Anda di halaman 1dari 6

BAB 12

Tantangan Bagi Pembangunan Ekonomi

A. PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA-NEGARA MISKIN


Karakteristik yang paling penting dari Negara berkembang adalah rendahnya tingkat
pendapatan per kapita. Selain itu, mereka yang tinggal di Negara-negara berkembang
biasanya memiliki kesehatan yang buruk dan harapan hidup yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah, dan kekurangan gizi.
Jelas bahwa Negara-negara yang berpendapatan rendah jauh lebih miskin dari Negara-
negara maju seperti Amerika Serikat. Rakyat di Negara-negara dengan rata-rata pendapatan
terendah hanya mempunyai penghasilan sekitar seperdua puluh dari rakyat di Negara
berpendapatan tinggi.
Selain itu, banyak indikator sosial dan kesehatan menunjukkan efek dari kemiskinan di
Negara-negara dengan pendapatan rendah. Rendahnya tingkat harapan hidup dan
pencapaian dalam bidang pendidikan menunjukkan rendahnya tingkat investasi sumber
daya manusia.
Ada perbedaan yang besar di antara Negara-negara berkembang. Beberapa tetap berkutat
dengan masalah kelaparan, di antaranya adalah Negara-negara termiskin seperti Chad,
Bangladesh, atau Somalia. Negara-negara lain yang pernah termasuk dalam kategori itu dua
atau tiga dekade yang telah naik peringkat ke tingkat Negara berpendapatan menengah.
Beberapa yang lebih sukses, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan, telah beranjak dari
kelompok Negara berkembang , dan yang paling sukses telah mencapai pendapatan per
kapita yang menyamai peringkat Negara berpendapatan tinggi. Negara yang kemarin masih
tetap berkembang namun sukses, esok akan menjadi Negara berpendapatan tinggi.

Pembangunan Sumber Daya Manusia

Tinjauan kehidupan di Negara termiskin di dunia mengingatkan kita akan pentingnya


pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, serta akan fakta bahwa
hidup melibatkan tidak hanya sekedar pendapatan pasar. Suatu pendekatan baru yang menarik yang
mengombinasikan indikator ekonomi dengan indikator sosial adalah Human Development Index, atau
HDI, yang dikembangkan oleh Program Pembangunan PBB (United Nations Development Program)
dengan dibantu oleh ekonom Amartya Sen dan Gustav Ranis. HDI memasukkan empat index yang
berbeda, yaitu GDP riil per kapita, tingkat harapan hidup pada kelahiran, pendidikan, dan tingkat buta
huruf pada orang dewasa. Gagasannya adalah bahwa pertumbuhan ekonomi harus dapat memperbaiki
tingkat kesehatan dan pendidikan pada masyarakat, serta penghasilan mereka juga.
EMPAT UNSUR DALAM PEMBANGUNAN

Proses Negara berpendapatan rendah yang meningkatkan standar hidupnya. Pertumbuhan ekonomi di
Amerika Serikat, yang tumbuh di output potensialnya, bergerak dengan empat roda, yaitu

1. Sumber daya manusia


2. Sumber daya alam
3. Formasi modal
4. Teknologi

Keempat Negara ini berjalan dengan baik di Negara kaya maupun miskin, maupun bauran dan strategi
pengombinasiannya akan berbeda-beda, bergantung pada tingkat pembangunannya.

Sumber Daya Manusia

Ledakan Populasi : Teori Malthus. Kebanyakan Negara miskin selamanya berlari kencang namun hanya
di tempat. Meskipun GDP Negara miskin meningkat, populasipun meningkat. Mengenai perangkat
populasi yang disebutkan dalam teori Malthus, dengan populasi yang berkembang demikian cepat
sementara pendapatan tetap berada pada tingkat sekedarnya. Sementara Negara-negara
berpendapatan tinggi telah meninggalkan teori Malthus sejak lama, Afrika masih terperangkap dalam
ikatan teori Malthus dengan tingkat kelahiran yang tertinggi dan pendapatan stagnan. Ekspansi populasi
belum berhenti, dan para ahli demografi memproyeksikan bahwa Negara-negara miskin akan
menambah sekitar 1 miliar penduduk pada 25 tahun mendatang.

Sulit bagi Negara-negara miskin untuk mengatasi masalah kemiskinan dengan adanya tingkat kelahiran
yang demikian tinggi. Tetapi ada jalan keluar bagi masalah kelebihan populasi. Salah satu strategi adalah
dengan dengan mengambil peran aktif dalam pengendalian pertumbuhan populasi, meskipun hal itu
dianggap bertentangan dengan norma-norma agama yang berlaku. Banyak Negara telah
memperkenalkan kampanye pendidikan dan subsidi terhadap keluarga berencana. Cina menerapkan
tekanan khusus dalam mengendalikan pertumbuhan populasi penduduknya yang berjumlah lebih dari 1
miliar, dengan menetapkan kuota yang ketat atas jumlah kelahiran, serta menjatuhkan denda dan
memerintahkan sterilisasi bagi pelanggar “kuota bayi”.

Bagi Negara-negara yang ingin meningkatkan pendapatan per kapita, ada prospek untuk membuat
transisi demografi, yang terjadi ketika populasi menjadi stabil dengan rendanya tingkat kelahiran dan
kematian. Ketika Negara telah cukup kaya, dan angka kematian bayi rendah, dengan sendirinya
masyarakat akan mengurangi angka kelahiran. Apabila kaum wanita telah terdidik dan dapat membuat
keputusan sendiri, biasanya mereka memutuskan untuk tidak menghabiskan hidup hanya untuk
mengurus anak. Keluarga-keluarga mengganti kuantitas dengan kualitas, dengan mencurahkan waktu
dan penghasilan mereka untuk pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak. Meksiko, Korea, dan Taiwan
telah menyaksikan bagaimana angka kelahiran menurun drastis ketika pendapatan meningkat dan
penduduk mendapat pendidikan yang lebih baik.

Lambat laun hasil dari pembangunan ekonomi dan pengendalian kelahiran mulai terasa. Tingkat
kelahiran di Negara-negara miskin telah menurun dari 42 per 1000 pada 1965 menjadi 30 per 1000
pada 1990, tetapi masih jauh lebih tinggi daripada tingkat kelahiran 13 per 1000 di Negara-negara
berpendapatan tinggi. Perjuangan melawan kemiskinan diiringi dengan kelebihan pertumbuhan
populasi yang terus-menerus.

Namun transisi demografi belum tercapai di mana pun. Masalah fertilitas terus mengalir deras di banyak
Negara tropis di Afrika, bahkan dengan adanya epidemi AIDS yang menyerang penduduk dan
menurunkan tingkat harapan hidup dengan cara yang belum pernah terjadi sejak wabah besar pada
awal abad ini. Teori Malthus menjadi momok di banyak Negara di Afrika Tengah.

Modal Sumber Daya Manusia

Para perencana ekonomi di Negara-negara berkembang menekankan program-program berikut secara


spesifik :

1. Mengendalikan penyakit dan meningkatkan kesehatan dan gizi. Menaikkan standar


kesehatan penduduk tidak hanya menyenangkan masyarakat tetapi juga menjadikan
mereka pekerja yang lebih produktif. Klinik-klinik perawatan kesehatan dan penyediaan air
minum yang aman merupakan modal sosial yang amat vital.

2. Memperbaiki pendidikan, menurunkan tingkat buta huruf, dan melatih para pekerja.
Masyarakat yang terdidik merupakan pekerja yang lebih produktif karena mereka dapat
menggunakan modal dengan lebih efektif, mengadopsi teknologi baru, dan belajar dari
kesalahan.

3. Di atas segalanya, jangan meremehkan pentingnya sumber daya manusia. Kebanyakan


faktor lainnya dapat diperoleh di pasar internasional. Kebanyakan tenaga kerja berasal dari
dalam negeri, walaupun kadangkala dapat bertambah banyak karena terjadinya imigrasi.

Sumber Daya Alam

Mungkin sumber daya alam yang paling berharga yang dimiliki Negara-negara berkembang adalah
adanya tanah yang subur. Banyak angkatan kerja di Negara berkembang dipekerjakan di pertanian. Oleh
karena itu, penggunaan tanah secara produktif, dengan konservasi, pemupukan, dan pengolahan yang
tepat, akan sangat meningkatkan output Negara miskin.

Selain itu, pola kepemilikan tanah merupakan kunci yang memberikan dorongan kuat bagi petani
untuk melakukan investasi berupa modal dan teknologi yang akan meningkatkan hasil tanah mereka.
Beberapa ekonom meyakini bahwa kekayaan alam dari minyak atau mineral bukan merupakan
anugerah yang murni. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Norwegia telah
menggunakan kekayaan alam mereka untuk membentuk dasar yang solid bagi ekspansi industri. Di
Negara-negara lainnya, kekayaan tersebut telah menjadi obyek jarahan dan rent seeking dari para
pejabat dan militer yang korup. Negara-negara seperto Nigeria dan Kongo ( dulu Zaire), yang memiliki
sumber daya mineral yang luar biasa melimpah, gagal mengubah aset mereka menjadi sumber daya
manusia yang produktif atau modal yang nyata karena para penguasa yang korup menyedot kekayaan
itu kedalam rekening bank mereka dan memboroskannya.

