Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Daffa Camilla & Ardella Rahadewi Saputri

Kelas : XII MIPA 4


Subjek : Tugas Geografi Akhir

Permasalahan Negara Berkembang

Tingginya Angka Ketergantungan Komoditas Impor

Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu
negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat
beberapa masalah yang muncul pada suatu negara yang dikategorikan sebagai negara
berkembang. Salah satu masalah yang terjadi yaitu tingginya angka ketergantungan komoditas
impor oleh negara berkembang tersebut, khususnya terhadap negara lain yang memiliki
komoditas ekspor tinggi. Walaupun jika dilihat dari sejarah, telah dibuktikan bahwa sampai pada
abad ini belum ada negara yang benar-benar mandiri tanpa ketergantungan dengan negara lain.
Namun, masalah ini dapat menjadi problematik yang dapat memperburuk negara tersebut jika
dibiarkan dalam jangka waktu lama.
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), setelah perang dunia II negara-negara
berkembang akan membutuhkan bantuan untuk pengembangan. Hal tersebut terbukti dan
berlangsung hingga kini. Salah satu contoh, Indonesia sendiri pada waktu itu dikategorikan
sebagai salah satu negara berkembang. Indonesia sangat bergantung pada kommoditas impor dari
negara lain. Berdasarkan data neraca perdagangan Badan Pusat Statistik (BPS), defisit
perdagangan antara Indonesia dan China per Mei 2017 mencapai US$5,89 miliar. Selain itu pada
tahun 2013, Thailand, Singapura, dan Malaysia menjadi tumpuan ketergantungan oleh negara
Indonesia sebesar 18,63% yang masing-masing memberi peranan 7,5%, 7,18%, dan 3,95%.
Kurang lebih sudah 26.000 Juta US$ yang telah dikeluarkan oleh Indonesia kepada tiga negara
tersebut. Semakin tingginya angka ketergantungan tersebut, maka dapat mengakibatkan
kemerosotan sekuler seperti pada imbangan pendapatan. Hal itu dapat berdampak pada neraca
pembayaran yang nantinya akan memperbesarkan nilai hutang terhadap luar negeri. Pemasukan
modal asing (seperti mesin impor) untuk mengembangkan dan memperluas sektor ekspor justru
dapat menjadi celah bagi modal asing tersebut untuk mengelola sektor dalam negeri yang
akhirnya mengakibatkan monopoli dagang. Tidak hanya sektor perdagangan, ada pula sektor lain
yang dapat dikendalikan seperti perkebunan dan pertambangan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan pengeksploitasian sumber daya. Ketergantungan terhadap negara lain juga dapat
menurunkan daya kreativitas akibat terlalu bergantungnya negara terhadap sektor pertanian
negara lain. Produktivitas penduduk juga akan terganggu sehingga dapat berujung pada tingginya
angka pengangguran.
Masalah ketergantungan komoditas impor ini dapat diatasi dengan berbagai usaha
diantaranya meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan produktif seperti
pemberian modal kecil usaha. Pengelolaan pajak juga berperan penting sehingga harapan
kedepannya pemerintah dapat berlaku adil, terutama pajak barang mewah. Mencintai produk
dalam negeri juga merupakan tindakan kecil yang dapat dijadikan sebagai senjata preventif.
Alangkah lebih baiknya lagi jika negara berkembang dapat mengembangkan tingkat produksi
dari sumber daya yang ada supaya masalah ketergantungan terhadap komoditas impor dapat
diatasi.

Sumber :
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWvZrXovjnAh
X9lEsFHScOBKQQFjACegQIBBAB&url=https%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola
%2Fread%2F2020%2F02%2F23%2F170000169%2Farti-dan-ciri-ciri-negara-berkembang
%3Fpage%3Dall&usg=AOvVaw0ZdtEsMNtsVqNRCd1QxDeF
https://www.kompasiana.com/albanjary/54f77c5ea33311406b8b45cb/ketergantungan-indonesia-
terhadap-negara-tetangga
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170615144618-92-221977/indonesia-masih-
ketergantungan-impor-dari-china
Permasalahan Negara Maju

Ketidakseimbangan Populasi

Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif
tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Walaupun negara maju mempunyai
kualitas hidup dan kesejahteraan tingkat tinggi. tak terlepas pula pada masalah yang timbul pada
negara maju sendiri. Ketidakseimbangan populasi menjadi salah satu masalah yang
mendominasi. Hal ini dapat berpengaruh terhadap populasi negara tersebut dalam jangka
panjang. Karena bagaimanapun, populasi tersebut harus diseimbangkan untuk kelangsungan
hidup mereka dan keturunannya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menggunakan lebih dari 8.000
sumber data mengenai pertumbuhan masyarakat global. Hasilnya menunjukkan bahwa meski
populasi dunia meningkat dari 2,6 miliar pada 1950 dan 7,6 miliar tahun lalu, pertumbuhannya
tidak seimbang jika disesuaikan dengan wilayah dan pendapatan. 91 negara, terutama di benua
Eropa dan Amerika, tidak memproduksi angka kelahiran anak untuk mempertahankan populasi
mereka saat ini Sementara itu, lain hal di Asia dan Afrika, populasi terus meningkat. Negara
maju yang tidak memproduksi angka kelahiran anak yang cukup, bagaimanapun hal ini tentu
merupakan ketidaksuburan bagi negara tersebut. Berdasarkan data IHME, Republik Siprus
merupakan negara paling tidak subur di planet ini, dengan rata-rata perempuan melahirkan satu
anak sepanjang hidupnya. Jika ditinjau dari negara lain dengan tingkat kelahiran rendah, Jepang
merupakan negara maju dengan tingkat kelahiran rendah yang memfasilitasi jika terdapat ibu
yang berniat melahirkan anak. Program ini memberikan hadiah persalinan pada para ibu berupa
tunjangan sebesar 300.000 Yen atau sekitar Rp38 juta. Program tersebut diterapkan di kawasan
Nagicho yang tingkat kelahirannya sangat rendah. Seperti dikutip dari Express.co.uk, kebijakan
tersebut ternyata meningkatkan angka kelahirkan secara signifikan. Untuk di Nagicho terjadi
peningkatan dari 1,4 ke 2,8 pada 2014. Tapi sayangnya, setelah 2014 angka kelahiran kembali
menurun, yaitu 1,9. Pemerintah setempat juga akan memberi subsidi pendidikan sebesar 90.000
Yen setiap tahun pada anak seluruh anak Fukuda. Subsidi tersebut diberikan setelah anak
tersebut mencapai sekolah menengah hingga selesai. Sekarang beberapa kota di Finlandia juga
telah memperkenalkan program bonus bayi mulai dari beberapa ratus euro hingga €10.000, atau
setara Rp155,5 juta karena tingkat kelahiran yang rendah.
Ketika populasi Eropa terus menurun, banyak desa kecil dan kota besar akan terus
mencoba menerapkan program untuk meningkatkan angka kelahiran mereka. Tapi hal ini bukan
semata-mata mengenai materi. Data dari para ahli dan warga sama-sama menunjukkan bahwa
membuat orang untuk melahirkan anak adalah masalah kompleks yang tidak akan diselesaikan
dengan program baru ataupun cek saja. Sehingga perlu adanya kesadaran diri bahwa
mempertahankan populasi adalah hal yang penting karena hidup tidak semata-mata mengenai
karir saja.
Sumber :
https://nationalgeographic.grid.id/read/13997295/studi-ada-ketidakseimbangan-populasi-di-
negara-maju-dan-berkembang
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-50205201
https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/enaknya-ibu-di-jepang-setelah-melahirkan-dapat-
rp38-juta-180223f.html

Anda mungkin juga menyukai