Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NI PUTU AYU CANDRA WATI

NIM : 221044

PRODI : S-1 FARMASI REGULAR 2022

RESUME FARMASI FISIK 12

I. Solubility Parameter

𝛥 𝐻𝑣 − 𝑅𝑇
𝛿= 1/2
𝑉1

ΔHv = Titik Panas Penguapan

V1 = Volume molar cairan pd suhu yg diinginkan


𝑉2 𝛷 21
ln γ2 = [ (w11)1/2 – (w22) 1/2 ]2 𝑅𝑇

𝑉2 𝛷 21
log γ2 = (δ1- δ2)2
2.303 𝑅𝑇

Φ = volume fraksi

R = tetapan gas

V2 = volume molar atau volume per mol zat cair

II. Solvasi dan Asosiasi dalam Larutan Senyawa Polar


 Solvation
- 2w12 > w11 + w22
- ΔHv = negative
- negative deviation from Raoult’s law
 Association
- interaksi terjadi antara molekul sejenis dari salah satu komponen
dalam larutan
- ΔHv = positive
- positive deviation from Raoult’s law
III. Kelarutan dan Panas Larutan

ΔHsoln : panas larutan


ΔH 𝑠𝑜𝑙𝑛 𝑇 ′ ′ − 𝑇′
Ln(c’’/c’) = 𝑣𝑅
( 𝑇 ′ .𝑇′′ )

C'' dan c' adalah kelarutan zat terlarut pada suhu. T'' dan T' masing-masing

IV. Kelarutan Elektrolit Kuat


1. Proses Endotermik
 (menyerap panas)
 peningkatan suhu akan menyebabkan naiknya kelarutan
2. Proses Eksotermik
 (melepas panas)
 Kelarutan menurun dengan adanya peningkatan suhu

Contoh :

Natrium sulfat berada dalam bentuk hidrat (Na2SO4 .10H2O) samapi temperature 32°c ->
endotermik-> kelarutan naik dengan naiknya temperature. Pada suhu 32°𝑐 -> bentuknya
anhidrat -> eksotermik -> kelarutan turun dengan naiknya temperature

V. Kelarutan Elektrolit
.10H2O) sampai yang Sedikit
temperature 32 oC →Larut (sample.
endotermik → AgCl)
 Solubility product, :
kelarutan sebuah larutan nyata dari elektrolit kuat yang sukar larut dalam air
dapat dihitung
kelarutan naik dengan menggunakan
dg naiknya temperaturekonstanta/tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp) produk yang diperoleh dari termodinamika.
+ - + -
KPada suhu
sp = [A diatas
] [B ] ->32[Ag
oC →
=Abentuknya
] [Cl= Banhidrat
] → eksotermik → kelarutan turun dengan
 naiknya temperatur
Common ion :
penambahan ion sejenis dapat mereduksi kelarutan dari elektrolit yang sukar
larut.
.10H2O) sampai temperature 32 oC → endotermik →

kelarutan naik dg naiknya temperature

Pada suhu diatas 32 oC → bentuknya anhidrat → eksotermik → kelarutan turun dengan


naiknya temperatur
VI. Kelarutan Asam Lemah dan Basa Lemah di Air sebagai Dipengaruhi
oleh pH
1. Asam Lemah 2. Basa Lemah
HA H+ + A- B BH+ + OH-
[𝐻 + ] [ 𝐴− ]
Ka = [𝐻𝐴] 𝐵𝐻 + + 𝑂𝐻 −
- +
Kb = [𝐵]
[A ]= Ka. [HA]/[H ]
S0 = [HA] 𝑆−𝑆0
pHp = pKa + log
S = [HA]+[A-] 𝑆0
𝑆0 𝐾𝑎
S= S0 +
[𝐻3 𝑂 + ]
𝑆−𝑆0
pHp = pKa +log 𝑆0
Dengan pH larutan diatas pHp’
obat basa lemah akan terpisah
sebagai basa tidak terdisosiasi
Dengan pH larutan dibawah pHp’
obat asam lemah akan terpisah
sebagai asam tidak terdisosiasi

Dengan S adalah kelarutan total; S0 adalah kelarutan bentuk tak terion dari obat

VII. Pengaruh Pelarut pada Kelarutan Obat


1. Elektrolit Kuat -> asam dan basa kuat dan semua garam larut dalam air
2. Elektrolit Lemah -> asam dan basa lemah dengan berat molekul tinggi
tidak larut dalam air
3. nonelektrolit -> obat organik dengan berat molekul tinggi yang tidak
berdisosiasi atau berasosiasi dalam air umumnya larut dalam pelarut
organik dan memiliki sedikit atau tidak ada kelarutan dalam air
4. Kosolvensi -> zat terlarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada
dalam satu pelarut saja
Kelarutan fenobarbital dalam campuran air, alkohol, dan gliserin pada
suhu 25°C
VIII. Kelarutan intrinsik dan semu
 Kelarutan intrinsic obat adalah besarnya konsentrasi obat terlarut yang
diukur pada saat obat tersebut berada pada bentuk tak terion
 Kelarutan semu obat (apparent solubility) adalah konsentrasi obat
terlarut pada kondisi supersaturasi.

Fenomena Partisi
I. Konsep Partisi Umum
suatu zat terlarut akan mendistribusikan dirinya sendiri di antara dua
pelarut yang tidak bercampur sehingga rasio konsentrasinya. Di setiap
pelarut sama dengan rasio kelarutannya di masing-masing
𝐶0
Kd =
𝐶𝑤

C0 = konsentrasi molar dalam lapisan organik


Cw = konsentrasi molar dalam lapisan air
Kd= koefisien partisi atau konstanta distribusi

II. Untuk Kuat / Nonelektrolit sebagai Zat Terlarut


1. Elektrolit Kuat 2. Non Elektrolit
 Elektrolit kuat sepenuhnya 𝐶
Kd = 𝐶 0
𝑤
dipisahkan di larutan
berair
-> kation & anion dilapisan
air
-> larut dalam air
 Tanpa pemasangan ion,
lakukan tidak partisi ke

Kd -> O

III. Untuk Elektrolit Lemah sebagai Zat Terlarut


lapisan organik
1. Hukum partisi : tergantung pada pH
2. pH berbeda dari pKa
(pH <pKa untuk asam lemah; pH > pKa untuk basa lemah)
IV. Situs Partisi Obat Mempertimbangkan pH Efek Sendiri
 Penyerapan dari lambung (pH 1-3)
 Penyerapan dari usus (pH 4-6)
 Ekskresi Urin (pH 5-7)
 Ekskresi obat melalui keringat (pH 5-7)
 Ekskresi obat dalam ASI (pH 6,6)
 Pemberian rektal (pH 7,8)

DISPERSI KOLOID
I. Sistem Dispersi
Sistem terdispersi terdiri dari fase terdispersi yang didistribusikan ke
seluruh media continuous atau dispersi. Berdasarkan ukuran fase
terdispersi, tiga jenis sistem terdispersi umumnya dipertimbangkan:
1. Dispersi molekuler
2. Dispersi koloid
3. Dispersi kasar
Dispersi molekul bersifat homogen dan membentuk larutan sejati.
Dispersi koloid dan kasar adalah contoh sistem heterogen
 Dispersi Koloid
 Ukuran partikel koloid lebih mudah dipisahkan dari
partikel partikel molekuler dengan cara analisis
menggunakan membrane semipermeable
 Dianalisis juga terjadi secara in vivo ketika ion-ion dan
molekul kecil yang dibawa oleh darah melewati membrane
semipermeable untuk sampai pd jaringan
 Bentuk Koloid
1. Bulatan dan bola (Mudah ditembus)
2. Batang pendek dan elipsoid lonjong
3. Elipsoid datar dan serpihan
4. Batang dan benang
5. Benang bergulung longgar
6. Benang bercabang
 Klasifikasi Koloid
Koloid Liofilik Koloid Liofobik Koloid Amfifilik
 Partikel  Tarik  Merupakan
koloid yang menarik koloid
banyak antara fase gangungan atau
berinteraksi dan disebut juga zat
dg medium medium aktif
dispers dispersi permukaan
kecil
 Tarik menarik  Tidak suka  Terbentuk dari
antara fase pelarut molekul-
dan medium molekul atau
dispersi kuat ion-ion
sehingga
terjadi solvasi
 Contoh :  Contoh :  Contoh :
Albumim,Gel Koloid Molekul
atin, insulin emas,pera anionik,kationi
(larut air) k belerang k (memiliki
muatan (-) dan
(+) )

 Pediksi Nilai CMC


 Campuran dua amfifil atau lebih bisa digunakan dalam
formulasi farmasetis
 Dengan menganggap sebagai campuran ideal, CMC
campuran dapat diprediksi dari nilai CMC murni dan fraksi
molnya
Persamaanya :
1 𝑋1 𝑋2
= +
𝐶𝑀𝐶 𝐶𝑀𝐶1 𝐶𝑀𝐶2

Anda mungkin juga menyukai