PANDUAN AKP
RUMAH SAKIT
JUANDA
Jl. Ir. H. Juanda No. 207 Kuningan
Telp. (0232) 876433, rs.juanda@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal :
Tempat :
Kuningan, ……..
Direktur Rumah Sakit Juanda
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat serta tuntutan masyarakat akan
pelayanan Rumah Sakit, Rumah Sakit Juanda Kuningan bertekad memperbaiki dan
meningkatkan pelayanannya agar terwujud dalam Akses dan Kesinambungan Pelayanan.
Akses dan Kesinambungan Pelayanan di Rumah Sakit Juanda Kuningan ini disusun
sebagai panduan Rumah Sakit Juanda Kuningan untuk dapat melaksanakan Program
Keselamatan Pasien dalam upaya meningkatkan pelayanan rumah sakit. Selain itu juga
sebagai acuan untuk seluruh anggota profesi kesehatan di Rumah Sakit Juanda Kuningan
dalam melaksanakan keselamatan pasien di rumah sakit secara sistematis.
Kami bersyukur Panduan Akses dan Kesinambungan Pelayanan Pasien di Rumah
Sakit Juanda Kuningan dapat tersusun dengan baik, mudah-mudahan dokumen ini dapat
dimanfaatkan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Juanda Kuningan.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
Panduan ini. Kami menyadari bahwa pembuatan ini belum sempurna, untuk itu dengan
senang hati kami menerima kritik dan saran guna perbaikan perencanaan dan evaluasi
pelayanan tahunan di masa mendatang.
A. Latar Belakang
B. Tujuan Panduan
Menyelaraskan asuhan kebutuhan pasien dengan pelayanan yang
tersedia dirumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya.
1. Skrining dalam RS
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawat daruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi
sebagaiberikut :
a. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
b. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
c. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongans egera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa kematian
dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem
atau organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat.
b. Pernafasan.
c. Kardiovaskuler.
d. Hati.
e. Ginjal.
f. Pankreas.
11 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
dibutuhkan oleh pasien yang tersedia di RS ) atau pasien memerlukan penanganan
gawat darurat yang akan dilakukan di IGD RS.
Tatalaksana
1. Skrining dalam Rumah Sakit
Instalasi Gawat Darurat RS yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama
24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan
sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :
a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria
Glascow Coma Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut :
1) Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
2) Adanya suara tambahan.
3) Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
4) Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan
menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi
kegawatan sistem pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun
tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
c. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi
darah (circulation) jika didapatkan :
1) Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan
resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur.
2) Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke
ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
3) SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan
12 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
anggota gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera
dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
e. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar
catatan medis IGD.
Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.
f. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam
nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat
periksa / tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-
bedah / obstetri dan ginekologi).
g. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
1) Flu burung.
2) Flu babi.
3) SARS.
Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil Positif,
maka pasien ditransfer ke RS lain.
16 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
c. Data pada ringkasan riwayat klinik diantaranya berisi :
- No Rekam Medis
- Nama Lengkap Pasien
- Alamat Lengkap
- Tempat / Tanggal lahir
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan
- No. Telephone
- Tanggal Kunjungan
- Poli Yang Dikunjungi
- Anamnese
- Code Diagnose
- Nama Dokter Pemeriksa dan Parap/Tanda Tangan Dokter
- Terapi Yang Diberikan
Ringkasan riwayat klinik ini juga dipakai sebagai dasar pembuatan kartu indeks
utama pasien (KIUP).
d. Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai dengan
yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada
beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
- Pasien boleh langsung pulang
- Pasien diberi slip perjanjian oleh petugas klinik untuk datang kembali pada hari
dan tanggal yang telah ditetapkan, kepada pasien yang diminta datang kembali,
harus lapor kembali ke TPP
- Pasien dirujuk / dikirim ke rumah sakit lain
- Pasien harus ke ruang perawatan
2. Pasien lama
Pasien lama datang ke tempat penerimaan pasien yang telah ditentukan. Pasien ini dapat
dibedakan :
- Pasien yang datang dengan perjanjian
- Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri)
Baik pasien dengan perjanjian maupun pasien yang datang dengan kemauan sendiri,
setelah mengambil nomor antrian, baru akan mendapat pelayanan di TPP.