Pembentukan modal

Ekonomi modern membutuhkan modal yang amat banyak. Negara-negara harus menjauhkan diri dari
konsumsi saat ini untuk memperoleh tingkat hasil produksi menguntungkan yang berkesinambungan.
Tetapi disitulah letak kesulitannya, karena Negara-negara paling miskin memiliki standar hidup yang
paling rendah. Apabila Negara miskin, maka tindakan mengurangi konsumsi saat ini untuk menciptakan
konsumsi masa depan kelihatannya mustahil.

Negara yang memimpin tingkat pertumbuhan tertinggi menginvestasikan setidaknya 20 persen dari
output-nya untuk pembentukan modal. Sebagai perbandingan, Negara-negara agraris termiskin
seringkali hanya mampu menyisihkan 5 persen dari pendapatan nasionalnya. Selain itu, sebagian besar
dari jumlah simpanan yang hanya sedikit itu digunakan untuk menyediakan perumahan dan prasarana
bagi populasi yang terus bertambah . Hanya sedikit yang tersisa untuk pembangunan. Negara-negara
berkembang harus membangun infrastruktur, atau prasarana sosial, yang teridir dari proyek-proyek
berskala besar untuk mendukung ekonomi pasar.

Pada banyak Negara berkembang , masalah yang paling mendesak adalah terlalu sedikitnya jumlah
tabungan. Khususnya di daerah yang paling miskin, konsumsi saat ini yang sifatnya darurat bersaing
dengan investasi untuk sumber daya yang langka. Hasilnya adalah investasi yang terlalu sedikit dalam
modal yang produktif yang sangat diperlukan untuk mempercepat kemajuan ekonomi.

Perubahan Tekonologi dan Inovasi

Roda terakhir dan terpenting adalah kemajuan teknologi. Dalam hal ini Negara berkembang memilki
satu keuntungan besar, yaitu mereka dapat berharap untuk mengambil keuntungan dengan
mengandalkan kemajuan teknologi dari Negara yang lebih maju.

Meniru Teknologi

Negara-negara miskin tidak perlu menciptakan Newton modern untuk menemukan hokum gravitasi.
Mereka dapat membacanya di semua buku fisika. Mereka tidak perlu mengulangi ketertinggalan,
menempuh perjalanan yang berliku-liku menuju revolusi industry. Mereka dapat membeli traktor,
komputer, dan alat-alat bertenaga listrik yang bahkan tidak pernah diimpikan oleh para pedagang pada
masa lalu.
Jepang dan Amerika Serikat dengan jelas mengilustrasikan hal ini dalam sejarah pembangunannya.
Amerika Serikat menjadi contoh yang menjanjikan bagi dunia. Penemuan-penemuan kunci yang terkait
dengan asal mula penciptaan mobil hamper tidak diketahui secara luas oleh dunia. Meskipun demikian,
Ford dan General Motor menerapkan penemuan-penemuan asing dan dengan cepat menjadi pemimpin
dunia dalam industri otomotif.

Jepang belakangan bergabung dalam kompetisi industri, dan baru pada akhir abad sembilan belas
mengirim para pelajarnya ke luar negeri untuk mempelajari teknologi Barat. Pemerintah Jepang
mengambil peran aktif dalam menstimulasi langkah pembangunan dan membangun rel-rel kereta api
serta berbagai prasarana. Dengan mengadopsi teknologi asing yang bersifat produktif, Jepang masuk ke
posisinya sekarang sebagai Negara dengan ekonomi industri kedua terbesar di dunia. Amerika Serikat
dan Jepang sebagai contoh menunjukkan bagaimana Negara dapat maju pesat dengan mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pihak asing ke dalam kondisi pasar tertentu.

Kewirausahaan dan Inovasi

Teknologi maju dikembangkan untuk memenuhi kondisi-kondisi tertentu di Negara maju, termasuk
mencukupkan teknisi dan tenaga kerja terampil, menyediakan layanan listrik yang handal, dan
menyediakan jasa perbaikan dan suku cadang. Kondisi-kondisi ini tidak berlaku di Negara-negara miskin.

