Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MK.

AGROFORESTRI
“PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)”

Disusun Oleh:

Nama : Zaenab Nuraini Surya H. Y.


NIM : 205040200111053
Kelas : C
Dosen : Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, M.S.

DEPARTEMEN TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
PENDAHULUAN

Program pemerintah mengenai perhutanan sosial yang dilaksanakan sejak


tahun 1999 belum memberikan hasil yang signifikan dan menyebabkan kerusakan
hutan terus terjadi. Hal ini terjadi akibat belum adanya persamaan persepsi antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya pengelolaan sumberdaya hutan.
Pengaturan dan penataan kelembagaan dari pemerintah dan masyarakat diperlukan
untuk pengembangan agroforestri di Indonesia. Pengembangan agroforestri
memerlukan suatu cara khusus sehingga dapat diterima masyarakat, salah satunya
melalui pendekatan secara ekonomi yang mampu memberikan tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi baik terhadap aspek sosial maupun ekologi. Adapun hutan yang
dapat dijangkau akses kelola masyarakat pada tahun 2007 hingga 2014 yaitu hanya
449.104,23 Ha. Hingga kurang lebih tiga tahun masa cabinet kerja, seluas
604.373,26 Ha kawasan hutan telah legal akses kelola masyarakat.
Pulau Jawa merupakan pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia dan
sebagian besar penduduk pedesaan hidup di sekitar hutan. Kondisi penduduk yang
memiliki tingkat pendapatan rendah menyebabkan terjadinya tekanan pertumbuhan
sosial dan ekonomi di kawasan hutan. Kondisi tersebut menyebabkan adanya
konflik antara penduduk dengan Perum Perhutani di Pulau Jawa. Berdasarkan
kondisi tersebut, PerumPerhutani menerapkan strategi dengan membuka 90.000 Ha
kawasan hutan negara di Pulau Jawa dalam rangka program perhutanan sosial.
Program tersebut diperkenalkan pada tahun 2001 sebagai PHBM (Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat). Program PHBM bertujuan untuk mengurangi konflik
di kawasan hutan apabila semua stakeholder mampu berkontribusi dalam
pengelolaan hutan.
PEMBAHASAN
PHBM merupakan sistem pengelolaan Sumber Daya Hutan yang terdiri atas
kolaborasi antara Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan atau stakeholder dengan
tujuan mencapai keberlanjutan dan meningatkan Indeks Pembangunan Manusia
yang fleksibel, partisipatif serta akomodatif. Kondisi penduduk di Pulau Jawa pada
tahun 2007 adalah sebesar 116 juta jiwa dan merupakan 60% dari keseluruhan
penduduk Indonesia, sedangkan luas hutan perhutani yaitu 2,5 juta Ha dengan
jumlah Desa Hutan 5.595 dengan penduduk sebesar 28 juta jiwa. Para pelaku
PHBM yaitu LMDH dan perhutani memiliki hak dan kewajiban masing-masing
dalam pelaksanaan PHBM. Adanya LMDH dalam PHBM berfungsi sebagai
penggerak pembangunan masyarakat menuju masyarakat yang maju, mandiri dan
sejahtera. Adapun peranan Perhutani dalam PHBM yaitu melakukan penyuluhan,
pembnaan serta merencanakan kegiatan.
Perum Perhutani melakukan kemitraan dengan masyakat desa hutan dalam
upaya pengelolaan hutan di Pulau Jawa dalam bentuk PHBM. PHBM hanya
diterapkan di Pulau Jawa karena jumlah penduduk di Pulau Jawa yang semakin
banyak dan jumlah lahan hutan semakin berkurang. Luasan hutan di luar Pulau
Jawa juga masih terbilang luas dibandingkan luasan hutan di Pulau Jawa. Selain itu
jumlah penduduk di luar Pulau Jawa juga tidak sepadat jumlah penduduk di Pulau
Jawa sehingga PHBM efektif diterapkan di Pulau Jawa. Adapun tujuan
diterapkannya PHBM di Pulau Jawa yaitu untuk meningktkan tanggung jawab
Perhutani, masyarakat desa hutan dan stakeholder terkait terhadap sumberdaya
hutan.
Permasalahan dan konflik antara masyarakat desa hutan dengan perhutani
dalam pelaksanaan PHBM. Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan
sistem bagi hasil yang dianggap hanya menguntungkan sebelah pihak antara
perhutani dengan masyarakat desa hutan. Kondisi tersebut dapat diatasi melalui
pendekatan yang dapat diterima dan seimbang antara dua belah pihak. Adapun hal-
hal yang dapat diperhatikan dalam tahap pelaksanaan PHBM sehingga nantinya
dapat menghindari konflik yaitu melakukan sosialisasi dan dialog, kelembagaan,
negosisasi, perjanjian serta pelaksanaan kegiatan yang terus dipantau dan
dievaluasi. PHBM yang dilakukan secara tepat akan menciptakan hubungan
kemitraan yang saling menguntungkan dan mampu memberikan dampak positif
terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

KESIMPULAN

Keberhasilan agroforestri dapat didukung oleh pengaturan serta penataan


kelembagaan melalui program PHBM. Pendekatan yang mengutamakan
kepentingan ekonomu masyarakat desa hutan memberikan dampak yang lebih baik
terhadap tingkat keberhasilan pengelolaan agroforestri. Proses negosiasi dan
perjanjian harus mampu memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak
sehingga dapat terwujud keharmonisan serta mampu berdampak positif terhadap
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai