Anda di halaman 1dari 20

i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan lambang bunyi yang digunakan oleh manusia sebagai
alat komunikasi dan dihasilkan oleh alat ucapnya. Dengan sebuah bahasa
manusia dapat mengekspresikan dirinya. Bahasa juga dapat digunakan oleh
masyarakat untuk berinteraksi sosial secara tulis melalui sosial media.
Sehingga bahasa bersifat dinamis dan dapat dipelajari perkembangannya.
Sejalan dengan pendapat Muhammad (2011:29) yang menjelaskan bahwa
bahasa juga bersifat arbitrer atau sewenang-wenang serta mendapatkan
kesepakatan bersama untuk memutuskan bentuk atau model bahasa. Selain itu,
bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kata (morfologi),
bentuk atau bunyi dalam bahasa (fonologi), peratutran dalam membentuk
suatu kalimat (sintaksis), mempelajari makna dalam kata dan kalimat
berdasarkan struktur bahasanya (semantik) dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sugihastuti dalam Dewi Kusumaningsih
mengutarakan yang digunakan di setiap kondisi, karena bahasa juga
merupakan alat berkomunikasi, seperti seorang pembicara terhadap
pendengarnya atau seorang penulis kepada pembacanya, disini mereka
menggunakan kekuatan bahasa sebagai media dalam berkomunikasi. Adapun
fungsi dari bahasa juga disampaikan oleh Keraf, bahwa bahasa juga pelengkap
dari bahasa lain. Sepertinya halnya, bahasa akan digunakan untuk memahami
orang lain, mengembangkan proses berpikir orang lain yang akan disampaikan
secara lisan maupun tertulis, tidak hanya itu bahasa juga dapat mempengaruhi
cara orang lain berpikir sehingga kita juga dapat mendeteksi tingkat
kecerdasaan seseorang melalui cara mereka dalam berbicara.
Di dalam dunia digital, aplikasi instagram merupakan salah satu jenis
media sosial yang sangat digandrungi oleh masyarakat. Sehingga kehidupan
kita saat ini tidak akan pernah lepas dari media sosial instagram, seseorang
juga dapat mengupdate kehidupan pribadinya di instagram. Tidak hanya itu,
karena instagram merupakan aplikasi besar yang digunakan oleh 140 Juta

2
manusia dari berbagai macam usia, maka tidak jarang jika terkadang mereka
melakukan kesalahan berbahasa entah disengaja ataupun tidak ketika
mengekspresikan dirinya di instagram, terutama pada bagian caption.
Kesalahan berbabahasa sering terjadi tanpa harus melihat usia maupun
latar belakang pendidik seseorang. Media sosial instagram yang digunakan
oleh semua orang merupakan salah satu aplikasi yang membantu penggunanya
dalam megekspresikan dirinya melalui tulisan dengan mengunggah foto
maupun videonya. Namun dalam mengekspresikan dirinya, seorang pengguna
media sosial perlu memperhatikan keabsahan penulisannya agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami maksut atau arti dari tulisannya. Salah satu
unsur kebahasaan yang dimaksud adalah unsur morfologi. Morfologi
merupakan bidang kajian yang berfokus pada seluk-beluk suatu kata dapat
terbentuk dengan melihat struktur kata yang dipilih. Sehingga kita juga akan
mengetahui bagaimana pengaruh atau dampak dari perubahan-perubahan
struktur fonem terhadap proses pemaknaan dalam kalimat. Adapun proses
morfologi disebut morfonemik. Morfonemik merupakan peristiwa berubahnya
wujud morfofonemik dalam suatu proses morfologi, baik secara afiksasi
maupun reduplikasi. Afiks merupakan imbuhan yang terikat dan tidak dapat
berdiri sendiri sehingga berdampingan dengan kata dasar. Dalam proses
afiksasi berdasarkan posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya
prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Oleh karena itu, penulis ingin
menganalisis kesalahan berbahasa morfologi yang berfokus pada peristiwa
afiksasi dan reduplikasi dalam penulisan caption di media sosial intagram agar
menambah wawasan kepada pembaca, sehingga mereka bisa memperbaiki
tulisan-tulisannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah kesalahan bentuk afiksasi pada caption media sosial
instagram?

3
1.2.2 Bagaimanakah kesalahan bentuk reduplikasi pada caption media
sosial instagam?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui bagaimana kesalahan berbahasa morfologi pada bentuk
afiksasi dan reduplikasi di dalam caption media sosial intagram

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.4.1 Bagi penulis, dugunakan untuk memenuhi tugas serta menambah
wawasan dan pengetahuan yang baru.
1.4.2 Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tugas
dan menambah ilmu pengetahuan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesalahan Berbahasa


Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengguna sosial media
instagram harus dilakukan analisis kesalahan berbahasa agar membantu
para pengguna akun dalam memahami cara penulisan yang baik dan benar,
serta memanimalisir terjadinya sebuah kesalahan dalam penulisan.
Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis kesalahan berbahasa
menurut pakarnya. Disampaikan oleh Pranowo (2015:58) dia menjelaskan
bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan
untuk menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar bahasa.
Lebih detail menjelaskan analisis kesalahan berbahasa adalah usaha untuk
membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan
mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan
berbahasa yang mereka lakukan dalam proses menguasai bahasa kedua.
Contoh sederhananya seseorang yang masih belajar bahasa kedua seperti
bahasa Indonesia dan memiliki bahasa pertama bahasa daerahnya, akan
sedikit mengalami kesukaran dalam bertutur secara lisan maupun tulis, hal
ini dikarenakan setiap orang yang sedang belajar bahasa kedua pasti akan
mengalami kesalahan dalam penggunaan dan pemilihan kata dalam
kalimat, entah karena kesalahan (error) atau kekeliruan (mistake). Lalu,
untuk membantu pengguna akun media sosial instgram memahami bahasa
kedua yang dipelajari dan kesalahan berbahasa yang terjadi dalam
pembelajaran bahasa kedua, maka harus dilakukan penelitian melalui
prosedur penelitian analisis kesalahan berbahasa agar menambah wawasan
dan pembelajaran yang bermanfaat bagi pembaca dalam membentuk atau
menulis kosa-kata yang benar.

2.2 Afiksasi
Kesalahan dalam memberikan pembubuhan afiks pada kata dasar
dapat disebut sebagai Afiksasi. Menurut Ramlan (2001: 54) ; Setiawan,

5
(2015:518) proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks dalam
satuan kata, entah pada bentuk tunggal maupun bentuk komplek. Selain
itu, sejalan dengan pendapat Arifin dan Junaiyyah (2009:5) afiks atau
imbuhan di dalam bahasa Indonesia mempunyai peran sangat penting
sebab kehadiran imbuhan pada kata dasar dapat berubah bentuk, fungsi,
kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya. Menurut Chaer
(2008:23) mendefinisikan bahwa afiks adalah morfem yang tidak dapat
menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur
pembentuk dalam proses afiksasi. Jenis-jenis Afiks Menurut Alwi dkk,
(2003:31) ; Setiawan, dkk, (2018:157) jenis-jenis afiks meliputi prefiks,
infiks, sufiks, gramatikal yang di dalamnya satu kata merupakan unsur
yang bukan kata, dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan
melekat pada satuan lain untuk membentuk kata.

Menurut Robins (1992:245) menerangkan afiks biasa dibagi


menjadi tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam
hubungannya dalam dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan
sufiks. Konfiks dan simulfiks. Kesalahan prefiks adalah kesalahan
imbuhan yang dilekatkan di depan kata dasar. Setiawan dan Bakri,
(2015:28) prefix adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.
Prefiks adalah morfem terikat yang ditambahkan ke kata rumah menjadi
berumah. Dan Menurut Alwi dkk (1998:31) mengemukakan prefiks adalah
afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar. Adapun yang
termasuk prefiks atau awalan yaitu: meN-, di-, ber-, ke-, ter-, peN-, per-,
dan se-.