17 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Pasien perjanjian akan langsung menuju polikliinik yang dimaksud karena rekam
medisnya telah disiapkan oleh petugas, sedangkan untuk pasien yang datang dengan
kemauan sendiri harus menunggu sementara rekam medisnya dipinjam oleh petugas TPP
ke bagian rekam medis. Setelah rekam medisnya dikirim ke poliklinik, pasien akan
mendapatkan pelayanan di poliklinik dimaksud.
3) Pelayanan berkesinambungan
Kesinambungan pelayanan adalah suatu proses pengaturan pelayanan pasien dari
mulai kontak pertama baik rawat jalan maupun di unit gawat darurat samap selesai
seluruh fase pelayanan. Rumah sakit akan mengatur seluruh proses pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai sumber daya rumah sakit.
Ruang lingkup
- Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang terdaftar di RS.
- Pelaksana panduan ini adalah dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain
Tatalaksana
a. Saat skrining
- Pasien dilakukan skrining sesuai SOP yang berlaku di RS.
19 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
- Bila kebutuhan pasien seuai dengan sumber daya rumah sakit, makan pasien akan
dirwat, namun bila tidak sesuai dengan SDM rumah sakit makan akan dilakukan
tindak lanjut atau pengerujukan, dan seuai dengan SOP pengerujukan.
- Bila pengerujukan dengan alas ruangan penuh makan akan dilakukan SOP
keterbatas tempat tidur.
b. Saat penerimaan pasien di RS
- Pasien akan diarahkan untuk melakukan pendaftara sebagi pasien rawat jalan atau
rawat inap.
- Pasien melakukan pendaftara seuai dengan skrining awal dan SOP pendaftara
rawat inapa atau rawat jalan.
c. Proses Transfer
- Pasien yang sudah terdafatar sebagain pasien rawat inap sesuai dengan SDM Rs
dilakunan proses ternsfer sesuai dengan SOP transfer pasien internal.
- Pasien yang akan dirujuk atau fasilitas kesehtan lain dilakukan ternsfer sesuai
SOP pengerujkan pasien.
d. Saat rawat inap
- Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) bertanggungjawab memberikan
pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan mendokumentasikan dalam
rekam medis pasien baik data pasien yang dahulu maupun terbaru.
- Perawat penanggungjawab pasien (PPJP) bertanggungjawab memberikan
pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien
dan mendokumentasikan dalam rekam medis pasien.
- Petugas lain (ahli gizi, farmasi klinik atau tim yang lain) bertanggungjawab
memberikan pelayanan sesuai kompetensinya dan mendokumentasikan dalam
rekam medis pasien
- Dokumentasi rekam medis yang dimaksud adalah lembar harian pasien rawat
inap (CPPT) sehingga perkembangan terbaru kondisi psien dapat dengan mudah
diakses oleh petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien.
- Pengalihan tanggung jawab pelayanan medis maupun keperawatan sesuai dalam
SPO pendelegasian DPJP, SPO operan perwatan antar shif jaga dan SPO transfer
internal, SPO komunikasi pada saat serah terima alih rawat dokter.
e. Kepulangan pasien
Proses pemulangan pasien dilakukan sesuai dengan SOP pemulangan pasien.
20 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
4) Transfer Pasien
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruangan perawatan/
ruang tindakan lain dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Dalam mentransfer pasien dengan sakit berat /
kritis, dibutuhkan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan,
jasa ambulans yang kesemuanya ini bertujuan untuk mewujudkan standar pelayanan medis
yang optimal kepada pasien.
Semua dokterr dan personil lainnya yang terlibat dalam transfer pasien harus
kompeten, memenuhi kualifikasi, dan berpengalaman. Sangatlah disarankan bahwa tim
transfer telah mengikuti pelatihan transfer.
Ruang Lingkup
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi kriteria untuk masuk unit
pelayanan.
2. Pelaksana panduan ini adalah tim transfer pasien (dokter, bidan, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya).
3. Rekam Medis pasien yang akan masuk unit pelayanan diperiksa apakah memenuhi
kiteria untuk proses tersebut.
21 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
1. Rumah sakit harus membentuk suatu tim transfer yang mencakup perawat yang
kompeten dalam merawat pasien. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode
transfer mana yang akan dipilih.
2. Metode transfer di RS.Juanda adalah Tim Transfer lokal yaitu RS.Juanda memiliki
tim transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya antar ruangan di dalam
rumah sakit.
