Anda di halaman 1dari 8

Nama: Nur An Nisa Sholeha

Nim: 1931710094

Semester: 3

Prodi: Ekonomi Syari’ah

Angkatan: 2019

Mata Kuliah: Etika Binis Islam (UAS)

Dosen Pengampu: Dr. H. Muhammad Birusman Nuryadin SE, MM

1. Untuk membentuk pribadi seorang pengusaha muslim yang baik, diperlukan kiat-kiat.
Sebutkan kiat-kiat tersebut! Jelaskan jawaban saudara!
JAWABAN
Kiat-kiat yang diperlukan untuk membentuk pribadi seorang pengusaha muslim yang baik,
yaitu:
1) Ketulusan niat dan kemurnian iman
Niat dalam bekerja bagi seorang pengusaha haruslah digunakan untuk mendapatkan
dan mengembangkan uang yang halal, yang dapat memberinya makanan dalam
menjalankan ibadah kepada Allah. Kemurnian iman harus memperteguh hatinya. Seorang
pengusaha haruslah kembali kepada Allah, dengan niat apapun yang ia lakukan agar
mendapat keridhaanNya.
Allah swt berfirman:

ِ ‫قل ِإ َن صَلتِي ونس ِكي ومحياي ومماتِي ِ َلِلِ ر‬


‫ ل ش ِريك لهۥ و ِبذ ِلك‬١٦٢‫ب ٱلعل ِمين‬
١٦٣‫أ ِمرت وأنا أ َول ٱلمس ِل ِمين‬
Artinya: Katakanlah :”sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya, dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri pada
Allah (QS al-An’am: 162-163)
‫صين‬ َ ‫وما أ ِمروا إِ َل ِليعبدوا‬
ِ ‫ٱلِل مخ ِل‬
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadaNya. (QS al-Bayinah : 5)
Perbuatan-perbuatan manusia haruslah diiringi iman yang murni. Mengenai hal ini,
Rasulullah saw bersabda kepada Sa’ad ibn Abi Waqqas:
“Walaupun terlambat, namun perbuatan baik apapun yang kau lakukan akan meningkatkan
dan meninggikan tempatmu di surga (Hadits riwayat Bukhari)

Umar ibn Khattab ra berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :


“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung kepada niatnya, dan sesungguhnya setiap
perbuatan seseorang bergantung kepada apa yang diniatkannya. Maka barang siapa yang
berhijrah kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasulNya. Dan
barang siapa yang berhijrah karena ingin meraih keuntungan di dunia atau karena
perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya hanya untuk apa yang ia niatkan.
(Hadits riwayat Bukhari Muslim)

Keikhlasan dan kemurnian iman membentuk atmosfir kestabilan dan ketenangan


dalam jiwa seorang pengusaha. Kemurnian iman senantiasa menanamkan bibit-bibit
kepuasan dalam jiwa seorang pengusaha atas apa yang Allah karuniakan kepadaNya.
Seorang pengusaha yang jiwanya diliputi ketaqwaan selalu siap dengan konsekwensi atas
apa yang ia lakukan, ia akan menilai perbuatannya sendiri, membatasi keinginannya dan
menyalahkan dirinya sendiri pada saat melaksanakan segala sesuatu yang menjauhkan dari
hukum-hukum Allah.

2) Akhlak Mulia
Seorang pengusaha muslim harus mengamalkan akhlak mulia, seperti jujur, ikhlas,
setia, cakap, istiqomah, sederhana, qonaah, yakin, dan masih banyak lagi akhlak-akhlak
mulia lainnya, yang menjadi pokok-pokok dalam bermuamalah berdasarkan aturan-aturan
Allah.
Dalam hal ini, Allah swt memuji akhlak RasulNya, firmanNya:

٤‫و ِإنَك لعلى خلق ع ِظيم‬


Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS al-Qalam :
4)
Rasulullah saw juga memuji seorang pedagang yang jujur, beliau bersabda :
“Sungguh, pedagang yang jujur pada hari kiamat akan berada dalam kelompok para nabi,
orang-orang yang beriman, dan para syuhada” (Hadits riwayat Tirmidzi).
Para pedagang yang berakhlak mulia memainkan peranan penting dalam penyebaran
agama Islam di beberapa negara di Afrika dan bagian timur Asia termasuk Indonesia.
Mengamalkan akhlak mulia akan menghasilkan stabiitas dan kepercayaan terutama
dalam kesepakatan dan senantiasa memenuhi hak-hak orang lain. Akhlak mulia juga
membawa kebaikan dan kesejahteraan, menambah keuntungan-keuntungan yang halal dan
mendapat balasan dari Allah. Anjuran menyesuaikan diri dengan akhlak yang mulia bagi
para pelaku bisnis adalah, bahwa akhlak itu adalah sebagai bentuk dari ibadah, yang akan
dibalas oleh Allah di hari akhirat nanti.

3) Perilaku santun dalam berhubungan dengan orang lain


Memperlakukan orang lain dengan adil adalah salah satu buah dari kekayaan nilai
yang lahir bersamaan dengan keimanan, akhlak mulia, dan ketaatan kepada perintah Allah.
Karakter ini terwujud dari perlakuan para pelaku bisnis terhadap orang-orang yang bekerja
pada mereka, baik di wilayah produksi, marketing, manajemen, atau di departemen-
departemen pemerintahan. Memperlakukan orang lain dengan adil akan memiliki beberapa
keistimewaan seperti, terciptanya kerjasama, solidaritas, persaudaraan, altruisme (sifat
mementingkan kepentingan orang lain), ide-ide yang produktif (bagus), kejujuran, dan
persaingan dalam hal-hal yang diinginkan.
Allah SWT menganjurkan kita untuk memperdulikan orang lain dan memperlakukan
mereka dengan penuh perhatian, sebagaimana firmanNya, yang artinya:
Berbuat baiklah (QS al-Baqarah : 83)
“Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia berbicara yang baik atau
diam. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
“Semoga kasih sayang Allah tercurah kepada orang yang berlaku lemah lembut dalam
membeli, menjual, dan menagihkan uangnya (Hadits riwayat Bukhari)
Memperlakukan orang lain dengan baik, mengikatkan tali kasih sayang yang kuat,
kokohnya persaudaraan, solidaritas, kepercayaan diri yang teguh, perdamaian, dan
kerjasama dalam kebaikan dan keluhuran. Perilaku semacam ini akan memberikan
kontribusi besar dalam memecahkan masalah-masalah secara damai. Semuanya menjadi
lebih baik dibandingkan dengan berkiblat epada hukum-hukum sekuler yang dapat
membawa ketidakadilan. Kebaikan memperkuat hubungan antara pengusaha, terlepas dari
keyakinan mereka, baik ras maupun etnik.

2. Sebutkan faktor-faktor penentu dalam dunia bisnis yang sehat! Jelaskan jawaban saudara!
JAWABAN
1) Hubungan yang sehat
Semua hubungan harus dijalin dengan batasan-batasan dan aturan-aturan syariat.
Secara tidak langsung, hal ini menyatakan, bahwa hubungan-hubungan tersebut harus
sehat. Bagi setiap individu, menghindari adanya kecurigaan dan larangan-larangan adalah
suatu kewajiban, terlepas dari godaan untuk meraih uang lebih banyak, untung berlipat,
atau dipromosikan jabatan yang tinggi. Pada intinya, hubungan (muammalat) senantiasa
sehat, kecuali yang dilarang oleh teks al-Quran atau sunnah. Kedua teks tersebut adalah
sumber-sumber asli hukum Islam.
Mengamalkan apa yang diperbolehkan membuat bisnis dijalankan menurut hukum
Allah. Untuk mempergunakan cara ini, para pelaku bisnis harus memiliki beberapa syarat,
peraturan-peraturan, dan program-program yang didasari oleh prinsip dan hukum-hukum
syariat. Jika sesuai dengan hukum, bisnis dan urusan akan lebih mudah. Hubungan yang
sehat menimbulkan perasaan damai dan tenteram, bahkan walaupun pendapatannya sedikit,
namun tetap besar di mata Allah juga hasilnya berkah.

