NOMOR 168/KEP-DIR/RSHCRS/XII/2014
TENTANG
Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan pasien yang
memerlukan perencanaan dari petugas kesehatan yang berkesinambungan
sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien;
b. bahwa proses asuhan bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi
pelayanan kesehatan yang kompeten dan dapat melibatkan berbagai unit kerja
dan pelayanan, tidak tergantung waktu dan hari-hari tertentu;
c. bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Hermina
Ciruas menerapkan prinsip non-diskriminatif yaitu pelayanan yang
terstandar/seragam tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya agama
dan waktu pelayanan;
d. bahwa pemberian pelayanan pasien harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua individu terkait;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d menetapkan keputusan Direktur Utama tentang
Kebijakan Asesmen Pasien di Rumah Sakit Anggota Hermina Hospital Group
yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Rumah Sakit Hermina Ciruas;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RS HERMINA CIRUAS TENTANG PANDUAN
ASESMEN PASIEN DI RUMAH SAKIT HERMINA CIRUAS
KEDUA : Panduan Asesmen Pasien ini sebagai acuan dalam melaksanakan asesmen seluruh
pasien Rumah Sakit Hermina Ciruas.
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Serang
pada tanggal 4 Desember 2014
Direktur
RS HERMINA CIRUAS
dr. Hardimas
Lampiran Keputusan Direktur Nomor 123/KEP-DIR/RSHCRS/XI/2014 Tentang Kebijakan Asesmen
Pasien di Rumah Sakit Hermina Ciruas
ASESMEN PASIEN
b. Pasien yang mengalami nyeri dilakukan asesmen lanjutan dan pengelolaan nyeri secara teratur dan
efektif
c. Apabila pada asesmen awal di identifikasi adanya rasa nyeri maka pasien dilakukan asesmen lebih
mendalam sesuai dengan umur pasien dan dilakukan pengukuran intensitas dan kualitas nyeri
seperti karakter, kekerapan / frekuensi, lokasi dan lamanya nyeri ( Provokasi, Quantity, Regio,
Severity, dan Time )
d. Hasil asesmen nyeri dicatat dalam rekam medis pasien dan dilakukan tindak lanjutnya
penatalaksanaannya apakah dengan obat-obatan atau non farmakologis
9. Rumah sakit harus mengidentifikasi kelompok pasien khusus/ populasi tertentu dan melakukan
asesmen awal dengan memodifikasi proses asesmen untuk memenuhi kebutuhan khusus ini, yaitu
berupa asesmen tambahan dan asesmen khusus
10. Asesmen dan Asesmen Ulang PasienYang Akan Meninggal
a. Rumah sakit harus melakukan asesmen dan asesmen ulang untuk pasien yang akan meninggal
sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
b. Temuan dalam asesmen mengarahkan pelayanan yang akan diberikan kepada pasien sesuai
kebutuhan pasien dan didokumentasikan dalam rekam medis
11. Asesmen Kebutuhan Khusus
a. Asesmen awal termasuk identifikasi adanya kebutuhan khusus seperti gigi, pendengaran, mata dan
sebagainya
b. Bila teridentifikasi ada kebutuhan asesmen khusus, maka pasien dirujuk kepada spesialis atau
bagian lain yang sesuai dengan kebutuhannya di dalam atau ke luar rumahsakit.
c. Asesmen khusus yang dilaksanakan rumah sakit diselesaikan dan didokumentasikan dalam rekam
medis
12. Asesmen Kebutuhan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
a. Rumah sakit melakukan identifikasi pasien dengan rencana pemulangan kritis atau yang mungkin
membutuhkan perencanaan matang saat pemulangan antara lain karena umur, kesulitan
mobilitas/gerak, kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan berkelanjutan atau bantuan dalam
aktifitas
Lampiran Keputusan Direktur Nomor 123/KEP-DIR/RSHCRS/XI/2014 Tentang Kebijakan Asesmen
Pasien di Rumah Sakit Hermina Ciruas
b. Perencanaan pemulangan bagi pasien ini dimulai segera setelah pasien diterima sebagai pasien
rawat inap
c. Pasien dengan pemulangan kritis telah dilakukan perencanaan dan persiapan proses pemulangan
sesuai dengan kebutuhannya serta memberikan edukasi bagi pasien dengan melibatkan keluarga
pasien
13. Asesmen Ulang
a. Setiap pasien harus dilakukan asesmen ulang untuk menentukan responpasien terhadap
pengobatan, merencanakan pengobatan lanjutan atau pemulangan pasien
b. Setiap pasien harus dilakukan asesmen ulang dalam interval tertentu sesuai dengan kondisi pasien
dan bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi pasien, rencana asuhan, dan
kebutuhan individual
c. Asesmen ulang harus dilakukan oleh dokter setiap hari, termasuk akhir minggu, selama fase akut
dari perawatan dan pengobatan pasien
d. Pada kasus non akut, rumah sakit menetapkan keadaan dan tipe pasien atau populasi pasien
dimana asesmen oleh dokter bisa kurang dari sekali sehari serta menetapkan interval minimum
untuk jadwal asesmen ulang bagi kasus seperti ini seperti kasus melahirkan per vaginam atau
melahirkan dengan sectio caesarea yang tidak ada komplikasi
e. Apabila Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) berhalangan visit untuk melakukan
asesmen ulang, maka DPJP tersebut agar menitipkan kepada sejawat lain yang memiliki
kompetensi yang sama dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada pasien / keluarga pasien
f. Asesmen ulang perawat dilakukan setiap hari satu kali pada waktu hasil evaluasi atau bisa lebih
dari 1 x bila terjadi perubahan kondisi.
g. Asesmen ulang gizi atau fungsional dapat dilakukan setiap3 hari atau bisa lebih cepat bila ada
perubahan kondisi dengan tetap melakukan SOAP setiap hari untuk melakukan
14. Kualifikasi Staf Yang Melakukan Asesmen dan Asesmen Ulang
a. Asesmen dan asesmen ulang pasien dilakukan oleh petugas yang kompeten, yang memiliki ijin
Lisensi sesuai undang – undang dan peraturan atau memiliki sertifikasi, termasuk asesmen gawat
darurat, asesmen medis, keperawatan, asesmen gizi dan pemberi asuhan lainnya
Lampiran Keputusan Direktur Nomor 123/KEP-DIR/RSHCRS/XI/2014 Tentang Kebijakan Asesmen
Pasien di Rumah Sakit Hermina Ciruas
b. Rumah sakit menetapkan secara tertulis petugas yang kompeten untuk melakukan asesmen dan
asesmen ulang terhadap pasien serta tanggung jawabnya
15. Analisis dan Integrasi Asesmen Pasien
a. Semua data dan informasi hasil asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan oleh staf medis,
keperawatan, dan staf lain yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien.
b. Hasil integrasi tersebut harus dilakukan verifikasi oleh DPJP sebagai ketua tim dalam memberikan
asuhan kepada pasien
c. Kebutuhan pasien yang urgent atau penting diidentifikasi dan disusun skala prioritasnya
berdasarkan hasil asesmen
d. Pada pasien dengan kebutuhannya yang tidak jelas, diperlukan pertemuan formal tim pengobatan,
rapat kasus dan ronde pasien
e. Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai hasil dari proses asesmen dan diagnosis yang telah
ditetapkan, rencana pelayanan dan pengobatan serta diikut sertakan dalam keputusan tentang
prioritas kebutuhan yang perlu dipenuhi dengan bukti penandatangan pasien dan atau keluarga
pada formulir Komunikasi-Informasi dan Edukasi ( KIE )
Ditetapkan di Serang
Pada tanggal 8 Oktober 2014
Direktur
Dr. Hardimas