Salah satu tugas utama pembangunan ekonomi adalah memajukan semangat wirausaha. Negara tidak
dapat maju dengan pesat tanpa adanya sekelompok pemilik atau manajer yang bersedia untuk
mengambil resiko, membuka bisnis baru, mengadopsi teknologi baru, dan mengimpor cara-cara baru
dalam menjalankan bisnis. Pada tingkat yang paling fundamental, inovasi dan kewirausahaan maju pesat
ketika hak kepemilikan jelas dan lengkap, dan pajak-pajak serta hal-hal yang mengurangi profit secara
sia-sia (seperti korupsi) rendah dan dapat diprediksi. Pemerintah juga dapat membantu kewirausahaan
dengan memberikan layanan tambahan bagi para petani, melalui pendidikan dan pelatihan angkatan
kerja, dan mendirikan sekolah-sekolah manajemen.

Lingkaran Setan hingga Lingkaran Malaikat

Negara-negara miskin menghadapi rintangan besar dalam mengombinasikan empat unsur untuk
mencapai kemajuan, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya, dan inovasi. Selain itu, Negara-negara
menemukan bahwa kesulitan memperkuat satu sama lain dalam lingkaran setan kemiskinan.
Pendapatan rendah membawa pada tabungan yang rendah. Rendahnya tabungan memperlambat
pertumbuhan modal, ketidakcukupan modal menghambat masuknya mesin-mesin baru dan
pertumbuhan produktivitas yang cepat, rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan. Unsur-unsur lain dari kemiskinan adalah kurangnya kemampuan untuk memperkuat diri
sendiri. Kemiskinan disertai dengan rendahnya tingkat pendidikan, melek huruf, dan keterampilan, hal
ini menghalangi diadopsinya teknologi baru yang maju dan membawa pada pertumbuhan populasi yang
cepat, yang memakan habis perbaikan output dan produksi pangan. Untuk mengatasi hambatan-
hambatan demi mengatasi kemiskinan seringkali dibutuhkan usaha khusus di berbagai bidang, dan
beberapa ekonom pembangunan menyarankan adanya “dobrakan besar” untuk menghancurkan
lingkaran setan kemiskinan. Jika Negara beruntung maka dengan membuat langkah-langkah secara
bersamaan untuk membuat lebih banyak investasi, memperbaiki kesehatan dan pendidikan,
mengembangkan keterampilan, dan mengekang pertumbuhan populasi, lingkaran setan/kemiskinan
dapat hancur dan lingkaran kemakmuran pembangunan ekonomi terstimulasi dengan cepat.

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Ahli-ahli sejarah dan sosial telah lama kagum melihat adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi di
antara berbagai Negara. Beberapa teori awal, bertekanan pada iklim, dan mencatat bahwa semua
Negara maju terletak di wilayah beriklim sedang. Teori lainnya mengacu pada adat, budaya, atau agama
sebagai faktor kunci. Max Weber menekankan “etika Protestan” sebagai kekuatan pendorong di balik
kapitalisme. Selanjutnya Mancur Olson berargumen bahwa Negara-negara mulai menurunkan etika
struktur keputusan mereka menjadi rapuh dan kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan atau
oligarki mencegah dilakukannya perubahan sosial dan ekonomi. Tidak diragukan lagi bahwa masing-
masing teori ini memiliki waktu dan tempat tertentu, tetapi tidak digunakan sebagai penjelasan
universal dari pembangunan ekonomi. Teori Weber tidak dapat menjelaskan mengapa peradaban
bermula di Timur Dekat dan Yunani, sementara orang-orang Eropa yang kini dominan justru tinggal di
gua-gua, memuja trol, dan mengenakan kulit beruang. Bahkan pada zaman modern, masyarakat
menjadi terpaku pada penjelasan yang sederhana dan menyeluruh mengenai pembangunan ekonomi.
Dua dekade yang lalu, masyarakat menganggap subtitusi impor (mengganti barang-barang impor
dengan produk domestik) sebagai strategi pembangunan yang paling aman. Kemudian pada era 1970-
an, ketergatungan pada teknik intensifikasi tenaga kerja dianggap paling menguntungkan. Saat ini,
sebagaimana yang akan kita lihat, para ekonom cenderung bertekanan pada kekuatan pasar dengan
orientasi keluar. Sejarah mengenai hal ini harus dapat menjadi peringatan agar waspada pada
pendekatan yang terlalu sederhana terhadap proses yang kompleks. Setiap pendekatan
menggambarkan bagaimana Negara-negara dapat menghancurkan lingkaran setan dan mulai
memobilisasi empat roda pembangunan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai