Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi

Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari kata bahasa Latin “communis” yang
berarti “sama”. “Sama” yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sama makna mengenai apa
yang dipercakapkan. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, definisi komunikasi dapat
meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagi informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau
bertukar pikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan.

Menurut Harold D. Lasswel dalam Suharsono dan Lukas Dwiantara (2013:10)


menyatakan bahwa komunikasi adalah “who says what in which channel to whom and

with what effect”. (Ada 5 unsur:1. Siapa. 2. Apa yang dikatakan – pesan. 3. Media/saluran. 4.
Kepada siapa. 5. Akibat yang terjadi)

Menurut Sutaryo (2005:41), komunikasi adalah pengalihan informasi untuk

memperoleh tanggapan.

Menurut Sosiolog Raucek dan Waren dalam Sutaryo (2005:41),”communication is

the process of transmitting facts, belief, attitude, emotional reactian, or any other
content of awareness between human beings”(komunikasi adalah proses
pemindahan berbagai fakta (sosial), keyakinan, sikap dan reaksi emosional yang
berlangsung diantara manusia satu dengan yang lain.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan . Proses komunikasi


itu terjadi apabila pesan yang disampaikan itu menghasilkan dampak bagi penerimanya berupa
tanggapan atau perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Berdasarkan pengertian diatas, komunikasi memiliki beberapa unsur pokok, yaitu:

1) Pesan

2) Komunikator dan komunikan

3) Respons

B. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan
dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran dapat berupa ide atau
gagasan, informasi, opini dan sebagainya yang muncul dari benaknya. Sedangkan perasaan dapat
berupa keyakinan, kepastian, keragua-raguan, kemarahan, kekhawatiran dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati.
Proses komunikasi terjadi melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap 1: Pengirim (komunikator/sender) memiliki ide.

Proses komunikasi berawal ketika seseorang memiliki suatu ide. Bentuk ide tersebut dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang kompleks pada diri si pengirim, seperti suasana hati, kerangka referensi,
latar belakang budaya, kondisi fisik, asumsi-asumsi yang didasarkan atas pengalaman pengirim,
dsb.

2) Tahap 2: Pengirim mengubah ide menjadi pesan (encoding).

Pada tahap ini pengirim mengodekan idenya ke dalam pesan, yaitu mengubah ide ke dalam
kalimat atau isyarat yang akan menyampaikan makna. Masalah yang dihadapi dalam
mengkomunikasikan pesan secara lisan adalah bahwa kata-kata seringkali memiliki arti yang
berbeda bagi individu yang berbeda. Hal ini menyebabkan kesalahpahaman karena pemaknaan
yang keliru atau disebut dengan bypassing. Oleh sebab itu, komunikator sebaiknya memilih kata-
kata yang lazim dan jelas maknanya bagi pengirim maupun penerima.

3) Tahap 3: Pengirim menyampaikan pesan melalui saluran (channel).

Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan disebut dengan saluran. Pesan dapat
disampaikan melalui memo, laporan, telepon, pertemuan kelompok, situs web, komputer, surat,
dan sebagainya.

4) Tahap 4: Penerima(receiver) menguraikan pesan.

Penerima menerjemahkan pesan dari simbol menjadi bermaknadisebut dengan decoding.


Komunikasi terjadi jika penerima dapat memahami makna yang dimaksudkan oleh pengirim,
yaitu ketika berhasil menguraikan pesan.

5) Tahap 5: Umpan balik (feedback).

Tahap yang paling penting dalam proses komunikasi adalah pemberian umpan balik. Pengirim
dapat mendorong umpan balik dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada penerima.
Umpan balik membantu pengirim mengetahui apakah pesan yang disampaikan telah diterima
dan dapat dipahami. Umpan balik merupakan unsur yang sangat penting dalam komunikasi,
sebab umpan balik tersebut akan menentukan berlanjut atau berhentinya komunikasi. Umpan
balik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif.
Umpan balik positif adalah tanggapan atau respons komunikan yang menyenangkan
komunikator, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Sebaliknya, umpan balik
negatif adalah tanggapan atau respon komunikan yang tidak menyenangkan komunikator,
sehingga komunikator tidak bersedia melanjutkan komunikasinya. Umpan balik dapat dilakukan
secara verbal maupun nonverbal.

C. Bentuk Dasar Komunikasi

Bentuk dasar komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal.
1. Komunikasi Verbal. Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain, secara lisan (oral)
maupun tertulis (written). Secara umum untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis dapat
dilakukan secara lisan atau tertulis, sedangkan untuk menerima pesan dapat dilakukan dengan
mendengar atau membaca.

a) Berbicara dan menulis.

b) Mendengar dan membaca.

2. Komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa menggunakan kata-


kata, tetapi menggunakan gerakan-gerakan tubuh dan bahasa tubuh (body language) sebagai alat
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi tanpa
menggunakan kata-kata. Bentuk komunikasi nonverbal antara lain kontak mata, ekspresi wajah,
sikap dan gerakan tubuh, waktu, ruang, wilayah, tampilan dokumen bisnis, serta penampilan
orang. Selain gerak atau ekspresi, arti suatu warna juga merupakan jenis komunikasi nonverbal.

Pada umumnya , bentuk nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur sehingga sulit
dipelajari. Disamping itu, proses belajar yang dialami seseorang untuk dapat melakukan perilaku
nonverbal juga sulit dijelaskan.

a) Pentingnya Komunikasi Nonverbal

- Tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa isyarat.

- Komunikasi nonverbal penting artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yang
efisien. Suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang, dan pihak
audience juga dapat menangkap artinya dengan cepat.

b) Tujuan Komunikasi Nonverbal

- Menurut John V. Thildan Courtland Bovee dalam Excellence In Bussines Communications


(dalam Djoko Purwanto, 1997:7), menyatakan bahwa komunikasi nonverbal mempunyai enam
tujuan:

1) Menyediakan/memberikan informasi.

2) Mengatur alur percakapan.

3) Mengekspresikan emosi.

4) Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal.

5) Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6) Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam mengajar seseorang untuk


memperlancar permainan golf.
- Bagaimana relevansi komunikasi nonverbal dalam dunia bisnis? Dalam dunia bisnis,
komunikasi nonverbal dapat membantu menentukan kredibilitas dan potensi kepemimpinan
seseorang. Jika seseorang dapat belajar mengelola kesan yang dibuat dengan bahasa isyarat,
karakteristik atau ekspresi wajah, suara dan penampilan, ia dapat melakukan komunikasi dengan
baik. Dengan kata lain, seorang manajer (pemimpin) harus dapat menjadi komunikator yang
baik. Ia harus tahu bagaimana menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada bawahannya, kapan
suatu pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan, dan kepada siapa pesan-pesan bisnis itu harus
disampaikan. Lebih lanjut, jika seseorang dapat belajar membaca pesan-pesan nonverbal yang
disampaikan orang lain, ia akan dapat menafsirkan maksud dan sikap mereka secara lebih akurat
dan tepat.

D. Faktor-faktor Penghambat komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat),


yaitu masalah dalam pengembangan pesan, masalah dalam penyampaian pesan, masalah dalam
menerima pesan, dan masalah dalam menafsirkan pesan.

1) Masalah dalam mengembangkan pesan meliputi adanya keragu-raguan mengenai isi


pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens,
terjadinya pertentangan emosional, serta kesulitan dalam mengekspresikan ide atau
gagasan.

2) Masalah dalam menyampaikan pesan. Masalah yang sering muncul dalam


menyampaikan pesan antara lain faktor fisik. Masalah yang berkaitan dengan faktor fisik
meliputi adanya sambungan kabel atau suara sound system yang kurang baik, lampu yang
kurang terang, audiens terhalang oleh suatu bangunan, salinan suara yang tidak terbaca,
dan sebagainya. Masalah lain dalam menyampaikan pesan adalah jika dua pesan yang
disampaikan memiliki arti berlawanan atau bermakna ganda, atau pesan disampaikan
melalui saluran penghubung yang cukup panjang, sehingga audiens terakhir yang
menerima pesan hanya menangkap sebagian kecil pesan yang akan disampaikan.

3) Masalah dalam menerima pesan. Penerima pesan juga sering menghadapi suatu
masalah. Masalah yang muncul dalam menerima pesan antara lain adanya persaingan
pengelihatan dengan suara, tempat duduk yang kurang nyaman, lampu yang kurang
terang, dan kondisi lain yang mengganggu konsentrasi penerima. Kesehatan penenrima
juga dapat mengganggu dalam menerima pesan, misalnya gangguan pendengaran,
pengelihatan yang kurang jelas, kurang konsentrasi, dan sakit kepala.

4) Masalah dalam menafsirkan pesan. Masalah utama yang sering terjadi dalam
menafsirkan pesan adalah perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran pesan, dan
perbedaan reaksi emosional. Perbedaan latar belakang mencakup pembedaan usia, tingkat
pendidikan, status sosial, jenis kelamin, kesehatan, latar belakang budaya, popularitas,
agama, dan sebagainya dapat mengganggu proses komunikasi. Perbedaan latar belakang
tadi dapat menimbulkan perbedaan penafsiran atau perbedaan pemahaman terhadap
pesan atau kata yang sama. Sementara itu, perbedaan reaksi emosional mencakup dua hal
penting, yaitu dalam artian isi (content) yang berkaitan dengan subjek suatu pesan dan
dalam artian hubungan yang memberikan sifat suatu interaksi antara komunikator dengan
komunikan. Komunikasi akan terganggu apabila komunikan bereaksi secara negatif
dalam arti isi maupun hubungannya.

Dalam konteks organisasi, Robbins (2003:7-10) menunjukkan beberapa hambatan


komunikasi, baik secara interpersonal maupun intrapersonal:

1) Penyaringan (filtering)

Penyaringan pada dasarnya adalah proses memanipulasi informasi sehingga


informasi yang dikirimkan itu terkesan lebih menyenangkan. Dalam praktek organisasi
ini terjadi biasanya pada proses pengiriman informasi dari bawah kepada atasan (upward
communication). Penyaringan informasi seperti ini dikenal dengan komunikasi “ABS”
(Asal Bapak Senang). Jelas komunikasi ini tidak akan menguntungkan kedua belah pihak
karena ada sebagian informasi yang “disembunyikan” sehingga tidak objektif lagi. Hal ini
akan berpengaruh pada keputusan akan diambil oleh atasan atau pimpinan puncak.
Keputusan yang akan diambil berdasarkan pada informasi yang tidak utuh maka tidak
akan menyelesaikan persoalan. Penyaringan informasi ini kemungkinan besar akan
terjadi terutama pada perusahaan-perusahaan besar dengan struktur yang panjang.
Struktur (tingkatan) yang panjang inilah yang memungkinkan terjadinya peluang untuk
memanipulasi informasi.

2) Persepsi Selektif

Persepsi selektif ini pada dasarnya proses memilih informasi yang


menguntungkan sesuai dengan kebutuhan, pengalaman, motivasi, latar belakang, dan
karakter komunikan. Bagi orang yang lebih mementingkan pada kekuasaan (jabatan)
misalnya, maka akan cenderung memilih atau menyeleksi berbagai informasi yang
berkaitan dengan kebutuhannya itu. Bagi orang yang lebih mementingkan pada aspek
afiliasi maka akan cenderung menyeleksi informasi yang berkaitan dengan hubungan
yang harmonis baik dengan sesama bawahan maupun dengan atasan. Sedangkan mereka
yang lebih mementingkan pada pencapaian kualitas pribadi maka cenderung akan
menyeleksi informasi yang berkaitan dengan pengembangan dirinya.

3) Kelebihan informasi

Kelebihan informasi pada dasarnya merupakan kondisi dimana informasi


mengalir begitu cepat dan banyak melebihi kemampuan pengolahan seorang individu.
Pada dasarnya seseorang itu memiliki kapasitas yang terbatas dalam mengolah informasi
yang masuk (ke otaknya). Perkembangan situasi saat ini menuntut penggunaan energi
kerja otak yang lebih banyak. Terlebih dengan perkembangan tekhnologi yang
menggantikan kerja manusia, maka ada kecenderungan terjadi pemadatan beban kerja
terhadap manusia (karyawan). Sebagai contoh, operasi sebuah pabrik yang dulu
dikerjakan oleh 10 orang, dengan penggunaan tekhnologi maka cukup hanya dilakukan
oleh 2 orang saja. Dengan teknologi informasi dan komunikasi maka kerja seorang
ekskutif juga semakin bertambah mulai dari harus membuka email, telepon, faksimile,
pertemuan dan bacaan-bacaan yang mendukung profesinya.

Kelebihan informasi yang terjadi pada karyawan baik ekskutif maupun bawahan
pada dasarnya akan menimbulkan dampak negatif. Mereka cenderung akan menyeleksi,
mengabaikan, atau melupakan informasi. Selain itu dampak yang mungkin timbul adalah
situasi jenuh dan stress pada karyawan yang akhirnya mempengaruhi produktivitas kerja
mereka menjadi menurun.

4) Defensif

Bila seseorang merasa terancam biasanya akan bereaksi dengan melakukan


tindakan yang tidak mengarah pada kesepakatan bersama. Tindakan ini disebut dengan
tindakan defensif. Wujud dari tindakan ini antara lain, mudah tersinggung (marah),
menyindir orang lain yang dianggap sebagai ancaman, ungkapan-ungkapan yang kasar,
mengucilkan diri, sulit diajak berkomunikasi sehingga akhirnya komunikasi betul-betul
tidak efektif. Dalam beberapa kasus, tidak jarang kondisi ini sampai pada tindakan yang
paling fatal, yaitu tindakan fisik.

5) Bahasa

Bahasa pada dasarnya pernyataan yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata


baik lisan maupun tertulis. Sedangkan makna sebuah kata terletak bukan pada kata itu
tetapi kapada orang yang menggunakan kata-kata itu.

6) Kegelisahan komunikasi

Kegelisahan komunikasi pada dasarnya ketegangan dan kecemasan yang tidak


pada tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan atau keduanya.

E. Cara Memperbaiki Komunikasi

Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa


persyaratan, antara lain: persepsi, ketepatan, kredibilitas, pengendalian, dan
kecocokan/keserasian.

1) Persepsi

Komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan


disampaikannya dapat diterima oleh penerima pesan. Bila prediksinya tepat, audience
akan membaca atau menerima tanggapannya dengan benar. Audience sebagai penerima
pesan lalu akan mengantisipasi reaksi komunikator (pengirim pesan) untuk menyusun
pesan yang diterima bagi diri mereka, dengan tetap melakukan penyesuain untuk
menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi tersebut.
2) Ketepatan

Audience mempunyai suatu kerangka pikir. Agar komunikasi yang dilakukan


mencapai sasaran, komunikator perlu mengekspresikan hal yang ingin disampaikan
sesuai dengan kerangka pikir audience. Apabila hal tersebut diabaikan, maka yang
muncul adalah miscommunication.

3) Kredibilitas

Dalam berkomunikasi, komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bahwa para


audience adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian juga sebaliknya,
komunikator harus mempunyai sutau keyakinan akan inti pesan dan maksud yang ingin
disampaikan.

4) Pengendalian

Dalam berkomunikasi, audience akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan


terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi mereka dapat membuat komunikator tertawa,
menangis, bertindak, mengubah pikiran, atau bersikap lemah lembut. Hal ini ditentukan
oleh intensitas reaksi yang dilontarkan audience terhadap apa yang disampaikan oleh
komunikator. Sebaliknya, reaksi audience tergantung pada berhasil atau tidaknya
komunikator mengendalikan audiencenya saat melakukan komunikasi.

5) Kecocokan/Keserasian

Komunikator yang baik selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang


menyenangkan dengan audience sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan
mencapai tujuannya. Seorang komunikator yang baik juga akan menghormati dan
berhasil memberi kesan yang baik kepada audience-nya.

Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi


dalam komunikasi dengan memperhatikan 3 (tiga) hal:

a) Membuat suatu pesan secara lebih berhati-hati

Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah


memperhatikan maksud dan tujuan komunikasi, audience yang dituju. Katakan apa yang
dikehendaki oleh audience, gunakan bahasa yang jelas, sederhana, mudah dipahami, tidak
bertele-tele, jelaskan point-point yang penting, dan tekankan dan telaah ulang point-point
yang penting.

b) Meminimalkan Gangguan dalam Proses Komunikasi

Melalui pemilihan saluran komunikasi yang hati-hati, komunikator dapat


membuat audience-nya lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang
disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral) akan efektif bila lokasi atau
tempat penyampaian pesan memiliki kondisi yang nyaman dan tenang, sound system
yang baik, tempat duduk yang teratur, rapi dan nyaman, ruangan yang sejuk, dan
sebagainya. Singkatnya, komunikator harus berupaya agar penyampaian pesan mencapai
sasaran yang dikehendaki tanpa adanya gangguan yang berarti.

c) Mempermudah Upaya Umpan balik antara si Pengirim dan si Penerima Pesan

Agar pemberian umpan-balik (feed back) dapat memberikan suatu manfaat yang
berarti, cara dan waktu penyampaiannya harus direncanakan dengan baik. Kalau
komunikator menghendaki umpan balik yang cepat, dapat dipilih sarana komunikasi yang
cepat, misalnya melalui tatap muka atau melelui telepon. Tetapi bila umpan balik yang
cepat tidak terlalu dipentingkan, sarana (surat) dapat menjadi alternatif yang baik untuk
menyampaikan pesan.

Anda mungkin juga menyukai