Anda di halaman 1dari 4

Suatu hari, Joko Bau diperintahkan oleh Ki Cempaluk untuk mengabdi pada Sultan Agung raja Mataram.

Dia juga mendapat tugas untuk memboyong putri Ratnasari Kalisasak Batang ke istana, tetapi Joko Bau
malah jatuh cinta pada sang putri.

Karena tindakannya mencintai putri Ratnasari, ia diberi hukuman untuk mengamankan daerah pesisir
yang dibajak oleh Cina. Kemudian Joko Bau bersemedi di hutan Gambiran, setelah lama ia bersemedi
akhirnya namanya berganti manjadi Bau Rekso. Atas perintah Sultan Agung, Bau Rekso mempersiapkan
pasukan untuk menggempur para kompeni yang berada di Batavia (1628-1629).

Baca Juga

Sejarah Pura Maospait Gerenceng Denpasar

Sejarah Candi Lawang Boyolali

Sejarah Kabupaten Bogor Jawa Barat

Namun, serangan itu mengalamai kegagalan, kemudian ia kembali ke hutan Gambiran untuk bertapa
"ngalong" artinya bergelantungan seperti kelelawar. Saat topo ngalong Joko Bau/Bau Rekso
berlangsung, ia pernah sekali diganggu oleh Tan Kwie Djan atas perintah dari Mataram untuk menerima
tugas. Dari nama asal topo ngalong inilah kemudian menjadi nama Pekalongan. Hingga pada akhirnya,
karena memperoleh kekuatan gaib, Dewi Lanjar mau dipersunting oleh di Bau Rekso.

Sedangkan munculnya nama Pekalongan menurut versi abad XVII adalah di masa Sultan Agung saat Ki
Bau Rekso gugur saat melawan pada tanggal 21 September 1628 melawan VOC di Batavia. Tempat topo
ngalong dari Joko Bau berada di Wiradesa, Kesesi, Slamaran, Ulujami, Comal dan Alun-alun Pekalongan.

Ada banyak versi tentang asal usul nama Pekalongan, mulai dari Kerajaan Kalingga, Kalang, Legok Kalong
(kelelawar) dan sebagainya yang menurut masyarakat sekitar dibenarkan. Namun, terlepas dari hal itu,
Pekalongan sudah menjadi Kabupaten yang mempu mengharumkan namanya. Kabupaten kecil di Jawa
Tengah ini terkenal dengan Batik Pekalongan yang menjadi ciri khas dari Indonesia.

Topo Ngalong.

Legenda menerangkan bahwa Pekalongan adalah dari Topo Ngalong – nya Joko Bau ( Bau Rekso ) yang
dianggapnya pahlawan daerahnya kota Pekalongan yang kemudian menjadi Pahlawan Mataram yang
berasal dari Kesesi Kabupaten Pekalongan Putra Kyai Cempaluk.
Dikisahlkan tatkala Joko Bau bertapa di alas Gambiran ( kemudian menjadi Gambaran Muka PLN
Pekalognan ) tak ada satupun yang bisa dapat menggugahnya termasuk Raden Ngaten Dewi Lanjar ( ratu
segoro Lor ) . Godaan – godaan dari prajurit silumannya dewi lanjar Bisa dikalahkan dengan kekuatan
gaibnya Joko Bau yang dalm kisah selanjutnya Dewi Lanjar kemudian bertekuk lutut dan
dipersuntingnya.

Satu –satunya yang bisa menggugah Topo Ngalongnya Joko Bau adalah TAN KWIE DJAN yang mendapat
tugas dari mataram.

Tan Kwie Djan berhasil, yang akhirnya bersama sowan Mataram untuk menerima tugas lebih lanjut.

Dari asal Topo Ngalong inilah kemudian timbul Nama Pekalongan, Karena waktu topo Ngalong INI
jamannya Sultan Agung , maka timbullah ” NAMA PEKALONGAN ” menurut versi ini seputar abad 17.
( dalam sejarah Bau Rekso gugur 21 september 1628 di batavia dalam peperangan melawan VOC).

