TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin,
2008:123). Menurut Varney (2007:958) periode pascapartum adalah
masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir akhir
periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil.
2. Standar Pelayanan Kebidanan Pada Masa Nifas
Menurut Salmiati (2011;h.59-60) standar pelayanan kebidanan pada
masa nifas meliputi :
a. Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Pernyataan standar: Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir
untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia.
b. Standar 14 : penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Pernyataan standar: Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang di perlukan.
c. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Pernyataan standar: Bidan memberikan pelayanan selama masa
nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,
penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Involusio Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat;
segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri ±2 jari dibawah pusat.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang ±
15 cm, lebar ± 12 cm dan tebal ± 10 cm. Dinding uterus sendiri
kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih
tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 pospartum uterus kurang
lebih setinggi 7 cm atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah
12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis (Wiknjosastro,
2005;h.237).
b. Involusi Servik
Perubahan-perubahan yang terdapat pada servik ialah segera
postpartum bentuk servik agak moncongmenganga seperi corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah
perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah, konsistensinya lunak. Segera setelah janin
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan kedalam kavum
uteri (Wiknjosastro, 2005;h.238).
c. Involusi Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Pada hari pertama endometrim yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata
akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami
degenarasi.Sebagian besar endometrium terlepas. Regenarasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2 sampai 3 minggu (Wiknjosastro, 2005;h.238).
d. Perubahan Vulva, vagina, dan perineum
Vulva dan vagian mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju
(Maritalia, 2012;h.143).
e. Hemokonsentrasi
Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah pada ibu relative akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan
beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi
kordis pada penderita-penderita vitium kordis. Keadaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala
(Wiknjosastro, 2005;h.239).
f. Laktasi
Menurut Wiknjosatro (2005;h.240) setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
menghilang, sehingga timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis
kembali antara lain lactogenic hormone (prolactin) yang akan
dihasilkan pula. Mamae yang telah dipersiapkan pada masa hamil
terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. pengaruh
oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi sehingga pengeluaran air susu dilaksanankan. Umumnya
produksi ASI baru berlangsung pada hari 2-3 pospartum.
g. Perubahan system pencernaan
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir (Maritalia,
2012;h.144).
h. Perubahan eliminasi
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
melahirkan, diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil. Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai
membuang\kelebihan cairan yang tertimbun dalam jaringan selama
hamil, salah satu mekanismenya untuk mengurangi cairan yang
teretensi selama masa hamil dengan diaphoresis luas, terutama pada
malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan.
Diuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah,
dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan
(Maritalia, 2012;h.146).
i. Perubahan muskuloskeletal
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai minggu ke-8
setelah melahirkan. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar.
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. (Maritalia,
2012;h.148-149).
4. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut Suherni, dkk (2010;h.87-89) dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan.Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur, dan kelelahan merupakan
suatu yang tidak dapat dihindari.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitife sehingga mudah
tersinggung dan mudah marah.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya.Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini.