki manajemen pembelajarannya
dengan lebih memahami jiwa dan watak peserta didik beserta keberadaannya dengan arif
bijaksana, agar proses pembelajaran menjadi kondusif. Sehingga berhasil membentuk dan
membangun kepribadian peserta didik yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Beberapa isu dan problematika manajemen pendidikan tersebut memberi jawaban bahwa
manajemen pendidikan tidak hanya sekadar manajemen sekolah atau manajemen
pembelajaran saja, namun lebih dari itu walaupun semua kebijakan manajemen pendidikan
akhirnya berujung di sekolah pada semua jenjang dan jenisnya. Jadi manajemen pendidikan
yang terkait dengan pengambil kebijakan adalah pemerintah yang berhubungan dengan biaya
pendidikan, standar kurikulum, standar personal pendidikan, akreditasi, pelayanan kebutuhan
sekolah dan pendidikan latihan (diklat). Adapun manajemen pendidikan pada satuan
pendidikan berhubungan dengan aplikasi teori teori pembelajaran, konseling belajar,
manajemen sekolah serta semua aktivitas yang turut menyukseskan kegiatan sekolah dalam
rangka meraih tujuan yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN
Manajemen pendidikan ialah suatu upaya seseorang untuk dapat mengerahkan dan
memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif, dan
menerima pertanggung jawaban pribadi untuk mencapai pengukuran hasil yang ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen pendidikan lebih ditekankan pada upaya seorang pemimpin
untuk menggerakkan dan pengelola sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam usahanya mencapai sebuah tujuan organisasi, permasalahan yang dihadapi
manajemen bukan hanya terdapat pada bagaimana mengolah bahan mentah, sarana prasarana,
dan lingkungan, dll akan tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang
mengelola organisasi. Karenanya istilah manajemen sendiri mempunyai arti sebagai
kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya
manusia yang ada agar dapat terlaksana sebagai mana mestinya sehingga dapat
menyukseskan kegiatan pendidikan dalam rangka meraih tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulmuhid, Muhibbuddin. 2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: CV. Pengging
Mangkunegran.

Alwi, Basse, Marjani, dkk. 2018. Manajemen Peserta Didik Pada Taman Pendidikan Anak
Usia Dini Do’a Ibu. Indonesian Journal of Early Childhood Education, Vol.1, No.1.

Farikhah, Siti. 2015. Manajemen Lembaga Pendidikan. Sleman Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Hapidin, dkk. 2012. Manajemen Pendidikan TK/PAUD. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Rifa’i, Muhammad. 2019. Manajemen Organisasi Pendidikan. Malang: CV. Humanis.

Suryana, Dadan. 2014. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak.
Jurnal Pesona Dasar, Vol. 2, No. 1 April 2014.

Suryana, Dadan. 2016. Perkembangan Anak Usia Dini dan Aspek Perkembangan. Jakarta:
Kencana

Suryana, Dadan. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini. Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak. Jakarta: Kencana.

Suryana, Dadan. 2019. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Akreditasi Lembaga.
Jakarta: Prenadamedia Group.

Suryan, Dadan & Nelti, Rizka. 2019. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Akreditas Lembaga. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sagala, Syaiful. 2010. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharni. 2019. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Pada Paudbintang Rabbani
Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Potensia, Vol.4, No. 1.

Yustria. 2019. Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini melalui Peningkatan
Profesional Guru. Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 27–32.
https://doi.org/http:doi.org/10.29313/ga.v3i1.4828.

Anda mungkin juga menyukai