Kesalahan sufiks adalah kesalahan imbuhan bagian akhiran pada


bentuk dasar. Menurut Ade dan Jaka (2019: 54), sufiks atau akhiran adalah
imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini
tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Ramlan 2012: 65)
mengemukakan bahwa sufiks adalah imbuhan yang terletak di lajur
belakang karena selalu melekat di belakang bentuk dasar. Sufiks yang

6
sering terjadi kesalahan adalah sufiks -i. Selain itu, terdapat kesalahan
konfiks ber-an yaitu kesalahan awalan ber- dan akhiran -an yang
diimbuhkan secara bersamaan pada kata dasar atau bentuk dasar. Konfiks
ber-an hanya mendukung satu fungsi yaitu membentuk kata kerja dari
pokok kata.

Kesalahan simulfiks adalah kesalahan gabungan imbuhan yang


satu atau lebih terjadi pada bentuk dasar secara bertahap. Pengertian
simulfiks dikemukakan oleh sejumlah ahli berdasarkan pandangannya
masing-masing. Simulfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata dan
yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar Kridalaksana, (2008: 222).
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:7), simulfiks adalah dua imbuhan atau
lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara
bertahap. Macam-macam simulfiks yang sering terjadi kesalahan meliputi
meN- -kan, diper- -kan, dan di- -i.

2.3 Reduplikasi
Suatu bentuk kesalahan pengulangan kata atau unsur kata baik
secara lisan maupun tulisan bahasa Indonesia dapat disebut sebagai ilmu
reduplikasi. Sejalan dengan Menurut Kosasih (2002: 215), “Kata ulang
(reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses perulangan. Menurut
Ramlan (2001: 63), mengatakan “Peroses pengulangan atau reduplikasi
ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya,
baik dengan variasi fonem maupun tidak”. Menurut Ramlan (2001: 69-75)
macam-macam pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan
yakni: kesalahan dalam pengulangan seluruh kata, kesalahan dalam
pengulangan sebagian dari kata, serta kesalahan pengulangan yang
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiksasi.

7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Tabel Pengumpulan Data


No Gambar /Transkripsi Data Identitas Sumber Data Data
1. Postingan feed instagram sebuah organisasi … pemateri yang akan membekalkan kalian
di UNEJ yang diunggah sekitar 1 minggu dengan segudang ilmu!!! ...
yang lalu.

2. Salah satu postingan di feed unstagram ... agar Allah ngembaliin apa yang kamu ...
online shop yang diunggah sekitar 110
minggu yang lalu

3. Salah satu postingan di feed instagram yang ... melewati fase kitsakitan.
diunggah sekitar 9 minggu yang lalu

4. Salah satu postingan di feed instagram yang Sulit banget mengkondisikan muka ya kak
diunggah sekitar 7 minggu yang lalu

5. Salah satu postingan di feed instagram yang ... untuk segera mensucikan diri sebelum
diunggah sekitar 7 minggu yang lalu sholat

8
6. Salah satu postingan di feed instagram yang Kapan lagi menuntaskan kewajiban sembari
diunggah sekitar 7 minggu yang lalu lanjalan?

7. Salah satu postingan di feed instagram yang ... kami berlima akan mensipkapi dengan
diunggah sekitar 2 minggu yang lalu bijak

8. Salah satu postingan di feed instagram yang ... ketika mencocokkan warna baju dan
diunggah sekitar 2 minggu yang lalu hijabnya

9. Salah satu postingan di feed instagram yang ... ketika lebaran baju kita dabeda
diunggah sekitar 3 minggu yang lalu

10. Salah satu postingan di feed instagram yang Kalau mempotret wajahku selalu bagus
diunggah sekitar 4 minggu yang lalu

11. Salah satu postingan di feed instagram yang Hidup itu penuh dorongan, tpi kalau
diunggah sekitar 8 minggu yang lalu mendorong2 itu hobby temanku

12. Salah satu postingan di feed instagram yang ... Hidup juga harus dijalani perlahan2 ...
diunggah sekitar 8 minggu yang lalu

13. Salah satu postingan di feed instagram yang ... atau petcepet nanti dikira dikejar
diunggah sekitar 8 minggu yang lalu anjuingggg

9
14. Postingan feed instagram sebuah organisasi ... telah selesai dilaksanain.
di UNEJ yang diunggah sekitar 10 minggu
yang lalu.

