Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SELVIANI

NIM : F0217319

1. Negara berkembang dan Negara mana saja yang masuk dalam kategori

Negara berkembang merupakan ‘label’ yang diberikan oleh Negara maju untuk Negara- Negara dengan
pendapatan rendah. Label tersebut bisa bermacam- macam, seperti Negara berkembang, Negara
selatan atau Negara dunia ketiga yang mayoritas merupakan Negara bekas koloni bangsa barat, Negara
maju atau Negara utara.

Pada awalnya ‘berkembang’ bermaksud bagaimana membuat perubahan ekonomi yang dapat
mengatasi masalah kelaparan global. namun dalam perkembangan banyak hal berubah. Kata
‘berkembang’ menjadi sangat kompleks. Tidak hanya memasukkan peningkatan produksi tapi juga
bahan dari produksi tersebut hingga kondisi sosial.

Negara berkembang dimaksudkan untuk mereka yang tidak masuk kedalam kategori ‘advanced
industrialised countries (AICs)’. Menurut IMF dan World bank yang masuk Negara berkembang adalah:

a. The very poorest (low income) countries. Dimana mayoritas dari ngara afrika berada dalam
kategori ini, dimana gagal dalam pertumbuhan dan menyetarakan kehidupan dalam populasi
yang mereka miliki. Yang mana banyak dikritik karena ekspor yang dilakukan hanya berupa
bahan mentah dengan nilai jual rendah seperti, contohnya Ghana dan Namibia. Sedangkan
Afhganistan, Demorcaric Republic of the Congo, Liberia ataupun Sierra Leone masuk kedalam
kategori karena perang sipil yang berkepanjangan.
b. The large majority of lower and upper middle- income countries, yang kemudian juga dijadikan
kategori Negara berkembang bagi standard dunia.
c. The oil (petroleum). Negara yang kemudian memproduksi minyak memang menghasilkan uang
yang banyak kemudian akan menjadikan standard kehidupan yang tinggi bagi rakyatnya. Namun
SDA tersebut tidak dapat diperbarui, yang sewaktu- waktu bisa saja habis dan kemudian
menjadikan warganya kembali menderita.
d. Negara industri baru dan yang lainnya.

2. Kondisi kehidupan di Negara berkembang.

Negara berkembang kemudian sulit keluar dari stigma tersebut dikarenakan kolonialisme yang tumbuh
bersama mereka. Warisan kolialisme tersebut kemudian membuat sebagian besar bangsa menjadi
bangsa konsumen, dan dibanyak kasus juga mempunyai banyak konflik. Seperti Afrika yang kemudian
memiliki sangat banyak perang komunal karena dampak kolalisme.

Pemerintah otoriter juga banyak ditemukan di Negara berkembang karena karena kurangnya pendidikan
paska era kolonialisme yang kemudian membuat segelintir orang menguasai pemerintahan. Struktur
sosial yang bermasalah, pembagunan yang hanya mengutakan ekonomi, populasi yang terus meningkat,
hingga kompetisi ideologi.
Kondisi kehidupan di Negara berkembang memang sangat komplek. Kehidupan sosial, politik, ekonomi
yang masih sangat bermasalah menjadi hambatan untuk bermetamorfosa menjadi Negara industri.
Tentu saja kolonialisme menjadi salah satu penyebab. Negara barat yang terlanjur memberi stigma
Negara berkembang tidak dipungkiri membuat kontruksi sosial yang tanpa disadari terus mendoktrin
masyarakat Negara berkembang dalam perangkat yang sama. Hal tersebut tentu saja dapat diatasi
dengan pendidikan dan perbaikan kualitas pemerintah maupun sosial. Namun sistem internasional yang
dirancang sedemikian rupa menjadikan Negara berkembang sudah terlanjur tertinggal jauh dan enggan
untuk bersaing. Kolonialisme era barupun datang atas nama globalisasi.

3. Masalah terbesar Negara berkembang

Ada 2 permasalah di Negara berkembang

Pertama adalah basic needs yaitu makanan, air, pendidikan. Air adalah salah satu masalah penting di
Negara berembang. Dimana penyebab kelangkaan dikarenakan supllay air yang tidak merata, populasi
mengingkat hingga kebutuhan air juga ikut meningkat, kehidupan di perkotaan yang tinggi membuat
pasokan air disana sangat kurang, polusi yang disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia, permintaan
air industri, eksploitasi juga salah satu yang paling krusial mengingat banyaknya pohon yang ditebang
hingga penambangan yang membuat air di daerah tersebut tidak lagi bisa dikonsumsi.

Kedua adalah kesehatan dan pertumbuhan penduduk. Banyak sekali anak- anak yang mengalami kondisi
gizi buruk dikarenakan makanan yang sulit diakses dan fasilitas kesehatan yang tidak mumpuni.
Pertumbuhan penduduk yang besar di Negara berkembang tidak diiringi dengan pengingkatan kuantitas
ataupun kualitas dari sarana kesehatan disana. Contohnya adalah covid 19 yang saat ini terjadi, terlihat
sekali bagaimana Indonesia dan Iran sangat kewalahan karena sarana kesehatan yang sangat kurang.
Berbeda dengan Tiongkok asal virus tersebut ataupun Korea Selatan.

4. Masalah Negara Berkembang dalam konteks Ekonomi

- The Debt Boomerang

Menurut Susan George (1993), utang adalah kabar buruk bagi ngara kerditor. Negara berkembang
banyak terjebak pada jerat utang yang berasal dari bank sentral seperti IMF dan World Bank ataupun
dari Negara maju. Namun yang menjadi boomerang adalah bagaimana hasil utang tersebut tidak
digunakan untuk menghasilkan produk dengan nilai juga tinggi, malah untuk membeli produk jadi dari
Negara maju.

