Anda di halaman 1dari 1

ESSAI PRIBADI

Muhammad Syahrul Aziz (19 tahun), seseorang yang kini


berprofesi sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan ITB
Angkatan 2020. Saya dilahirkan di Jakarta pada hari senin, 3
Desember 2001 dalam keadaan normal dan sehat. Sebagai
seseorang yang dilahirkan di ibukota, tidak membuat saya
menjadi anak yang manja. Ayah saya yang merupakan seorang
karyawan swasta. dan ibu saya yang merupakan seorang
pengusaha bisnis kecil selalu mengajarkan saya agar menjadi
manusia Tangguh, berani, dan bermanfaat bagi sekitar. Begitulah
hal terpenting yang diajarkan beliau kepada saya dan adik
perempuan saya yang kini berusia 15 tahun.

Saat ini, saya sedang mengenyam bangku kuliah di Institut


Teknologi Bandung, institut impian yang kini menjadi kenyataan.
Di kampus tercinta ITB, saya mengambil jurusan Teknik
Pertambangan, sebuah jurusan yang pernah saya jadikan doa di
sepertiga malam saya. Motivasi saya berkuliah tentunya karena
ini merupakan sebuah peluang bagi saya untuk menjadi manusia
yang lebih merasa bedoh. Ya, bodoh karena akan membuat saya
tenggelam dalam lautan ilmu yang tak berujung, Namun, alasan
terbesar saya adalah orang tua saya. Sejak saya kecil, ayah saya
sangat mengharapkan seorang anak yang dapat berguna bagi sekitar. Maka dari itu, saya berharap agar
segala hal yang saya dapatkan di bangku kuliah ini dapat mewujudkan mimpi saya maupun orang tua
saya.

Menurut Najwa Shihab, "menjadi mahasiswa adalah anugerah besar dalam hidup”. Maka dari itu, perlu
adanya sebuah rencana yang dapat mengoptimalkan anugerah itu. Rencana saya adalah lulus 3,5 tahun
dengan predikat cumlaude. Tentu, hal itu juga selaras dengan aktivitas nonakademik yang dapat
mengasah soft-skill saya. Saat ini, di ITB, saya memiliki posisi sebagai wakil ketua divisi internal MWA-
WM ITB. Saya juga pernah merepresentasikan fakultas saya (FTTM) di Kongres KM ITB sebagai Komite
TPB. Dan kini, wadah pengasah itu adalah Himpunan Mahasiswa Tambang Institut Teknologi Bandung
(HMT-ITB), himpunan yang sedang saya perjuangkan walau sepertinya belum layak bagi saya untuk
berhimpun di sana.

Saat ini, saya memiliki rencana 5 tahun kedepan yang belum 100% terbayangkan. Namun, ada beberapa
tendensi untuk itu, yaitu bekeria sebagai mining engineer di PT Freeport atau PT Antam. Namun, juga
tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk mengambil jenjang kuliah selanjutnya (S2) di jurusan
manajemen.

Sejak kecil, kedua orang tua saya sangat serius dalam mendidik anak, terkhusus ayah saya yang ingin
memiliki anak yang dapat mendalami ilmu keagamaan. Dari situlah, kemudian saya disekolahkan di
sekolah islam. Saya bersekolah dasar di SDI Al-Falah 1 pagi, kemudian merantau dan berpisah bersama
keluarga karena harus menuntut ilmu di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2, lalu dilanjutkan menempuh
jenjang berikutnya di MAN 4 Jakarta.

Selama 19 tahun saya hidup, banyak hal yang telah saya pelajari, tetapi masih sedikit jika dilihat dalam
skala kosmik kehidupan. Selama kurun waktu itu pula, saya mulai mengerti diri saya sendiri. Saya
memiliki hobi menyanyi, membaca buku, dan melukis. Saya juga memiliki beberapa keunikan, salah
satunya adalah takut untuk dipotong kukunya sehingga membutuhkan orang lain yang harus memotong
kuku saya ketika saya terlelap. Dewasa ini, saya juga mulai menyadari bahwa saya sangat mencintai ilmu
pengetahuan. Saya suka bertanya sedetail mungkin mengenai arti di balik segala hal, terkhusus kepada
pertanyaan yang bersifat filosofis, paradoxial, dan teknologi. Lalu, tiap kali saya menemukan jawaban,
selalu ada subpertanyaan berikutnya yang muncul di kepala saya dan itu akan terus menerus
beredundansi. Dan pada saat itulah, momen favorit saya merekah.

Anda mungkin juga menyukai