Anda di halaman 1dari 3

Cinta Guru & Siswa = Cinta

Dua Usia
DARI beberapa kisah cinta yang “terlarang”, mungkin ini salah satunya. Cinta antara guru
dan murid. Cinta bukan dalam arti kasih sayang dan perhatian antara seorang pendidik kepada
siswa didiknya, namun lebih mirip gejolak hati antara dua insan manusia. Cinta model ini
memang merepotkan. Bukan semata karena perbedaan usia yang terpaut jauh, juga karena
perbedaan status yang sangat mencolok. Tapi, mana bisa kita menyalahkan hati?
WITING tresna jalaran saka kulina nampaknya terjadi untuk cinta model ini. Karena pertemuan
yang sering dan interaksi yang berlangsung terus menerus, maka mungkin saja rasa simpati itu
hadir.
Pertemuan yang sering bukan hanya sekadar pertemuan. Juga terjadi kontak mata, hati dan juga
pikiran. Bahkan bahasa tubuh pun kerap di pakai. Semuanya bisa menimbulkan tafsiran yang
bermacam-macam. Dan semua itu menjadi jalan mulus untuk hadirnya perasaan tertentu,
termasuk rasa cinta.

Kondisi itu didukung oleh kejiwaan si anak yang sedang mengalami perubahan menuju
kedewasaan. Mudah jatuh hati pada seseorang yang memberikan perhatian lebih padanya. Selain
itu, sebagaimana manusia normal lain, seorang guru juga akan mudah terpesona pada sosok
bunga yang sedang mekar-mekarnya. Muda, cantik, polos dan segar. Tentu, siapa yang tak
tergoda?
Silahkan anda sekali-sekali coba. Berjalan-jalanlah di sekitar sekolah di saat jam istirahat atau
jam berangkat-pulang sekolah. Saksikan dihadapan anda anak-anak yang sedang tumbuh dewasa
begitu cantik, menarik dan enerjik. Lalu bayangkan apa yang harus dialami oleh guru-guru
mereka setiap harinya. Entah mereka itu masih single atau sudah menikah.
Cinta memang tidak mengenal usia. Namun cinta lintas usia jelas memiliki resiko sendiri. Cinta
model ini juga bisa sangat heboh dan berbahaya. Seorang teman memiliki kisah sejenis. Dan
berakhir tidak menyenangkan. Menurutnya, sosok si siswinya senantiasa membayanginya. Meski
sudah beranak istri, tapi tidak membuatnya menepis rasa itu. Kunjungan demi kunjungan dia
lakukan demi memenuhi hasratnya.

Rayuan dan pendekatannya yang semakin intens menimbulkan kecurigaan bagi siswi dan
keluarganya. Cintanya tertolak. Entah dari mana cerita menyebar secepat kilat ke setiap telinga
para penghuni sekolahan. Dan cerita berakhir dengan pemberhentian secara tidak hormat sebagai
seorang guru. Mungkin dia tidak menyesal, tapi pasti rasa malu itu ada. Entah apa reaksi si istri
mendengar berita itu? Pasti merana.

Kisah cinta seorang pendidik kepada anak didiknya juga pernah diangkat ke layar sinema.
Mungkin sekadar cerita rekaan, tapi sangat mungkin terjadi di alam nyata ini. Berkisah tentang
obsesi seorang guru laki-laki sekolah lanjutan atas pada kecantikan salah seorang muridnya. Dan
demi mewujudkan impiannya, maka jalan pintas ia lalui. Semua orang yang dianggap bisa
menghalangi hubungannya dengan si gadis segera dia habisi. Meski itu ibu dan ayah si gadis.
Tindakan sadis itu muncul karena perasaan cemburu yang berlebihan. Dan sama seperti kisah
teman saya tadi, cintanya pun ditolak.

Memang segala urusan bisa runyam jika sudah melibatkan urusan hati. Sering terjadi tindakan-
tindakan di luar nalar demi mendapatkan cinta sang pujaan hati. Termasuk untuk jenis cinta
seperti ini. Profesionalitas seseorang guru bisa tergadaikan. Wibawa guru sebagai panutan
murid-muridnya bisa seketika berkurang. Silahkan anda bayangkan sendiri bagaimana seorang
guru bisa mempertahankan sikap netralnya jika sudah tertarik pada salah seorang siswanya.
Bagaimana sepak terjangnya demi mendapatkan cinta muridnya? Jurus-jurus apa saja yang akan
dia gunakan untuk memikat hati si siswa agar menerima cintanya? Model pendekatan seperti apa
yang akan dia terapkan saat berdekatan dengan si murid menawan itu? Dan akan sejauh mana
hubungan itu akan dia bawa?

Padahal kata para pujangga, cinta itu bisa mendatangkan berjuta inspirasi. Mengubah seorang
biasa mendadak menjadi pujangga yang pandai merangkai kata buat si pujaan hati. Meruntuhkan
hati sekeras baja. Bahkan mampu mengubah prinsip dan keyakinan. Dan sayangnya, cinta juga
bisa membuat teman saya kehilangan pekerjaan.

Jadi, meski tidak biasa, tapi sebenarnya hubungan asmara antara murid dan guru bukanlah
hubungan yang menyimpang. Tapi tentu saja toleransi harus tetap dijaga. Segala sesuatu yang di
luar dari norma dan kebiasaan masyarakat sebaiknya memang tidak perlu terjadi. Namun
seandainya harus terjadi, tentu setelah melalui antisipasi semaksimal mungkin.

Setiap orang harus bisa menempatkan diri. Rasa itu tetap harus diimbangi dengan dua yang lain,
yakni objektifitas dan kesadaran. Sadar bahwa ada resiko di balik hubungan itu. Resiko tersebut
bahkan jauh lebih merepotkan dari hubungan itu sendiri. Obyektif artinya bisa menempatkan
profesionalitas diri saat berperan sebagai siswa, guru atau pasangan.

Universitas London mungkin lebih paham akan hal ini. Hasil penelitian mereka salah satunya
menjelaskan tentang efek jatuh cinta. Hasilnya, kemampuan otak akan merosot jauh saat
seseorang mengalami perasaan jatuh cinta. Bagian otak yang merespon hal-hal baik akan
meningkat. Seiring dengan menurunkan kemampuan bagian otak yang merespon hal-hal buruk.
Akhirnya, subyektifitas lebih kuat dari obyektifitas. Akan merepotkan kala si guru harus
memberikan nilai buat si murid pasangan.

Maka, mungkin perlu batasan hubungan antara murid dan guru. Rasa cinta yang muncul hanya
karena penampilan di duga tidak bertahan lama. Kata para ilmuwan kita, setiap orang akan
menghasilkan hormon feromon atau sejenisnya sehingga kita tampak menarik bagi orang lain.
Tapi jika hanya ini modal cinta antara guru dan murid, maka mungkin perlu berhati-hati.
Pasalnya, cinta model ini ibarat iklan. Sangat bergantung pada kemasan semata. Ya, syukur-
syukur isi juga berkualitas. Nah, kalau sebaliknya?
Tapi meski begitu, cinta adalah persoalan rasa. Sehingga jangan heran jika guru laki-laki bisa
jatuh cinta pada murid perempuannya. Dan juga sebaliknya, guru perempuan bisa menjalin
hubungan asmara dengan murid lelakinya. Jadi mulailah siaga satu saat murid perempuan mulai
bertingkah genit di hadapan anda. Bersemu merah saat anda menyapa mereka. Atau saat si murid
lelaki mulai melancarkan rayuan ala anak-anak. Atau mungkin saat anda mulai salah tingkah di
depan seorang murid istimewa anda. Mungkin saat itu Dewa Cupid[1]sudah menembakkan
panah asmara ke hati anda dan murid anda. Hati-hati, tapi nikmatilah!

[1] Salah satu karakter dewa dalam mitologi Yunani yang digambarkan membawa panah dan
memiliki sayap. Konon saat anak panah dilepaskan dan mengenai seseorang, maka orang
tersebut akan jatuh cinta pada orang lain yang juga terkena panah asmara.

Anda mungkin juga menyukai