15. Postingan feed instagram sebuah organisasi ... dijadiin momentum hari tari sedunia...
di UNEJ yang diunggah sekitar 2 minggu
yang lalu.

10
3.2 Tabel Analisis Data
Tataran
No Data Kesalahan Teori Analisis Kesalahan Berbahasa
Berbahasa
1. Tataran bahasa Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Membekali bukan membekalkan.
morfologi yang konfiks adalah imbuhan Termasuk ke dalam konfiks
mengkaji tunggal yang terdiri atas dua unsur (mem-i). Dengan kata dasar bekal,
afiksasi, dan yang terpisah, satu unsur terletak di bermakna suatu hal yang dapat
termasuk ke sebelah kiri dan digunakan kelak apabila
dalam satu unsur lagi terletak di sebelah diperlukan. Sehingga jika fonem
pengelompokan kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- bekal mendapatkan imbuhan di
konfiks kan), (meN-i). awal dan akhir kata akan menjadi:
meM-bekal-i (membekali)
2. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Mengembalikan bukan
mengkaji konfiks adalah imbuhan mengembaliin. Prefiks me- pada
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur dasar kembali, akan merubah
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di fonem /k/ pada
dalam sebelah kiri dan kata kembali jika diluluhkan dan
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah disenyawakan atau bisa dikatakan
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- digantikan
kan), (meN-i). dengan fonem nasal /ng/ yang ada
pada prefiks me- itu, serta
11
mendapatkan imbuhan –kan
diakhir fonem. Sehingga
meN+kembali+kan menjadi
mengembalikan
3. Morfologi yang Menurut Ramlan (2001: 63), sakit-sakitan bukan kitsakitan.
mengkaji mengatakan
Sebuah pengulangan morfem ada
mengenai “Peroses pengulangan atau reduplikasi
baiknya ditulis secara baik dan
reduplikasi atau ialah pengulangan satuan gramatik,
benar, morfem sakit jika ingin
pengulangan baik seluruhnya
diulang dan diberikan imbuhan –
kata maupun sebagiannya, baik dengan
an pada akhir kata akan menjadi
berimbuhan variasi fonem maupun tidak”.
sakit-sakitan yang bermakna
terjadi perasaan sakit yang
menipu. Namun jika konteksnya
sebuah perjuangan yang harus
dilewati dengan masa “sakit”
maka pemilihan kata yang beda
adalah kesakitan.
4. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Mengondisikan bukan
mengkaji konfiks adalah imbuhan mengkondisikan. Prefiks me- pada
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur dasar kondisi, akan merubah
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di fonem /k/ pada
dalam sebelah kiri dan kata kondisi jika diluluhkan dan
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah disenyawakan atau bisa dikatakan
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- digantikan
kan), (meN-i). dengan fonem nasal /ng/ yang ada
12
pada prefiks me- itu, serta
mendapatkan imbuhan –kan
diakhir fonem. Sehingga
meN+kondisi+kan menjadi
mengkondisikan.
5. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Menyucikan bukan mensucikan.
mengkaji konfiks adalah imbuhan
Prefiks me- pada dasar suci, maka
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur
fonem /s/ pada
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di
kata suci itu diluluhkan dan
dalam sebelah kiri dan
disenyawakan atau bisa dikatakan
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah
digantikan
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN-
dengan fonem nasal /ny/ yang ada
kan), (meN-i).
pada prefiks me- itu. Serta
mendapatkan imbuhan –kan pada
akhir kata. Sehingga meN-suci-
kan, menjadi menyucikan.
6. Tataran bahasa Menurut Ramlan (2001: 63), Jalan-jalan bukan lanjalan.
morfologi yang mengatakan
Petcepet merupakan pengulangan
mengkaji “Peroses pengulangan atau reduplikasi
kata yang terjadi karena penutur
reduplikasi, dan ialah pengulangan satuan gramatik,
memiliki bahasa daerah madura
termasuk ke baik seluruhnya
yang terbiasa melakukan
dalam maupun sebagiannya, baik dengan
pengulangan dengan mengambil
pengelompokan variasi fonem maupun tidak”.
fonem akhir disuatu kata. Morfem
perulangan kata
jalan jika ingin diulang, lebih baik
seluruhnya atau
13
dwilingga ditulis menjadi jalan-jalan, karena
jika ditulis “lanjalan” maka akan
banyak orang yang kesulitan
dalam memahami maksud atau
makna dari kata tersebut.

7. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Menyikapi bukan mensikapi.


mengkaji konfiks adalah imbuhan Prefiks me- pada dasar sikap,
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur maka fonem /s/ pada
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di kata sikap itu diluluhkan dan
dalam sebelah kiri dan disenyawakan atau bisa dikatakan
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah digantikan
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- dengan fonem nasal /ny/ yang ada
kan), (meN-i). pada prefiks me- itu, serta
mendapatkan imbuhan –i diakhir
fonem. Sehingga meN-sikap-i
menjadi menyikapi.
8. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Menyocokan bukan mencocokan.
mengkaji konfiks adalah imbuhan Prefiks me- pada dasar cocok,
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur maka fonem /c/ pada
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di kata cocok itu diluluhkan dan
dalam sebelah kiri dan disenyawakan atau bisa dikatakan
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah digantikan, serta pada akhir fonem
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- mendapatkan imbuhan –kan.
kan), (meN-i). Sehingga, meN-cocok-kan
14
menjadi menyocokkan.
9. Tataran bahasa Hasil dari reduplikasi pada umumnya Bereda-beda bukan dabeda.
morfologi yang merupakan kata ulang, walaupun
Morfem beda jika ingin diulang,
mengkaji demikian ada beberapa bentuk yang
lebih baik ditulis menjadi berbeda-
reduplikasi, dan bukan kata ulang melainkan hanya
beda, karena jika ditulis “dabeda”
termasuk ke bentuk ulang
maka akan banyak orang yang
dalam
(Munirah 2015: 39) kesulitan dalam memahami
pengelompokan
maksud atau makna dari kata
perulangan kata
tersebut. Tidak hanya itu, dalam
sebagaian
pengulangan kata lebih baik
karena terdapat
diberiimbuhan di awal kata seperti
imbuhan ber- di
ber- agar kosakata tersebut lebih
awal kata.
hidup.

10. Morfologi yang Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:6) Memotret bukan mempotret.
mengkaji prefiks adalah imbuhan yang prefiks meN- jika berdampingan
afiksasi, dan diletakkan di depan dengan bentuk dasar berfonem /p/
termasuk ke kata dasar diluluhkan atau disenyawakan.
dalam Maka, perbaikan kata tersebut
pengelompokan adalah memotret bukan mempotret
prefiks