Versi Topo Ngalongnya Joko Bau ini berbeda tempat, ada yang menerangkan di Kesesi , Wiradesa dan
ada yang terangkan di antara Ulujamu – Comal – Kesesi, di alun – alun Pekalongan , Slamaran.

• KALINGGA.

Sementara masyarakat Pekalonga beranggapan bahwa letak kerajaan Kalingga konon adalah di desa
Linggoasri kecamatan Kajen Kabupaten pekalongan yang sekarang , dari Klingga inillah kemudian
dihubungkan dengan kata kaling, keling, kalang, dan akhirnya menjadi kalong. Dan dari kata kalong
kemudian timbullah nama Pekalongan.

Karen kerajaan kalingga di abad 6 – 7, maka timbulnya nama Pekalongan menurut versi ini seputar abad
6 s/d 7.
• KALONG ( KELELAWAR )

Dari asal kata kalong ( kelelawar ) , karena di Pekalongan dulunya banyak kelelawar / kalong, terutama di
daerah kesesi dimana asal mula Bau Rekso dilahirkan dari keluarga Kyai Cempaluk. Dalam versi yang
sama, tempatnya lain, yakni dikisahkan di sepanjang kali Pekalongan ( kergon ) , dimana disini dulunya
dulunya diatas pohon Slumpring banyak binatang kelelawarnya dan ju8ga diatas Randu Gembyang
( kandang panjang Kodia Pekalongan ) yang bnyak kelelawarnya dan merupakan tanda bagi kaum
nelayan yang biasa dijadikan pedoman bahwa disitu adalah pantai, yang kemudian dinamakan
Pekalongan.

Inipun terjadi seputar abad ke 17 ( jamannya Bau Rekso)

• Kalang.

Pekalongan , ada yang menerangkan dari kata kalang dan kalang disinipun sebenarnya ada beberapa
pengertian Yakni :

1. Asal kata dari Kalingga – keling dan kemudian kalang .

2. Kalang yang berarti hilir mudik .

3. Kalang berarti sama sejenis ikan laut ( cakalang ) .

4. Kalang yang berarti diasingkan ke....( di selong ) .

Di dalam satu cerita rakyat daerah Pekalongan ini bermula berupa Hutan semak – semak yang banyak
setan, silumanny dan tempat tersebut merupakan suatu tempat yang ditakuti oleh siapapun. Oleh
Mataram kemudian tempat semacam ini dipergunakan untuk pembuangan sebagai hukuman bagi orang
– orang yang membangkang pada Mataram ataupun yang di anggapnya membahayakan bagi mataram
sendiri.,Diantaranya yang dikalang disini menurut cerita adalah Bau Rekso yang tadinnya putra
Mataram.Dari kata ini pada masa selanjutnya kalang berkembang menjadi kalong dan kemudian
Pekalongan . juga sebelumnya ada yang menyebutnya Pekalangan.

Disamping itu kalang ada yang mengartikan gelanggang, sekelompok dsb .

• ASAL DAERAH SEMULA .

Pekalongan yang di Pekalongan yang sekarang ini sebermula pindahan dari daerah Pekalongan yang
terletak di Surabaya Jawa Timur, sebagai transmigran istilah sekarang .
Kapan mulai pindah kepesisir utara yang kemudian di namakan Pekalongan seperti daerah asalnya
belumlah jelas ( keterangan ; Peta Surabaya Tauhun 1866 , di daerah ini tercantum Nama Pekalongan
sebagai Wilayah dan sungai ) .

• PEK ALONG .

Diteliti asal katanya pek dan along ini bermacam pula artinya , diantaranya adalah berarti ;

Pek = seratus , pak de ( si wo ) , luru ( mencari , apek ), sedang Along yang tadinya halong , adalah
bahasa sehari – hari nelayan yang berarti mendapat banyak .

Pek Along kemudian berarti , mencari ikan di laut mendapat ( hasil ). Dari Pek Along , kemudian menjadi
A – Pek – H – Long – An = Pekalongan , dan bagi masyarakat sendiri dikromokan menjadi
PENGANGSALAN, ( angsal = dapat ) . jadi agaknya mendekati kebenaran .

Anda mungkin juga menyukai