Anda di halaman 1dari 2

KISAH-KASIH DI SEKOLAH

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu...
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada
hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)

Sajak di atas membawa kita untuk mencoba memahami makna hakiki dari
apa yang disebut dengan cinta. Hakikat cinta bukanlah romantika dua hati yang
bergejolak menahan rasa ataupun cumbu rayu manja yang mengatas-namakan
cinta. Cinta kasih sejati jauh lebih tinggi dari hal-hal tersebut, cinta adalah
memberi, laiknya orang tua kepada anaknya, seperti seseorang yang rela
berkorban demi orang lain dengan ketulusan tanpa menginginkan balasan.
Rasa sayang (afeksi) adalah anugerah Tuhan, sebuah sifat alami yang
dimiliki oleh manusia terhadap manusia lainnya. Kebutuhan manusia akan kasih
sayang tidak bisa dipisahkan dari hidup manusia. Bahkan kalau saya boleh
beropini, kasih sayang inheren dalam kebutuhan fisiologis manusia. Hal ini
didasarkan pada keberadaan kasih sayang yang melingkupi kehidupan manusia
sejak lahir. Pernahkan kita berpikir, saat kita bangun tidur bahkan saat terlelap,
ayah bunda kita telah mencurahkan segala kasih sayangnya untuk kita. Kita adalah
anak-anak mereka, apapun yang mereka harapkan adalah segala sesuatu yang
terbaik buat kita.
Cinta kasih orang tua terhadap anaknya adalah bentuk kasih sayang yang
paling mulia, paling tinggi derajatnya diantara kasih sayang antar manusia. Cinta
yang mereka berikan sungguh tak bersyarat, tidak seperti konteks percintaan
antara dua sejoli yang memadu kasih. Bahkan saat sang anak membalas kasih
sayang tersebut dengan caci maki dan hinaan. Apakah dalam percintaan muda-
mudi dapat mencapai tingkatan kasih sayang itu? Apakah kita akan selalu
menyayangi sang kekasih jika mereka tidak membalas rasa sayang yang kita
berikan? Apakah dengan melihat orang yang kita sayangi bahagia di pelukan orang
lain kitapun bahagia? Kita hanya pura-pura bahagia di saat hati kita sakit. Bentuk
pemberian yang kita lakukan mengharapkan adanya balas jasa, meski itu tidak
selalu berbentuk materi, termasuk sayang yang kita berikan.
Guru adalah suatu kegiatan mendidik (educate) bukan hanya mengajar
(learn) semata kepada anak didiknya. Hal inilah yang menempatkan posisi guru
sebagai orang tua di sekolah. Ia tidak sekedar mengantarkan pada pemahaman
ilmu pengetahuan seperti tertuang dalam kurikulum, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai penting dalam mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota
masyarakat. Guru tidak hanya terikat kewajiban untuk menunjang keberhasilan
anak didik dalam hal prestasi belajar. Lebih penting, mereka ingin anak didiknya
sukses dalam kehidupannya.
Pengertian sayang dalam hal ini janganlah dikerdilkan hanya dalam definisi
hal-hal yang terasa menyenangkan. Mungkin dengan memaksa, menghardik,
memarahi, itulah bentuk kasih sayangnya kepada kita. Sesuatu yang tidak
menyenangkan mungkin jauh lebih baik daripada membiarkan kita semata-mata
untuk menikmati hal yang negatif. Misal, adanya aturan-aturan yang tertuang
dalam tata tertib sekolah secara langsung membatasi kebebasan anak didik
maupun aturan implisit yang terdapat dalam berbagai interaksi antara guru
dengan muridnya di sekolah. Aturan tertulis maupun tak tertulis tersebut
mempunyai peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai utama bagi kehidupan
manusia, seperti: kedisiplinan; keinginan untuk maju (achievement); kemandirian;
sopan santun (etika); keindahan (estetika); kejujuran; tata susila; rendah hati dan
lain sebagainya. Coba bayangkan bagaimana jadinya kelak jika kita tidak
mempunyai nilai-nilai tersebut! Saya yakin seratus persen yang kita rancang dan
kita rencanakan tidak lain adalah kegagalan.
Sungguhlah kami sebagai salah satu tenaga pendidik hanya mempunyai
keinginan agar anak didik kami maju dan berkembang. Kita hidup bukan untuk
sehari, seminggu, sebulan ataupun setahun, tapi untuk berpuluh-puluh tahun ke
depan. Jalan kalian masih panjang, tidak akan terhenti sampai hanya di strata
pendidikan sekarang ini. Janganlah tertipu dengan kesenangan sesaat, seriuslah
dalam menjalankan segala sesuatu dalam hidup kalian, termasuk belajar. Tidaklah
penting mengkhawatirkan masa depan, tapi pikirkanlah apa yang kita lakukan
untuk mempersiapkan saat masa depan itu datang. Berpikirlah positif, apapun
yang kita pikirkan dan kita yakini, itulah kenyataan yang akan terjadi. Inilah
kekuatan alam bawah sadar kita. Salam sayang buat kalian semua (DF).

Anda mungkin juga menyukai