3. Semua rumah sakit harus mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk
pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
23 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
5. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
6. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
24 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
G. Pemantauan, Obat-Obatan, dan Peralatan Selama Transfer :
1. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan.
2. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan
3. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik..
4. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
5. Pertahankan temperatur pasien selama transfer.
6. Seluruh peralatan harus kuat, tahan lama, dan ringan.
J. Komunikasi :
1. Merupakan hal yang vital dalam mewujudkan transfer pasien yang lancar dan tanpa
masalah.
2. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi ruangan tujuan, jelaskan lokasi ruangan tersebut.
3. Pastikan bahwa ruangan yang dituju siap untuk menerima pasien sebelum dilakukan
transfer.
4. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan
mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab
kepada perawat yang menggantikan.
5. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
ruangan tujuan.
6. Tim transfer harus berkomunikasi dengan ruangan asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangan
26 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
1. Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan setiap petugas yang terlibat
dalam transfer pasien mendapat pelatihan yang adekuat, berpengalaman, dan
memenuhi standar minimal pelayanan; serta mengembangkan suatu panduan setempat.
2. Pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit akut harus tersedia di setiap area / daerah.
3. Kembangkanlah pelatihan dan pemeriksaan yang berbasis kompetensi untuk
menerapkan standar pelayanan tertinggi dalam pelayanan pasien sakit berat / kritis
yang membutuhkan transfer.
4. Pelatihan ini diterapkan pada transfer intra-rumah sakit.
Tatalaksanan
A. Petugas Penanggung Jawab
1. Seluruh petugas Rumah Sakit
a) Memahami dan menerapkan prosedur transfer pasien
b) Memastikan prosedur transfer pasien yang benar
c) Melaporkan hasil transfer pasien kepada DPJP
2. Perawat yang bertugas dan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
a) Bertanggung jawab melakukan transfer pasien dan sesuai kriteria pasien.
b) Memeriksa rekam medis pasien yang akan diterima masuk unit pelayanan
spesialistik atau intensif mengenai bukti-bukti yang memenuhi kriteria yang tepat
untuk pelayanan yang dibutuhkan.
c) Memeriksa rekam medis pasien yang dipindahkan atau keluar dari unit
pelayanaan spesialistik atau intensif mengenai bukti-bukti yang menyatakan
pasien tidak memenuhi kriteria yang tepat untuk unit tersebut.
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruang
a) Memastikan seluruh petugas ruang rawat inap dan pelayanan intensif memahami
prosedur transfer pasien dan menerapkannya.
b) Memastikan transfer terlaksana dengan baik.
4. Tim Keselamatan RS
a) Memantau dan memastikan panduan transfer pasien dikelola dengan baik oleh
Kepala Instalasi rawat inap dan pelayanan intensif.
b) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan transfer pasien.
29 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
a. Obat-obatan yang dibawakan saat pulang (nama obat,dosis dan waktu minum
obat).
b. Rencana perawatan selanjutnya (kapan kontrol, pelayanan homecare dan
fisioterapi) beserta no telepon yang bisa dihubungi.
c. Diet makanan yang sesuai untuk kesehatanya.
4. Semua perawatan yang dilakukan harus terdokumentasi pada rekam medik pasien,
catatan keperawatan. Semua instruksi dan hasil pemeriksaan dokter harus tercatat,
semua tindakan keperawatan dan hasil periksaan tanda tanda vital harus tercatat.
Demikian juga obat-obatan yang diberikan dan hasil pemeriksaan penunjang yang
dilakykan juga tersimpan rapih dalam berkas pasien. Saat pasien pulang diberukan
resume medis kepada pasien / keluarganya beserta hasil pemeriksaan penunjang.
5. Implementasi.
Proses pasien pulang apakah diantar menggunakan alat transportasi pasien /
keluarganya menggunakan kursi roda, blangkar didampingi perawat atau
menggunakan ambulance dengan atau tanpa perawat.
Rujukan
Merujuk pasien antar rumah sakit adalah proses memindahkan pasien dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
Tujuan dari manajemen merujuk pasien adalah:
- Agar pelayanan merujuk pasien dilaksanakan secara professional dan berdedikasi
tinggi.
- Agar proses merujuk / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar
serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien dan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Petugas rujuk adalah dokter, perawat, dan petugas ambulan yang telah memiliki
kompetensi menangani kegawatdaruratan pasien sesuai dengan level yang telah ditetapkan.
Runag Lingkup
1. Pasien dirujuk berdasar atas kondisi dan kebutuhan pelayanan lanjutan.
2. Rumah sakit menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pasien akan kontinuitas pelayanan.
3. Rumah sakit penerima diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan
tindakan tindakan yang telah dilakukan oleh rumah sakit pengirim.
30 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
4. Selama proses rujukan pasien secara langsung, staf yang mampu terus memonitor
kondisi pasien.
5. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
6. Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
Transfer pasien dari RS Juanda ke RS lain atau sebaliknya.
Transfer pasien dari RS Juanda ke rumah pasien atau sebaliknya.
Tatalaksana
A. Metode Rujukan
1. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk
pasien RS Juanda dengan tim transfer dari petugas UGD, di mana tim tersebut
akan mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit jejaring untuk di
bawa ke RS Juanda.
2. Tim transfer lokal: RS Juanda merujuk pasien dari ruang perawatan ataupun
langsung dari UGD dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain.
31 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Kriteria Rujukan :
a. Dirujuk atas indikasi medis
- Perlu perawatan spesialistik lebih lanjut.
- Perlu peralatan lebih canggih
- Peralatan rusak/ tidak tersedia
b. Indikasi non medis
- Kamar intensif penuh
- Dokter yang di minta keluarga tidak merawat di Rumah Sakit Juanda
- Atas permintaan pasien / keluarga
11. Saat keputusan merujuk telah diambil, dokter yang bertanggung jawab / dokter
ruangan akan menghubungi unit/ rumah sakit yang dituju.
12. Dalam merujuk pasien antar rumah sakit, tim transfer RS Juanda akan
menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang
dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer RS
Juanda harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah
sakit yang dituju.
13. Keputusan final untuk melakukan rujukan ke luar RS Juanda dipegang oleh dokter
DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
14. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan rujukan antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan
tindakan.
15. Proses pengaturan rujukan ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan
baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima, tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit, serta saran / hasil negosiasi kedua
pihak.
16. Personel tim rujukan harus mengikuti pelatihan transfer, memiliki kompetensi
yang sesuai, berpengalaman, mempunyai peralatan yang memadai, dapat bekerja
sama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta
pihak-pihak lainnya yang terkait dan juga memastikan proses transfer berlangsung
32 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang
merujuk.
17. Pusat layanan ambulan harus di beritahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan rujukan telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan.
Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
33 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer.
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim rujukan.
8. Tim rujukan harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas rujukan.
10. Gunakanlah daftar persiapan merujuk pasien ( lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.
35 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Derajat 2 Dokter, perawat dan Semua keterampilan di atas, - Ambulan
petugas ambulan ditambah : - Semua
- Penggunaan alat peralatan di atas
pernafasan , bag valve ditambah:
mask Monitor EKG
- Bantuan hidup lanjutan dan tekanan
- Penggunaan darah
defibrillator Defibrillator
- Penggunaan monitor jika diperlukan
intensif
Derajat 3 Dokter , perawat, dan 1. Dokter - Ambulan
petugas ambulan - Minimal 6 bulan lengkap
pengalaman - Monitor ICU
perawatan pasien portable yang
intensif lengkap
- Keterampilan - Ventilator dan
bantuan hidup dasar peralatan
dan lanjutan transfer yang
- Keterampilan memenuhi
menangani standart
permasalahan jalan minimal
nafas dan
pernafasan, minimal
level ST 3
- Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
2. Perawat
- Minimal 2 tahun
36 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
bekerja merawat
pasien kritis
- Keterampilan
bantuan hidup dasar
dan lanjutan
- Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
40 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
I. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan rujukan,dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan rujukan
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-rujukan.
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan
selama rujukan berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan
3. Rekam medis harus mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
merujuk, termasuk kondisi medis yang terkait, factor lingkungan, dan
terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim rujukan harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi
selama proses rujukan, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim rujukan harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakityang dituju sebelum merujuk pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
rujuk dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang
akan bertanggung jawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien,
tandavital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi,
dankondisi klinis selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan
dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim rujukan dibebas tugaskan dari kewajiban
merawat pasien.
10. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumlah
uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim rujukan
6) Transfortasi
1) Transfortasi pasien
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman
tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan
korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya.
Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1
42 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter). Prosedur untuk transport pasien
antaralain yaitu :
Prosedur Transport Pasien :
a. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat
bantu jalan nafas(airway).
b. Amankan posisi tandu di dalam ambulans.
Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke
rumah sakit.
c. Posisikan dan amankan pasien.
Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan
dengan kuat ke usungan.
d. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan
digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan
kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.
e. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan
spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan.
f. Melonggarkan pakaian yang ketat.
g. Periksa perbannya.
h. Periksa bidainya.
i. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
j. Naikkan barang-barang pribadi.
k. Tenangkan pasien.
43 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan
bantuanklien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau kain
yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke branker. Brankar dan
tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan
cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan
pada klien membutuhkan tiga orang pengangkat
2. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum pemindahan.
Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung kursi sejajar
dengan bagian kepala tempat tidur. Pemindahan yang aman adalah prioritas
pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat.
3. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
a. Pindahkan pasien ke posisi yang berlawanan
b. Letakkan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan
yang jauh dari perawat, sedikit ke depan badan pasien
c. Letakkan kaki pasien yang terjauh dari perawat menyilang di atas kaki
yang terdekat
d. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
e. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
f. Tarik badan pasien
g. Beri bantal pada tempat yang diperlukan
44 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga
terutama pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan
dengan punggung.
Panduan dalam mengangkat pasien gawat darurat
- Nilai beban yang akan diangkat secara bersama jika dinilai tidak mampu
jangan dipaksakan
- Kedua kaki berjarak sebahu ,satu kaki sedikit ke depan kaki sebelahnya
- Berjongkok , jangan membungkuk saat mengangkat
- Tangan yang memegang menghadap ke depan
- Tubuh sedekat mungkin ke beban yang akan diangkat
- Jangan memutar tubuh saat mengangkat
- Panduan ini juga berlaku untuk menarik atau mendorong pasien
2. Transportasi Pasien Kritis :
Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
a. Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1) Koordinasi sebelum transport
Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap
untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasiantar
dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis
pasien
Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsungselama
transport dan evaluasi kondisi pasien
2) Professional beserta dengan pasien : 2 profesional (dokter atau perawat)
harus menemani pasien dalam kondisi serius.
Salah satu professional adalah perawat yang bertugas, dengan
pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi
kritis
Professional kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter
harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien
yang membutuhkan urgent action
b. Peralatan untuk menunjang pasien
45 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Transport monitor
Blood pressure reader
Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan
cadangan 30 menit
Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/ menit,
pressure FiO2 of 100 % and PEEP with disconnection alarm and high
airwaypressure alarm
Mesin suction dengan kateter suction
Obat untuk resusitasi, lidocaine, atropine, dan sodium bicarbonate
Cairan intravena dan infuse obat dengan syringe atau pompa infuse dengan
baterai
Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
c. Monitoring selama transport
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut :
Level 1 = wajib
Level 2 = rekomendasi kuat
Level 3 = ideal
Monitoring kontinu : EKG, pulse oxymetri (level 1)
Monitoring intermitten : tekanan darah, nadi, respiratory rate ( level 1 pada
pasien pediatric, level 2 pada pasien lain )
3. Transport Pasien Rujukan
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan lainnya.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung
jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical
maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional,
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
- Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat
terselamatkan, dengan demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB.
- Cara Merujuk
46 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
Langkah-langkah rujukan adalah :
a. Menentukan kegawat daruratan penderita
1. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/ dukun bayi, maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu
mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya,mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas
pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
- Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
- Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan
- Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim
e. Persiapan penderita
f. Pengiriman Penderita
g. Tindak lanjut penderita :
- Untuk penderita yang telah dikembalikan
- Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tapi tidak melapor
- Jalur Rujuk
1. Dari kader
Dapat langsung merujuk ke :
47 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta atau rumah sakit pemerintah
2. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
PENUTUP
Kesimpulan
1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan (AKP) merupakan bagian dari suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan (PPA) dan
2. Tujuan dari AKP adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan
ketersediaan SDM di RS. dimana proses pelayanan pasien dimulai dari skrining
Dengan hasil yang diharapkan meningkatkan mutu dan efesiensi SDM di rumah
sakit.
48 | P a n d u a n A k s e s d a n K e s i n a m b u n g a n P e l a y a n