2) Menjalankan bisnis yang baik dan halal


Bisnis haruslah didasari oleh hubungan yang halal dan baik serta bebas dari
keharaman, tidak hanya dikarenakan sejumlah uang dan keuntungan semata. Allah itu Baik
dan tidak menerima sesuatupun kecuali yang baik. Dalam hal ini, terdapat hubungan yang
kuat antara kehalalan dengan kebaikan, sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT:

ِ ‫يأيُّها ٱلنَاس كلوا ِم َما فِي ٱلر‬


‫ض حلَل ط ِيبا‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
muka bumi.” (QS al-Baqarah : 168)
Syariat telah melarang perbuatan mubazir. Sesuatu yang baik bisa jadi baik, tetapi bila
penggunaannya tidak secara bijaksana maka akan membuat seluruh perbuatannya menjadi
haram.
Dalam al-Quran, Allah SWT berpesan kepada kita untuk mengikuti apa yang
dimaksud dengan kebaikan,
“Hai anak Adam,pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan siapakah pula yang mengharamkan
rizki yang baik? Katakanlah: Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman
dalam kehidupan mereka, di dunia” (QS al-A’raf: 31-32)
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik” (QS al-Baqarah: 267)

Dalam konteks ini, Rasulullah saw bersabda:


“Allah Yang Maha Kuasa adalah baik dan hanya menerima apa yang baik. (Hadits riwayat
Muslim)
“Harta yang berkah adalah yang baik dan di tangan orang yang baik” (Hadits riwayat
Ahmad dan al-hakim)
Bisnis yang dijalankan dengan lingkungan yang baik akan menghasilkan stabilitas dan
pertumbuhan bisnis yang pesat, hal itu bisa berupa keuntungan dan uang. Keburukan tidak
akan mungkin sama dengan kebaikan, bahkan walaupun keburukan itu meliputi sejumlah
besar uang. Berpegang teguh kepada kebaikan akan membawa perasaan sentosa, damai dan
puas.
3) Mematuhi ajaran islam
Seorang pengusaha harus mematuhi ajaran Islam dalam hal investasi, produksi, atau
konsumsi. Ia harus memberi prioritas utama pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak mewah,
guna menghindari perbuatan mubazir, atau membuang uang untuk sesuatu yang tidak
berguna.
Prinsip ini telah ditegaskan dalam al-Quran al-Karim ketika Allah berfirman dalam
surat al-A’raf:

‫وكلوا وٱشربوا ول تس ِرفوا‬


Artinya: “Makan dan minumlah; dan janganlah berlebih-lebihan” (QS al-A’raf : 31)

‫ت ما رزقنكم ول تطغوا فِي ِه‬


ِ ‫كلوا ِمن طيِب‬
Artinya: “Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepadamu, dan
janganlah melampaui batas padanya” (QS Thaha : 81)
Dalam haditsnya, Rasulullah saw bersabda:
“Makan, minum, dan bersadaqahlah kamu tanpa kesombongan dan tanpa berlebihan.
Sesungguhnya Allah menyukai kebahagiaanNya nyata dalam perbuatan hambaNya”
(Hadits riwayat Nasai, Ahmad, Ibn majah)
“Dermakan uangmu pertama untuk dirimu sendiri, dan jika ada sisa, maka berikan kepada
keluargamu, dan jika masih ada sisa, berikan kepada kerabatmu, dan seterusnya dan
seterusnya.” (diriwayatkan oleh Ahmad dan an-Nasai)
Menyelaraskan segala sesuatuya dengan ajaran Islam akan meningkatkan energi bagi
materi dan jiwa, dan tentunya, efisiensi serta sufisiensi (kecukupan) juga akan dapat
terwujudkan. Wal hasil, bertambahnya kekayaan dan keuntungan akan mencapai
kesejahteraan serta keridhaan yang luasnya sampai mencakup seluruh umat Islam, bahkan
seluruh umat manusia.

3. Sebutkan kiat-kiat agar terdapat hubungan yang baik antara pengusaha dengan orang lain!
Jelaskan Jawaban saudara!
JAWABAN
1) Jujur dan tidak berbohong
2) Bersikap dewasa dan tidak kekanak-kanakan
3) Lapang dada dalam cara berkomunikasi
4) Menggunakan panggilan atau sebutan nama orang dengan baik
5) Menggunakan pesan bahasa efektif dan efisien
6) Tidak mudah emosi atau emosional
7) Berinisiatif sebagai pebisnis pembuka dialog
8) Berbahasa yang baik, ramah, dan sopan
9) Menggunakan pakaian yang pantas dan menyesuaikan keadaan
10) Bertingkah laku yang baik.

4. Apa akibat dari pengabaian etika bisnis dalam menjalankan usaha? Jelaskan jawaban saudara!
JAWABAN
Praktek bisnis yang tidak mengikuti aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang sudah
menjadi ketentuan hukum positif pemerintah atau kelaziman bisnis yang beretika, bisa
berakibat tidak langgengnya bisnis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh selain pelanggaran
etika akan berhadapan dengan sanksi formal, didalam bisnis juga akan berakibat pada
runtuhnya reputasi atau trust, baik secara eksternal maupun internal perusahaan.
Perilaku bisnis yang tidak beretika ini, secara eksternal akan menjatuhkan kredibilitas
perusahaan, yang berakibat lanjut pada kekhawatiran rekanan bisnis terhadap kemungkinan
akan terseret dalam kasus hukum atau dirugikan secara ekonomi; dan secara internal, akan
terjadi hilangnya rasa hormat (respect) dari karyawan terhadap atasan (eksekutif) dan
berakibat lanjut pada turunnya etos kerja karyawan karena ketidak-hadiran panutan beretika
dari pimpinannya.
Akan butuh waktu dan biaya yang besar untuk mengembalikan kepercayaan publik dan
karyawan terhadap perbaikan kualitas etika bisnis perusahaan. Maka, sudah seharusnya hanya
resiko keekonomianlah yang perlu menjadi tantangan dalam berbisnis, karena Etika dan
hukum adalah bagian dari profesionalitas dan kepeduliaan sosial perusahaan, serta landasan
yang tidak untuk ditawar, apalagi ditinggalkan, namun untuk dijalankan.
Tanpa menghiraukan etika bisnis, suatu badan usaha maupun perusahaan bisa terjebak ke
dalam perkara yang melanggar hukum positif di suatu wilayah/ negara. Tanpa menghiraukan
etika bisnis, suatu badan usaha ataupun perusahaan bisa terperosok ke dalam hal-hal yang
melanggar norma-norma masyarakat sehingga tidak jarang kelompok-kelompok dalam
masyarakat mengadakan demonstrasi atau unjuk rasa untuk memprotes badan usaha atau
perusahaan yang dianggap meresahkan bahkan merugikan masyarakat.
Pengabaian penerapan etika bisnis dalam hal penghasilan yang diterima dan juga biaya-
biaya yang dikeluarkan bisa menjadikan suatu badan usaha atau perusahaan terperosok ke
dalam perkara pelanggaran hukum positif. Kalau badan usaha atau perusahaan terperosok ke
dalam pelanggaran hukum positif, maka para pejabat di badan usaha atau perusahaan tersebut
yang paling bertanggung jawab. Para pejabat di perusahaan tersebut akan berhadapan dengan
penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, kehakiman bahkan komisi pemberantasan
korupsi.

5. Sebutkah contoh-contoh praktek usaha bisnis yang telah mengabaikan etika bisnis!
JAWABAN
1) Korupsi
2) Pemalsuan merek
pemalsuan merek telah mengabaikan etika bisnis karena perbuatan tersebut tidak
menghargai hasil karya cipta seseorang yang menciptakan produk unggul yang bermanfaat
bagi semua orang, tiba-tiba dibajak atau ditiru dengan mengambil karya orang lain untuk
keuntungan diri sendiri. Contohnya yang banyak beredar di masyarakat adalah pemalsuan
DVD/VCD dan pakaian baju, kaos, celana yang dengan sengaja menciptakan merk yang
sama tetapi kualitas berbeda jauh dengan yang asli.
3) Pembajakan di Industri Musik dan Film.

Anda mungkin juga menyukai