15
11. Tataran bahasa Menurut Ramlan (2009:63) Mendorong-dorong bukan
morfologi yang reduplikasi atau proses pengulangan mendorong2
mengkaji ialah pengulangan bentuk, baik
Mendorong2 jika diuraikan
reduplikasi, dan seluruh maupun sebagian, baik dengan
menjadi mendorong-mendorong,
termasuk ke variasi fonem maupun tidak.
karna angka 2, menujukkan
dalam
pengulangan kata secara
pengelompokan
keseluruhan. Sehingga, dalam
perulangan kata
penulisan reduplikasi yang
sebagaian
memiliki imbuhan meN- di awal
karena terdapat
kata harus ditulis secara jelas agar
imbuhan meN-
tidak terjadi sebuah
di awal kata.
kesalahpahaman dalam
memaknainya.
12. Tataran bahasa Menurut Ramlan (2009:63) Perlahan-lahan bukan perlahan2.
morfologi yang reduplikasi atau proses pengulangan
Perlahan2 jika diuraikan menjadi
mengkaji ialah pengulangan bentuk, baik
perlahan-perlahan karena angka 2
reduplikasi, dan seluruh maupun sebagian, baik dengan
menunjukkan pengulangan kata
termasuk ke variasi fonem maupun tidak.
secara keseluruhan. Sehingga
dalam
dalam penulisan reduplikasi yang
pengelompokan
memiliki imbuhan per- di awal
perulangan kata
kata harus ditulis dengan jelas agar
sebagaian
tidak terjadi sebuah
karena terdapat
kesalahpahaman dalam
imbuhan per- di
memaknainya.
awal kata.

16
13. Tataran bahasa Menurut Ramlan (2001: 63), Cepat-cepat bukan petcepet.
morfologi yang mengatakan
Petcepet merupakan pengulangan
mengkaji “Peroses pengulangan atau reduplikasi
kata yang terjadi karena penutur
reduplikasi, dan ialah pengulangan satuan gramatik,
memiliki bahasa daerah madura
termasuk ke baik seluruhnya
yang terbiasa melakukan
dalam maupun sebagiannya, baik dengan
pengulangan dengan mengambil
pengelompokan variasi fonem maupun tidak”.
fonem akhir disuatu kata. Morfem
perulangan kata
cepat jika ingin diulang, lebih baik
seluruhnya
ditulis menjadi cepat-cepat, karena
(dwilingga)
jika ditulis “petcepat” maka akan
banyak orang yang kesulitan
dalam memahami maksud atau
makna dari kata tersebut.

14. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Dilaksanakan bukan dilaksanain.
mengkaji konfiks adalah imbuhan Prefiks di- pada dasar laksana, jika
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur diberi sufiks –kan, maka akan
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di menjadi di+laksana+kan
dalam sebelah kiri dan (dilaksanakan) merupakan kata
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah sifat, yakni melakukan sebuah
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- pergerakan.
kan), (meN-i).

17
15. Morfologi yang Arifin dan Junaiyyah (2009:75) Dijadikan bukan dijadiin. Prefiks
mengkaji konfiks adalah imbuhan di- pada dasar jadi, jika diberi
afiksasi, dan tunggal yang terdiri atas dua unsur sufiks –kan, maka akan menjadi
termasuk ke yang terpisah, satu unsur terletak di di+jadi+kan (dijadikan)
dalam sebelah kiri dan merupakan kata sifat, yakni
pengelompokan satu unsur lagi terletak di sebelah sebuah tindakan untuk
konfiks kanan seperti (ke-an), (di-kan), (meN- mewujudkan suatu hal.
kan), (meN-i).

18
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi. Selain itu, dengan adanya dunia digital yang kini menjadi kerabat
dikehidupan sehari-hari, membuat kita menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Tidak hanya itu, kita juga akan semakin mudah dalam
mengekspresikan diri kita melalui tulisan ataupun lisan dalam bentuk video serta
audio. Namun, ada beberapa hal yang tidak kita sadari ketika sedang
mengekspresikan diri kita, yakni menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Terkadang, kita menggunakan dan membuat bahasa sesuka hati kita,
membuat beberapa singkatan atau membentuk dan menyusun kata tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan. Salah satu contohnya adalah ketika
mencoba mengekspresikan diri kita di sosial media pada bagian caption,
terkadang kita menulis kalimat yang memiliki kesalahan berbahasa dalam
pembentukkanya, seperti pada kajian afiksasi dan reduplikasi. Kita perlu
memperhatikan hal-hal kecil tersebut agar terbiasa untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta memberikan edukasi kepada orang lain
menggunakan bahasa.

19
20

Anda mungkin juga menyukai