Di dalam buku bacaan juga dijelaskan bagaimana kemudian utang yang diambil Negara berkembang
digantikan dengan harga yang sangat mahal. Seperti eksploitasi sumber daya alam, pengangguran yang
disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan akibat investasi Negara pemberi utang, dan banyak
hal lain yang kemudian sangat merugikan Negara berkembang dari pengambilan utang tersebut.

Jika mengambil contoh, makan ‘debt trap’ dari Tiongkok sangat cocok diambil. Srilanka telah kehilangan
satu pelabuhan strategisnya karena masuk kedalam ‘jebakan utang’ tersebut. Dalam mewujudkan
proyek Tiongkok untuk membuat jalur sutra baru di dunia Internasional, telah banyak Negara yang
kemudian jatuh dalam hegemoni Tiongkok karena utang dan bantuan luar negeri.

-The war and on drugs

Negara- Negara utara sangat mendorong terjadinya pasar bebas, dimana pasar bebas sendiri akan
membuat mobilitas terhadap narkoba akan semakin massif. Seperti diketahui bahwa narkoba sangat
dicari diberbagai Negara, hal itu mengakibatkan perdagangan gelap narkoba merupakan salah satu
kejahatan transnasional besar yang sulit ditangani.

Penetapan narkoba sebagai barang illegal kemudian membuat barang tersebut semakin dicara.
Penghasil Drugs besar seperti Meksiko, Afghanistan dan ‘Golden Triangle’ yang terletak di Asia Tenggara
kemudian menjadi permasalahan pelik. Contohnya adalah ‘segitiga emas’, tidak dipungkiri hal tersebut
menjadi penghasilan yang menjanjikan bagi petani di daerah tersebut dan jika kemudian dihentikan
akan membuat pengaruh ekonomi dan sosial yang besar. Walau diganti dengan tanaman lain juga tentu
saja tidak akan mendapatkan nilai yang sama, mengingat narkoba sangat ‘ekspensif’.

Kebijakan war on drugs pada era modern dilakukan presiden Duterte, Filipina. Yang kemudian kebijakan
tersebut malah menghadirkan ketidakstabilan politik dan ketakutan nasional karena kebijakan yang
sangat ekstrim dalam mengatasi narkoba. War on drugs Filipina juga digunakan beberapa kelompok
untuk menjatuhkan kelompok lainnya, itu menunjukkan bagaimana Negara berkembang secara
keamanan belum mampu menghadirkan keamanan dan keadilan bagi rakyatnya karena kurangnya
control dan kepercayaan terhadap pemegang otoritas dan hukum.

5. kontek Sosial

- Gender and Society

Dalam Negara berkembang permasalahan masalah perempuan dalam kehidupan bermasyarakat masih
memiliki masalah yang konteks. Kontruksi sosial yang menempatkan perempuan menjadi warga kelas 2
akhirnya menjadi penghalang bagi perempuan dalam melakukan aktivitas sehari- hari.

Kemudian banyak perempuan yang tidak mendapatkan akses public seperti pendidikan ataupun politik.
60 persen dari satu milyar orang yang kurang terhadap literasi adalah perempuan. Padahal setengah
populasi dunia adalah perempuan sehingga jika perempuan terjun ke dunia politik, maka dapat
membantu perekonomian Negara. Contoh Negara adalah India. India adalah Negara yang sangat
bermasalah terhadap populasi karena tingkat kelahiran yang tinggi. Masyarakat yang terdiri kasta
memparah situasi yang ada. Sebelumnya, setiap anak perempuan yang hadir di India akan dibunuh
karena dianggap tidak bisa merubah nasib keluarga dan membawa beban maskawin yang tinggi (di India
perempuan membawa maskawin jika menikah). Belum lagi adat istiadat yang menempatkan perempuan
selalu di rumah mengurusi keluarganya dan tidak melanjutkan sekolah juga menjadi masalah disana.
Kehadiran Mahatma Ghandi mencoba merubah itu, bahkan sekarang perempuan sudah bisa memasuki
ranah politik di India. Tetapi tetap saja, porsi 30 persen politik tetap tidak maksimal dikarenakan
kurangnya kontribusi perempuan, dan perempuan yang berpartisipasi juga hanya berasal dari kalangan
berkasta atas.

- Women and Children

Perempuan secara biologis harus melahirkan anak. Namun kematian karena melahirkan menurut who
mencapai 529,000 pertahun dimana hanya 2,500 dari jumlah tersebut yang berasalah dari Negara maju.
Kenapa kemudian kematian karena melahirkan lebih banyak di Negara berkembang? Hal tersebut
karena kesulitan dalam akses kesehatan. Entah itu karena jauh, mahal ataupun sarana kesehatan yang
tidak memadai. Di Tiongkok sendiri sudah diberlakukan kebijakan one child policy, dimana selain
menekan populasi juga mengurangi kemanitan perempuan akibat melahirkan dan anak terlantar.
Setelah kematian Mao Zedong di tahun 1976, sangat sukses di perkotaan dimana mayoritas anak
dibawah 12 tahun merupakan anak satu- satunya. Kebijakan satu orang anak juga dimaksudkan agar
anak- anak pendapat perhatian lebih dari orang tuanya.

Dalam bahan bacaan dijelaskan bagaimana perempuan adalah sekolah pertama anak, sehingga
permpuan harus menjadi terdidik agar bisa mendengarkan harapan masa depan anaknya dan
membantu mendapatkan itu yang tentu saja memerlukan bekal pengetahuan yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai