HASIL PENELITIAN
130
131
sangat mencolok jika dibandingkan dengan kota lain seperti Yogjakarta yang
hanya terdapat 2 Keraton dan Solo yang terdapat 1 Keraton.
Selain itu juga Kota Cirebon memiliki tempat-tempat ibadah yaitu
Masjid At-Taqwa, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Al-Kutsar, Masjid
Merah Panjunan, Masjid Ar-Rohman, Pura Agung Jati Permana, Kelenteng
Yayasan Majelis Agama Khonghucu Indonesia,Vihara Dewi Welas Asih
Gereja Pasundan dan lainnya (cirebonkota.go.id).
Perkembangan wisata juga di dukung dengan Kota Cirebon yang
letaknya strategis yaitu di pesisir pantai utara Pulau Jawa, tepatnya di provinsi
Jawa Barat. Yang merupakan salah satu kota yang dilewati jalur utama mudik
tahunan yaitu jalan atau jalur pantura. Kota Cirebon sedang mempersiapkan
pengembangan untuk menjadi destinasi wisata populer, baik di kalangan
wisatawan domestik maupun mancanegara. Pembangunan infrastruktur jalan
tol Cikopo ke Palimanan (Cipali) yang merupakan kelanjutan dari jalan tol
Jakarta-Cikampek memiliki panjang 116 km, (wikipedia.org). dengan adanya
tol cipali juga bisa mempersingkat perjalanan dari Jakarta ke Cirebon dari
tujuh jam melewati jalur pantura, kini hanya empat jam (www.cnnindonesia).
Ini yang membuat optimis bahwa Kota Cirebon bisa bersaing dengan wisata-
wisata daerah lainnya yang sudah jauh berkembang disektor pariwisata
misalnya, Yogyakarta, Bali, Bandung, Solo. Keoptimisan Pemerintah Daerah
juga mengamati perkembangan kota-kota lainnya yang berdekatan dengan
Kota Cirebon yaitu Bandung atau puncak yang meningkat kunjungannya pada
akhir pekan. Kondisi ini membuat Cirebon menjadi alternatif destinasi wisata
bagi masyarakat Ibukota, selain Bandung atau Puncak. Bahkan, banyak
wisatawan dari Bandung yang memilih berlibur ke Kota Cirebon.
Dalam hal infrastruktur selain jalan tol, saat ini sudah ada akses kereta
api dengan rel ganda yang menghubungkan Kota Cirebon dengan berbagai
kota di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang yang lebih cepat.
Bahkan waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon dengan kereta api pun
berlangsung hanya tiga jam (www.cnnindonesia.com). Untuk rel kereta api,
baik dari utara maupun selatan, semuanya melewati Kota Cirebon. Kota
Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Cirebon Kejaksan dan
133
pasarnya bukan wisata asing, segmen pasar wisata Cirebon itu adalah
wisatawan lokal/domestik yang rata-rata islam dan tidak mempermasalahkan
wisata halal dan jika yang datangnya orang asingpun tidak masalah itu
sebab klasiknya tidak ada label halal dan berdasarkan perspektif pemikiran
ini juga pedagang menganggap sudahlah tidak perlu adanya pelabelan
halal“(Bapak Mustopa Pelaksana Kasie Pemasaran Pariwisata, Disporbudpar
Kota Cirebon)
Alasan pertama belum banyaknya infrastruktur penunjang wisata
syariah yang mencantumkan label wisata halal yang telah di jelaskan pak
Mustopa pertama yaitu karena segmen pasar wisata Kota Cirebon yaitu
wisatawan lokal/domestik yang menganggap Kota Cirebon adalah Kota Wali
yang mayoritas muslim dan sudah pasti halal. Kedua, kalaupun ada
wisatawan asing yang berkunjung mereka tidak terlalu mempermasalahkan
pelabelan halal tersebut karena mereka berfikir sudah pasti halal, dan
berdasarakan pemikiran tersebut para pedangang atau pengusaha pun enggan
untuk membuat label halal. Alasan-alasan tersebut merupakan alasan dari sisi
wisatawan dan para pelaku usaha pariwisata.
“selanjutnya itu untuk mencari label halal itu mahal harus ke MUI, ini
masalahnya jadi dari pada ngeluarin uang buat ngurusin itu ya sudahlah,
memang masalahnya hanya kendala bisnis saja” (Bapak Mustopa Pelaksana
Kasie Pemasaran Pariwisata, Disporbudpar Kota Cirebon)
Alasan yang ketiga yaitu dari sisi lembaga pelabelan halal di Indonesia
yaitu MUI, untuk mengajukan label halal ke MUI itu mahal dan hal itu
merupakan masalah dalam kendala bisnis wisata syariah.
Selain dari fasilitas halal banyak tempat-tempat wisata yang
pengelolahanya belum maksimal, diukur dari perawatannya, kebersihan,
keamanan, tempat parkir, pedagang. Pengelolahan hanya dilakukan oleh
masyarakat setempat, yang mengandalkan tenaga dan modal yang minim.
Pengelolahan masih kurang baik dari berbagai segi. Rendahnya promosi-
promosi ke masyarakat luas untuk memperkenalkan tempat wisata di Kota
Cirebon.
136
karena mobil yang biasanya melewati Kota Cirebon dan berbelanja tidak
seperti tahun sebelumnya.
Infrastruktur yang memadai dari segi jalan darat yaitu tol-tol yang mulai
dibangun oleh Pemerintahan Provinsi Jawa barat dan Jawa tengah memberi
dampak positif. Peninjauan lebih dalam, bahwa pembangunan yang dilakukan
masih harus ada arah kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Dengan
infrastruktur yang memadai dan pembangunan jalan lain juga masih dalam
proses, membuat wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon hanya ke
objek wisata, berbelanja dan wisata kuliner, kemudian pulang. Di dukung
dengan jalan-jalan atau infrastruktur ini membuat para pengunjung mudah
pulang dan pergi. Karena, jarak tempuh yang biasanya memakan waktu yang
lama, sekarang dengan pembangunan jalan-jalan tol membuat jarak tempuh
dari kota ke kota yang ada di Jawa terjangkau dan lebih cepat sampai tempat
tujuan ataupun rumah. Pemerintah segera menyikapi hal-hal ini untuk
merencanakan bagaimana pertumbuhan ekonomi yang ditunjang juga melalui
hotel. Untuk itu objek-objek yang sebenarnya potensial masih belum dikelola
maksimal harus segera di jadikan wisata unggulan. Memberi banyak pilihan-
pilihan juga kepada wisatawan untuk menikmati banyak wisata yang tersedia
di Kota Cirebon. Menjadikan wisatawan pun tahan berlama-lama di Kota
Cirebon. Setidaknya mereka menikmati kota ini dengan berbagai obyek
wisata dan kelengkapan lainnya. Dengan destinasi wisata Keraton, religi dan
pantai menjadi satu kesatuan utuh pariwisata Kota Cirebon. Promosi
pariwisata masih sangat minim, karena faktor anggaran yang terbatas dan
pengelolahan yang belum maksimal.
Menurut Kartiman (2016), Kendala utama dalam mengembangkan
wisata di Cirebon adalah lemahnya pengaturan sektor jasa usaha. kesulitan
mengatur pelaku usaha di sektor perdagangan dan pariwisata. Pemikiran para
pedagang yang ada di kawasan wisata juga masih belum terbuka. Pedagang
yang ada di kawasan Keraton Kasepuhan masih dalam pemikiran bisnis
(Hasan, 2016: 75). Para pedagang dan pelaku jasa masih harus ditata untuk
mendapatkan jaringan yang luas dan diberi pemahaman berbisnis. Ketika,
pemahaman bisnis para pedagang ini merata, akan menjadikan peluang usaha
138
yang baik untuk mereka dan pertumbuhan ekonomi daerah. Maka, perlunya
perluasan untuk perdagangan supaya tidak menempati satu objek wisata.
Menyebar ke objek wisata lainnya yang menjadikan pangsa atau pemasaran
mereka bertambah banyak.
Penataan yang baik oleh pemerintah akan memberi dampak positif pada
pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon di bidang perdagangan, sehingga
tempat-tempat wisata yang sudah terkelola dengan baik akan memberi
peluang yang besar bagi pedagang-pedagang yang umumnya dari masyarakat
menengah kebawah. Dalam perdagangannya, masyarakat pun diberi
pengetahuan mengenai produk-produk yang memang omset dan daya jualnya
tinggi untuk dijual ke para wisatawan.
Di satu sisi Pemerintah Daerah harus punya andil dalam mengarahkan
atau pemberdayaan masyarakat. Memberikan masyarakat pendapatan dari
objek-objek wisata, sehingga Pemerintah pun dalam hal ini mengurangi
angka kemiskinan dan pengangguran. Masyarakat kebanyakan dari kalangan
menengah kebawah yang pemahaman bisnis dan jaringan yang rendah,
pemerintah kota harus ikut serta dalam pembangunan dan pemahaman bisnis
di masyarakat, sehingga bisa memberi pendapatan yang maksimal bagi
masyarakat, dan sebanding lurus pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon
meningkat.
Sekretaris daerah Pemerintah Kota Cirebon, Asep Dedi mengatakan
daerah-daerah lain mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk promosi
wisata ke masyarakat luas. Karena, pemanfaatan teknologi informasi dengan
baik memberi dampak yang positif dalam memperkenalkan wisata-wisata
yang ada didaerah tersebut. Dibandingkan daerah lain, pemanfaatan teknologi
informasi untuk promosi wisata masih minim. Kekurangan tersebut karena
beberapa hal diantaranya, jumlah pegawai yang harus bertambah dukungan
anggaran yang belum optimal (radarcirebon.com).
Dengan kemajuan teknologi saat ini pemanfaatan teknologi informasi
perlu dilakukan agar efektif sebagai media promosi, disatu sisi mayoritas
masyarakat sudah menggunakan teknologi informasi dengan berbagai
kemudahannya. Seharusnya, Pemerintah Kota Cirebon lebih giat lagi
139
b. Weaknesses (Kelemahan)
1) Minimnya infrastrukur dalam Kota Cirebon, Selain dari fasilitas
dan infrastruktur halal banyak tempat-tempat wisata yang
pengelolahanya belum maksimal, diukur dari perawatannya,
kebersihan, keamanan, tempat parkir, pedagang penghubung di
daerah tempat objek wisata.
2) Rendahnya anggaran untuk promosi dan pelestarian agar budaya
dan situs sejarah dari pemerintah daerah. Anggaran yang
seharusnya dinaikan dibidang budaya dan pariwisata dalam
memaksimalkan potensi dan pengembangannya tidak
mengalami perubahan dari tahun 2016 sampai 2017 masih pada
jumlah yang sama yaitu sebesar Rp. 2 miliar yang di bagi untuk
4 bidang Disporbudpar yang masing-masing bidang hanya
mendapat alokasi Rp 500 juta (Kartiman, 2016 :
bandung.bisnis.com). Sehingga, perawatan, sosialisasi dan
promosi masih rendah dibidang pariwisata dan kebudayaan.
3) Rendahnya pemahaman masyarakat tentang wisata dan manfaat
pariwisata (lifestyle.okezone.com). Karena, dinilai sektor jasa
dan perdagangan masih belum bersinergi dengan sektor
pariwisata Kota Cirebon. Para pedagang dinilai masih belum
berpikiran bisnis, padahal keberadaaan pedagang sangat penting
dalam pengembanag pariwisata. Pedagang juga hanya
mendominasi satu objek wisata saja, maka perlu penataan
pedagang untuk ke objek-objek wisata lainnya.
4) Tingkat keamanan masih rendah di Kota Cirebon. Peningkatan
keamanan di Kota Cirebon harus ditingkatakan untuk
menunjang image kawasan dimata wisatawan, menjadikan
wisatawan nyaman dan aman dan senang untuk berkunjung
kembali. Terlihat dari data kejahatan sepanjang tahun 2017
pencurian motor (curanmor) sebanyak 137 kasus, pencurian
dengan pemberatan (curat 112 kasus dan pencurian dengan
kekerasan (curas) 32 kasus. Dan itu hanya kejahatan C3 saja tapi
144
b. Threats (Tantangan)
1) Modernisasi berpengaruh terhadap budaya dan kearifan lokal.
Di tengah perkembangan zaman yang ditandai teknologi yang
canggih, pelestarian kebudayaan Cirebon mendapat tantangan.
Karena, anak muda dan orang dewasa lebih memilih pergi ke
mall dari pada datang ke museum, belajar kesastraan dan
kesenian guna menjaga kelestarian budaya (travel.kompas.com).
2) Minimnya kesadaran menjaga situs-situs bersejarah, budaya dan
Tradisi. Sosial masyarakat yang terus melaju ke zaman modern,
tradisi-tradisi dan seni yang pada masyarakat dulu sangat
penting perananya untuk pendukung pesta rakyat, adat istiadat
dan hiburan. Sekarang sudah terpinggirkan oleh budaya modern
atau budaya populer yang diadopsi dari budaya barat
(www.cirebonkota.go.id).
3) Masih rendahnya pemahaman akan pentingnya sejarah di
masyarakat merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah
agar masyarakat mau mempelajari dan melestarikan sejarah.
4) Mulai munculnya daerah lain mengembangkan konsep wisata
syariah dan wisata sejarah. Selain Kota Cirebon, ada beberapa
daerah yang mulai mngembangkan wisata syariah dan sejarah,
seperti: Lombok, Aceh, Semarang dan Jawa Tengah. Hal itu
dilakukan guna memberi daya tarik bagi masyarakat di daerah
lain untuk berkunjung ke daerah-daerah itu yang sedang
mengembangkan kosep wisata syariah dan sejarah
(travel.kompas.com).
lingkungan juga.
4. Menciptakan sistem
keamanan kawasan
yang baik dan nyaman
bagi wisatawan yang
akan berkunjung.
Berdasarkan matriks analisis SWOT diatas, maka dihasilkan beberapa
strategi SO, WO, ST dan WT. Adapun strategi tersebut adalah :
1. Strategi SO (strength dan opportunity), strategi yang menggunakan
kekuatan dan memanfaatkan kelemahan.
a. Menciptakan objek-objek khusus wisata budaya sejarah dengan
memanfaatkan situs-situs bersejarah, budaya dan keindahan alam.
Daya tarik memberi alternatif wisatawan untuk berwisata.
Wisatawan bisa berwisata dan belajar mengenal peninggalan sejarah
dan budaya setempat, menjadikan wisatawan pun mempunyai
wawasan baru atas sejarah dan budaya di Kota Cirebon.
b. Meningkatkan pengelolaan budaya dan tradisi untuk menarik minat
pengunjung. Pengelolahan yang optimal dan memberi kenyamanan
kepada wisatawan adalah kunci dari setiap objek-objek wisata di
Kota Cirebon. Wisatawan dimanjakan dengan layanan dan fasilitas
yang tersedia. Dengan optimalnya pengelolahan dan kepuasan
wisatawan, memberi peluang untuk wisatawan berkunjung kembali
dan mempromosikan secara verbal ke masyarakat luas.
c. Meningkatkan promosi di dalam dan luar negeri, sehingga
banyaknya pengunjung yang datang. Promosi yang aktif akan
memberi image yang baik dan lebih kepada calon wisatawan.
Dengan mengenalkan pariwisata, ditambah keunggulan yang ada
ditempat-tempat wisata itu, memberi daya tarik kepada wisatawan
secara luas, dari domestik dan mancanegara. Karena, didorong oleh
rasa penasaran atas promosi-promosi yang dilakukan oleh swasta,
masyarakat dan pemerintah kota. Maka, promosi itu penting untuk
meningkatkan jumlah kunjungan di Kota Cirebon.
150
ibadah lain di masjid, disediakan restoran yang menunya halal dan pula
tempat tinggal yang nyaman.
“ objek wisata di Kota Cirebon itu 90%nya milik keraton dan itu kita
tidak pungut apapun. Jadi pendapatan pariwisata Kota Cirebon asalnya dari
pajak Sektor Kepariwisataan seperti hotel, restoran dan hiburan” (Bapak
Mustopa Pelaksana Kasie Pemasaran Pariwisata, Disporbudpar Kota
Cirebon).
Objek wisata di Kota Cirebon itu 90% milik keraton dan pemerintah
tidak menetapkan atau tidak dikenakan pajak retribusi ataupun pajak untuk
objek wisata tersebut. Dan pendapatan daerah Kota Cirebon berasal dari pajak
hotel, restoran dan hiburan.
Kota Cirebon merupakan daerah yang terkenal dengan pariwisata
sejarah dan budayanya. Sehingga membuat banyak wisatawan yang
berkunjung berbagai tempat wisata baik dari dalam daerah maupun dari luar
daerah. Dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan hasil dari
pemungutan pajak pariwisata juga meningkat hasilnya. Dalam hal ini dari
bidang pariwisata bisa kita ambil manfaatnya dari berbagai segi khususnya
segi ekoonomi. Karena dari berkembangnya bidang pariwisata juga bisa
berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan daerah.
Peraturan pajak kepariwisataan tersebut tertuang dalam Peraturan
Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah. Untuk
pajak Hotel 5-10%, pajak Restoran 10%, pajak Hiburan dari 0-40%.
Berikut adalah rincian Pendapatan Asli Daerah dari hasil retribusi
pariwisata di Kota Cirebon berdasarkan data dari Badan Keuangan Daerah
Kota Cirebon Tahun 2014-2018.
155
Tabel 4.2
Pendapatan Pajak Sektor Pariwisata Kota Cirebon
Tahun Pendapatan
2014 Rp. 31.771.468.325
2015 Rp. 37.567.503.762
2016 Rp. 48.954.036.637
2017 Rp. 57.987.137.226
Januari-Mei 2018 Rp. 29.491.126.199