Anda di halaman 1dari 116

TERJEMAHAN

因果游记
KELILING KASUS SEBAB AKIBAT

( 非卖品,赐送结缘 )
DIBAGI SECARA CUMA-CUMA
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
NOT FOR SALE, FREE DISTRIBUTION
DAFTAR ISI

HUI TE YUAN CIUN .............................................................................. 3


BUDDHA PENANGGUNG JAWAB KUIL ................................................ 4
NABI LAO TZI ....................................................................................... 4
BUDDHA KUAN IN ............................................................................... 5
Pendahuluan ....................................................................................... 7
HAKIM NERAKA TINGKAT KE-5 ........................................................... 7
TIGA AMAL ....................................................................................... 7
BAB I .................................................................................................. 8
BAB 2 .................................................................................................. 13
BAB 3 .................................................................................................. 18
BAB 4 ................................................................................................... 22
BAB 5 .................................................................................................. 27
BAB 6 .................................................................................................. 30
BAB 7 .................................................................................................. 34
BAB 8 .................................................................................................. 37
BAB 9 .................................................................................................. 40
BAB 10 ................................................................................................ 44
BAB 11 ................................................................................................ 47
BAB 12 ................................................................................................ 52
BAB 13 ................................................................................................ 57
BAB 14 ................................................................................................ 61
BAB 15 ................................................................................................ 65
BAB 16 ................................................................................................ 69
BAB 17 ................................................................................................ 73
BAB 18 ................................................................................................ 78
BAB 19 ................................................................................................ 83
BAB 20 ................................................................................................ 87
BAB 21 ................................................................................................ 92
BAB 22 ................................................................................................ 98
BAB 23 ................................................................................................ 102
BAB 24 ................................................................................................ 107
NABI KONG HU CU ............................................................................. 112
YESUS ................................................................................................. 113
Kutipan Pesan .................................................................................... 114
HUI TE YUAN CIUN
( Gelar kedudukan tingkat Dewata dari Almarhumah “Medium” Lin Xi Nien )
Mendapatkan Titah Tuhan menurunkan petunjuk Suci :

Tanggal 25 – 12 – 2004
Saya mendapat Titah Tuhan khusus datang untuk mengumumkan pembuatan
buku baru, Ibunda Suci ( Tuhan Yang Maha Esa ) menamakannya “Keliling Kasus Sebab
Akibat”, Titah diturunkan untuk pembuataanya, Malaikat dan manusia bersatu
bersama-sama menjalankannya dengan hormat.
Yang mendapatkan Titah Suci Tuhan adalah Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien Cen
untuk mewakili Tuhan membabarkan kebenaran sekuat tenaga, terutama saudara
Wang Wen Ti dan pengurus Kuil Thung Sheng Ming Ching suami-istri beserta umat di
Kuil, dengan penuh semangat melaksanakan bersama-sama, berulang kali akan
diturunkan petunjuk suci, menjelaskan kemukjizatan yang ada di alam, menyelamatkan
umat manusia tak terhitung jumlahnya, memupuk amal kebajikan yang besar.
Tuhan merasa senang, sehingga setelah buku “Keliling Neraka” sudah selesai,
Khusus memberikan pembuatan buku baru, bahkan sendiri memberi nama “Keliling
Kasus Sebab Akibat” serta menunjuk Buddha Ci Kung menjadi Buddha Pelaksana,
pengurus Kuil Chien Cen yaitu Thung Sheng Ming Ching sebagai Medium, setiap hari
Sabtu adalah waktu untuk menjalankan tugas, setelah buku selesai akan diumumkan
penghargaan sesuai amalnya, demikian petunjuk diberikan.

Juga menambahkan :
Hari ini saya gembira bisa meminjam kesempatan ini kembali ke Kuil
mengumumkan Titah Tuhan, menyampaikan pesan pada para budiman, setelah saya
meninggal dunia, roh saya di bawa Buddha Ci Kung keliling 10 tingkat alam Neraka, lagi
pula anak saya Ming Ching dan menantu saya berbakti Li Ling terus memupuk amal
kebajikan di Kuil, juga atas perlindungan dari Buddha penanggung jawab Kuil Chien
Cen dan bimbingan Nabi Lao Tzi, barulah saya ada kesempatan mencapai keberhasilan,
terlepas dari derita 6 Jalur Tumimbal Lahir.
Tuhan bermaksud meminjam kesempatan ini, agar manusia di dunia paham, bisa
bergiat mewakili Tuhan membabarkan kebenaran, maka Tuhan tidak akan
mengecewakan kalian.

HUI TE YUAN CIUN ( Almarhumah Medium Lin Xi di Kuil Pembinaan Chien Cen )

*****
Tanggal 25 – 12 – 2004
BUDDHA PENANGGUNG JAWAB KUIL
NAIK KE TAHTA MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :
Sungguh bahagia dan disyukuri, Kuil ini mendapatkan Titah Suci lagi, terutama
Almarhumah Ibunda dari Medium Thung Sheng yang membawa sendiri Titah Suci ke
Kuil untuk diumumkan, maknanya sungguh luar biasa, ini merupakan rezeki dari semua
umat yang sehari-hari bergiat menjalankan, Kuil ini terus mendapatkan Titah Suci tiada
henti, juga menunjukkan hasil dari mewakili Tuhan dalam menjalankan Kebenaran,
sehingga mendapat pengakuan dari Tuhan dan para Buddha, para budiman sekalian
mempertahankan keyakinan ini untuk terus mewakili Tuhan membabarkan kebenaran,
sebagai tanda terima kasih atas berkah yang dilimpahkan oleh Tuhan.
Memerintahkan Malaikat Upacara bertugas di radius 5 km dari Kuil, Malaikat
pelaksana tugas berada di radius 10 km untuk menyambut dengan hormat kedatangan
Utusan Suci, selebihnya Malaikat dan manusia pembina berbaris di kuil menunggunya,
jangan tidak sopan, sudah, saya mundur.

*****

NABI LAO TZI

UTUSAN SUCI MEMBERIKAN PETUNJUK SUCI :


Mendapatkan Titah dari YII TI ( Penguasa Alam Hawa ) yang mendapatkan Titah
Suci dari Tuhan, khusus membawa Titah Suci kemari untuk diumumkan,
memerintahkan semua Malaikat dan manusia di Kuil Chien Cen, para pembina
mengatupkan kedua telapak tangan, bersama-sama menyambut dengan hormat Titah
Suci, jangan ada yang tidak sopan.
Perintah Suci
Mendapatkan Perintah Penguasa Alam Hawa yang mendapat Titah Tuhan Yang
Maha Esa.
Saya dengan hormat merendah, setiap saat mematuhi perintah Tuhan, setiap
kali melihat manusia di dunia tidak percaya dengan “Hukum Karma Sebab Akibat”,
mengejek serta menjelekkan Malaikat dan Kebenaran, telah menciptakan dosa
kesalahan besar, begitu hukuman balasan sudah sampai, nyawanya sudah tidak bisa
selamat, hari ini tsunami yang terjadi di Asia Selatan Tenggara juga merupakan salah
satu contoh.
Saya tidak tega melihat manusia tidak paham akan “Hukum Karma Sebab
Akibat” lantas menciptakan dosa, tidak bisa lepas dari derita, khusus mendapat Titah
Tuhan, yang memerintahkan Buddha Ci Kung untuk membawa “Medium” Thung Sheng
Ming Ching, keliling ke alam roh di 3 alam untuk mengumpulkan bukti kasus “Sebab
Akibat” secara nyata, Ibunda Suci memberi nama sendiri “Keliling Kasus Sebab Akibat”
Saya memerintahkan para suci ( Malaikat ) bersama membantu menyelesaikan
buku suci ini, setelah selesai akan diberi penghargaan sesuai dengan amal masing-
masing, jangan sembarangan melalaikannya, bersujud berterima kasih.

UTUSAN SUCI, NABI LAO TZI MENGUMUMKAN DI KUIL PARA PEMBINA CHIEN CEN,
KUIL NAN THIAN CE SIA CHIEN CEN

Selamat pada Kuil yang bersangkutan, membuat buku tiada henti, ini karena
Malaikat dan manusia di Kuil bersatu menjalankan, lalu Tuhan memberikan tanggung
jawab besar, mengharapkan para pembina bergiat menjalankan tugas besar dalam
penyelamatan manusia, memupuk hasil besar, manalah sulit untuk mencapai tingkat
Dewata dan Buddha? Bersemangatlah, sudah, saya dengan gembira pulang ke Nirwana
mempertanggung-jawabkan tugas suci yang saya emban.

Tanggal 15 – 01 – 2005

BUDDHA PENANGGUNG JAWAB KUIL NAIK TAHTA MEMBERIKAN PETUNJUK SUCI

Kuil ini beruntung mendapat Titah Suci untuk membuat buku lagi, sungguh di
pandang penting oleh Tuhan, saya berharap semua orang di Kuil bisa bergiat bersama
memberi dorongan untuk melakukan pembabaran penyelamatan, kelak tiada
diragukan akan mencapai kesempurnaan di Nirwana.

*****
BUDDHA KUAN IN

MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Tanggal 22 – 01 – 2005
Saya mendapat Titah Suci dari Tuhan dan Penguasa Alam Hawa ( YII TI ) khusus
hadir di sini untuk membuat pendahuluan buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”
Pendahuluan :
Manusia di dunia mengatakan “Hukum Karma Sebab Akibat” adalah omong
kosong, bahkan meremehkan keberadaan Malaikat dan Hantu, karena itu melakukan
berbagai pembunuhan makhluk hidup, dengan hati jahat menjalankan hasrat
keinginannya, karena itu Tuhan menurunkan bencana untuk menghukum manusia di
dunia, tapi manusia masih belum sadar juga, masih tetap mementingkan diri sendiri,
membuat Tuhan dan para Buddha suci bersedih meneteskan air mata.
Kuil Thai Ciang Nan Thian Ce Sia Chien Cen, mendapat Titah Tuhan lalu
menyebarkan kebenaran secara luas, menyelamatkan banyak umat manusia, telah
memupuk amal kebajikan yang besar.
Buddha Ci Kung meskipun sudah mencapai kesempurnaan dengan kedudukan
yang tinggi, bahkan setiap kali melihat penderitaan umat manusia merasa tidak lega,
hanya menikmati kesenangan diri di Nirwana, sehingga sibuk lalu lalang di alam
manusia dan Nirwana.
Pengurus Kuil Thung Sheng mempunyai kearifan, sekarang mendapat Titah
Tuhan, demi menyelamatkan umat manusia mengucapkan ikrar besar, Guru dan murid
bersama-sama menjalankan misi Tuhan, merupakan amal kebajikan yang tinggi. Saya
sudah lama mencapai kesempurnaan, mendapat kedudukan Buddha pada beberapa
laksa yang lalu dengan gelar “Ceng Fa Ming Ju Lai”, karena melihat umat manusia
melakukan banyak dosa kesalahan, tidak tahu introspeksi diri, sehingga jatuh ke dalam
6 Jalur Tumimbal Lahir, tidak bisa keluar dari penderitaan, sehingga dengan posisi
sebagai Boddhisatva masih menampilkan diri untuk menyelamatkan manusia terlepas.
Hari ini merasa gembira melihat buku baru “Keliling Kasus Sebab Akibat”, saya
senang bisa membuat pendahuluan buku, untuk disebarluaskan, untuk menyadarkan
para budiman yang berhati welas asih, banyaklah membantu mencetak buku ini,
amal kebajikan tiada tara, demikianlah pendahuluan.

NAN HAI CE CU LIN KUAN IN TA SHI

MEMBUAT PENDAHULUAN DI KUL PEMBINAAN CHIEN CEN

KUIL NAN THIAN CE SIA CHIEN CEN

Tanggal 22 – 01 – 2005

*****
HAKIM NERAKA TINGKAT KE- 5
MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :
Saya mendapat Titah Suci dari Tuhan Yang Maha Esa yang khusus diturunkan
pada Vihara Chien Cen Thang demi dibuat buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”, hukum
karma sebab akibat tidak hanya dibahas oleh orang agama Buddha, pada saat
terciptanya Langit dan Bumi, Cuma ada hukum alam.
“Sebab” merupakan beban yang harus ditanggung oleh manusia yang berbuat
tidak baik, “Akibat” adalah pada saat jodoh karma sudah matang, pasti akan menerima
hasil perbuatannya yang buruk. “Sebab” merupakan sebab manusia di dunia
melakukan perbuatan baik dan memupuk kebajikan. “Akibat” merupakan balasan
yang didapat dengan menjadi Dewa, anak cucu kaya dan berkedudukan.
Manusia di dunia sering menganggap Setan dan Malaikat itu tidak ada,
memadamkan hati nurani dan bertindak sembrono, hatinya keji tidak membantu umat
manusia terlepas dari derita malahan dicelakai, membuat keluarga orang berantakan,
hartanya habis, anak istri tercerai berai, memperkosa anak istri orang, bersiasat
menguasai harta kekayaan orang lain, bagaimana mungkin Tuhan tidak memberikan
hukuman sebagai balasan perbuatan jahatnya ? Kalau tidak, bagaimana bisa
menampilkan ketegakkan hakekat kebenaran ? orang yang berbuat baik, setiap hari
introspeksi pembinaannya, kebajikannya, tidak melakukan segala perbuatan jahat,
menjalankan segala kebaikan, senantiasa memikirkan umat manusia, sama sekali tidak
memikirkan kesenangan pribadi.
TIGA AMAL
“Amal : Harta, Dharma, Semangat atau Tenaga” dijalankan bersama-sama,
semasa hidup dengan tulus menjalankan TAO “ Kebenaran” dan membinanya, setiap
hari berbuat baik, memupuk kebajikan tersembunyi secara luas, pada saat ajal sudah
sampai pasti akan di jemput Buddha untuk kembali ke Surga, menjadi Buddha, Dewata
atau Malaikat tingkat menengah atau bawah, atau menikmati kesenangan Surgawi dan
terlepas dari derita 6 Jalur Tumimbal Lahir, dengan giat membina dan menjalankan
semasa hidup di dunia, bersusah payah memupuk kebajikan. Jika tidak demikian,
bagaimana bisa meninggalkan nama harum sebagai orang yang berkebajikan ?
Saya bertugas di Neraka Tingkat ke-5 setiap kali melihat umat di dunia tidak
tahu untuk membina dan berbuat kebaikan, sampai ajalnya datang, baru tahu
menyesal dan sadar, tapi saat itu sudah terlambat ! Sekarang TAO diturunkan ke
dunia, untunglah di Taiwan, Sincu, Vihara Nan Thien Ce Sia Chien Cen, mendapat Titah
Tuhan untuk mengembangkan ajaran, Malaikat dan Manusia bersatu untuk
membabarkan TAO sekuat tenaga, sehingga mendapat Titah Tuhan untuk membuat
buku terus menerus, sungguh amal tiada tara.
Pada awal terbitnya buku, pendahuluan dari saya sampai di sini.
Saya Hakim Neraka Tingkat ke-5, Thien Ce Pao Ceng memberikan Pendahuluan di
Kuil Pembinaan Chien Cen.
Tanggal 29 – 01 – 2009
*****
BAB I

Tanggal 26 – 01 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Pada saat manusia di dunia lagi sehat dan kuat, dimbimbing oleh orang baik
untuk memupuk kebajikan, bukan tidak saja dihiraukan, tidak dipercaya, tidak
ditanyakan, bahkan menertawakannya sebagai orang bodoh. Tidak percaya akan
Hukum Karma Sebab Akibat, tidak hormat akan 3 Mustika, tidak menjalankan
Kebaikan, ucapannya kotor, menjelekkan Buddha dan Malaikat, ini merupakan dosa
besar.
Mengharapkan manusia di dunia yang ada lakukan pelanggaran ini, cepat
cepatlah sadar dan bertobat, kalau tidak, begitu balasan hukumannya sudah datang
maka menyesal pun sudah terlambat !

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, apakah melewati Tahun Baru dengan gembira ?

Thung Sheng : Disini murid memberi salam sejahtera kepada Guru dan juga
mengucapkan Selamat Tahun Baru, sudah lama tidak bertemu Guru. Murid
sangat kangen, sebenarnya tahun ini lalui dengan tidak bahagia !

Buddha Ci Kung : Apa yang kamu risaukan ?

Thung Sheng : Tahun lalu ibu saya meninggal, kemudian di Asia Selatan ada
tsunami dahsyat, korban meninggal ada 250.000 orang lebih, hati murid terasa
sedih, kakak ipar istri saya juga meninggal dalam usia 46 tahun, membuat saya
merasakan hidup ini demikian tidak kekal !

Buddha Ci Kung : Murid mempunyai hati iba dan kasihan pada manusia, sungguh
tidak mudah, ini merupakan perwujudan dari pembinaan, meskipun ibumu
sudah meninggal, tapi sudah di jemput oleh Guru, sekarang sudah capai
kedudukan “Hui Te Yuan Ciun”, mestinya hati kamu tentram, apalagi
belakangan ini ibumu sering kunjungi kamu, apakah kamu merasakannya?

Thung Sheng : Ada! Sering melihat roh ibu hadir di Vihara, bagaikan semasa hidup,
hati jadi tentram

Buddha Ci Kung : Sebelum Tsunami di Asia Selatan, saat Roh Wang Sheng diajak
keliling, sudah dikasih tau, sayangnya manusia di dunia belum sadar dan paham,
sayang sekali. Asia Selatan ada bencana demikian menunjukkan karma yang
sangat berat, ditambah lagi karma berat yang dilakukan umat manusia berupa
perzinahan, pembunuhan, meremehkan 3 Mustika, tidak hormat pada Langit
dan Bumi, Malaikat dan Hantu, barulah ada bencana demikian , manusia tidak
bisa menyelamatkannya. Lagipula kakak ipar istri kamu mempunyai karma berat
dalam membunuh makhluk hidup, usia baru memasuki dewasa matang tapi
berumur pendek, sayang sekali ! roh dia sekarang berada di alam gelap, kamu
boleh berikar menyelamatkan dia.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru, murid memohon Guru melindungi
Ibunda saudara-saudari He agar sehat walafiat.

Buddha Ci Kung : Guru sudah membahasnya dengan Buddha penanggung jawab


untuk melindungi dia, kamu tenang saja.

Thung Sheng : Terima kasih pada Guru. Juga memberanikan diri untuk bertanya
pada Guru, hari ini merupakan permulaan membuat buku “Keliling Kasus Sebat
Akibat”, kita akan kemana mewawancarai kasus sebab akibat?

Buddha Ci Kung : Yang dekat saja, di Sin Cu, Mari berangkat ikut Guru.

Thung Sheng : Kita berdua Guru dan murid harus bagaimana perginya ?

Buddha Ci Kung : Lihat saja, nanti juga tahu.


( Pada saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, tiba-tiba muncullah
seekor Naga emas, berkilau cemerlang, di atas Vihara Chiien Cen ada gumpalan
awan yang indah, Buddha CI Kung membawa Thung Sheng menaiki Naga emas
menuju ke tempat tujuan hari ini.)

Thung Sheng : Wah! Naik Naga untuk kedua kalinya, hati terasa berseri-seri dan
aneh, memberanikan diri untuk bertanya pada Guru, Bagaimana asal datangnya
Naga ini ? apakah boleh di kasih tahu ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Thung Sheng sangat beruntung, Naga emas ini
merupakan Naga pelindung yang ada di samping Buddha, sudah membina
sampai tingkat Boddhisatva ke-10. Hanya para Buddha yang bisa
mengendarainya, hari ini karena mempermudah kamu membuat buku, baru
ada rejeki ini, sulit didapatkan lho... !

Thung Sheng : Terima kasih atas kewelas-asihan Buddha, memberikan Naga


perlindungan untuk jadi kendaraan dalam membuat buku ini, Cuma murid
merasa tidak ada amal kebajikan, tapi mendapat perlindungan dari Buddha,
rasanya malu dan bersalah.
Buddha Ci Kung : Murid Budiman punya hati ini, layak dipuji. Kamu merendahkan hati,
merupakan perwujudan dalam membina, andaikan Guru tidak kasih tau,
dikhawatirkan kamu tidak tahu. Sebelumnya kamu pernah dapat titah untuk
membuat buku “Keliling Surga” yang disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia,
sudah memberikan dampak yang besar para Buddha di Nirwana juga bahagia,
karena itu baru bisa mendapat Naga emas pelindung sebagai kendaraan dalam
membuat buku ini, karena amal kamu mewakili Tuhan untuk mebabarkannya.

Thung Sheng : Ternyata demikian. Belakangan ini Vihara agak ramai, orang yang
datang minta petunjuk makin banyak, setiap kali menyelamatkan dunia, buat
buku, Vihara dipenuhi oleh orang-orang berkebajikan, bahkan sebagian tidak
dapat tempat duduk, sungguh berterima kasih dan tidak enak hati pada orang-
orang berkebajikan.

Buddha Ci Kung : Ibunda Suci sudah menyetujui membantu pembangunan “Chien Cen
Ta Tao Ling Siu Yuan” dengan sendirinya akan berhasil pembangunannya. Boleh
perintahkan Wang Sheng agar di buletin bulanan Chien Cen di muat petunjuk
suci dari Tuhan tentang amal kebajikan dalam pembangunan Vihara di setiap
terbitannya, agar lebih banyak orang berkebajikan ada kesempatan untuk
memupuk amal kebajikan.

Thung Sheng : Bisa, saya akan kasih tahu kepada saudara Wang. Aiih! Naga emas
sudah berhenti di angkasa atap atap rumah penduduk, apakah sudah sampai di
tempat tujuan?

Buddha Ci Kung : Ya boleh turun untuk melihatnya


( Saat itu Thung Sheng ikut Buddha Ci Kung, masuk kedalam rumah, terlihat
seorang dewasa kena stroke terbaring di tempat tidur, buang air besar dan kecil,
perlu dipapah anaknya, badannya kurus kering, anggota badannya kaku, tidak
bisa bicara, Cuma bisa menggerakkan mata untuk kasih jawaban, sungguh
kasihan sekali. Buddha Ci Kung memukulkan kipas di kepalanya, roh dia
dikeluarkan, agar tidak merepotkan sanak keluarga yang masih ada di dunia,
tempat kejadian dan nama orang tidak akan dimuat, untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan )

Roh : Kalian siapa ? Kenapa masuk rumah saya ?

Buddha Ci Kung : Jangan takut, saya Buddha Ci Kung, yang di samping saya, saya
adalah Thung Sheng, yang berasal dari “Nan Thien Ce Sia Chilin Ceng Thang”,
kami berdua Bukannya tanpa sebab masuk ke rumah kamu, karena lagi
membuat buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” untuk menyadarkan umat
manusia, karenanya kesini untuk mewawancarai langsung pada yang
bersangkutan, jika kamu menceritakan segala kesalahan, pelanggaran yang
telah kamu lakukan dengan jujur, dengan amal kamu dalam buat buku ini bisa
menghilangkan dosa karma kamu, kamu beruntung.

Roh : Ternyata demikian, aiih! Kalau diceritakan sungguh memalukan, lebih baik
tidak usah cerita.

Thung Sheng : Saudara, roh kamu sangat gagah, kenapa badan raga kamu kurus
kering? Orang suci mengatakan “Mana ada manusia yang tidak buat salah,
jika bersalah maka perbaikilah” meskipun kamu sudha melakukan kesalahan,
tapi hanya bisa meminjam kasus kamu untuk sadarkan umat manusia di dunia,
amalnya besar, semoga kamu mau cerita, sehingga bisa memberi manfaat.

Roh : Baiklah! Saya ada sopir angkutan dalam transportasi barang, tiap hari makan
daging dan minum arak, bunuh makhluk hidup tidak terhitung jumlahnya,
kebetulan ketemu seorang penjual susu sapi, suruh saya pantang membunuh,
lepaskan makhluk hidup, menjelaskan manfaat bervegetarian. Saya tidak
hiraukan dia, bahkan dengan lantang mengatakan (saya sudah makan daging
sekian tahun lamanya juga tidak apa-apa badan tegap dan kuat, di dunia ini
manalah ada Malaikat dan Setan, jangan ngawur.)

Dalam sehari hari saya tidak jauh dari rokok, arak dan pinang, sehari hisap 2-3
pack rokok merupakan hal biasa, sering minum arak sampai teler, makan daging
dalam jumlah besar, menganggap inilah hidup manusia, bahkan sering kasih
tahu orang lain hukum sebab akibat itu tidak benar, tidak ada hukum karma,
jangan mau ditipu oleh Malaikat, Ucapan saya kotor dan menjelekkan Buddha,
mencemarkan nama Tao juga, sesumbar sama orang-orang “Lihatlah bukankah
saya hidup dengan baik?”, siapa tahu keadaan baik tidak bertahan lama, suatu
hari saat usia 40 tahun, tiba-tiba merasa kepala pusing, lalu tidak sadarkan diri.

Saat sadar sudah terbaring di rumah sakit, mulut mencong, mata miring seluruh
badan tidak bisa digerakkan, saat itu memanggil Tuhan, Tuhan tidak menjawab,
memanggil Malaikat, Malaikat tidak menyahut, saya adalah kepala keluarga,
anggota keluarga mengandalkan kerja saya dalam mengangkut barang untuk
menopang hidup, sekarang saya sudah ambruk, bagaimana dengan anak istri
saya? Kedua putra saya, yang satu kelas 3 SMP, satunya lagi kelas 1 SMP, tidak
ada kemampuan untuk berkerja. Sejak saya jatuh sakit, seluruh beban keluarga
dipikul oleh istri, karena sehari-hari saya hobi makan, judi sehingga tidak ada
yang simpanan, sekarang menghadapi situasi demikian, sungguh bagaikan
manusia robot, hidup tidak lebih baik dari mati! Karena sudah lama berbaring,
badan lumpuh tidak bisa digerakkan, makin hari makin kurus, sekarang jadi
kurus kering, dalam hati sungguh menyesal.
Thung Sheng : Guru! Dia baru 40 tahun sudah menjadi manusia lumpuh,
bagaimana untuk melewati sisa hidupnya? Mohon Guru menjelaskan sebab
akibatnya untuk menyadarkan umat manusia di dunia.

Buddha Ci Kung : Pada kehidupan lampau beliau, dia adalah seorang nelayan,
sepanjang hidupnya menangkap ikan dan bunuh ikan, memang dosa
pembunuhannya sudah berat, untunglah pada saat usia tua ada sumbang uang
untuk bangun tempat ibadah, baru bisa melunasih sebagian dosa karmanya,
tidak perlu masuk ke jalur alam binatang untuk tumimbal lahir. Pada kehidupan
sekarang meskipun ada orang suruh dia lepaskan makhluk hidup, pantang
membunuh, tapi karena dosanya berat sehingga tidak bisa menjalankannya,
sampai utang karma menagih secara bersamaan, dengan cara makan daging
dalam jumlah besar merupakan penyebab utama terjadinya stroke, juga dosa
menjelekkan Buddha dan memfitnah Tao (Kebenaran), makin mempercepat
datangnya hukuman balasan, sehingga pada usia 40 tahun sudah kena stroke
berbaring di tempat tidur, seluruh badan tidak bisa digerakkan, merupakan
hukuman atas dosannya.

Thung Sheng : Lantas bagaimana caranya untuk bertobat?

Buddha Ci Kung : Sudah terlambat, Buddha menasehati manusia di dunia harus


melepaskan makhluk hidup, pantang membunuh dalam sehari-hari, rajin
memupuk amal kebajikan, jangan tunggu balasan hukumannya sudah sampai,
menyesal sudah terlambat.

Hari ini cukup sampai disini, kembali ke Vihara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan mantra, mengembalikan roh orang itu,
terlihat badannya yang lain berbaring terus mengalirkan air mata, membuat
orang terasa pilu. Buddha Ci Kung dan murid naik ke atas Naga emas dan
kembali ke Vihara.)

(Vihara Chiien Cen sudah sampai, Roh Thung Sheng kembali ke badannya.)

Buddha Ci Kung : Saya juga pulang.

*****
BAB 2

Tanggal 05 – 03 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Moralitas manusia di dunia makin merosot, hati manusia sudah tidak sebaik hati
manusia jaman dulu lagi, manusia di dunia melakukan penindasan, penyelundupan,
kelicikan, penipuan, serba melampaui batas, sehingga di dunia ada satu hawa
kebencian membumbung ke Langit, Dewa Penguasa Alam Dewa-Dewi sangat marah,
sehingga memerintahkan Dewa bagian salju menurunkan salju dahsyat dan udara
sangat dingindi empat benuam untuk mengingatkan manusia di dunia agar manusia
mengetahui dan memperbaikinya, kalau tidak maka hukuman akan diteruskan, tidak
terhindarkan.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari keliling untuk buat buku.


(Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan Kipasnya dengan ringan, seketika itu roh
Thung Sheng mengikutinya.)

Thung Sheng : Murid memberi salam suci kepada Guru. Guru ! Hari ini cuaca
sangat dingin, baju kamu sangat tipis, apakah tidak kedinginan? Saat itu Buddha Ci
Kung mengibaskan kipasnya dengan ringan, seketika itu roh Thung Sheng
mengikutinya

Buddha Ci Kung : Hei.. Hei.. Murid bodoh memang murid bodoh, badan suci Guru,
manalah takut akan hal itu? Angin, dingin, panas, api tidak bisa melukainya tapi
kamu punya hati ini walalupun bodoh tapi lucu juga. Guru tergugah juga, kita
sambil jalan sambil ngobrol.

(saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung seketika
hadir, berdua Guru dan Murid naik ke atas Naga, menuju ke tempat tujuan hari ini)

Thung Sheng : Guru, dalam hati ada 2 hal yang ditanyakan pada Guru, tidak tahu
apakah diijinkan?

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, kalau memang mendapat titah untuk membuat buku,
ada pertanyaan segeralah ditanyakan, tidak apa-apa.

Thung Sheng : Yang pertama adalah pada bulan 6 Tanggal 26 Imlek terjadi
kebakaran besar pada gedung tinggi Ci Sha di Tai Cung, ada 4 orang korban, yang
pertama adalah seorang petugas kesejahteraan yang bernama Huang OO, yang
kedua adalah kepala bagian pekerjaan umum yang bernama Huang OO, yang ketiga
adalah wakil ketua bernama Chen OO, yang keempat adalah petugas pekerjaan
umum bernama Siau OO.
Ke-4 orang itu pada saat kebakaran menjalankan tugas dengan kesetiaan, demi
mencegah api makin membesar, ke tingkat atas untuk beri bantuan sampai harus
mengorbankan nyawa sendiri, membuat orang sedih, mohon petunjuk Guru, orang
seperti itu yang mengorbankan dirinya untuk menolong orang. Setelah meninggal
Tuhan akan memberikan penghargaan seperti apa? Mohon petunjuk Guru.

Buddha Ci Kung : Boleh, semasa manusia di dunia meninggal karena ada kesetiaan
berbakti, jaga kehormatan dan kebenaran, tergantung tingkat kedalaman sifat
tersebut akan dibagi jadi Malaikat dengan tingkat atas, menengah dan bawah.
Seperti yang kamu katakan kasus kebakaran gedung tinggi Cin Sha, ke-4 orang itu
rela mengorbankan diri demi menolong orang, dengan berani jalankan kebenaran,
saya sudah menuntun roh ke-4 orang itu untuk membina, sampai capai
kesempurnaan.

Thung Sheng : Sangat baik sekali, sangat gembira untuk ke-4 orang itu, tapi kenapa
mereka begitu beruntung bisa mendapatkan bimbingan Guru?

Buddha Ci Kung : Karena dalam beberapa kehidupan mereka ada pembina diri,
lagipula ada jodoh dengan Guru, dan bisa korbankan diri untuk menolong orang,
karenanya, saya pergi untuk menuntun mereka.

Thung Sheng : Ternyata begitu, terima kasih atas petunjuk Guru, murid pikir, kalau
manusia di dunia bisa belajar tindakan kebenaran dari ke-4 orang itu, akan
memenuhi dunia ini dengan cinta kasih dan keindahan.

Belakangan ini iklim bumi berubah menjadi tdak normal, dingin sekali, di beberapa
negara turun salju yang dahsyat sampai, musim semi masih belum terlihat bunga
bersemi dan kicauan burung bahkan tempat yang biasanya tidak turun salju, juga
pelan-pelan turun salju. Gunung A Li San dalam kurun 71 tahun turun salju untuk
kedua kalinya, bahkan Sin Cu daerah pegunungan yang berada 1200 meter di atas
permukaan laut juga turun salju. Eropa, Jepang, Amerika berbagai negara juga
mengalami bencana salju. Bolehkah mohon penjelasan Guru, untuk sadarkan
manusia di dunia? Amithofo.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, kenapa meniru para Biksu? Guru akan jelaskan secara
singkat. Belakangan ini hati manusia sudah melenceng, bukankah setiap hari kamu
baca koran, nonton TV, ada pembunuhan, mutilasi, perampokan, narkoba, sex
bebas, penembakan, kelompok penipuan, segala penipuan dan kelicikan dilakukan
manusia di dunia, sehingga ada satu hawa kotor ( gelap ) membumbung ke Langit.
Dewa penguasa alam hawa ( Dewa-Dewi ) mendapat laporan dari berbagai
Malaikat, Para Buddha, Malaikat pagi-malam, Malaikat pengawas-pencatat, sangat
marah sekali, lantas memerintahkan Malaikat salju untuk menurunkan salju di
berbagai negara, untuk menghukum manusia yang hatinya sudah jadi bejat.

Hati manusia mencerminkan Langit, Langit mencerminkan hati manusia, ini


merupakan hakekat kebenaran yang tidak berubah dari dulu, kakek kamu (dari
pihak Mama) Lin Cen An bertugas di bagian salju di Surga Nan Thian, mendapat
Titah untuk menurunkan salju di Jepang, tahukah kamu?

Thung Sheng : Murid tidak tahu, tapi mendengar penuturan Guru, murid merasa
sangat bangga, kakek bisa mendapat Titah dari Dewa alam Surga, menjalankan
tugas menurunkan salju, merupakan kebanggaan murid, tidak tahu apakah dia ada
menyelesaikan tugasnya dengan baik ?

Buddha Ci Kung : Perlu beberapa waktu untuk menyelesaikannya. Saya harap orang
di dunia bisa memperbaiki kesalahannya menuju kebaikan, bergiat menjalankan
kebaikan, membina diri, untuk menyelematkan bencana alam yang besar. Kalau
tidak, masih akan turun bencana besar lainnya, keadaannya lebih dahsyat dari
Tsunami di Asia Selatan, manusia di dunia mestinya sadar, jangan menganggap
ucapan Buddha hanya omong kosong belaka.

Thung Sheng : Sungguh kasihan, tsunami Asia Selatan yang lalu sudah memakan
korban 250.000 orang lebih, kalau bencana yang lebih dahsyat bukankan akan
memakan korban yang lebih mengerikan ? Mohon kewelasasihan Buddha,
selamatkan umat manusia yang mengabaikan.

Buddha Ci Kung : Bukannya Buddha tidak welas asih, sebenarnya karma bersama
yang sulit diubah. Hanya jika manusia di dunia bisa memperbaiki kesalahan
menuju kebaikan, baru bisa terhindar dari bencana besar.

(Pada saat Guru dan murid lagi mengobrol, Naga emas menyelam masuk ke lautan,
ke arah Laut Timur. Banyak ikan yang berenang diantaranya, pemandangan yang
indah sekali. Ada tentara pasukan laut, jenderal udang dan kepiting yang lagi
bertugas diantaranya, ini sulit dilihat oleh mata kasat manusia )

Thung Sheng : Yah... ! kenapa dalam sekejap Naga emas menenggelamkan diri ke
dalam lautan, saya tidak bawa baju selam, juga tidak bawa masker oksigen, senjata
pelindung, kalau ketemu ikan Hiu bagaimana?

Buddha Ci Kung : Murid bodoh! Kamu dan saya tidak ada badan raganya, mana perlu
perkakas itu? Ada Guru dan Naga emas yang lindungi, kamu takut apa?
Thung Sheng : Wow...! Benar juga, begitu badan terkena air juga tidak basah dan
terasa dingin, bahkan di atas badan Guru dan Naga terpancar sinar keemasan dan
sinar violet yang indah, seluruh Lautan Timur berubah jadi terang benderang,
terlihat tentara pasukan laut, dulu pernah mendengar kalau wanita yang galak
sering disebut “Laskar Wanita”, kedengarannya sangat mirip dengan ini, murid
terlihat langsung merinding seluruh tubuhnya, dalam hati terasa takut.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh jangan takut, tentara pasukan laut mendapat Titah
dari Raja Naga Laut Timur untuk jalankan tugas, tampangnya sangat ganas. Asalkan
hati manusia tidak ada niat buruk, biasanya tidak melakukan kejahatan, kalau
melihatnya manalah perlu takut?

Thung Sheng : Murid bernyali kecil, begitu melihatnya langsung takut, jika murid
ada Guru yang melindungi, maka saya tidak perlu takut lagi.

(Begitu Thung Sheng selesai bicara, di depan tiba-tiba muncul seekor kura-kura
raksasa yang ukurannya sebesar gunung, begitu buka mulut, sekelompok ikan
sudah di telan olehnya, termasuk ikan hiu juga di telan, sungguh menakutkan! )

Thung Sheng : Wow! Tolong! Guru...! Apakah kita akan dimakannya ?

Buddha Ci Kung : Hai! Murid bodoh, sebesar apapun mulutnya, apakah bisa menelan
Titah Suci dari Tuhan ? Kita Guru dan murid mendapat kuasa Tuhan untuk buat
buku, para Buddha dan Dewata di 3 alam harus membantunya, apalagi kura-kura
raksasa? Jika ada pelanggaran, Buddha sudah meminjam pedang mustika 7 Bintang,
untuk memenggalnya agar tidak menganggu, murid jangan takut. Nanti Guru akan
gunakan kata suci untuk mengeluarkan rohaninya, kemudian di wawancarai.

(waktu itu Budda Ci Kung mengucapkan kata suci, begitu kipasnya dikibaskan,
mengatakan “keluar”, rohani kura-kura seketika keluar dari badannya, ternyata
seorang kakek tua yang sudah ubanan, kakek tua ini berjalan dengan pelan-pelan
ke depan, sampai di hadapan Buddha Ci Kung, bersujud memberi salam pada
Buddha Ci Kung.)

Buddha Ci Kung : Tak perlu sungkan, berdirilah.

Thung Sheng : Murid memberi salam pada Dewata tua, tidak tahu bagaimana
menyapa? Kenapa bentuk rohani dan wujud asalnya beda sekali ? sungguh
menakutkan !

Kakek Tua : Ha...ha...! Thung Sheng jangan takut, saya disini sudah 3000 tahun
lamanya, tapi belum berhasil dalam pembinaan, karena karma pembunuhan yang
sangat berat selama beberapa kehidupan. Setelah meninggal saya terlahir di dunia
air, pada awalnya badan saya kecil, tapi seiring perjalanan waktu, badan saya makin
lama makin besar, saya juga heran ! karena saya hanya makan ikan yang buas,
sedangkan ikan-ikan yang kecil dan lucu justru ikut di samping saya, agar tidak di
makan oleh ikan yang besar, saya juga senang bisa jadi pelindung bagi mereka.
Karena saya ada kebajikan ini, Raja Naga Laut Timur menuntun saya untuk
membina disini, sekarang sudah berjalan 3000 tahun lamanya.

Thung Sheng : Aneh ! 3000 tahun masih belum berhasil dalam pembinaan, apa
sebabnya ?

Kakek Tua : Ceritanya panjang, 3000 tahun yang lampau saya adalah pemimpin
bajak laut, sering merampas kapal dagang yang lewat, segala harta benda yang ada
di kapal di rampok habis, juga membunuh orang-orang yang ada di kapal, karena
membunuh, maka setelah meninggal karena karma pembunuhan sangat berat, di
hukum terlahir di dunia air, untunglah saya masih ada satu niat baik, sehingga bisa
membina untuk terlepas dari tumimbal lahir, tapi berada di air yang dingin
sangatlah menderita, harus menahan diri terhadap air yang dinginnya menusuk
tulang serta beratnya badan cangkang yang besar, gerakan jadi lamban, sangat
menderita, mengharapkan Buddha Ci Kung menyelamatkan saya terlepas dari
penderitaan.

Buddha Ci Kung : Kamu baik-baiklah membina, kalau waktunya sudah sampai, saya
akan datang menjemput kamu.

Kakek Tua : Terima kasih pada Buddha Ci Kung berwelas asih.

Buddha Ci Kung : Waktunya sudah lama, dikhawatirkan badan kecapean, kembali ke


Vihara saja.

( Waktu itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, mengembalikan roh kura-kura
ke badannya, Guru dan murid naik ke atas Naga emas kembali ke Vihara Chieen
Cen.)

(Vihara Chieen Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke badannya.)

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 3
Tanggal 22 – 03 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia mengatakan membina diri, sepanjang hari hanya diucapkan


saja, tapi saya ingin bertanya pada kamu, apakah yang kamu bina?
Apakah sudah mendapat hati yang tenteram?
Apakah sudah membina sampai tenang leluasa ?
Apakah bisa dengan giat menjalankan kesetiaan, bakti, jaga kehormatan dan
Kebenaran ?
Apakah setiap saat bisa memaklumi orang lain ?
Cobalah tanya pada hati nurani sendiri, sudah menjalankan berapa persen beberapa
poin di atas ? jika bisa menjalankan semua itu, maka saya beri selamat pada kamu, jika
tidak menjalankan, atau hanya 7-8 bagian saja, maka masih belum layak. Semoga para
pembina di dunia yang mengatakan membina diri, baik-baiklah koreksi diri, jangan
sampai saat ajal datang menjemput, tidak ada jalan menuju Nirwana, justru pintu
Neraka yang terbuka lebar, saat itu menyesal pun sudah terlambat !

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku !


( saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, rohani Thung Sheng seketika itu
juga dikeluarkan dari badannya )

Thung Sheng : Murid memberi salam suci pada Guru, hari ini dingin tidak seperti
biasanya, apakah Guru merasakannya ?

Buddha Ci Kung : Tidak, saya sudah menjadi Buddha, segala angin, dingin, panas,
lembab tidak bisa mempengaruhi saya.

Thung Sheng : Sangat kagum pada Guru yang mempunya badan Buddha yang kebal,
tapi tidak tahu bagaimana membinanya? Mohon petunjuk Guru, agar memberi
manfaat pada manusia di dunia dalam membina dan bisa mendekati Tao.

Buddha Ci Kung : Baiklah sambil jalan sambil bicara.


( waktu itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung
seketika hadir, berdua Guru dan murid naik ke atas Naga emas dengan kecepatan
tinggi menuju angkasa.)

Buddha Ci Kung : Umat manusia yang membina sekarang ini, sedikit yang mencapai
kesempurnaan, karena pelaksanaannya masih kurang, mulutnya bilang Tao
tapi tindakan perbuatannya tidak menunjukkan Tao, bicaranya berlebihan,
hebat sekali, sbenarnya belum dijalankan sedikit pun, maka membina tidak
mendapatkan hasil, hanya diucapkan di mulut. Terutama para Biksu ajarn
Buddha jika melakukan pelanggaran, sangat berat hukumnya, serakan akan
persembahan umat, tapi belum sungguh-sungguh membina. Hanya karena
badannya memakai baju pembina, tapi belum bisa sungguh-sungguh membina.
Hanya karena hakekat kebenaran Buddha, hanya mengerti 3 bagian, digembor-
gemborkan hingga bagaikan sudah dijalankan 8 bagian, sebenarnya
pelaksanaanya belum memadai, tapi menyuruh orang lain yang menjalankan,
bukankah demikian kenyataannya?

Para umat tidak bisa menilai dari penampilan luarnya, tapi lama kelamaan pasti
akan ketahuan. Saya hanya menunjukkan sebagian kecil ini saja, karena para
Biksu ajaran Buddha menuntut umat berbuat amal kebajikan, maka umat mati-
matian sumbang uang untuk melayani Guru.

Sebagian para pembina justru mabuk dalam kesenangan duniawi, justru lupa apa
tujuan dirinya berada dalam pembinaan ? begitu ajalnya sudah tiba, pergi
menghadap Hakim Neraka, saat itu sudah terlambat !

Thung Sheng : Selain para Biksu, Apakah ada pembina dari ajaran lain yang
melakukan hal yang sama ?

Buddha Ci Kung : Rata-rata ada, para pembina agama Katholik, Kristen, Islam,
Confusius, rata-rata ada melakukan pelanggaran, serakah untuk dilayani umat.
Semoga kalian tahu untuk koreksi diri, tegakkan cita-cita untuk membina
dengan sungguh-sungguh, baru bisa mencapai kesempurnaan.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru. Murid ada satu pertanyaan mau
mohon petunjuk Guru, manusia di dunia cenderung menganggap pergi ke Vihara
untuk bantu-bantu adalah membina, mendengar Dharma adalah membina,
apakah benar ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan yang baik, inilah yang tidak dipahami umat manusia di
dunia. Manusia di dunia menganggap pergi bantu-bantu di Vihara adalah
membina, sebenarnya keliru, mengapa ?

Karena bantu bekerja di Vihara adalah memupuk amal untuk diri, yang dimaksud
dengan membina adalah setelah meninggalkan Vihara, pada saat bersama
anggota keluarga dan sesama rekan dalam menjalankan tugas, bisa akur, baru
dikatakan membina. Jika ada orang yang tidak masuk Vihara, tapi dalam
kehidupan sehari-hari menjalankan hakekat kesopanan antar manusia, itulah
yang disebut membina, seperti paman dan istri kamu, juga merupakan hal yang
mengherankan di dunia.
Thung Sheng : Terima kasih Guru memberi penjelasan, saya yakin manusia di dunia
yang membacanya akan paham.

Buddha Ci Kung : Tao ada di dalam hati, mencari Tao di luar hati kita, tidak akan
menemukannya. Asalkan manusia mempertahankan satu hati yang baik,
dengan giat, menjalankan hakekat kesopanan manusia, menjalankan 3
Landasan, 5 Asas, Pola 8 Kebajikan dijalankan dengan sekuat tenaga walaupun
tidak mengerti akan hakekat kebenaran Buddha, sudah tidak sulit mencapai
kesempurnaan.
( pada saat Buddha Ci Kung lagi menjelaskan, Naga emas sudah masuk kembali
ke dalam lapisan atmosfir, masuk ke dunia Asura atau Iblis, saat itu di hadapan
mata dipenuhi dengan hawa siluman, Thung Sheng agak ketakutan.)

Thung Sheng : Guru ! Ini tempat apa ? Mengapa merinding ? Membuat orang ingin
tidur, apa sebabnya?

Buddha Ci Kung : Karena kita sudah masuk ke dalam Asyura atau Iblis.

Thung Sheng : Ampun deh... ! Kenapa Guru bawa murid ke tempat Iblis?

Buddha Ci Kung : Nanti kamu akan tahu sendiri


(Saat itu Naga emas sampai ke tempat tinggal para Asyura, Bagunannya dijaga
oleh puluhan ribu Pasukan Iblis, setiap pasukan tampangnya garang buas, muka
hijau bergigi taring membuat takut siapapun yang melihatnya. Raja Iblis yang
duduk di tengah, menatap Buddha Ci Kung dengan pandangan dingin.)

Asyura : Ayo ! ayo... ! Angin apa yang meniup kamu kemari ? apakah Buddha
Ci Kung sudah tidak tahan kesepian, datang mencari wanita cantik ?

Buddha Ci Kung : Benar! Bagaimana kalau kamu bantu kenalkan saya ?


Asyura : Baiklah ! Datangkan petugas !
Tentara Iblis : Siap !
Asyura : Iblis betina dan anak Iblis berbaris yang baik, biarkan Buddha Ci
Kung memilih beberapa untuk dibawa pulang untuk bersenang-senang.

Thung Sheng : Guru, kenapa Iblik laki mukanya hijau dan bertaring ? tampangnya
mengerikan, sedangkan iblis betina tampangnya luar biasa cantik. Guru, kamu ini
sungguh-sungguh atau pura-pura? Apakah hatimu sudah tergoda ?

Buddha Ci Kung : Aih! Murid bodoh, mana mungkin Guru tergoda? Raja Asyura, jika
kamu bicara ngawur lagi, jangan salahkan saya menggunakan senjata penakluk
iblis.
(waktu itu Buddha Ci Kung mengeluarkan senjata iblis dan dikibaskan, senjata itu
mengeluarkan sinar Buddha yang sangat cemerlang, dipukulkan ke kepala Raja
Asyura, hingga kepala Raja Iblis terluka dan berdarah, mata berkunang-kunang
dan mohon ampun kepada Buddha Ci Kung.)

Asyura : Ampuni saya, Buddha Ci Kung, saya hanya bergurau, kenapa kamu
demikian tidak berperasaan langsung pukul saya ?
Dari Wei Thuo Phu Sa, senjata penakluk iblis ini merupakan barang mustika sudah
ada sejak penciptaan bumi, untuk menghalau siluman, iblis dan yang sesat.

Thung Sheng : Ternyata demikian, apa tujuan kita hari ini kemari ?

Buddha Ci Kung : Agara kamu tahu dunia iblis, Asyura, juga menyuruh Raja Iblis
membawa keluar beberapa anggota iblis, untuk ceritakan keadaan mereka saat
membina diri di dunia, dan kenapa bisa masuk dunia iblis, untuk menyadarkan
para pembina di dunia.

Asyura : Baiklah, mari ! panggil pasukan pelindung kiri kanan kemari untuk
memberikan data pada Buddha Ci Kung dalam membuat buku.
(waktu itu dari 2 sisi keluar satu laki satu wanita, Iblik laki sebagai pelindung dari
kiri dan Iblis wanita sebagai pelindung dari kanan, yang laki luar biasa jeleknya,
yang wanita cantiknya bagaikan Dewi )

Buddha Ci Kung : Pelindung Kiri mulailah bercerita.

Iblis Laki : Pada awalnya, saya adalah pembina ajaran Buddha, hanya karena
tinggi hati, hati sering tidak puas, tanpa sebab sering memarahi orang, sering
emosi sehingga umat pada takut kalau melihat saya. Saya tidak lakukan koreksi
diri menganggap saya sudah dalam posisi tinggi dalam ajaran Buddha, umat
melihat saya bersungguh dalam menjalankan tugas, mereka berebut untuk
melayani saya, menganggap bisa dapat rejeki, tapi sayanganya, suatu kali
terjangkit penyakit dan meninggal. Setelah meninggal, tidak terlihat Buddha
menyambut saya, bahkan dalam sekejap muka saya berubah jadi jelek sekali,
menyesal pun sudah terlambat.

Iblis Wanita : Semasa hidup saya adalah penceramah di kalangan Yi Kuan Tao.
Karena mendapat firman Tuhan, maka merasa diri setingkat di atas orang lain,
pengetahuan dan kemampuan bicara juga hebat, sering berceramah berbagai
hakekat kebenaran di Vihara, tapi diri sendiri tidak berbakti kepada orang tua,
merasa pendidikan orang tua lebih rendah, setiap kali orang tua datang ke Vihara
mencari saya, saya selalu menghindar tidak terlihat, kalau pun ketemu akan pura-
pura tidak kenal, sehingga kedua orang tua menangis, tapi waktu di atas mimbar,
ceramah saya adalah berbagai kebenaran, membuat orang mengira saya adalah
seorang pembina, sebenarnya sering kali karena masalah kecil timbul emosi besar.
Pada saat meninggal tidak bisa menghadap Tuhan, malah Raja Asyura yang
datang menjemput. Karena semasa di dunia saya berwajah cantik, setelah masuk
ke dunia Iblis sering membuat Iblis laki saling berebut dan cemburu karena saya,
saya juga senang karenanya.

Buddha Ci Kung : Iblis laki maupun wanita sudah menceritakan sebab akibat darinya,
Saya harap para pembina di dunia lakukanlah pantangan, jangan membina
sampai masuk ke alam Iblis, menyesal sudah terlambat ! sudah boleh pulang.

Raja Iblis : Perintahkan anak cucu Iblis untuk mengantar kepergian Buddha Ci
Kung, ( Guru dan Murid berdua naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang
dengan kecepatan tinggi menuju Vihara Chieen Cen )

( Sudah sampai di Vihara Chieen Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****

BAB 4

Tanggal 19 – 03 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia masih bilang tidak ada Malaikat dan Setan, melakukan hal yang
bertentangan dengan hati nurani, menjalankan hal-hal yang buruk, tidak ada rasa malu,
malahan senang atas perbuatannya, menganggap diri lebih pintar dari orang lain, tidak
tahu Malaikat maut sudah tiba, jika tidak segera koreksi diri, menyesal sudah
terlambat ! Juga ada pengurus Vihara yang menipu umat, hanya bisa menipu uang,
tidak paham maksudh baik Buddha dalam menyelematkan umat manusia, menipu
harta dan sex, ini merupakan kejahatan besar. Saya memperingati manusia di dunia
jangan mengatakan hukum sebab akibat tidak ada balasannya, hanya waktunya
saja yang belum sampai, kalau waktu sudah sampai dengan sendirinya balasan akan
tiba, tidak terhindarkan.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari kita pergi keliling


( saat itu Buddha Ci Kung memukulkan tangannya ke ubun-ubun Thung Sheng,
Roh Thung Sheng dikeluarkan seketika )
Thung Sheng : Guru yang Agung, terimalah salam hormat dari murid.

Buddha Ci Kung : Jangan sungkan, kita sudah mau berangkat.


( saat itu Naga emas muncul di angkasa, bagian luar Vihara Chieen Cen bersinar
terang, sangat menyilaukan mata, bercahaya keemasan, Guru dan murid naik
ke atas Naga emas, menuju tempat tujuan hari ini)

Thung Sheng : Beberapa hari yang lalu, ada wisata kelulusan dari Sekolah Dasar,
pada saat pulang, terjadi kecelakaan kendaraan, mengakibatkan kematian,
mohon petunjuk apa sebab akibatnya ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan yang baik ! Murid boleh bertanya segala kejadian yang
ada di masyarakat, bisa memicu hati manusia di dunia menuju Tao, jadi lebih
baik. Secara singkat saya jelaskan, tertuduh dan korban pada kehidupan lampau
sama-sama sebagai anggota dari kelompok penipu, demi uang, kemana-mana
menipu orang sehingga banyak orang yang tertipu dan jatuh bangkrut, keluarga
hancur, kejahatan yang besar. Korban meninggal adalah pemilik grup penipuan,
yang terluka adalah anggota penipu. Saya menyinggungnya karena belakangan
banyak kelompok penipuan bermunculan, menipu orang tak terhitung
jumlahnya, mencelakai orang demi uang sangat banyak jumlahnya,
mengakibatkan kemarahan Tuhan, Tuhan mengutus Malaikat wabah penyakit
untuk menghukum mereka, untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, jika ada
yang melakukan penipuan, segeralah sadar dan perbaiki diri dan lakukan
Kebaikan, kalau tidak, jika hukuman balasan karma sudah tiba, maka
menyesal pun sudah terlambat.

Thung Sheng : Terima kasih pada Guru memberi petunjuk dan bersusah payah
menjelaskan, semoga manusia di dunia memahami jerih payah Buddha, dan
cepat berbuat baik ! lagi pula murid melihat para pengguna narkoba di dunia,
bahaya yang ditimbulkan oleh narkoba sangatlah besar, bisakah mohon
petunjuk Guru sebab akibat pengguna narkoba, agar bisa sadarkan umat
manusia ?

Buddha Ci Kung : Panjang ceritanya. Pada masa akhir Dinasti Ching, kekuasaannya
sudah melemah, manusia demi sesuatu benda, demi pisau atau daging saling
menghancurkan, orang Inggris menjual opium sebagai siasat memecah belah,
karena itu penduduk saat itu banyak yang lemah, penyakitan dan mati muda,
kekuatan negara makin lama makin lemah. Kalau bukan karena Li Cen Xii yang
melakukan propaganda “Stop Candu”, mungkin Dinasti Ching sudah hancur
lebih awal. Para Saudagar candu yang demi keuntungan setelah meninggal
dunia, selain mendapatkan hukuman berat di Neraka, masih perlu terlahir lagi
jadi manusia, orang yang dicelakai narkoba, sebagai balasan hukumannya,
sehingga kebanyakan pengguna narkoba pada masa sekarang adalah hukum
karma sebab akibat.

Thung Sheng : Mendengar penjelasan Guru, melebihi membaca buku 10 tahun.


Sekarang ini penyakit kerisauan sangat banyak, bagaimana cara
menyembuhkannya ? Apa sebab akibat dari para penderita ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Saat manusia melakukan perbuatan dosa, adakah
memikirkan perasaan korban yang kacau karena risau ? Hanya karena uang dan
keuntungan, berbuat tanpa hati nurani, baik itu menipu uang orang,
menyandera bahkan membunuh, membuat anggota keluarga sedih, ini adalah
karma yang diperbuat pada masa lampau, bagaimana bisa tidak dibenci orang ?
Pada kehidupan ini kamu membuat orang risau, kacau perasaannya, pada
kehidupan yang akan datang akan menderita penyakit kerisauan, menunjukkan
keadilan hukum karma sebab akibat.

Thung Sheng : Ternyata begitu, kalau tidak mendengar penjelasan Guru, sungguh
tidak terpikirkan, waktu masa kecil dulu, tidak pernah dengar penyakit stress,
tapi sekarang banyak sekali penderitaannya, ternyata begitu, lantas bagaimana
manusia di dunia mengatasinya ?

Buddha Ci Kung : Harus bertobat dengan sungguh-sungguh, menyesali perbuatan


dosa kehidupan lampau, banyak lakukan perbuatan baik dengan melepaskan
makhluk hidup, dengan demikian baru bisa mengurangi beban derita.
( Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah berhenti di samping
sebuah kelenteng Pekkong, terlihat Thu Ti Kung bersujud di atas tanah,
menyambut kedatangan Buddha Ci Kung )

Thu Ti Kung : Saya sangat beruntung di kunjungi Buddha Ci Kung, dengan


perasaan was-was dan takut kalau ada tindakan yang tidak sopan, mohon
Buddha memaafkan.

Thung Sheng : Murid memberi salam pada Thu Ti Kung. Thu Ti Kung kelihatannya
berwajah welas asih, sungguh membuat orang salut.

Thu Ti Kung : Pujian berlebihan ! Silahkan Buddha Ci Kung dan Thung Sheng
masuk ke Kelenteng untuk minum teh.

Buddha Ci Kung : Baiklah, Thu Ti Kung menjalankan sopan santun, mana ada tidak
sopannya? Silahkan berdiri.
( Thu Ti Kung menuntun Buddha Ci Kung dan muridnya masuk ke dalam
Kelenteng, disuguhkan teh Dewata, dipersilahkan duduk di kursi tamu agung. )

Thung Sheng : Apakah Guru hari ini membawa saya mengunjungi Thu Ti Kung, saya
ingin menanyakan sebab Thu Ti Kung bisa mencapai kedudukan sebagai Dewa
Tanah.

Buddha Ci Kung : Baiklah, silahkan Thu Ti Kung menjelaskannya, untuk sadarkan


manusia di dunia.

Thu Ti Kung : Menyesal sekali, menyesal sekali ! Kebajikan saya biasa-biasa saja,
bisa dipilih oleh Buddha Ci Kung untuk dimasukkan ke dalam buku, sungguh
tidak berani.

Saya adalah penjual biasa, menjual es lilin di samping Kelenteng, seumur


hidup berusaha menjalankan kebenaran, es lilin yang dijual, airnya direbus
dulu, setelah dingin baru dibuat es lilin, tidak akan dibuat dari air mentah,
agar tidak membuat orang sakit perut. Dalam satu kehidupan hanya ada satu
pikiran baik itu saja, siapa tahu setelah meninggal, roh saya masuk ke Neraka,
Hakim Neraka berdiri menyambut saya dan persilahkan saya duduk. Saya malu
dan tidak berani, mohon petunjuk Hakim Neraka, Kebaikan apa yang telah saya
lakukan ? Mendapat sambutan dari hukuman Neraka, saya sendiri tidak tahu
sebabnya.

Hakim Neraka memuji saya, kalau saya tidak mematikan hati nurani saya, tidak
semata-mata memikirkan keuntungan tapi masih menggunakan hati nurani
dalam jalankan pekerjaan, meskipun keuntungannya tidak banyak, keluarga
miskin, tapi masih bisa jalankan kebajikan hati, sangat mulia, Memupuk satu
kebajikan dalam satu kehidupan, sudah mendapatkan kedudukan Dewa
Tanah, sehingga menggugah Hakim Neraka untuk menyambut saya.
Kemudian Hakim Neraka mengirim saya ke tempat pelatihan para Dewa, 10
tahun yang lampau mendapat perintah untuk kembali ke kampung halaman
saya menjadi Malaikat Fu Ceng Shen, untuk melindungi kampung itu.

Thung Sheng : Sungguh menggugah, Thu Ti Kung bisa tidak mendahulukan


keuntungan, tapi bisa menguntungkan umat manusia, memupuk hati
kebajikan, terimalah sujud dari murid.

Thu Ti Kung : Tidak berani, amal kamu lebih besar dari saya, saya tak sanggup
menerimanya, berdirilah.
Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. Manusia di dunia setelah membaca “Sebab Akibat Thu Ti
Kung”, pasti akan sadar dan tergugah, semoga manusia di dunia meneladani
semangat Thu Ti Kung yang menjalankan suara hati nurani, jangan karena
demi uang, lantas mematikan hati nurani bertindak sembrono, bukankah
akan merusak kebajikan dan mendapat hukuman. Sekarang kita berhenti buat
buku sampai disini, kembali ke Vihara !

( Buddha Ci Kung dan muridnya melambaikan tangan berpisah dengan Thu Ti


Kung, naik ke atas Naga emas, kembali ke Vihara Chiien Cen )

( Sudah sampai di Vihara Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Baiklah, Saya pulang.

*****
BAB 5

Tanggal 26 – 03 – 2005
BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Pembinaan hati dan kebajikan manusia di dunia hanya digantung di mulut saja, tapi
kenyataan pelaksanaannya masih kurang, ini yang membuat para pembina
pancaran putih yang semakin sedikit mencapai kesempurnaan. Saya menasehati
para pembina, banyaklah pergi menjalankan dan sedikit bicara, karena budiman
malu akan perbuatannya, karena saya memberitahukan perbuatan merupakan
hal utama dalam pembinaan untuk nasehati manusia di dunia, inilah sebabnya.
Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku
( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
keluar dari badan )

Thung Sheng : Murid memberi salam pada Guru

Buddha Ci Kung : Murid budiman jangan sungkan. Guru membawa kamu main-main
ke Taipeh.

Thung Sheng : Jangan-jangan Guru mau ikut tour ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. bergurau macam apa? Guru akan membawa kamu ke pasar
Taipeh, daerah Sin Yi, untuk mewawancarai satu kasus, mari sambil jalan sambil
bicara.
( saat itu begitu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, Naga emas seketika
muncul, Guru dan murid naik ke atas Naga, Naga emas terbang dengan
kecepatan tinggi menuju ke pasar Taipeh )

Thung Sheng : Guru ! kemarin di Kao Siung ada kebakaran di tempat penjualan
barang. Akibat kebakaran, membuat 2 petugas pemadam kebakaran terluka,
mohon tanya pada Guru, seperti orang yang meninggal karena menolong orang.
Tuhan memberi penghargaan apa ?

Buddha CI Kung : Pertanyaan baik, manusia di dunia jika meninggal karena


menjalankan kesetiaan, bakti, jaga kesucian diri, kebenaran, menolong orang
berdasarkan aturan Langit akan mendapat kedudukan Dewa yang rendah, jika
hasil perbuatannya memberi manfaat bagi orang banyak maka akan menjadi
Dewa dengan kedudukan yang tinggi.

Thung Sheng : Kalau begitu, manusia di dunia semestinya bangga menjalankan


kebenaran dari dua posisi terhormat itu.
Buddha Ci Kung : Ya, manusia hidup di dunia hanya beberapa puluh tahun saja, kalau
bisa menjadi seorang pahlawan, meskipun badan ini sudah mati, rohaninya masih
tetap hidup.

Thung Sheng : Belakangan ini, banyak orang melakukan bunuh diri massal, di
Jepang, Taiwan, Amerika dan berbagai negara juga ada berita ini. Guru,
bagaimana menyadarkan mereka ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. Manusia di dunia tidak menyadari keberhargaan hidup,
begitu menghadapi masalah dalam hidup yang terpikirkan adalah mati sebagai
penyelesaiannya, bukan hanya tidak bisa lepas dari derita, malahan jatuh ke
dalam lembah dosa, betapa bodohnya ! Saya menasehati manusia di dunia,
kecoa dan semut ingin bertahan hidup, sedangkan manusia sebagai makhluk
yang paling tinggi derajatnya, manalah boleh hanya karena masalah sepele
seperti jalinan perasaan, uang, sakit, lantas menghabisi hidupnya! Jika
demikian bukan hanya tidak menyelesaikan masalahnya, malahan menambah
beban dosa pada rohaninya. Bahkan orang yang mati dengan sia-sia masih akan
di kurung di alam Neraka, setiap pagi dan malam, arwah akan di seret oleh
petugas di alam Neraka untuk jalani hukuman siksaan, deritanya sama dengan
semasa hidup, sampai kamu menyadari penderitaanmu, menyesal sudah
terlambat.
( Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah sampai ke tujuan )
Thung Sheng : Guru ! Kasus hari ini dimana tempatnya ?

Buddha Ci Kung : Tempat KTV di depan itulah

Thung Sheng : Guru ! Jangan-jangan Guru gatal tenggorokannya, membawa murid


kesini untuk bernyanyi
Buddha Ci Kung : Bukan, Arwah ini ada di dalam KTV, dengarkanlah.
( Saat itu Buddha Ci Kung membawa roh Thung Sheng masuk, menerobos masuk
ke ruangan yang megah, sampai pada satu lorong, terlihat satu arwah anak
muda sendirian disana merasa sedih, dengan kepala retak berdara, tampangnya
sangat mengerikan )

Thung Sheng : Guru dia meninggal dalam keadaan yang mengerikan, murid jadi
merinding

Buddha Ci Kung : Murid budiman jangan takut, Guru bisa memanggil arwahnya
kemari, biar dia yang cerita sendiri.
( saat itu kipas Buddha CI Kung begitu dikibaskan, maka arwah anak muda itu,
pelan-pelan menuju ke arah Buddha Ci Kung, lalu bersujud beri hormat pada
Buddha)
Buddha Ci Kung : Coba kamu ceritakan kenapa kamu meninggal disini, agar bisa
menyadarkan manusia di dunia.

Anak muda : Saya bernama OOO, karena semasa kecil dulu orang tua pernah
membawa Chiu Tao, sehingga bisa mengenal Buddha Ci Kung.
Kalau diceritakan sungguh memalukan, saya sebenarya anak keluarga kaya, dan
anak tunggal, karena itu saya sangat disayang, mau apa selalu dikasih apa, kalau
ada masalah, maka orang tua akan menyelesaikannya, boleh dikatakan telah
menikmati kesenangan duniawi habis-habisan, karena keluarga kaya maka
senantiasa menunjukkan menunjukkan kewenangan dan kekayaan, dari kecil
sudha tidak mengandalkan saya, karena keluarga saya kaya raya, kemana pun
selalu berfoya foya, menikmati kesenangan duniawi. Suatu kali, di tempat ini
teman-teman merayakan ulang tahun saya, diantaranya ada seseorang yang
mengambil balok kayu dihantamkan ke kepala saya hingga kepala saya retak dan
darah mengalir terus sehingga mati seketika, teman foya-foya saya begitu melihat
saya mati mengerikan, takut dan segera pergi, sejak meninggal, arwah saya
menunggu di sini terus untuk mencari pengganti.

Buddha CI Kung : Kamu menyesal tidak ?

Anak muda : Luar biasa menyesal, kalau tahu akan begitu maka tidak akan
melakukannya, menasehati anak muda zaman sekarang, jangan karena badan
kuat dan gagah lantas sembarangan membunuh orang, hendaknya baik-baik
bersekolah, bergiat untuk maju, barulah tidak sia-sia sebagai manusia.

Buddha Ci Kung : Manusia di dunia membaca buku ini apakah tergugah ? Kehidupan
lampau anak muda ini adalah seorang yang baik hati, membeli peti mati untuk
orang, menolong fakir miskin, membangun tempat ibadah, tidak ada yang tidak
dilakukan dengan sekuat tenaga, sehingga dia memupuk amal kebajikan. Terlahir
lagi sebagai anak orang kaya raya, sepanjang hidup di karuniai kekayaan, tidak
kekurangan dalam sandang dan pangan, umurnya Cuma sampai 19 tahun,
meskipun sudah di Chiu Tao apa boleh buat ? Lebih baik koreksi diri dengan baik
disini, jika dalam 3 tahun tidak menangkap pengganti, Guru akan datang lagi
membawa kamu ke alam gelap. Hari ini buat buku cukup sampai disini, kemabli
ke Vihara !
( waktu itu Guru dan murid meninggalkan KTV, naik ke atas Naga emas, pulang
menuju ke Vihara Chieen Cen )

Buddha Ci Kung : Saya pulang.

*****
BAB 6

Tanggal 02 – 05 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI


Semangat manusia untuk berbakti pada orang tua makin merosot, jika ada sedikit
masalah langsung teriak-teriakan dan perang dingin dengan orang tua, tidak paham
hati orang tua yang menginginkan anak-anaknya berhasil, semasa sekolah tidak
bersungguh-sungguh belajar sehingga tidak berhasil, kelak makin susah dalam mencari
nafkah kehidupan ! Perlu diketahui di antara ratusan kebaikan, “BERBAKTI” adalah
yang paling “UTAMA”, kalau tidak berbakti bagaimana bisa menegakkan badan
menjalankan kebenaran dan mengatasi persoalan di dunia ?
Para pembina belakangan ini ingin membina Tao tapi tidak sungguh-sungguh
berbakti, sangat disayangkan ! Saya menyampaikan beberapa kata pada pendahuluan
buku ini untuk memberi semangat pada manusia di dunia semoga tidak
mengecewakan saya dan bisa jalankan dengan tiada lelahnya.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku


( Waktu itu Buddha Ci Kung menepuk pundak Thung Sheng dengan tangannya,
roh Thung Sheng seketika itu keluar )

Thung Sheng : Murid memberi salam sejahtera pada Guru

Buddha CI Kung : Jangan sungkan, sudah boleh naik ke Naga emas, berangkat ke
tempat kunjungan hari ini.
(saat itu Guru dan murid berdua naik ke atas Naga emas, Naga emas
membumbung ke langit )

Thung Sheng : Guru mengangkat kasus bakti, murid merasa sangat tergugah,
zaman sekarang banyak orang yang membina tapi sedikit yang mencapai
kesempurnaan, mohon petunjuk Guru Agung, agar bisa memberi manfaat bagi
para pembina supaya lebih paham dan bisa menjalankan, sehingga bisa capai
kesempurnaan

Buddha Ci Kung : Karena pengaruh budaya Barat, manusia di dunia tidak sekuat
tenaga menjalankan “Bakti” yang merupakan warisan terpenting dari budaya
luhur orang Tiongkok, sehingga mereka sekuat tenaga membina tidak
mendapatkan hasil, sayang sekali !
“BAKTI” merupakan jalan yang harus ditempuh oleh orang, juga merupakan
syarat yang harus dipenuhi demi mencapai Tingkat Buddha, kalau “BAKTI”
tidak dijalankan maka tidak ada Tao yang bisa di bina lagi ! Manusia sering
jatuh ke dalam kurungan kesesatan, menganggap datang ke Vihara mendengar
Guru membabarkan Dharma atau sampai ke Vihara hanya sekedar bantu-bantu
sudha termasuk membina, ini merupakan KESALAHAN BESAR.
Zaman dahulu Kaisar Sun berbakti besar sehingga menggugah Tuhan, gajah dan
burung-burung membantunya bercocok tanam, Kaisar Yao menikahkan kedua
putrinya kepada dia, bahkan petunjuk suci diwariskan padanya dan takhta
Kerajaan juga diserahkan padanya. Jadi jika diketahui kebajikan “BAKTI” bisa
menggugah Langit, Bumi, para Malaikat dan Setan, bisa mencapai
kesempurnaan, dan terlepas dari 6 Jalur tumimbal lahir, manusia harus
mengetahuinya.

Thung Sheng : Ucapan dari lubuk hati Guru telah menambah kearifan, membuka
pikiran murid yang tadinya tersumbat. Semoga manusia di dunia bisa
meneladani Sun yang menjalankan “BAKTI” besar terhadap kedua orang
tuanya, ini baru namanya orang sungguh-sungguh belajar dan membina.

Buddha Ci Kung : Anak pintar ! Anak pintar ! diberi satu bisa mendapatkan 3,
lumayan ! tidak sia-sia bisa menjadi murid pembimbing dari Guru.

(Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah menuju ke angkasa
sampailah di gerbang Selatan di Surga, terlihat Chi Tian Ta Ti berjalan cepat ke
arah Buddha Ci Kung dan memberi salam? )

Chi Thian Ta Ti : Buddha Ci Kung barusan keluar dari gerbang Selatan Langit,
sekarang dengan cepatnya sudah kembali, apa sebabnya?

Buddha Ci Kung : Apa kabar Ta Sheng Ye, karena hari ini membuat buku “Keliling
Kasus Sebab Akibat”, mau ke Nirwana untuk mencari kasus supaya bisa di tanya.

Thung Sheng : Yang bodoh memberi salam pada Ta Sheng Ye, Anda merupakan
Ksatria yang menjadi idola saya sejak kecil

Ta Sheng Ye : Thung Sheng mempunyai kearifan, demi menyelamatkan umat


manusia mengikuti Buddha Ci Kung keliling 3 alam, amal yang besar, semoga kami
bisa mewakili Tuhan membabarkan kebenaran dengan baik, kelak akan mendapat
kedudukan di Nirwana, bisa hidup leluasa bahagia.

Thung Sheng : Terima kasih atas pujian Ta Sheng Ye, saya yang bodoh merasa malu
dan merasa belum pantas.

Buddha Ci Kung : Karena masalah waktu maka kita pamit pada Ta Sheng Ye, kita Guru
dan murid pergi dulu.
Ta Sheng Ye : Dengan hormat mengantar kepergian Buddha Ci Kung, selamat jalan.
( Buddha Ci Kung dan murid berpisah dengan Ta Sheng Ye, sampailah di Nirwana
yang berada di atas 36 lapisan langit terlihat dipenuhi awan, binatang dewata
bergerak dengan bebas di sana, banyak dewata berbadan emas sedang main
catur, mengobrol, satu pemandangan yang demikian santai )

Thung Sheng : Murid sungguh beruntung bisa sampai ke Langit Ta Luo Thian
(Lapisan para Arahat), Cuma merasa ada satu tekanan, tidak tahu apa sebabnya ?

Buddha Ci Kung : Karena ketakutan rohani kamu belum cukup, kamu akan diberi satu
pil mujarab untuk lindungi badan, kalau tidak kamu tidak akan tahan.

( Saat itu Thung Sheng meminum pil, terasas energi tubuhnya jernih dan ringan
tekanan tadi sudah bilang )

Thung Sheng : Ajaib sekali ! setelah meminumnya, badan terasa nyaman sekali,
seluruh badan sangat ringan melayang-layang, bagaikan mau terbang ke atas,
sungguh menyenangkan.

Buddha Ci Kung : Murid budiman punya rezeki, pil itu merupakan pil ajaib yang dibuat
oleh Nabi Lao Tzi. Nabi Lao Tzi mengatakan 20 tahun ini kamu tulus terhadap Tao,
mewakili Tuhan membabarkan Kebenaran, menjalankan dari awal hingga akhir,
sehingga khusus dibuat untuk kamu, setelah meminumnya energi asal akan
cemerlang, bisa menambah kekuatan 300 tahun.

Thung Sheng : Sungguhkah ! saya berterima kasih pada Nabi Lao Tzi yang telah
memberikannya, semasa saya masih hidup, saya akan menjalankan sekuat tenaga
untuk menyelamatkan lebih banyak umat manusia kembali ke Nirwana. Mohon
tanya pada Guru, hari ini mau tanya pada siapa ?

Buddha Ci Kung : Yaitu “Wu Sing Ming Shi ata Guru sejati yang tidak berwujud”

Thung Sheng : Siapa Guru sejati yang tidak berwujud ?

Buddha Ci Kung : Sebentar kalau sudah ketemu akan mengetahuinya.

( Saat itu Buddha Ci Kung membawa Thung Sheng ke sebuah goa, di dalamnya
dipenuhi angin kencang, ada seorang kakek tua berwajah welas asih memegang
tongkat berjalan keluar, disisinya didampingi seorang anak kecil, tersenyum pada
Thung Sheng )

Buddha Ci Kung : Saya memberi salam pada Wu Sing Ming Shi.


Thung Sheng : Murid yang bodoh memberi salam hormat pada Wu Sing Ming Shi !
Mohon Guru memberi petunjuk tentang kisah diri supaya bisa menyadarkan
umat manusia, bolehkah ?

Wu Shing Ming Shi : Baiklah ! Baiklah ! Thung Sheng sebelum lahir ke dunia, kamu
bersama Gurumu Fu You Ti Ciun pernah mengunjungi tempat saya, apakah kamu
masih ingat ? saya adalah Hun Yen Sheng Sien , belum mendapat anugerah
kedudukan, roh saya sudah terlepas dari 6 Jalur Tumimbal Lahir, karena nama
dan marga ( belum dapat anugerah kedudukan ) maka dipanggil Wu Sing Ming
Shi.

Thung Sheng : Mohon tanya pada Wu Sing Ming Shi, anak laki-laki di samping Anda
mirip dengan adik saya, lagipula tersenyum terus pada saya, apa sebabnya ?

Wu Sing Ming Shi: Ha.. Ha.. ! Thung Sheng akhirnya tersadarkan juga, anak laki-laki di
samping saya adalah rohani asal dari adik kamu, karena berikrar untuk turun ke
dunia demi membantu pembabaran Tao, terlahir sebagai adik kamu, sama-sama
mendukung Tao, sehingga kamu merasa akrab, namanya Ku Fu. Sejak Ku Fu
membelah rohaninya untuk turun ke dunia, meskipun sudah menghadapi banyak
rintangan tapi tidak mundur. Sekarang menasehati manusia di dunia
menjalankan bakti, saat ibumu jatuh sakit, kamu antar ibumu ke rumah sakit
untuk diobati, di gendong ke sana kemari tanpa sedikit pun kelelahan, sudah
membuktikan bakti, hasilnya bisa kembali ke Nirwana.

Thung Sheng : Mendengar ucapan Wu Sing Ming Shi, sungguh membuat hati saya
gembira, saya pernah satu kali tidak enak badan masih mendapat pertolongan
dari Guru yang turun dari Langit Ta Luo Thian, terlebih dahulu saya bersujud
terima kasih pada Guru.

Wu Sing Ming Shi: Itulah yang dikatakan Tuhan melindungi yang hatinya baik, bisa
menjalankan bakti dan hakekat manusia dengan baik, dijamin dapat
kedudukan.

Buddha Ci Kung : Terima kasih pada Wu Sing Ming Shi memberi petunjuk, semoga
manusia di dunia bisa tersadarkan, dan bisa dengan giat menjalankan “BAKTI”,
baru tidak menyia-nyiakan satu kehidupan ini. Sekarang mau pamit pada Wu Sing
Ming Shi, kita Guru dan murid menuju mau pulang ke Vihara.

( Saat itu Buddha Ci Kung dan murid berpisah dengan Wu Sing Ming Shi, naik ke
Naga emas, menuju ke Vihara Chieen Cen )

*****
BAB 7

Tanggal 09 – 04 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Manusia zaman sekarang banyak yang menderita kanker, benjolan ganas, dan
lain-lain. Bukannya tanpa sebab ! sebagai petani ingin mendapatkan banyak
keuntungan, saat pestisida belum bersih sudah dijual, setelah konsumen memakannya,
racun pestisida menumpuk di tubuh, lama kelamaan akan timbul benjolan keganasan
atau kanker. Saya menasehati para petani hendaknya menggunakan hati nurani,
jangan hanya demi keuntungan tapi mencelakai orang, kalau tidak hukumannya
berat.
Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.
( saat itu Buddha Ci Kung menepuk pundak Thung Sheng dengan tangannya,
rohani Thung Sheng keluar seketika )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru.

Buddha Ci Kung : Murid jangan sungkan, hari ini Guru membawa kamu jalan-jalan ke
desa.
Thung Sheng : Baiklah ! Baiklah ! Sepanjang waktu berada di kota, ada perasaan
bagaikan badan terikat, sekarang Guru ajak jalan-jalan ke desa, hati rasanya
gembira sekali.

(saat itu Buddha Ci Kung melambaikan tangan ke angkasa, Naga emas muncul di
hadapan, terasa hawa positif, warna keemasan yang menyilaukan, Guru dan
murid berdua naik ke punggung Naga emas, Naga emas terbang ke arah Selatan
dengan kecepatan tinggi )

Thung Sheng : Mendengar ucapan Guru tadi, hati murid terasa sangat nyaman,
teringat masa kecil jarang terdengar ada orang kena kanker atau benjolan ganas,
mengapa zaman sekarang demikian banyak orang kena kanker ? murid sangat
ingin tahu, mohon Guru menjelaskan dengan detail, untuk menghilangkan
keraguan hati manusia.

Buddha Ci Kung : Masalah ini bisa dijelaskan dari 2 sisi, yang tidak terlihat adalah pada
kehidupan masa lampau terlalu banyak melakukan pembunuhan makhluk hidup,
ini merupakan sebabnya. Yang terlihat adalah petani zaman sekarang demi
mendapat banyak keuntungan, tidak sayang mengorbankan kesehatan para
konsumen, mengakibatkan penyakit kanker makin hari makin banyak.
Thung Sheng : Lantas bagaimana untuk mengatasi kanker ?
Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Thung Sheng merasakan derita, dalam hati
merasakan derita umat manusia yang sakit, layak disemangati. Saya akan
jelaskan dari 2 sisi untuk sadarkan umat manusia. Manusia kalau memupuk
kebiasaan baik untuk pantang membunuh, melepaskan makhluk hidup, paling
bagus kalau bervegetarian bersih, kalau tidak, makan sayuran tanpa makan
daging dalam satu menu, untuk hindari beban karma pembunuhan, juga secara
periodik ikut untuk menyelesaikan hutang karma beberapa kehidupan lampau,
karena sebab inilah, sebab hutang karma pembunuhan baru bisa diselesaikan
secara pelan-pelan. Sisi lainnya, buah yang sudah dibeli hendaknya dicuci bersih
secara alami baru dimakan, jangan cuci sembarangan langsung dimakan, karena
akan memakan pestisida yang beracun.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru sangat bermanfaat bagi manusia di
dunia.
( pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas pelindung sudah mendarat di
suatu daerah pertanian di bagian Selatan )

Thung Sheng : Wah...! Sungguh pemandangan aneh, kenapa satu bidang sawah di
depan tadi diselubungi satu sinar merah, apa sebabnya ?
( Saat itu Thung Sheng mengikuti Buddha Ci Kung menuju satu lahan pertanian,
ada satu kakek tua berwajah welas asih, sedang istirahat di atas kursi, terlihat
Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh kakek itu dikeluarkan )

Kakek Tua : Aii... ? Kalian berdua siapa yah... ? Mengapa masuk ke dalam rumah
saya ? Guru yang di depan ini jangan-jangan adalah Buddha Ci Kung ? Kakek
memberi salam hormat pada Buddha Ci Kung.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha... ! Benar, memang saya, jangan sungkan, berdirilah.

Kakek Tua : Mohon tanya Buddha Ci Kung dan Tuan ini ada urusan apa sampai di
tempat saya ?

Thung Sheng : Kakek tua, apa kabar? Kalau tidak ada urusan pasti tidak akan
datang, lahan pertanian kamu di selubungi oleh satu hawa merah, tidak tahu apa
sebabnya ?

Kakek Tua : Saya juga tidak tahu, hanya merasa aneh saja, lahan pertanian saya
juga tidak dikasih pestisida khusus. Tapi padi-padi tumbuh luar biasa baik, bijinya
penuh, sungguh membuat orang tidak paham.

Buddha Ci Kung : Ha... Ha... ! Masalah ini biar saya yang jelaskan. Petani tua ini
hatinya baik, demi kesehatan konsumen, setelah padi dipanen, disimpan lebih
dari 3 bulan dulu, baru dijual, sehingga pestisida pelan-pelan berkurang sampai
bersih, kamu tidak mencelakai orang kena kanker. Meskipun untungnya
berkurang, tapi tetap menjalankan standar moralitas, tidak ingin mencelakai
nyawa orang demi uang. Karena itu Tuhan memberikan satu selubung sinar
merah untuk melindunginya, maka hanya penyakit hanya sampai batas ini saja,
biji padinya penuh, tumbuhnya lebih bagus dari lahan pertanian yang lainnya.

Kakek Tua : Ternyata demikian ! Terima kasih atas penjelasan dari Buddha Ci
Kung. Murid hanya menjelaskan apa yang semestinya dijalankan manusia, jangan
sampai mematikan hati nurani hanya demi uang, tidak diduga sungguh dapat
perlindungan dari Tuhan, sungguh bersyukur sekali.

Thung Sheng : Setelah mendengar dari kakek tua dan Guru, sungguh menggugah
orang. Semoga manusia di dunia bisa meneladani semangat petani tua ini,
jangan karena uang lantas mencelakai kesehatan manusia, ini merupakan dosa
besar, cepatlah sadar dan memperbaiki diri, kalau tidak begitu bahkan balasan
hukumannya datang maka menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Waktu sudah tidak pagi lagi, mengantar roh kakek tua kembali ke
badan.

( waktu itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh kakek tua kembali ke
badannya, Buddha Ci Kung dan Murid naik ke Naga emas, Naga emas terbang
dengan cepat kembali ke Vihara Chieen Cen )

Buddha Ci Kung : Baiklah, saya pulang.

*****
BAB 8

Tanggal 16 – 04 – 2012

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Pada awalnya saya berjalan di dunia, skearang mendapat kuasa Tuhan lagi untuk
melakukan penyelamatan makhluk di 3 alam, tanggung jawabnya besar dan berat,
Vihara Chieen Cen mendapat Titah dari Ibunda Suci untuk menjalankannya, untuk
menyelamatkan umat manusia jangan berjatuhan lagi. Saya mengharapkan
mempunyai ikrar untuk menyelesaikan pembangunan Vihara besar, amalnya besar,
kelak di pesta sari naga, mencapai tingkat suci atau budiman, mencapai kesempurnaan
bahagia tiada tara.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.


( Waktu Buddha Ci Kung mengibaskan kipas Buddha, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru.

(Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, seketika Naga emas pelindung muncul,
Guru dan murid setelah naik ke atas punggung Naga, Naga emas terbang dengan
cepat ke arah Selatan )

Thung Sheng : Cuaca hari ini sangat cerah, bisa terbang bersama Guru
menunggang Naga menembus angin, sungguh menyenangkan. Murid ada
persoalan yang ingin ditanyakan pada Guru, manusia di dunia terus bertanya
apakah Buddha Ci Kung Vihara Chieen Cen sama dengan Buddha Ci Kung di Yi
Kuan Tao ? mohon penjelasan Guru.

Buddha Ci Kung : Ha... Ha... ! Manusia di dunia sangat naif. Saya cuma ada satu,
bagaimana bisa ada dua ? Hanya karena saya mendapat Titah untuk menjalankan
penyelamatan 3 alam, barulah demikian sibuk lalu lalang antara Surga dan Dunia,
tak ada waktu istirahat. Thung Sheng mempunyai akar yang baik, hati Tao yang
mendalam, sekarang mendapat Titah Tuhan, mendirikan Vihara Chieen Cen di
daerah Sin Cu, ini merupakan rezeki manusia, makanya harus banyak membantu
dalam menyelesaikan pembangunan Vihara besar. Saya juga mendapat Titah dari
Tuhan untuk membantu, sehingga sering datang ke Kuil Chieen Cen, membawa
roh Thung Sheng untuk membuat buku, untuk menggugah dan menyelamatkan
manusia, di Vihara manalah bisa mengenali saya, sampai di Kuil juga tidak
mengenalinya ? Sungguh lucu.
Thung Sheng : Terima kasih atas penjelasan Guru, murid juga ada satu perasaan,
manusia cenderung menilai ukuran Kuil besar atau kecil, untuk mengambil sikap
mau tidak kesana untuk sembahyang. Kuil yang besar umatnya banyak. Seperti
Kuil Chiien Cen dalam waktu dekat ada Pan Tao, lahannya sempit, manusia ada
kalanya naik ke loteng untuk melihatnya, dengan hati yang berpandangan sempit,
mohon Guru membantu kepala pembangunan Kuil supaya bisa cepat selesai
pembangunannya, agar umat bisa terhindar dari selisih pendapat.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Di kelenteng menjalankan tugas apa ? Saya jelaskan dulu
agar manusia tidak salah paham, nilai sebuah Kelenteng tidak terletak pada
ukuran besar kecilnya, kalau ada Malaikat maka akan ada mukjizat, air tidak
perlu di tempat yang dalam, yang ada naganya itulah yang ternama. Karena
hati manusia sangat membeda-bedakan, menggunakan ukuran Vihara besar
dan kecil untuk membahas kemukjizatan Buddha, sungguh keliru sekali. Seperti
Kuil Chieen Cen mendapat Titah Tuhan untuk membabarkan kebenaran,
dijalankan dari awal hingga akhir, tekad inilah yang paling berharga.

Setiap umat di Kelenteng menjalankan Titah Suci dengan tulus dan hormat,
manalah takut kebenaran tidak akan berkembang ? Berdasarkan laporan
Malaikat Pengawas ( Ye You Shen ) kepada penguasa Dewa Dewi, Kuil Chieen
Cen menyebarkan buku ke seluruh Taiwan, mendapat manfaat yang besar,
telah menyelamatkan banyak orang, memberi manfaat besar dalam
menyelematkan rohani manusia. Saya harap umat manusia banyak
mendukungnya, bukan hanya memupuk kebajikan tersembunyi dalam diri
sendiri, juga bisa dilimpahkan pada anak cucu dan Leluhur, kenapa ada
kebahagiaan tidak dijalankan ?

( Waktu Guru dan murid lagi bicara, Naga emas telah turun di daerah Tainan di
tempat pembudidayaan ikan Karper, terlihat ikan-ikan itu lagi istirahat, begitu
Buddha Ci Kung mengipaskan kipas Buddha, dikeluarkan satu roh di antara ikan-
ikan itu, untuk diwawancarai demi keperluan buku )

Ikan : Aii ! Bukankah saya sedang istirahat di kolam pembudidayaan ? kenapa rohani
saya bisa keluar ? Kejadian kehidupan lampau juga teringat lagi, apa yang terjadi ?

Thung Sheng : Nona, jangan takut. Saya perkenalkan diri dulu, saya adalah umat di
Kuil Chieen Cen, sekarang mendapat Titah Tuhan untuk membuat buku “Keliling
Kasus Sebab Akibat”, bersama Buddha Ci Kung kemari, semoga dengan kisah
kamu, mengapa bisa terlahir jadi ikan ? Untuk sadarkan umat manusia. Semoga
kamu bisa jelaskan dengan detail, untuk sadarkan umat manusia di dunia, amal
kebajikannya besar.
Ikan : Ternyata adalah Buddha Ci Kung yang terkenal bersama Thung Sheng dari Kuil
Chieen Cen, saya rela bersedia menceritakannya, tapi merasa sangat memalukan,
semoga tidak ditertawakan.

Buddha Ci Kung : Tidak apa-apa, ceritalah.

Ikan : Dari kecil saya terlahir dari keluarga kaya, makanan dan minuman semuanya
disediakan tanpa perlu sendiri yang membuatnya, karena ada pelayan, lagipula
dimanja oleh orang tua, sehingga menjadi kebiasaan suka belanja dan
memboroskan uang. Segala pakaian dan barang yang dipakai harus bermerek
terkenal, kalau tidak bermerek tidak mau dipakai. Satu tas yang berharga 300.000
Yuan saya juga tidak menganggapnya mahal. Seluruh badan memakai perhiasan
emas dan perak, bagaikan seorang nyonya terhormat, sepanjang hidup tidak
berhemat.

Karena ayah saya mempunyai usaha bangunan, dapat banyak keuntungan, harta
keluarga lebih dari ratusan juta, saya tiap hari memboroskannya juga tidak akan
habis-habisnya, sehingga dari kecil sudah tidak belajar sifat yang baik, tidak
belajar dengan baik, sering berkumpul dengan orang-orang yang tidak baik, hisap
candu, menggunakan obat memabukkan rohani sendiri. Meskipun hidup saya
makmur, tidak kekurangan dalam hal materi, tapi hati saya hampa.

Suatu kali menghisap ganja, tiba-tiba mengalami serangan jantung dan meninggal.
Saat itu baru usia 24 tahun, masih muda, tapi tidak beruntung harus mati
muda,setelah meninggal arwah saya masuk ke Neraka dan dihukum selama 30
tahun tapi pada saat harus terlahir lagi, Hakim Neraka di roda tumimbal lahir
menyuruh saya memilih baju bagus yang saya suka untuk dipakai, lagi senang
mencoba baju yang bagus dan pas di badan, tiba-tiba petugas Neraka mendorong
saya, saya jatuh ke roda tumimbal lahir, karena saya suka akan kepalsuan,
sehingga terlahir sebagai ikan. Corak di badan saya yang indah merupakan baju
saya, sekarang menyesal pun sudah terlambat, mohon Buddha Ci Kung dan Thung
Sheng menolong saya, selamatkan saya.

Buddha Ci Kung : Saya tidak bisa menolong kamu, baik-baiklah bertobat. Tunggu
kamu mati nanti, jika bisa mendapat badan manusia, hendaknya sayangi
dengan baik, bergiat membina diri, terlepas dari 6 jalur tumimbal lahir, baru
meruapakan jalur kebenaran. Waktu sudah tidak pagi, mari pulang ke Kuil
Chieen Cen
( Buddha Ci Kung mengembalikan roh wanita ke badan ikan, terlihat ikan
meneteskan air mata, matanya mengantar kepergian Buddha Ci Kung dan
muridnya, sungguh membuat hati orang jadi berat, kalau tahu akan begini maka
tidak akan melakukan dari awal, Guru dan murid naik ke Naga emas, Naga emas
terbang dengan cepat ke Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chieen Cen. Roh Thung Sheng kembali ke badannya )

Buddha Ci Kung : Baiklah, saya pulang.

*****

BAB 9

Tanggal 23 – 04 – 2012
BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia dalam satu kehidupan sibuk mengejar kenamaan, kejayaan,


sepanjang hidup banting tulang penuh kegalauan, demi anak bekerja keras bagaikan
sapi atau kuda, mendapatkan banyak uang tapi rata-rata didapatkan dengan cara tidak
sesuai dengan hati nurani, meskipun sudah dapat uang tapi amal kebajikannya hilang,
pada akhrinya semua jadi kosong, mengapa ? karena didapatkan dengan cara haram
maka perginya juga dengan cara haram, harta yang haram tidak bisa dinikmati terlalu
lama, saya harap manusia paham seorang budiman suka akan harta benda tapi
mendapatkannya tidak bertentangan dengan hati nurani, jangan bertindak
sembarangan, kalau tidak setelah meninggal akan meninggalkan nama yang dimaki
orang terus, diludahi oleh orang-orang di dunia, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.

( Waktu itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata-kata suci, roh Thung Sheng
seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid disini memberi salam hormat pada Guru. Barusan dengar
ucapan Guru. Murid ada merasakan manusia di dunia demi uang tapi
mengesampingkan hati nurani, berbagai macam produk yang dibuat dengan tidak
sesuai hati nurani tersedia, bukan hanya mencelakai badan orang, bahkan ada
yang mencelakai orang, sungguh jahat.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Manusia punya pandangan hanya mengutamakan


keuntungan, hanya menuntun keuntungan yang ada di depan mata, bahkan tidak
perduli hal yang akan menimpanya, di kemudian hari bacalah buku “Keliling
Neraka” yang akan mendapat hukuman berat, betapa bodohnya? Karena itu
saya mengharapkan manusia di dunia cepatlah sadar, belum terlambat. Mari
sambil jalan sambil ngobrol.
( Saat itu Buddha CI Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung segera
muncul, Guru dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan
cepat, ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru, Kuil kita ada menempatkan 2 patung Buddha baru, yang satu
adalah Yue Lao Sien Wung, satunya lagi Wen Chang Ti Cun, apakah kedua
Buddha sudah datang menolong umat manusia ? Mohon petunjuk Guru.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Belakangan ini Kuil Chieen Cen banyak melakukan
kegiatan amal, mendapat pujian dari Tuhan dan para Buddha. Yang paling
berharga dalam sepanjang hidup manusia ada 3 hal, yang pertama “Nama”
kedua “Keuntungan”, ketiga “Jodoh”.

Untuk dapatkan “Nama” bisa mohon pada Wen Chang Ti Ciun,


“Keuntungan” bisa mohon pada Kuan Sheng Ti Ciun,
“Jodoh” bisa mohon pada Yue Lao Sien Wung,
Ketiga Buddha sudah ada di Kuil Chiien Cen, ini merupakan rezeki manusia. Jika
manusia di dunia ada yang mohon 3 hal tersebut, bisa sampai ke Kuil Chiien Cen
mengucapkan ikrar untuk berbuat baik dan memohonnya, pasti bisa mendapat
bantuan dari 3 Buddha dan memenuhi keinginan hati, semoga manusia bisa
menyayanginya.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru, manusia mengetahui kabar baik
ini maka dimanfaatkan;
Mohon “Nama” (memohon nama untuk ribuan tahun)
Mohon “Keuntungan” (memohon keuntungan ribuan tahun)
Mohon “Jodoh” (memohon ikatan jodoh baik dengan manusia)
Merupakan tindakan yang lebih tinggi tingkatannya, semoga manusia bisa
meningkatkan semangat untuk menjalaninya.

(Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas turun di dalam halaman yang
empat sisinya ada bangunan, bangunan yang tengah ada seorang kakek lagi
senang bermain dengan cucunya, sungguh beruntung, membuat orang salut.
Waktu itu Buddha Ci Kung menyulap seekor serangga pemicu tidur terbang ke
arah kepala Kakek, sang kakek mulai pusing dan ingin tidur, Buddha Ci Kung
mengucapkan kata suci, mengeluarkan roh kakek. )

Kakek Tua : Yiii... ! Kalian siapa ? Kenapa datang ke rumah saya ? Ada masalah
penting apa ?

Thung Sheng : Boddisatva tua, apa kabar ? Saya perkenalkan diri dulu kepada
kakekm yang berdiri di samping saya adalah Buddha Ci Kung yang terkenal itu.
Sekarang mendapat Titah Tuhan untuk membuat buku “Keliling Kasus Sebab
Akibat”, ada Buddha Ci Kung yang membawa rohani saya keliling 3 alam untuk
membuat buku, mengunjungi kasus baik maupun buruk, untuk menasehati
manusia di dunia agar berubah menjadi baik, menyelamatkan umat manusia
kembali ke sisi Tuhan. Saya adalah medium di Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien Cen,
jika merasa terganggu, mohon kakek maklum.

Kakek Tua : Ternyata demikian, tidak tahu kedatangan Buddha Ci Kung, belum
menyambut kedatangan yang suci, mohon pengampunan.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Mana ada dosa? Asalkan kamu bisa menceritakan
kebaikan kamu untuk selamatkan manusia di dunia, maka amal kebajikannya
besar.

Kakek Tua : Memalukan ! Memalukan ! Tiada amal kebajikan, tidak tahu harus
cerita dari mana?

Thung Sheng : Yang berkebajikan merendahkan hati, hari ini Buddha Ci Kung
membawa saya kemari, Bodhisattva tua pasti melakukan kebajikan tersembunyi,
kalau tidak bagaimana mungkin diajak kemari untuk wawancara khusus?

Mengharapkan Bodhisattva tua memikirkan kepentingan umat manusia,


menceritakan kebaikan yang Anda lakukan, agar bisa menyadarkan umat manusia
memperbaiki diri menjadi baik.

Kakek Tua : Kalau memang demikian, maka akan saya sampaikan secara ringkas.
Tahun ini saya berusia 91 tahun, pada saat saya usia 65 tahun mengalami sakit
keras, hampir memasuki kematian, pada saat setengah sadar dan tidak sadar,
terlihat seorang Malaikat bermuka merah memakai perisai emas memegang
cambuk emas memberitahukan saya : Kehidupan kini karena melakukan banyak
pembunuhan, Tuhan mengurangi usia kamu 23 tahun, jika masih tidak tahu
koreksi diri untuk melepaskan makhluk hidup, maka ajal kamu sudah dekat,
selesai bicara tiba-tiba Malaikat menghilang, saya juga kaget sampai seluruh
tubuh berkeringat dingin.
Setelah sadar, saya merenungkan sejenak memang kenyataannya demikian, satu
kehidupan ini demi kenikmatan mulut, telah melakukan pembunuhan makhluk
hidup tak terhitung jumlahnya, sekarang terkena kanker hati, Dokter sudah
memvonis tinggal 2 bulan bisa bertahan hidup. Kalau memang begitu maka saya
harus memperbaiki diri pergi berbuat baik, banyak melepaskan makhluk hidup,
untuk menebus dosa kesalahan saya.
Karena itu saya memilih setiap bulan pada Ce-It ( tanggal 1 Imlek) dan Cap-Go
( tanggal 15 Imlek ) melepaskan kerang di pantai, karena semangat hidup
menyelamatkan banyak nyawa, karena saya berpikir, hanya tinggal 2 bulan
kehidupan, maka lebih baik uang simpanan saya digunakan untuk melepaskan
makhluk hidup. Dalam waktu singkat, hanya 2 bulan, sudah melepaskan
300.000 lebih makhluk hidup. Anehnya, benjolan kanker di badan saya tidak
membesar lagi dan tidak menyebar. Demikianlah setelah melewati 26 tahun,
sekarang sudah berusia 91 tahun, badan saya sehat dan kuat, tidak ada
penyakit, telinga jelas, mata masih awas, semuanya hanya mengandalkan
melepaskan makhluk hidup.

Saya punya 3 anak laki dan 2 anak perempuan, masing-masing berpendidikan


baik dan usahanya lancar dan mendapat keuntungan besar, 2 putri saya juga
menikah dengan keluarga yang baik, kehidupan keluarganya juga harmonis.
Semuanya hanya mengandalkan pelepasan makhluk hidup. Apa yang
disampaikan di atas adalah pengalaman saya setelah melepas makhluk hidup
mengalami banyak hal kemukjizatan.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! “Berbuat baik akan dapat balasan baik, berbuat jahat
dapat balasan jahat, bukannya tidak ada balasan, waktunya yang belum
sampai”. Hari ini kamu mempunyai rezeki, jabatan, lengkap dengan usia
panjang, karena kamu rajin membeli makhluk hidup dan melepaskannya, selain
menikmati usia panjang, keturunan yang kaya raya, setelah meninggal juga
menjadi Dewa. Wawancara hari ini cukup sampai disini, kembali ke Kuil.

( Saat Buddha Ci Kung mengembalikan rohani kakek tua, juga menarik kembali
serangga pembawa tidur, kakek tua tersadarkan, mengetahui Buddha datang
mengunjungi, dengan tulus berlutut di atas lantai bersujud berterima kasih. Guru
dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat menuju Kuil
Chieen Cen )

Buddha Ci Kung : Udah, saya pulang.

*****
BAB 10
Tanggal 30 – 04 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Moralitas manusia di dunia makin merosot, hati manusia sudah tidak seperti
zaman dulu. Manusia menganggap tidak membunuh, tidak merampok, sudah tidak
berdosa, justru dalam ucapan, perbuatan, tindak tanduk, semuanya menciptakan
karma kesalahan, malah masih merasa senang, menganggap diri sangat pintar, salah
besar !
Kalau sudah tahu salah bisa perbaiki, merupakan kebaikan tertinggi, mengharapkan
manusia jangan karena kejahatannya kecil lantas melakukannya, timbul pikiran
yang tidak baik, beban karma sudah tercipta, kalau tidak memperbaiki kesalahan
diri, kelak balasan hukuman Neraka sudah tiba, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid-murid, mari keliling buat buku.


(Saat itu tangan Buddha Ci Kung menepuk ringan ubun-ubun Thung Sheng, seketika
roh Thung Sheng dikeluarkan )

Thung Sheng : Disini murid memberi salam hormat pada Guru. Mohon tanya, hari
ini Guru mau kemana untuk membuat buku ?

Buddha Ci Kung : Bawa kamu ke salah satu negara bagian Amerika untuk wawancara
kasus sebab akibat narapidana yang ada di penjara.
( Waktu itu jari tangan Buddha Ci Kung menunjuk ke angkasa, Naga emas
pelindung segera muncul, Guru dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas
terbang dengan cepat ke arah Amerika )

Thung Sheng : Guru ! Pergi ke Amerika, murid baru pertama kali kesana, apakah
akan ada masalah dalam komunikasi ? Perlu tidak mencari satu Buddha yang
membantu terjemah ? karena murid khawatir nanti komunikasinya tidak lancar,
mempengaruhi tugas dalam buku.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Murid bodoh memang murid bodoh, mana perlu Buddha
penerjemah ? Rohani tidak ada masalah dalam bahasa, masing-masing umat
mengungkapkan dengan bahasa, meskipun suara yang dikeluarkan tidak sama tapi
maksudnya bisa dipahami.

Thung Sheng : Ternyata demikian, sungguh mukjizat manusia di dunia karena


masalah bahasa, anak kecil sejak Taman Kanak-Kanak sudah diajarkan bahasa
Inggris, sungguh kasihan.
Buddha Ci Kung : Ini karena orang tua di dunia, demi anaknya supaya bisa sukses
sehingga sejak kecil sudha dididik dalam bahasa Inggris, sungguh tindakan yang
serba terbalik antara “awal” dan “akhir”. Sehingga sebagian anak-anak tidak
menguasai bahasa nasional, bahkan bahasa asing juga tidak dikuasai, karena tidak
paham akan kebanaran dalam belajar bahasa.

Thung Sheng : Guru. Manusia menganggap dengan tidak membunuh, tidak


merampok, sudah tidak berdosa, bahkan terhadap penjualan narkoba, transaksi
wanita dalam bisnis sex, hisap candu (narkoba), menipu orang, tidak terlalu
dianggap, kenapa demikian? Sepertinya kebenaran yang sudah dilencengkan, lama
kelamaan juga dianggap kebenaran yang wajar, sungguh aneh.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Itulah tujuan kita hari ini, sebentar lagi akan paham.
( Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah sampai di Amerika, di
penjara salah satu negara bagian, di dalamnya banyak narapidana kasus berat,
masing-masing bagaikan siluman ganas, membuat orang kasihan akan kebodohan
dan ketidaktahuannya. Naga emas menurunkan Buddha Ci Kung dan muridnya,
Buddha Ci Kung membimbing muridnya sampai di salah satu ruang penjara, ada
satu kelompok narapidana lagi beristirahat, Buddha menggunakan kekuatannya
untuk mengeluarkan rohani mereka, untuk diwawancarai demi buat buku. )

Bule A : Kalian siapa? Mengapa bisa datang kemari ? Apa tujuan kalian?

Thung Sheng : Saya adalah “Medium” di Kuil Chiien Cen, yang disamping saya
adalah Buddha Ci Kung.

Bule A : Buddha Ci Kung? Tidak kenal ! Kami cuma percaya pada Tuhan, tapi aneh
sekali, kenapa badan Buddha ini bersinar keemasan?

Thung Sheng : Buddha Ci Kung adalah Buddha hidup dalam ajaran Buddhisme,
merupakan salah satu Buddha dengan kedudukan tertinggi. Hari ini ada jodoh, bisa
menatap Buddha, merupakan keuntungan kalian. Ceritakanlah sebab kalian berada
disini, untuk sadarkan umat manusia di dunia, juga bisa meringankan dosa kalian.

Bule A : Saya adalah seorang mahasiswa di perguruan terkenal di negara bagian ini,
karena saya sewa rumah sendiri dan mendirikan “Call girl center = pusat
penyediaan wanita panggilan”, mendapatkan uang dari bisnis sex, akhirnya di
tangkap oleh polisi, dihukum 10 tahun.

Negro B : Saya terlahir dari keluarga miskin, demi terlepas dari kemiskinan, maka
berjualan narkoba untuk menopang hidup, sehingga mendapat banyak uang haram,
saya mengandalkan kemampuan sendiri dalam mencari nafkah, tapi ditangkap oleh
polisi dan ditahan disini, saya merasa tidak bersalah.

Buddha Ci Kung : Bule A dengarkanlah baik-baik ! Kamu mestinya mempunyai masa


depan yang baik, istri cantik, anak yang cerdas, tapi karena kamu mengadakan
bisnis sex, maka rezeki, jabatan dan usia panjang kamu dihapus oleh Tuhan,
ditetapkan akan miskin, sendirian seumur hidup, ini merupakan balasan kamu.

Negro B demi uang telah melakukan pengerusakan habis-habisan hati nurani,


menjual narkoba demi kekayaan diri, juga tidak bisa diterima kebenaran semesta
alam, juga akan dihapuskan rezeki, jabatan dan usia, akan meninggal dalam
kecelakaan. Pada kehidupan yang akan datang, kalian berdua akan terlahir jadi
binatang.

(Kedua roh setelah mendengarnya, luar biasa kagetnya, memohon pada Buddha Ci
Kung untuk menolong mereka, tapi Buddha mengatakan sudah terlambat, baik-
baiklah bertobat di dalam penjara. Buddha mengembalikan roh kedua orang itu.
Bersama dengan Thung Sheng naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan
cepat menuju Kuil Chiien Cen. )

*****
BAB 11
Tanggal 07 – 05 – 2012

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI


“BAKTI” merupakan hal “UTAMA” di antara ratusan kebaikan, manusia di
dunia kalau bisa menjalankan bakti, Tuhan akan mencatat namanya, kalau mencapai
tingkat atas bisa menjadi Arahat; kalau mencapai tingkat bawah, bisa menjadi
Malaikat tingkat atas, menengah dan bawah; di dunia bisa menikmati rezeki,
kedudukan dan usia panjang sebagai balasan atas kebaikannya. Jika manusia di
dunia bisa berbakti kepada orang tuanya, pasti akan mendapat balasan baik. Beban
karma berkurang, kelak setelah meninggal gampang mendapatkan kedudukan
Dewata.
Mengharapkan manusia di dunia jangan mengejar hal sampingan dan melepaskan
yang pokok kalau bakti belum dijalankan maka tidak perlu membicarakan membina
hakekat langit, bagaikan panjat pohon untuk dapatkan ikan, bukan saja tidak
mendapatkan Tao ( kebenaran ), bahkan Neraka merupakan bagiannya. Waspadalah !

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari keliling buat buku.

( Saat itu tangan Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng
seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru. Mohon tanya, hari ini
Guru akan kemana untuk wawancara ?

Buddha Ci Kung : Tidak perlu banyak tanya, ikut Guru saja langsung berangkat.

(Saat itu Buddha memanggil dimana Naga emas. Seketika Naga emas muncul.
Guru dan Murid naik ke atas Naga, Naga emas terbang dengan cepat menuju
tempat tujuan )

Thung Sheng : Apa yang disampaikan Guru di depan tentang bakti, sering menjadi
pembahasan saya, merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
tingkat Dewata, tapi sering diabaikan oleh umat manusia, apa sebabnya ?

Buddha Ci Kung : Ha... Ha...! Pertanyaan bagus ! Pertanyaan bagus ! Buddha


menyelamatkan dunia, memberi petunjuk pada “Medium”, demi untuk menuju
ke alam para Buddha. Apa daya manusia tidak percaya, “BAKTI” kalau tidak
dijalankan, bahkan mengatakan sudah Chiu Tao, atau sudah percaya pada
ajaran Buddha, atau mengatakan saya sudah dibaptis, nantinya akan hidup
kekal, ini merupakan pandangan keliru.
Coba bertanyalah dari mana asal badan kamu? Tanpa Ibunda yang penuh kasih
dan kedua orang tua yang bersusah payah membesarkan, manalah kamu bisa
tumbuh besar menjadi manusia, bisa sekolah membaca menulis, mendapatkan
pendidikan yang tinggi, mendapat penghasilan tinggi, menikmati kehidupan
yang menyenangkan? Semuanya adalah pengorbanan orang tua yang bersusah
payah, baru ada keberhasilan kamu hari ini.

Hendaknya tahu balas budi, saat orang tua sudah lanjut usia dan jatuh sakit,
kamu justru tidak perduli dengan keadaan orang tua yang lagi menderita
karena sakit, tidak perhatikan. Bahkan ada yang mengundang tenaga kerja
asing untuk merawatnya di Rumah Sakit, selebihnya tidak perhatikan dan juga
tidak tanya, ini merupakan dosa besar.

Tidak perduli kamu sudah Chiu Tao, atau percaya pada Buddhisme atau agama
apapun, jalan menuju ke Nirwana sudah tertutup, pintu Neraka sudah terbuka
lebar. Di Nirwana sudah tidak ada namamu. Di Neraka sudah ada namamu.
Jika masih tidak tahu bertobat dan sadar, menyesal pun sudah terlambat.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk welas asih Guru, di Kuil kita banyak
saudara-saudari seumat yang berbakti pada orang tuanya, bisa menjadi teladan
bagi manusia di dunia, bolehkah Guru kasih petunjuk lagi ?

Buddha Ci Kung : Mumpung kamu punya hati ini, Guru masih bisa jelaskan lagi,
seperti kamu dan istrimu, adikmu Thung Sheng Ming San, Shu Sheng Su Lan, Cien
Sheng Shu Ju, Chen Sheng Yao Cung, Chen Sheng Pen Chin, He Sheng Jen Ming,
He Sheng Pi Cu, Yi Sheng Chi Wen, sudah termasuk daftar anak bakti.

Intinya adalah sewaktu masih hidup manfaatkan waktu untuk banyak berbakti
pada orang tua, ini merupakan landasan dasar jadi manusia, juga merupakan
pembinaan yang terbaik.

Thung Sheng : Masih ada satu pertanyaan ingin dipertanyakan pada Guru,
beberapa hari lalu ada seorang komedian gantung diri di daerah pegunungan, apa
sebab akibatnya ?

Buddha Ci Kung : Jodoh buruk, dirinya dililit oleh arwah hutang karma, juga karena
kisah cintanya keluar jalur yang diinginkan, menyalahkan diri terus, sehingga
masuk ke jalan yang tidak benar sayang sekali ! arwahnya sekarang berada di
alam “Orang Mati dengan Sia-sia”, jika tidak ada orang memberi amal kebajikan
(memupuk amal kebajikan atas namanya) mungkin dia akan dikurung 20 tahun
lebih, baru bisa lepas dari penderitaan, bodoh sekali.
Thung Sheng : Mohon tanya pada Guru, murid sering melihat di belakang orang
diikuti beberapa arwah penasaran, masa pancaran ketiga dibuka penyelamatan
umum, Tuhan demi para pembina bisa mencapai kesempurnaan lebih awal,
sehingga menginjinkan para arwah yang masih ada hutang yang belum ditagih
selama beberapa kehidupan untuk keluar dari Neraka ke dunia untuk menagih
kepada orang yang masih berhutang padanya selama beberapa kehidupan
lampau, begitu ketemu, setiap saat boleh menagihnya, sungguh mengerikan.

Ada orang karena ditagih sehingga mengalami kecelakaan badaniah bahkan


kehilangan nyawa atau kena penyakit berat atau kecelakaan kendaraan. Pada
saat melakukan pekerjaan ringan (angkat kasur) mengalami sejumlah penderitaan
kemudian meninggal mengenaskan. Tapi ada kalanya murid menggunakan mata
langit melihat banyak orang dibelakangnya diikuti arwah penasaran, kalau kasih
tahu mereka, mereka juga tidak percaya, juga tidak mau mendengar, apa daya ?

Buddha Ci Kung : Karena itulah manusia di dunia sulit diselamatkan, asalkan bergiat
untuk membabarkan kabar baik sudah cukup, semuanya mengikuti jodoh, yang
percaya akan ikuti, bagi yang tidak percaya itu adalah nasibnya, ini yang
dikatakan sulit lepas dari bencana.

Thung Sheng : Masih ada satu masalah mau mohon petunjuk Guru, sekarang
banyak sekali Kuil yang dikuasai oleh Siluman atau Asyura, di Kao Siung pernah
suatu kali ada seorang perawat ingin dihilangkan masalahnya. Setelah pulang ke
rumah malah kena yang sesat, anggota keluarga malah kerasukan roh sesat,
bukan hanya saling memukul, bahkan juga memakan kotoran orang, akhirnya
perawat itu mati kelaparan, sungguh mengenaskan. Bagaimana caranya manusia
mengenali Kuil sesat dan Kuil yang berkebenaran ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Baiklah ! Baiklah ! Pertanyaan murid baik sekali. Sekarang
ini berbagai ajaran bermunculan, hal-hal yang tidak benar, manusia demi
badannya yang lagi tidak nyaman atau menghadapi masalah yang tidak bisa
diselesaikan manusia, cenderung pergi minta tolong ke Kuil, Kelenteng, jika
pelaksana atau “Medium” punya hati yang tidak tegak, maka Kuil itu gampang
dirasuki oleh arwah yang negatif atau Siluman, manusia yang tidak tahu menahu
datang sampai ke Kuil tersebut, dengan sendirinya gampang dipengaruhi dan
dipermainkan oleh siluman. Karena itu saya kasih beberapa saran, yang bisa
membedakan Kuil negatif dengan Kuil yang Benar.

1. Lihat pelaksana atau penanggung jawab Kuil dalam mengatasi persoalan,


karena Kuil itu baik atau tidak baik, berkaitan dengan pengurusnya, jika
Pengurusnya tidak tegak maka Kuil ini akan dikuasai oleh Setan.
2. Rasakan sendiri pada saat masuk ke Kuil yang ada kebenaran pasti terasa
hawa positif yang memenuhi Kuil, seperti Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien Cen,
pasti terasa satu hawa kuat yang ramah, seluruh badan terasa nyaman, ini
bisa dirasakan oleh badan; sebaliknya jika seluruh tubuh terasa dingin dan
merinding bulu kuduknya atau merasa tubuh tidak nyaman, itulah Kuil
Negatif, maka harus segera ditinggalkan, selama tiga hari berturut-turut
bersihkan badan, maka hawa negatif di badan akan bersih dan tidak ada
masalah lagi.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru, diyakini manusia di dunia akan
bisa membedakannya, tidak akan ditipu lagi.

( Pada saat Buddha Ci Kung dan muridnya lagi bicara, Naga emas mendarat di
Afrika Tengah di padang rumput yang luas, terlihat seekor singa ganas, setelah
kenyang memakan daging rusa, sekarang lagi ngorok tertidur lelap, Buddha Ci
Kung mengibaskan kipasnya seketika roh singa dikeluarkan, ternyata seorang
anak muda. )

Anak muda : Siapa kalian ? Mengapa membangunkan saya dari tidur ?

Thung Sheng : Bicaramu tidak perlu galak, hari ini bisa mewawancarai kamu
merupakan rezeki kamu, saya adalah “Medium” di Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien
Cen, yang disamping saya adalah Buddha Ci Kung yang terkenal.

Anak muda : Tidak tahu Buddha Ci Kung yang datang, mohon pengampunan
Buddha. ( Berikutnya anak muda ini menangis tersedu-sedu )

Buddha Ci Kung : Kamu jangan menangis. Asalkan kamu bersedia menceritakan


kehidupan kamu dulu melakukan kesalahan apa, sehingga hari ini terlahir jadi
singa, untuk sadarkan umat manusia, bisa meringankan dosa kamu sebagian.

Anak muda : Sungguh memalukan, saya sebenarnya sudah Chiu Tao, mengira
sudah didaftarkan namanya di Nirwana, nama sudah dihapus di Neraka, sehingga
aktif membantu kegiatan di Vihara, baik itu urusan besar maupun kecil, tapi tidak
perdulikan orang tua yang berusia lanjut, sehingga ibu jatuh sakit, terbaring di
tempat tidur selama 10 tahun, saya biarkan dia di rumah sakit, mengundang
seorang pembantu untuk mengurusnya, sehari-hari jarang menjenguknya.

Karena perawatan yang tidak baik sehingga banyak luka berdarah. Kaki dan
tangan lama tidak digerakkan, pelan-pelan menjadi kaku, bagaikan satu mayat
hidup, saya sedikit pun tidak perhatikan, dalam hati saya pikir asalkan saya giat
membantu di Vihara, sudah bisa kembali ke Nirwana.
Siapa sangka , karena Ibu menderita penyakit parah yang mengakibatkan
kelemahan ginjal, lalu meninggal, arwahnya tidak ikhlas, sehingga ke tingkat 5 di
Neraka melapor ke Hakim Neraka bahwa saya tidak berbakti, Hakim Neraka
mengutus petugas maut ke dunia mengambil nyawa saya, untuk mencocokkan kasus
di Neraka.

Suatu hari saat saya berceramah di mimbar Vihara, tiba-tiba merasa pusing, lalu tidak
sadarkan diri. Begitu sudah sadar, tangan dan kaki sudah diborgol Petugas Maut,
diseret ke Tingkat 5 Neraka.

Hakim Neraka mengatakan “Sia-sia kamu di Chiu Tao, bahkan “Landasan Dasar” yang
harus dijalankan yaitu “BAKTI”, kamu juga tidak tahu, masih sebagai penceramah,
bimbing orang untuk membina, sungguh sudah terbalik antara awal dan akhir,
sehingga menghukum saya di Neraka selama 30 tahun, kemudian terlahir sebagai singa,
harimau, macan tutul masing-masing 10 tahun kemudian baru menjadi kelinci dan
binatang kecil lainnya, setelah selesai menjalani derita kehidupan binatang, baru
dimasukkan ke Neraka yang tidak berdasar yang sulit untuk menitis lahir lagi. Terpikir
sampai disini, saya menyesal luar biasa, mohon Guru menolong saya.

Buddha Ci Kung : Terlambat ! Dengan amal sekarang dalam menasehati umat


manusia, bisa mengurangi penderitaan kamu, semoga begitu buku ini diterbitkan
manusia di dunia jika ada yang “Tidak Berbakti”, maka segeralah perbaiki diri,
kalau tidak, menyesal pun sudah terlambat. Sekarang sudah malam, sudah boleh
pulang ke Kuil.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, mengembalikan roh anak muda
ke badan singa, Guru dan murid naik ke Naga emas lagi, Naga emas terbang
dengan cepat menuju Kuil Chiien Cen )

( Kuil Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke badan)

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 12
Tanggal 14 – 05 – 2012

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Cinta dan sex merupakan hal di dunia yang gampang membuat orang berselisih
dan posesif. Bahas cinta dulu, di tempat kerja karena sering ketemu dari pagi hingga
malam, pelan-pelan akan timbul perasaan dan mengakibatkan ikatan di luar nikah,
bukan hanya merusak diri sendiri, juga menghancurkan seluruh kehidupan keluarga
yang harmonis. Seperti komedian yang meninggal belum lama itu, karena ada ikatan di
luar nikah mengakibatkan diri sendiri masuk ke jalan tidak benar, bukan saja merusak
kebajikan sendiri, setelah mati arwahnya harus menderita di “Tempat Arwah yang
Mati Sia-sia” mendapat hukuman, selain itu juga membuat sanak family dan teman-
teman bersedih, tidak berdaya hanya bisa berkeluh kesah.

Kalau membahas sex, huruf mandarin sex, diatasnya ada satu pisau, sex tidak
memabukkan orang, hanya manusia sendiri yang mau memabukkan dirinya. Begitu
pikiran porno sudah timbul dan timbul niat buruk maka akan melakukan dosa besar
berupa perkosaan pada wanita, bukan saja diri akan dihukum berat oleh negara,
setelah meninggal masih harus mengalami berbagai siksaan di Neraka, kemudian
terlahir sebagai binatang, bertumimbal lahir menanggung derita, mohon keluar dari
derita tapi waktunya belum sampai terus. Karena itu saya menasehati manusia di
dunia hendaknya waspada, jangan melanggarnya.

Buddha Ci Kung : Murid, mari pergi buat buku.


( Saat itu kipas Buddha begitu dikipaskan, roh Thung Sheng dikeluarkan seketika )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru.

Buddha Ci Kung : Jangan sungkan. Moralitas manusia merosot, hati manusia sudah
tidak seperti zaman dulu lagi, setiap kali terjadi pelanggaran “Sex” dan “Cinta”
manusia berselisih. Hari ini Guru mau membawa kamu untuk wawancara 2
tempat, agar manusia bisa sadar, baru bisa lepas dari perbuatan karma dan tidak
terjatuh ke dalam derita 6 jalur tumimbal lahir, lalu sulit untuk lepas dari derita.

Thung Sheng : Guru berwelas asih, mengingat umat manusia gampang melakukan
pelanggaran maka dikasih tahu, untuk menyadarkan manusia, merupakan amal
kebajikan yang besar. Murid bersedia mengikuti Guru untuk wawancara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung segera
muncul, Guru dan Murid naik ke atas Naga, Naga emas terbang dengan cepat,
menuju ke “Kota Mati Sia-Sia” di Neraka )
Thung Sheng : Guru. Selama beberapa tahun murid menjalankan tugas dalam
menyelamatkan manusia, tiap kali melihat umat berkebajikan mengalami
permasalahan dalam pernikahan atau bercerai, lalu datang ke Kuil memohon
petunjuk Guru, Guru membimbing terus bagaimana cara penyelesaiannya,
sekarang murid coba menguraikan beberapa poin, jika ada yang kurang, mohon
Guru menambahkannya.

Buddha Ci Kung : Baik, katakanlah.

Thung Sheng : Kalau bicara ikatan di luar nikah, seringkali Guru membimbing kami
harus menjaga ikatan cinta antara suami istri, jangan melanggar hakekat
manusia, antara suami istri harus saling hormat menghormati, saling mencintai,
saling bersabar, saling memaklumi, saling membantu, jika manusia di dunia
mau mematuhi dan menjalankannya, mana ada timbul perasaan benci
terhadap pasangan?
Pepatah mengatakan istri yang dinikahi pada saat susah tidak boleh diceraikan,
istri yang dinikahi merupakan pasangan seumur hidup yang harus dipertahankan,
mana boleh dikhianati dan mempunyai ikatan di luar nikah ? ini merupakan
pembinaan yang bertentangan dengan hakekat kebenaran.
Pembina zaman sekarang banyak yang melanggarnya, segeralah sadar dan
perbaiki kesalahannya, kalau tidak, sulit mencapai kesempurnaan, perlu diketahui
penyelamatan umum 3 alam, pembina zaman sekarang, menjalankan hakekat
manusia kurang baik, maka pasti gagal dalam mencapai kesempurnaan.

Buddha Ci Kung :Penyampaian yang baik. Kamu bisa meresapi ucapan Buddha Fa Cu
Sheng Ciun dalam menyelamatkan umat manusia, dipahami di dalam hati
kemudian diungkapkan maksudnya lagi, boleh dikatakan memahami maksud
Buddha Fa Cu. Guru merasa senang karena pembinaan kamu sudah naik satu
tingkat lagi, Selamat.

( Saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah mendarat di “Kota Mati Sia-
sia”, semua petugas Neraka, Malaikat pengawas, rata-rata sibuk berdiri memberi
hormat menyambut kedatangan Buddha, setelah satu teriakan, Buddha Ci Kung
memerintahkan petugas Neraka membawa roh komedian yang bunuh diri untuk
dibawa kemari )

Arwah : Kamu pasti Buddha Ci Kung yang terkenal itu.


Thung Sheng : Ya. Inilah Buddha Ci Kung, disebut Guru penyelamat 3 alam.
Belakangan ini sering mendengar berita di media tentang kematian kamu, hari ini
ada kesempatan membuat buku, bolehkah diceritakan apa yang kamu rasakan
setelah bunuh diri? Untuk sadarkan umat manusia agar terhindar dari melakukan
hal yang sama, untuk kurangi beban hutang karma kamu.
Arwah : Terima kasih atas petunjuk Guru, memberi saya kesempatan untuk
menyampaikan suara hati saya, sungguh bersyukur sekali, terlebih dulu
memohon maaf beribu-ribu maaf pada umat manusia, karena waktu itu saya
gegabah sesaat dengan pandangan yang salah, sehingga membuat ibu, anak istri
serta para aktris dan teman sekalian bersedih, hati terasa sedih dan juga tidak
tega.

Kalau dari awal tahu akan mengalami banyak penderitaan dan deraan setelah
bunuh diri, jika waktu bisa diputarbalikkan, saya rela baik-baik menjadi
manusia baik-baik berbakti pada orang tua, mencintai anak istri, mulai dari
awal lagi, pasti tidak akan masuk ke jalan yang tidak benar.

Sejak saya meninggal, setiap pagi dan malam diborgol tangan dan kaki oleh
petugas Neraka, dibawa ke tempat bunuh diri, untuk mengulang perbuatan
bunuh diri lagi. Pada awalnya menganggap hanya mati sekali saja sudah bisa lepas
dari derita, menyelesaikan keruwetan pikiran, tanpa diduga sehari harus gantung
diri 2 kali lagi, sangat menderita sekali.

Teringat pada awalnya kalau bukan karena masalah kerjaan, pagi malam sering
kontak juga karena istri jauh di Amerika, masalah sex tidak bisa diselesaikan, di
tambah lagi saya terlalu banyak menggunakan perasaan, barulah tercipta
penyesalan sekarang ini.

Sekarang menyesal pun terlambat, Hakim Neraka mengatakan usia saya di dunia
belum habis sudah meninggal, memerintahkan saya harus dikurung di “Kota Mati
Sia-Sia” disiksa 15 tahun, coba pikirkan waktunya masih lama, tidak tahu
bagaimana melewatinya, mohon Buddha Ci Kung tolonglah saya, tolonglah saya.

Buddha Ci Kung : Semoga suara hati kamu bisa menggugah manusia di dunia supaya
jangan mengulangi kesalahan lagi, atau bisa memupuk amal untuk mengurangi
kesalahan, mengurangi jumlah siksaan kamu di “Kota Mati Sia-sia”

Thung Sheng : Benar apa yang Guru katakan, semoga kamu baik-baik introspeksi
diri, juga mengharap anak cucu kamu bisa memupuk amal Kebajikan untuk
dilimpahkan pada kamu, juga mengangkat arwah kamu untuk terlepas dari
penderitaan.
( Saat itu Buddha Ci Kung memerintahkan petugas Neraka membawa arwah
pendosa pulang, kemudian menuju ke tempat tujuan kedua )

Thung Sheng : Sulit sekali didapat, buat buku langsung wawancara 2 tempat
sekaligus, terlihat masalah sex dan cinta sering menimbulkan masalah dan stres
pada manusia.
Buddha Ci Kung : Betul, sekarang banyak manusia yang merusak citra dirinya karena
masalah sex, seperti beberapa hari yang lalu salah satu pemenang piagam emas
Olympiade mencari “Hot Girl” di Internet untuk diajak ngobrol, karena tidak
sengaja membocorkan identitas dirinya sehingga disandera oleh mafia, setelah di
tebus jutaan dolar baru dilepaskan dan tidak di ganggu lagi, jadi yang hobi
terhadap sex, berpantanglah !

Dosa sejenis ini tak terhitung jumlahnya, dengan contoh ini menasehati
manusia di dunia untuk berpantang, hendaknya mencintai diri sendiri dengan
membersihkan badan, jangan datangkan bencana untuk diri sendiri.

( Pada saat Guru dan murid lagi bicara, Naga emas sudah mendarat di tengah
pegunungan, tiba-tiba terdengar suara serigala, membuat Thung Sheng kaget
dan bersembunyi di belakang Buddha Ci Kung. Buddha mengucapkan kata suci
terhadap salah satu serigala dalam kelompok serigala, tiba-tiba serigala itu
tertidur, rohnya dikeluarkan, seekor serigala buas, membuat orang takut )

Buddha Ci Kung : Hari ini Buddha mendapat Titah membuat buku “Keliling Kasus
Sebab Akibat”, kamu beruntung bisa diwawancarai, cepat ceritakan kesalahan
yang kamu perbuat selama di dunia, ini bisa menebus sebagian dosa kesalahan
kamu.

Roh Serigala : Terima kasih Tuhan dan Buddha Ci Kung memberi saya kesempatan
ini, memberi saya kesempatan untuk menceritakan derita saya sebagai serigala
liar. Teringat saya dulu di dunia karena nafsu sex saya sangat kuat, demi
melepaskan hasrat, serin gmengikuti wanita yang pulang malam atau wanita yang
sendirian dengan pisau tajam atau benda tajam memaksanya ke rumah kosong
atau tempat yang sepi untuk memperkosanya, wanita yang saya hancurkan
hidupnya ada 30 orang lebih.
Suatu kali lagi melakukan kejahatan, tiba-tiba jantung berhenti berdesak dan
berakhirlah kejahatan dosa saya, karena sebagian wanita yang bersih setelah di
nodai tidak bisa menerima keadaan lantas gantung diri, melapor ke Hakim Neraka
mengikuti saya kalau melakukan kejahatan lagi, mencabut nyawa saya, ditangkap
dan dihadapkan ke Hakim Neraka di tingkat 5.
Dicocokkan dosa kesalahan saya, maka dihukum di Neraka mengalami siksaan
ratusan tahun, juga harus terlahir sebagai serigala ratusan kehidupan, sekarang
baru terlahir 3 kali tidak tahu kapan baru bisa lepas dari derita. Sungguh
menyesal sekali.

Thung Sheng : Kalau tahu akan begini, tidak akan dilakukan pada awalnya, baik-
baiklah menjalani hukuman.
Buddha Ci Kung : Baiklah, keliling hari ini kelewat lama, dikhawatirkan badan
“Medium” terlalu lelah, sekarang pulang ke Kuil.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengembalikan roh pendosa ke badannya, Guru dan
murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat menuju Kuil
Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Baiklah saya pulang.

*****
BAB 13

Tanggal 28 – 05 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI

Manusia di dunia mengutamakan uang, mematikan hatinya, demi uang dan harta,
segala perbuatan sadis bisa dilakukan, bahkan mencelakai nyawa orang, menciptakan
dosa yang sangat besar, setelah meninggal, masuk jalur binatang, mohon untuk keluar
dari derita, belum kesampaian terus, sayang sekali.
Seperti kasus belakangan ini perusahaan minimum kesehatan merek tertentu
membuat keracunan ribuan orang, nama perusahaan rusak dan kerugian materi
sampai ratusan juta dollar, sedangkan orang yang memasukkan racun hanya ditahan,
didenda 330.000 dollar, mengakibatkan satu orang meninggal dan 3 orang cedera,
sehingga dikatakan hati nurani manusia yang sudah rusak.
Berikutnya juga ada yang meniru cara menyandera para pengusaha yang baik,
disini saya , menasehati manusia di dunia, jangan menakuti dan menyandera demi
mendapatkan uang dengan gampang, karena harta itu merupakan harta yang
didapatkan dengan cara haram dikhawatirkan kamu bisa mendapatkannya tapi
tidak bisa menikmatinya, malah menciptakan dosa dan hutang karma, sulit lepas
dari derita.

Buddha Ci Kung : Murid, mari keliling buat buku.


( saat itu Buddha mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )
Thung Sheng : Disini murid memberi salam hormat pada Guru, mohon tanya hari
ini Guru akan keliling kemana ?

Buddha Ci Kung : Hari ini kita berdua tidak naik Naga, malahan mau tunggang Kuda.

Thung Sheng : Menunggang Kuda? Kenapa ?

Buddha Ci Kung : Karena hari ini akan ke Kuil Kuan Ti yang ada di Sin Cu untuk
mengunjungi Malaikat pengganti yang mewakili Kuan Ti Sheng Ciun

Thung Sheng : Kudanya dari mana?

Buddha Ci Kung : Lihat Guru punya cara.


( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung muncul di
angkasa, Buddha berkata pada Naga emas, berubah jadi Kuda, seketika Naga
emas berubah menjadi Kuda putih yang gagah, penuh semangat, sungguh seekor
kuda yang bagus, Buddha Ci Kung dan Thung Sheng sama-sama naik ke atas
punggung kuda, dengan entengnya menunggangnya menuju Kuil Kuan Ti )
Thung Sheng : Guru, murid belum pernah naik kuda, rasanya hati belum mantap,
khawatir terjatuh, bagaimana ? Di jalan banyak kendaraan yang lalu lalang, kalau
di lindas kendaraan bagaimana?

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, kendaraan yang berwujud itu tidak bisa menabrak
kita, kamu tidak perlu khawatir, Guru akan melindungin kamu, jangan khawatir
akan terjatuh, tenang saja.

Thung Sheng : Guru belakangan ini ribuan orang keracunan, membuat keresahan
masyarakat, membuat orang merasa takut dan was-was, mohon tanya pada Guru
kasus kali ini apakah ada kaitan sebab akibat ?

Buddha Ci Kung : Kesampingkan dulu masalah sebab akibat, bisa memaafkan orang
merupakan amal kebajikan juga, janganlah kebencian dibalas kebencian,
barulah bisa menyelesaikan kebencian.

Wang OO demi meminta uang tebusan, meracuni minuman (Man Niu) dan (Po Li
Tab) sungguh merupakan tindakan bodoh dan yang mengerikan. Lebih lagi
mengakibatkan seseorang meninggal dan 3 terluka, terutama korban meninggal
yang bernama Cou OO mati dengan penasaran, yang terluka juga tidak bersalah,
meskipun Wang OO sudah mengatakan minta maaf sebanyak 16 kali juga sulit
mendapatkan pengampunan maaf dari keluarga korban. Karena demi
kepentingan dirinya sendiri dengan sadisnya memasukkan racun ke dalam
minuman, sudah mematikan sifat manusia, menciptakan kesedihan ibu dan
keluarga korban, juga menghancurkan masa depan diri sendiri, sangat
disayangkan.

Sekarang selain mendapat hukuman di dunia, hukuman di Neraka nanti lebih-


lebih tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, pada kehidupan yang akan datang
masih perlu melunasi hutang karma yang telah diciptakannya kepada korban,
kebencian dari para korban, setelah karmanya selesai dilunasi masih harus
terlahir sebagai binatang, jadi sapi dan kuda, sebagai hukuman atas dosa-dosanya.

Thung Sheng : Mendengar penjelasan Guru, rasanya merinding juga sebelum


manusia melakukan dosa kesalahan, mengapa tidak dipikirkan balasan karmanya
yang sangat menakutkan ? Tunggu sudah dapat hukuman baru menyesal sudah
terlambat.

( Saat Buddha dan murid lagi bicara, kuda putih sudah sampai di Kuil Kuan Ti,
Malaikat penanggung jawab di Kuil itu sudha memimpin sejumlah Malaikat
lainnya di halaman depan Kuil untuk menyambut kedatangan Buddha CI Kung
dengan bersujud )
Buddha Ci Kung : Jangan sungkan ! Jangan sungkan ! Silahkan berdiri ! Silahkan
berdiri ! Hari ini kedatangan saya menganggu Kuil ini, mohon dimaafkan.

Malaikat Penanggung Jawab : Mari saya antar Buddha Ci Kung dan muridnya ke dalam
Kuil untuk dijamu.

( Saat itu Guru dan murid masuk ke dalam Kuil, duduk di kursi tamu, Malaikat
penanggung jawab memerintahkan Malaikat lain menyuguhkan minuman wangi
kualitas terbaik untuk dipersembahkan pada Buddha Ci Kung )

Thung Sheng : Disini saya memberi salam hormat pada Kuan Sheng Ti Ciun.
Teringat pada Tahun 1969 saya pindah dari Kota Thai Cung ke kota Sin Cu, setelah
itu saya sering sembahyang ke Kuil Kuan Ti, sering meneladani semangat
“Kesetiaan” dan “Kebenaran”. Sekarang ada kesempatan bertemu langsung
dengan yang suci, hati saya sangat gembira. Tapi yang mulia, wajahnya terlihat
putih bersih bagaikan seorang terpelajar, pegang kipas bulu, pakai topi zaman
dulu, sangat santai leluasa, mohon tanya pada yang mulia, apakah bisa
menyampaikan sebab akibat anda hingga bisa mendapat kedudukan sekarang?
Untuk menyelematkan orang di dunia agar bisa meneladani perbuatanmu, semua
orang bisa kembali ke jalan kebenaran, amal kebajikan yang besar sekali.

Malaikat Penanggung Jawab : Pujian Thung Shengm saya sungguh tidak berani
menerimanya, saya bermarga Pai bernama Sui Yun, adalah orang Shan Si, dari
kecil sudah membaca kitab Nabi Khong Hu Cu dan Nabi Meng Ce, baru tahu yang
dimaksud dengan 3 Landasan, 5 Asas, 4 Aturan, 8 Kebajikan, apalagi seumur
hidup meneladani semangat kesetiaan dan kebenaran Buddha Kuan Kung.
Karena di desa ada 3 bersaudara yang bersikap semena-mena, sering menindas
penduduk desa, penduduk hanya bisa marah tapi tidak berani
mengungkapkannya, saya sering membabarkan “Kebenaran dan Kesetiaan
Buddha Kuan Kung” kepada penduduk desa, mengharapkan bisa membimbing
hati manusia kembali ke Kebenaran.

Pada akhir Dinasti Ching, pejabat pemerintahan sangat bobrok/bejat, jika 3


bersaudara menyogok pejabat, maka yang punya uang akan dibebaskan, yang
tidak punya uang akan dihukum mati.

Saya hanyalah seorang terpelajar yang lemah, hanya bisa membabarkan


kebenaran, tidak bisa melawan mereka, sehingga berguru untuk belajar ilmu bela
diri, sampai kemampuannya bagus. Setelah berhasil menguasai ilmunya,
menetapkan hati untuk membela rakyat kecil, pergi mencari 3 bersaudara Cang,
terlebih menggunakan kata-kata yang tidak baik untuk menasehati,
mengharapkannya sadar, siap sangka mereka 3 bersaudara tidak mau mendengar
nasehat, memakai pisau mengepung dan menyerang saya. Saya sendirian harus
melawan 3 orang, meskipun akhirnya berhasil membunuh ketiganya, saya juga
terluka pada saat pertempuran.

Karena lukanya parah akhirnya meninggal dunia, penduduk desa berterima kasih
pada saya yang telah menghilangkan pengacau, membangun patung untuk
mengenang saya. Waktu saya meninggal, Hakim Neraka berdiri menyambut
kedatangan saya, juga dikasih tempat duduk, Hakim Neraka menilai saya
meninggal karena membela penduduk dalam menghalau pengacau, juga sering
membabarkan semangat “Kebenaran” dan “Kesetiaan” Buddha Kuan Kung.
Terlebih dulu membina memupuk kebajikan, tunggu 30 tahun kemudian setelah
sinar rohani saya sudah bersinar terang, diberi tugas di Kuil Buddha Kuan Kung
sebagai Malaikat Penanggung Jawab, sudah berlangsung 81 tahun lamanya. Saya
sering memperhatikan dan melindungi penduduk di Sin Cu, beruntung penduduk
di Sin Cu termasuk tulus, sehingga Kuil Kuan Ti di Sin Cu sangat ramai.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Berbuat baik dapat balasan baik, berbuat jahat dapat
balasan jahat, bukannya tanpa balasan, waktunya yang belum sampai.
Malaikat Penanggung Jawab semasa hidup sering meneladani semangat Buddha
Kuan Kung, juga diterapkan dalam kehidupan nyata. Lagi pula mempunyai amal di
desa demi penduduk menghalau pengacau, sehingga menjadi Malaikat
Penanggung Jawab di Kuil Buddha Kuan Kung, sungguh mempunyai nama harum.
Semoga manusia di dunia bisa meneladani tindakan kebenaran dari Malaikat
penanggung jawab, banyak buat amal, membina diri sudah tidak salah lagi.
Baiklah kini sudah malam, kita Guru dan murid pamitan dulu.

( Saat itu Buddha Ci Kung dan Thung Sheng naik ke kuda, kuda terbang dengan
cepat, menembus angkasa menuju Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Baiklah, saya pulang.

*****
BAB 14

Tanggal 04 – 06 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia mati-matian mencari uang, asalkan bisa mendapatkan uang,


tidak perduli uang haram pun berani didapatkannya, seperti uang haram yang
didapat dengan membabi buta, tidak bisa dinikmati lama tapi balasannya bagaikan
bayangan yang mengikuti terus, yang dikhawatirkan kamu bisa mendapatkan tapi
tidak bisa menikmatinya, Waspadalah !

Buddha Ci Kung : Murid, mari pergi buat buku.


( Begitu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng dikeluarkan
seketika )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru. Belakangan ini banyak
berita mengenai pengusaha rumah duka mengumpulkan nasi dan sayur habis
sembahyang untuk orang mati, dijual ke rumah makan untuk diolah lagi, dijual ke
orang-orang, bagaimana pandangan Guru terhadap masalah ini?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Pertanyaan baik ! Kamu bisa mengamati situasi
masyarakat sekarang ini dan ditanyakan, menunjukkan hati kamu yang baik, kita
berangkat dulu, sambil jalan sambil mengobrol.
(Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipas Buddha, munculla Naga emas, sinar
emas berkemilau cemerlang, membuat orang takjub dan segan. Guru dan murid
naik ke atas Naga emas, Naga terbang dengan cepat menuju ke tempat tujuan
hari ini )

Buddha Ci Kung : Sebenarnya nasi dan sayur sembahyang orang mati, jika anggota
keluarga tidak keberatan boleh diberikan pada babi. Jika ingin diberikan pada
orang makan, harus tanyakan pada orang yang bersangkutan, jika mereka
bersedia, tentu saja tidak ada masalah. Jika yang bersangkutan tidak bersedia,
maka semuanya harus dibuang, agar orang yang bersangkutan tidak ada unek-
unek dalam hati.

Thung Sheng : Mohon tanya pada Guru, makanan habis sembahyang pada orang
mati apa bedanya dengan makanan manusia biasanya ?

Buddha Ci Kung : Makanan sembahyangan untuk orang mati, harus melihat yang
bersangkutan semasa hidup di dunia bagaimana budi pekertinya jadi orang ?
Bagaimana penjelesannya ?
Jika yang bersangkutan ada membina, sembahyangan itu hanya menunjukkan
hati bakti dari anak cucunya, juga tidak akan dimakan maka cita rasa makanan
juga tidak berubah, tidak masalah jika diberikan kepada manusia untuk
dimakan.

Jika yang bersangkutan semasa hidupnya tidak membina, ditambah lagi


semasa hidup melakukan sejumlah dosa kesalahan, maka rohaninya akan berat
dengan dosa, karena masih serakah pada makanan dan minuman semasa
hidup, maka akan menyedot habis citra rasa makanan itu, sehingga makanan
dan sayur akan berubah warna dan rusak, ini disebabkan arwah banyak dosa,
maka makanannya jangan dimakan lagi, karena dikhawatirkan merusak
kesehatan.

Jika dosa arwah agak ringan, maka bau wangi makanan akan diambil, kualitas
makanan masih tetap baik, setelah disembahyang masih boleh dimasak ulang
untuk dimakan lagi.

Thung Sheng : Terima kasih atas penjelasan Guru. Pengelolah rumah duka belum
mendapat persetujuan dari pihak keluarga, bertindak sesuka hati menjual
makanan sembahyangan kepada rumah makan dengan harga murah, karena
demi keuntungan banyak maka rumah makan menampungnya, dimasak ulang
dan dijual lagi kepada manusia. Kedua jenis orang itu telah melanggar kesalahan
ap a? Akan menerima hukuman apa ? Untuk menghentikan tindakan yang tidak
berperikemanusiaan.

Buddha Ci Kung : Pengelola rumah duka demi keuntungan, hampir semuanya


dikumpulkan lagi dan dijual dengan harga murah, seperti bunga segar, nasi dan
sayuran,minuman kaleng dan lain-lain. Mendapatkan keuntungan dengan tidak
ada kebenaran, hati nuraninya sudah dicelakai, setelah meninggal akan
mengalami siksaan, hatinya dicabut keluar, semasa hidup keluarganya akan
berantakan, lagi pula secara hukum, akan digeledah oleh polisi dan dipenjarakan,
sudah pasti tidak akan luput.

( Saat Buddha Ci Kung bicara sama muridnya, Naga emas mendarat di tempat
sepi, ada seorang gelandangan berbaring disana, keadaannya sangat susah,
dibangun sebuah tenda reot, didalamnya kacau balau, nyamuk berterbangan,
bau busuk menusuk hidung, begitu Buddha Ci Kung dan Thung Sheng maju ke
depan, Thung Sheng mencium bau busuk, ingin muntah, untung dikasih pil
penghilang bau oleh Buddha, setelah diminum agak baikan )

Thung Sheng : Wow ! Sangat bau ! Di dalamnya masih ada tinja dan air kencing,
bagaimana bisa ditinggali orang ?
Buddha Ci Kung : Orang itu lagi mabuk, tunggu Guru mengeluarkan rohaninya untuk
ditanya.
( Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh orang itu seketika dikeluarkan,
memakai seragam polisi, penampilannya gagah, kebalikan dari orang itu,
singkatnya, beda total )

Gelandangan : Siapa kalian ? Beraninya masuk ke rumah orang, lihat saya tangkap
kalian.

Thung Sheng : Tindakan tidak jauh dari ucapan, saya adalah “Medium” dari Kuil
Nan Thian Ce Sia, yang berada di samping saya adalah Buddha Ci Kung yang
terkenal. Saya dan Buddha Ci Kung mendapat Titah dari Tuhan untuk membuat
buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”, hari ini kemari untuk wawancara,
merupakan keberuntungan kamu, melihat kamu yang gagah, mengapa bisa jadi
demikian? Bolehkah menceritakan kesalahan yang kamu lakukan, untuk sadarkan
manusia ?

Gelandangan : Sungguh memalukan. Saya adalah lulusan Sekolah Kepolisian, pada


saat itu penuh semangat ingin memecahkan kasus, pada awal menjadi petugas
polisi memberikan pelayanan, menjalankan dengan sungguh-sungguh apa adanya
dengan giat memeriksa kasus pelanggaran, sehingga naik pangkat menjadi Kepala
Polisi, berturut-turut mendapatkan penghargaan, masa depan cemerlang.

Awalnya saya bekerja dengan baik, masa depan yang gemilang, apa daya saya
terpengaruh menggunakan narkoba, perlu uang untuk membeli narkoba, mulai
memeras toko-toko, dan pedagang asongan untuk setor uang. Lokasi yang jual
produk khusus akan dikenakan biaya 100.000 Yen per bulan, toko biasa menyetor
2000-3000 Yen per bulan. Jika ada yang tidak patuh, maka akan cari alasan untuk
menggeledahnya, sehingga yang bersangkutan tidak bisa berjualan dengan lancar.
Lagipula juga dipersulit, jika ada yang belum melunasi hutangnya, ditakuti dengan
gaya preman yang membawa pistol. Demikianlah perbuatan saya, juga memaksa
wanita-wanita untuk jual diri, bersenang-senang.

Akhirnya pada suatu hari semuanya terbongkar, orang mengetahui saya


menggunakan narkoba, mendapatkan penghasilan dari perlindungan yang
bertentangan dengan hukum, sehingga diperiksa polisi dan diadili secara Hukum.

Karena terbukti bersalah maka dihukum selama 29 tahun, sekarang sudha tidak
punya apa-apa lagi. Istri saya melihat saya dipenjara karena melakukan
pelanggaran hukum, meninggalkan saya dengan membawa anak-anak, segala
harta benda di rumah juga dibawa pergi. Setelah saya selesai menjalani hukuman
dan keluar dari penjara, begitu pulang ke rumah semuanya sudah tidak ada, hati
pedih dan kesal, tapi menyesal pun sudah terlambat.

Sekarang hanya bisa menjadi gelandangan, mengemis untuk hidup, tinggal di


tenda yang kecil. Buang air besar maupun kecil dilakukan di dalam, sehingga di
dalam bau sekali, bicara sampai disini sudah tidak bisa melanjutkan lagi, hu.. hu..
hu...

Buddha Ci Kung : Kalau tahu akan begini, tidak akan dilakukan pada awalnya, sebagai
seorang polisi yang mestinya melindungi rakyat, hendaknya memberi contoh
yang teladan, membasmi penjahat demi menciptakan ketentraman, bagaimana
boleh melakukan hal yang bertentangan dengan hukum ? Menyesal pun sudah
terlambat, baik-baiklah bertobat.

( Saat itu Buddha Ci Kung, mengibaskan kipasnya, mengembalikan roh


gelandangan, Guru dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang
dengan cepat menuju Kuil Chiien Cen )

( Kuil Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Thung Sheng : Baiklah, saya pulang.

*****
BAB 15

Tanggal 18 – 06 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Setiap kali manusia di dunia menciptakan dosa, para pendosa tidak menyadari
kesalahannya, hanya memikirkan kebaikan diri sendiri, malah tidak kasihan sama
korban yang dicelakai begitu masa penghakiman sudah tiba baru menangis tersedu-
sedu memohon pada Langit dan Bumi, sudah tiada gunanya !

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.


( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Sheng : Selama seminggu tidak ketemu, apakah Guru ada melihat lomba
perahu naga dan makan Kue Cang pada perayanaa hari Kue Cang ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Guru adalah Buddha, mana perlu makan makanan
duniawi, lagipula lomba perahu naga bagi saya tidak ada artinya, kemana-mana
menyampaikan dharma untuk selamatkan umat manusia lebih bermakna.

Thung Sheng : Benar juga, kegiatan di dunia hanya bersifat memperingati saja,
tidak membawa manfaat bagi keselamatan keseluruhan.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung muncul,
seluruh angkasa di atas Kuil Chiien Cen bersinar cemerlang, sangat agung. Guru
dan murid naik ke atas punggung Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat
menuju ke tempat tujuan hari ini. )

Thung Sheng : Guru. Taiwan selama 2 minggu berturut-turut hujan deras secara
meluas menyebabkan kebanjiran di bagian selatan, kemana mata memandang
terlihat penderitaan, ini apa sebabnya ?

Buddha Ci Kung : Orang di Selatan banyak melakukan dosa kesalahan.


Thung Sheng : Bagaimana penjelasannya ?
Buddha Ci Kung : Di bagian Selatan, babi yang sudah mati karena penyakit juga dijual
di pasar, menyebabkan berapa banyak orang memakan daging babi yang sudah
tercemar ?
Lagipula para petani demi mendapatkan keuntungan yang banyak, seringkali
sebelum pestisida sayur dan buah hilang kadar racunnya, sudah dipanen dan
dijual.
Para peternak demi mendapatkan keuntungan besar, menyedot air tanah dalam
jumlah besar, membahayakan lapisan bumi, sebenarnya mencelakai diri dan
orang lain, juga memberi dampak yang besar pada permukaan Bumi.

Sudah banyak Dewa Tanah, Dewa penanggung jawab lokasi, para pengawas yang
keliling pada pagi dan malam hari sudha lapor ke kerajaan langit, Penguasa Alam
Hawa sangat marah, sehingga memerintahkan Raja Naga di Laut Timur bertindak,
beserta 4 Malaikat memberikan angin, hujan, guntur dan kilat bersama-sama
menurunkan hujan deras untuk menghukumnya.

Thung Sheng : Ternyata begitu, melihat berita di TV, kerugian yang dialami petani,
sangatlah besar, membuat orang merasa iba, murid memohon Guru menolong
mereka.

Buddha Ci Kung : Murid mempunyai hati yang welas asih, kasihan pada para petani,
nelayan tapi bukannya Guru tidak mau membantu, karena yang bisa lepaskan
lonceng adalah mereka yang mengikat lonceng, kecuali mereka bisa
memperbaiki kesalahan menjadi baik, jangan sampai hatinya disesatkan oleh
uang, kalau tidak, bencana akan berdatangan terus.

( Saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas sudah berhenti di samping
kandang babi )

Thung Sheng : Guru, Apakah sudah sampai ? Mengapa sampai di kandang babi?
Murid sudah ikrar vegetarian bersih selama 17 tahun, tidak boleh makan daging
babi, kita ganti tempat wawancara sajalah, sungguh bau sekali.

Buddha Ci Kung : Ha..! Murid bodoh, kenapa bawel lagi, babi yang dikunjungi hari ini,
ada nilai untuk menasehati manusia, lihatlah Guru mengeluarkan semua roh babi,
begitu kamu melihat akan mengetahuinya.

( Saat Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, semua babi di kandang babi


bagaikan kena hipnotis, satu demi satu ambruk tertidur dengan pulas, bersamaan
itu rohnya dikeluarkan, saat itu keluar satu kelompok besar tentara Jepang,
masing-masing mukanya mempunyai hawa pembunuhan, begitu Thung Sheng
melihat pemandangan ini, sangat kaget sehingga berlari ke belakang Buddha Ci
Kung untuk bersembunyi )

Buddha Ci Kung : Murid budiman jangan takut, tentara Jepang ini merupakan tentara
pada masa perang dunia kedua, Guru akan memanggil kepala pasukan untuk
hadir di hadapan kamu, untuk menceritakan kesalahan yang telah dilakukannya,
dengan sendirinya akan ketahuan.
( Saat itu seorang tentara pejabat mewakili yang lain maju ke depan )

Roh Babi : Aii.. ! Kalau begini, mana berani melakukan pada awalnya, kami
mendapat perintah Kaisar Jepang untuk menyerang kota Nanjing, karena
mendapat perintah atasan melakukan pembantaian kota, makanya begitu masuk
kota Nanjing. Segera dilakukan pembantaian besar-besaran.
Begitu ketemu orang langsung di penggal kepalanya, begitu ketemu bayi atau
anak kecil maka anak itu akan dilempar ke angkasa kemudian ditusuk dengan
pisau dalam keadaan hidup, hingga dia mati, kalau ketemu perempuan akan
diperkosa dulu sebelum dipenggal kepalanya, hari itu korban meninggal di
Nanjing 300.000 orang lebih, sehingga disebut pembantaian kota Nanjing.
Pada awalnya kami menganggap mematuhi perintah Kaisar adalah menjalankan
kesetiaan pada Negara, setelah meninggal akan masuk ke Nirwana, bagaiman
bisa tahu setelah meninggal rohnya masuk ke Neraka, Hakim Neraka menilai
perbuatan kami tidak lebih dari babi atau anjing, tidak ada nuraninya, sehingga
mengalami siksaan di Neraka tidak perlu dibahas lagi, lebih lagi juga dihukum
terlahir jadi babi selama 100 kali kehidupan, disembelih oleh orang Tiongkok dan
dipotong ribuan cincangan untuk membalas dosa kesalahan kami.

Coba pikirkan kesalahan besar yang dilakukan diri sendiri, kemudian pikirkan lagi
diri sendiri menjadi babi dan menderita saat dijagal, sungguh menyesal setelah
melakukan kesalahan pada awalnya.

Thung Sheng : Orang Jepang yang jahat... membunuh saudara sekandung saya,
memang layak dapat hukuman, apakah kalian tidak ada orang tua, saudara atau
pun anak istri ? Bagaimana bisa melakukan perbuatan sadis bagaikan binatang ?
Hukuman yang layak ! Hukuman yang setimpal !

Saya ingin bertanya satu hal pada kalian, makanan sisa manusia dikasih ke kalian
untuk makan, saya lihat kalian makan dengan nikmatnya, bahkan saling berebut
makan, apakah sungguh sungguh enak ? Bahkan didalamnya ada juga daging babi,
babi makan babi, apakah kalian tidak jijik ?

Roh Babi : Apalah daya, karena kalau tidak makan maka tidak dapat makanan
lagi, tidak bisa memilih, hanya bisa bertahan menelan makanan yang berasa
kecut dan bau tidak enak, kalau pun kemakan daging babi, juga tidak berdaya.
Kalau terpikir sesama jenis kami dijagal manusia, hati jadi takut juga, karena ada
orang menggunakan pisau jagal yang tajam, menusuk ke dalam leher kami, kami
terjatuh ke lantai menderita kesakitan sambil kejang-kejang, masih menggunakan
palu besar dipukulkan ke kepala kami dengan kerasn sampai mati ada juga yang
menggunakan benda tajam ditusukkan ke dalam otak kami dalam keadaan hidup
hingga mati, lebih membuat kami menderita kesakitan luar biasa.
Terpikir keadaan kami saat mati, manusia di dunia memakan dengan lahapnya,
apakah pernah memikirkan keadaan kami yang mati dengan tragisnya ?

Ada juga babi yang dipaksa makan oleh peternak, lambungnya hampir meledak
dijejali makanan, manusia baru berhenti, juga disuntik berbagai obat perangsang
agar dagingnya tebal dan bagus, berbagai tindakan yang tidak layak, semua itu
terjadi pada kami.

Terpikirkan betapa menyedihkan sebagai babi, kami menyesali tindakan kami


semasa jadi manusia. Ada balasan sebagai babi hari ini, menyesal sudah
terlambat.

Buddha Ci Kung : Kalau tahu akan begini jadinya, maka dari awal tidak akan
dilakukan, berbagai kesadisan yang dilakukan orang Jepang pada Perang Dunia
kedua, kelak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” akan banyak dibaca, untuk
mengingatkan manusia jangan melakukan kejahatan, kalau tidak, menyesal juga
sudah terlambat.

( Saat itu Buddha Ci Kung megibaskan kipasnya, seluruh roh tentara Jepang
kembali ke badan babi, saat melihat mereka bangun tersadarkan, mukanya
terlihat ketakutan )

Buddha Ci Kung : Hari ini sudah cukup lama dalam membuat buku, pulanglah.

( Saat itu Guru dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan
cepat menuju Kuil Chiien Cen )
( Sudah sampai ke Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 16
Tanggal 25 – 06 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia demi mendapatkan uang, memikirkan berbagai cara yang tidak
pantas untuk menipu, asalkan bisa menipu untuk dapatkan uang, apapun berani
dilakukan.
Ada juga bos besar yang sengaja membuat dirinya bangkrut, jerih payah
karyawan satu kehidupan sirna dalam sekejap, tidak bisa bertahan hidup. Ada yang
pinjam uang dengan bunga tinggi, bahkan bunganya sangat tinggi sekali, membuat
keluarga orang hancur berantakan, ada juga yang mendirikan perusahaan semu, uang
hasil tipuannya dilarikan, ini telah menanam “sebab” buruk, terlahir di air.
Saya tidak tega melihat manusia menciptakan dosa yang besar, sehingga
bersusah payah menasehatinya, semoga orang yang ada melanggar kesalahan ini
bisa berikrar mencetak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” ini, untuk disebarluaskan
bisa menggunakan amal menebus dosa kesalahan.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari keliling buat buku.


( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Sheng : Disini murid memberi salam hormat pada Guru. Mendengar Guru
mengatakan banyak pelanggar di bidang ekonomi, jangan-jangan tujuan keliling
hari ini ada kaitan dengannya ?

Buddha Ci Kung : Benar, sambil jalan sambil ngobrol.


( Saat Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas muncul seketika, Guru
dan murid naik ke atas Naga emas, Naga terbang dengan cepat ke tempat tujuan)

Thung Sheng : Guru. Kakak seperguruan OOO sudah berulang kali jatuh sakit kritis,
apakah boleh memohon Guru menolong dia ?

Buddha Ci Kung : Murid budiman, kamu mempunyai hati baik memperhatikan sesama
saudara seumat di Kuil, merupakan wujud pembinaan, perhitungan waktunya
sudah sampai, dengan kekuatan manusia sulit selamatkan dia, hanya bisa
mengantar kepergiannya yang terakhir, agar dia bisa dengan tenang menjalani
sisa hidupnya, Malaikat penanggung jawab Kuil akan mengaturnya, kamu tidak
perlu khawatir.

Thung Sheng : Terima kasih pada Guru dan pada Malaikat penanggung jawab uil
yang berwelas asih. Hanya melihat kakek seperguruan tidak bisa tidur dan tidak
bisa istrirahat, dengan hati bakti merawat ibunya yang lagi kritis sakitnya, hati
baktinya sungguh terpuji, karenanya mohon tanya pada Guru, semoga bisa
menolong nyawanya, sehingga dia ada lebih banyak kesempatan untuk bantu di
Kuil, memupuk amal.

Buddha Ci Kung : Lahir dan mati merupakan hal alami, ada lahir pasti ada mati,
pepatah mengatakan belum ditentukan kelahirannya, sudah ditentukan
kematiannya dulu.

Manusia belum dilahirkan sudah ditentukan tanggal matinya, kecuali ada


orang yang membina, atau ada yang memupuk amal kebajikan besar atau
yang melakukan kejahatan besar, kalau tidak, sulit merubah sebab akibat yang
sudah ditentukan.

Kalau bisa memahami hakekat kebenaran ini, pada kelahiran tidak ada yang
buat bahagia, pada kematian juga tidak perlu takut. Lagipula kehidupan
manusia di dunia, tdak bergantung pada usia panjang atau pendek, tapi
semasa hidup di dunia, apakah bisa memberikan pelayanan pada masyarakat,
negara, atau pada manusia di dunia, lalu mendapat pengakuan dari mereka,
apakah dalam hidup manusia yang singkat ini bisa memberikan sesuatu yang
besar untuk manusia di dunia dan dikenang kebaikannya.

Bagaikan Nabi Yen Hui, meskipun dalam usia muda meninggal, tapi roh sucinya
justru hidup dari zaman dulu hingga sekarang, semangatnya tidak hancur untuk
selamanya, meskipun mati tapi masih hidup semangatnya, inilah yang disebut
orang mati yang masih hidup, sebaliknya sebagian orang meskipun hidup lama di
dunia tapi sama sekali tidak ada kontribusi kepada dunia, sama saja dengan
mayat hidup. Lagipula demi keinginan pribadi masing-masing orang, menciptakan
dosa dan kejahatan, lebih lagi menigngalkan contoh buruk bagi dunia, inilah yang
disebut manusia hidup yang sudah mati.

Coba bertanya pada manusia, bagaimanakah yang membuat hidupnya agar


bermakna? Seperti para budiman dari Kuil ini bisa menjalankan Titah Tuhan,
dengan giat mewakili Tuhan membabarkan Kebenaran, ini akan meninggalkan
contoh baik ribuan tahun lagi bagi manusia di dunia. Hutang karma menagih
lalu meninggal, meskipun mati tapi semangatnya masih hidup, setelah meninggal
masih bisa mendapatkan kedudukan sebenarnya.

Thung Sheng : Terimas kasih atas petunjuk Guru, maksud Guru adalah, karena
wakil ketua Li dan kakak seperguruan Chen, mereka suami istri memupuk amal
kebajikan di Kuil, bisa membantu kakak seperguruan untuk pulang dalam keadaan
bersih dan senang, setelah melewati sejumlah pembinaan, bisa mendapatkan
kedudukan Dewata, sehingga Malaikat Penanggung Jawab Kuil berpesan pada
mereka berdua jangan risau, sebabnya ada disini.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Anak yang mau belajar, dikasih tau 1 bisa mendapatkan 3,
tidak sia-sia menjadi murid Guru, ha.. ha.. ha..

(Pada saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas pelindung sudah sampai
di permukaan Samudera Pasifik, terlihat beberapa kapal nelayan Jepang sedang
mengepung untuk menangkap seekor ikan paus, kasihan sekali ikan paus itu kena
tembak, badannya mengeluarkan darah terus, anggota penangkap ikan paus
yang berada di kapal berusaha menembak ikan, juga mengencangkan tali
pengikat, pelan-pelan menarik ikan paus mendekat ke kapal, terlihat nyawaa ikan
paus dalam keadaan kritis... )

Thung Sheng : Guru, Ikan paus dalam keadaan terancam hidupnya, bisakah Guru
menggunakan kekuatan Buddha untuk menolongnya.

Buddha Ci Kung : Bukannya Guru tidak welas asih, sebenarnya kehidupan lampau
ikan paus sangatlah berat, tunggu napasnya putus, Guru akan mengeluarkan
rohnya untuk ditanya, kamu akan tahu nantinya.

( Saat itu karena ikan paus terluka parah, pelan-pelan hilang perlawanannya
akhirnya diseret oleh nelayan ke atas kapal, berikutnya tindakan sadis mereka
membuat orang tidak tega melihatnya, ikan paus segera dipotong-potong,
dibuang darahnya, diambil minyaknya, dagingnya, ikan paus masih ada napasnya,
dibedah dalam keadaan hidup, tiba-tiba di hadapan muncul satu arwah laki-laki,
Buddha Ci Kung mengibasnya dengan kipas, arwah itu bergerak ke arah Buddha
CI Kung )

Arwah Laki-laki : Hu.. Hu.. Hu.. ! Sakit sekali, manusia sangat sadis, demi
mendapatkan keuntungan uang, menghancurkan keluarga saya, istri dan anak
anak paus saya, sudah bercerai berai, Hu.. Hu.. hu..

Buddha Ci Kung : Ikan paus ! Ikan paus ! Kamu jangan bersedih, setelah saya memberi
petunjuk kehidupan lampau kamu, kamu akan tahu kenapa mengalami derita
kesakitan yang amat sangat lalu mati.

Kehidupan lampau kamu adalah seorang saudagar, karena berhati tidak baik,
ingin mendapat uang sampingan yang haram, mengumpan orang untuk simpan
uang yang berbunga tinggi, menipu sejumlah orang yang tidak berkearifan,
membuat penghasilannya dalam satu kehidupan semuanya masuk ke dalam
perusahaan kamu.
Pada awalnya kamu tepat waktu menyebarkan bunga uang, dalam 2-3 tahun
kemudian, melihat jumlah uang simpanan sudah mencapai ratusan juta, tiba-tiba
dengan jahatnya menyatakan diri sudah bangkrut, membuat penghasilan banyak
orang dalam satu kehidupan, sirna dalam sekejap mata, kamu melarikan diri
keluar negeri bersenang-senang.
Sebagian penabung tidak bisa menerima tekanan situasi sehingga gantung diri,
ada juga yang keluarganya jadi berantakan, anak istri tercerai berai, ini adalah
kesalahan kehidupan lampau kamu.
Karena kejahatan kamu sudah berlebih maka mengalami kecelakaan, dibakar
hidup-hidup hingga mati. Setelah meninggal, arwah kamu menuju ke Neraka
mengalami berbagai siksaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, lebih
lagi tidak perlu dibahas tumimbal lahir jadi ikan paus selama ratusan kehidupan,
sebagai balasan kejahatan kamu. Sekarang kamu baru pertama jadi ikan paus,
masih ada 99 kali menunggu kamu. Baik-baiklah bertobat.

Arwah laki-laki : Ternyata demikian, aaiii.. ! Sungguh menyesal atas perbuatan dulu.

Buddha Ci Kung : Buddha menasehati manusia di dunia, “3 inch di atas kepala ada
Malaikat”, Jangan mengatakan Malaikat itu tidak terlihat lantas boleh
menindas orang, menyesatkan hati sendiri, melakukan kejahatan habis-habisan,
tidak menjalankan kebaikan, pada akhirnya yang menanggung derita juga
kamu sendiri. Baiklah, hari ini buat bukunya makan waktu lama, mari pulang ke
Kuil.

( Saat itu kipas Buddha Ci Kung dikibaskan, tiba-tiba muncullah petugas Neraka,
menangkap arwah laki-laki ke Neraka untuk dilaporkan. Guru dan Murid naik ke
atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat, menuju Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 17

Tanggal 16 – 07 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Para Bhiksu yang meninggalkan keluarga untuk membina, ke atas memikul misi
Buddha, ke bawah untuk menggugah hati manusia, hendaknya bergiat dengan baik
dalam pembinaan, menegakkan diri untuk menggugah orang, tapi sejumlah orang yang
tidak paham pembinaan hati, mengacaukan aturan Vihara, melakukan perbuatan yang
tidak berkebajikan, bukan hanya merusak aturan suci Vihara, juga telah menanam
karma buruk buat diri sendiri sehingga mendapat balasan buruk dalam tumimbal lahir,
jika diri sendiri masih tidak tahu bertobat dengan sungguh-sungguh, masih terlena dan
tidak sadar, maka sulit keluar dari penderitaan.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Shneg : Murid bersujud pada Guru, 2 minggu sudah tidak ketemu, rasanya
rindu, apakah Guru juga merasakannya ?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Mana mungkin tidak merasakannya. Guru dan muridnya
kontak batin, begitu niat hati kamu timbul, Guru langsung mengetahuinya,
bagaimana bisa tidak merasakannya ?

Karena umat yang mau menyelematkan dunia cukup banyak, memenuhi seluruh
bangunan Kuil, lagipula sudah habiskan 4 jam, Guru melihat kamu sudah lelah,
tidak tega, sehingga berhenti buat buku sebanyak 2 kali, agar kamu bisa istirahat
dengan baik. Kalau tidak badan bisa rusak karena kecapekan, kelak bagaimana
bisa mengembangkan dharma untuk menyelamatkan umat manusia ?

Thung Sheng : Terima kasih atas cinta Guru, meskipun tugas di Kuil sangat banyak,
umat yang datang berpartisipasi dan yang mohon petunjuk banyak sekali, tempat
yang kecil berhimpitan orang, tapi tidak perduli sesusah apa pun, murid akan
selesaikan tugas penyelamatan dunia, agar tidak menyia-nyiakan berkah yang
diberikan Tuhan.

Buddha Ci Kung : Ha... Ha... Ha... ! Tidak sia-sia menjadi murid baik dari Guru. Bagus !
Ini juga merupakan batu pijakan kamu untuk mencapai kesempurnaan kelak, ha...
ha...
( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, Naga emas segera muncul,
Guru dan murid segera naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan
kecepatan tinggi menuju ke tempat tujuan )

Thung Sheng : Guru. Jika Bhiksu melakukan pelecehan seksual pada Bhiksuni,
termasuk pelanggaran apa ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Pertanyaan baik ! ini juga merupakan peringatan
yang ingin Guru berikan hari ini kepada para pembina ajaran Buddhisme,
semoga mereka yang beruntung membaca buku ini, bisa melakukan koreksi diri
dan bertobat, juga mencetak buku ini untuk disebarluaskan untuk menasehati
umat di dunia, jika tidak, Neraka tanpa dasar akan menunggu kamu.

Thung Sheng : Neraka tanpa dasar ? Mengapa dihukum demikian beratnya ?

Buddha Ci Kung : Semasa Buddha Sakyamuni masih hidup di dunia, kelompok


pembina mengendalikan diri dengan disiplin keras, antara Bhiksu dan Bhiksuni
tidak boleh melanggar batas-batas yang telah ditentukan, karena masalah seksual
manusia.

Sebagai manusia ada 7 perasaan dan 6 niat, terutama seksual tidak bisa
ditiadakan. Pada saat manusia awam ada kebutuhan seksual, bisa melakukan
hubungan suami istri, tapi seorang Pembina jika sudah ada niat sex, bagaimana
menyalurkannya? Kecuali pembinaan yang sudah tinggi, sebagian pembina yang
kebajikannya belum baik, ada yang melakukan gangguan atau pelecehan seksual,
demi memenuhi hasrat binatang yang menggebu-gebu. Sebagian Bhiksuni karena
di bawah ancaman atau merasa malu, tidak berani bersuara, membiarkan para
Bhiksu bejat masiht tetap tidak berubah, tidak ada yang ditakuti, menganggap
perbuatannya tidak diketahui oleh Malaikat dan Setan. Sebenarnya sudah salah !

Yang Maha Galanvudo ( Malaikat ) sudah melapor pada Sang Buddha, hanya
menunggu kejahatannya sudah penuh, dengan sendirinya akan dapat balasan,
bahkan akan diperberat balasannya. Karena merusak kesucian ajaran Buddhisme,
mempermalu citra para Bhiksu, dosanya dilipatgandakan.

Thung Sheng : Seperti hari ini di surat kabar ada dimuat, penanggung jawab Vihara
melakukan pelecehan seksual pada 2 orang Bhiksuni, salah satunya sudah
dilecehkan secara seksual selama 3 tahun, selain itu juga dimuat 3 nama Bhiksu
yang melakukan pelecehan seksual, membuat kegemparan. Kemana perginya
tekad hati yang pada awalnya membuat dia pergi dari keluarga untuk menjadi
Bhiksu ?
Buddha Ci Kung : Masih ada yang belum diungkapkan, para Bhiksu bejat itu, telah
diturunkan perintah dari Buddha untuk diberi hukuman yang berat setelah
kejahatannya sudah penuh akan dimasukkan ke dalam Neraka tak berdasar,
jutaan tahun tidak bisa menjadi manusia lagi, sebagai hukuman berat.

Thung Sheng : Semoga para pembina yang ada melakukan pelanggaran ini,
baik-baiklah melakukan koreksi diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh,
juga mencetak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” agar disebarluaskan untuk
menasehati manusia, mungkin masih ada satu kesempatan terselamatkan.

Buddha Ci Kung : Benar ! Benar !

( Saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas berhenti di salah satu rumah
penduduk, di depan rumah ada seorang kakek berbaring di kursi malas lagi
istirahat. Kakek tua ini mempunyai wajah welas asih, sedang beristirahat, Buddha
Ci Kung dan murid turun dari Naga emas, Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci,
mengeluarkan roh kakek tua )

Kakek Tua : Aaiii... ! Bukankah saya sedang berbaring di atas kursi malas lagi
istirahat? Mengapa demikian enteng dan melayang-layang sampai kesini ?
wow... ! Apakah ini adalah Buddha Ci Kung yang terkenal itu ? saya punya mata
tapi tidak melihat (tidak tanggap) memberi salam hormat pada Buddha Ci Kung.

( Berikutnya kakek tua itu berlutut dengan hormat, memberi salam sujud pada
Buddha Ci Kung )

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! jangan sungkan ! jangan sungkan ! hari ini kemari ingin
wawancara kamu, merupakan keberuntungan kamu, bisa menceritakan
perbuatan baik kamu untuk memberi dorongan semangat pada manusia di dunia.

Kakek Tua : Saya tidak punya kebajikan, bagaimana menasehati manusia,


memalukan ! memalukan !

Thung Sheng : Bodhisattva tua terlalu sungkan. Kalau kamu tidak ada kebajikan
bagaimana mungkin Buddha Ci Kung mencari kamu ? Lagipula saya melihat di
atas kepala kamu ada sinar putih cemerlang, juga melihat pancaran sinar matamu
penuh dengan welas asih, lebih meyakinkan kakek tua mempunyai kebajikan dan
bisa berbagi dengan manusia di dunia untuk menggugah manusia, merupakan
amal kebajikan yang besar.

Kakek Tua : Memalukan ! Memalukan ! sungguh tidak ada yang perlu


diceritakan.
Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Kakek tua ini terlalu merendahkan hati, karena masalah
waktu dan juga khawatir “Medium” kecapean, biar Guru yang bercerita sajalah.
Bodhisattva tua ini aslinya adalah putra tuan tanah di daerah Nan Thou, semasa
kecil papanya sudah meninggal, mewariskan harta kekayaan yang banyak sekali,
ibunya sebagai seorang perempuan yang mendadak harus mengurus kekayaan
yang demikian banyaknya, karena risau tidak tahu bagaimana mengurusnya, tidak
lama kemudian juga jatuh sakit dan meninggal.

Kasihan sekali, semasa masih kecil kedua orang tuanya sudah meninggal, jadilah
dia seorang anak yang kaya raya, seorang anak kecil dalam waktu singkat harus
mengatasi situasi kehilangan kedua orang tuanya, juga harus mengurus adik-
adiknya yang masih kecil, boleh dikatakan sangatlah sulit.

Demikianlah pelan-pelan dia tumbuh dewasa, setelah menikah dan punya anak,
masih terus memperhatikan adik-adiknya, juga membagikan harta kekayaan
kepada adik-adiknya, membantu mereka bisa berkeluarga dan mandiri pada saat
adik-adiknya ada masalah maka dia akan membantu menyelesaikannya.

Dia mempunyai seorang adik laki-laki semasa muda tidak tahu belajar untuk maju,
ke club malam memboroskan uang, bukan hanya menghabiskan harta benda
yang telah dibagikan, masih jatuh sakit dan harus berbaring di tempat tidur.
Karena adiknya belum berkeluarga, Bodhisattva tua ini mengingat akan hubungan
saudara, sering kali tanpa diketahui oleh anak istrinya, dia mempunyai uang
simpanan hasil berhemat dalam makan dan kebutuhan, yang kemudian secara
sembunyi-sembunyi digunakan untuk bantu adiknya.

Sepatunya sudah rusak, masih tidak mau beli yang baru, sepanjang hidup
menghabiskan tabungannya demi adik-adiknya, anak istri sering hidup dalam
kondisi yang susah, meskipun istrinya sering memarahi dan mengatakan dia
bodoh, tapi dia masih tetap saja.

Demikianlah dalam satu kehidupan menjalankan Asas Persaudaraan, telah


memupuk amal kebajikan, juga merupakan satu Bodhisattva yang bisa kembali ke
surga.

Kakek Tua : Hu... Hu... hu...

Thung Sheng : Kakek Tua jangan menangis, perbuatan kamu yang baik
menggugah saya, diyakini kebaikan kamu bisa menggugah manusia di dunia
untuk berbuat Kebaikan, dengan giat menjalankan kebenaran, menjalankan
asas kemanusiaan untuk mencapai tingkat Buddha, terlepas dari derita 6 Jalur
tumimbal lahir.
Kakek Tua : Sungguh tidak berani menerimanya.

Buddha Ci Kung : Perbuatan baik Boddhisattva tua hari ini, semoga banyak
diteladani manusia di dunia. Asas persaudaraan merupakan salah satu asas
dalam 8 kebajikan, bisa dijalankan dengan baik pasti akan mencapai tingkat
Malaikat, terlepas dari 6 Jalur tumimbal lahir, membina Kebenaran pada
dasarnya demikian sederhana. Baiklah, waktu sudah malam, mari pulang ke Kuil.

( Saat itu Thung Sheng dan kakek tua saling tertawa, Buddha Ci Kung
mengucapkan kata suci mengembalikan roh kakek tua ke badannya, Guru dan
murid nagik ke Naga emas, naga emas terbang dengan cepat di angkasa menuju
Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 18
Tanggal 23 – 07 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia menganggap Setan dan Malaikat adalah omong kosong, setengah


percaya setengah tidak percaya, bahkan menertawakannya, menjelekkannya, mencibir
sinis pada para pembina, ini telah menciptakan dosa besar.
Saya mengharapkan manusia di dunia banyak-banyaklah mengucapkan kata
yang baik demi kebaikan, ucapan yang sopan untuk menasehati manusia,
membimbingnya menuju kebaikan, bagaikan musim semi yang membuat orang
terasa sejuk, membina Tao menuju kebaikan, dengan memperbaiki kesalahan, boleh
dikatakan amal kebajikan yang besar.
Semoga manusia di dunia kalau bicara selalu mengucapkan kata-kata yang
berkebajikan, jangan membicarakan kejelekan orang atau menyudutkannya, dengan
begitu beruntunglah tidak sia-sia jalani kehidupan ini, bersemangatlah.

Buddha Ci Kung : Murid, mari pergi keliling buat buku.


( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng dikeluarkan
seketika )

Thung Sheng : Murid terus memberi sujud hormat pada Guru. Cuaca sangat panas,
Guru tidak takut panas, terus menerus memberikan petunjuk suci, murid jadi
kagum.

Buddha Ci Kung : Ini juga merupakan masalah yang tidak bisa disepelekan, jadi
Buddha mempunyai tugas mewakili Tuhan untuk pergi menyelamatkan umat
manusia. Apalagi umat manusia makin hari makin tenggelam dalam kebejatan.
Hatinya makin sadis, urusan kecil pun mau ambil nyawa orang, sangat kejam,
karena itu membuat Tuhan dan para Buddha risau, Yii Ti ( Penguasa Alam Hawa )
bertindak lebih awal, satu demi satu melapor pada Yii Ti, bersedia menitis lahir ke
dunia demi menyelamatkan umat manusia, untuk selamatkan mereka yang
tersesat.

Mengharapkan hati manusia kembali bermoral, kalau tidak, saat bencana


besar datang akan terjadi pemisahan yang baik dan jahat, menyesal pun sudha
terlambat.

Thung Sheng : Terima kasih pada Tuhan dan para Buddha yang berwelas asih, demi
menyelamatkan umat manusia yang tersesat, sehingga demikian bersusah payah,
jika kita masih tidak baik-baik memperbaiki diri, apakah tidak merasa bersalah
terhadap jerih payah Buddha ?
Buddha Ci Kung : Ungkapan yang baik ! Ungkapan yang baik ! Anak pintar, boleh
sambil jalan sambil bicara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung muncul
di angkasa, Buddha Ci Kung dan murid naik ke atas Naga, Naga emas terbang
dengan cepat menuju ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru, sejak ibu meninggal, mencapai kesempurnaan, pandangan


murid jadi terbuka, lebih terbuka terhadap urusan lahir dan mati, hanya
memikirkan bagaimana mengatasi persoalan dalam membina, mengharapkan
petunjuk dari Guru.

Buddha Ci Kung : Murid ada semangat untuk maju, Guru juga merasakannya,
membina hati bukanlah diungkapkan dengan kata-kata, melainkan
peningkatan dalam suasana hati yang makin membaik, yang bisa diungkapkan
dengan kata-kata bukanlah keadaan yang sesungguhnya.

Setelah murid saya menjadi “Medium”, dengan tulus terus mewakili Tuhan
membabarkan Kebenaran, dalam rumah yang sempit menjalankan Tao, juga
mendapat fitnahan “Medium” dari Kuil OO, masih tidak marah, malah makin giat
membina dan menyelamatkan umat manusia, makin lama Kuilnya makin ramai,
setiap kali ada kegiatan, Kuil dipenuhi orang.

Jadi kamu dan istrimu yang rajin menjalankan, mendapatkan hasil yang besar.
Lagipula Tuhan sudah mengjijinkan pendirian Kuil, dalam waktu singkat akan ada
kabar baik, kamu tunggulah.

Thung Sheng : Terima kasih Guru memberi semangat dan dorongan, murid
merasakan tanggung jawab yang besar, merasa tidak keburu pergi
menyelamatkan umat manusia, sehingga tidak mengikuti pandangan sebagian
“Medium” umumnya, semuanya hanya mengandalkan hati.

Para pembina menjalankan pembinaan hati dan mulut dengan sungguh-sungguh.


Jika hati dan mulut tidak dibina, meskipun sudah puluhan tahun jadi Medium,
akan jadi bagaimana? Menciptkan dosa kesalahan, siapa yang menciptakan dosa
siapa yang menanggungnya. Sebagai “Medium” hanya membantu Malaikat
menjalankan tugas, adalah kesalahan besar jika tidak menyadarinya, sayang sekali.

Buddha Ci Kung : Hati murid welas asih, tidak tega menyerang orang merupakan
perwujudan pembinaan, karena bagaikan Buddha yang seperti tidak keburu pergi
menyelamatkan umat manusia, mana ada waktu untuk memperdulikan ejekan
orang yang tidak percaya pada Buddha ? Ini menunjukkan orang yang
bersangkutan tidak paham dan tidak ada kearifan, ha... ha... ha...

Thung Sheng : Murid punya satu pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Guru,
mengenai kerisauan orang semarga yang tidak bisa menikah, sering ketemu kasus
pasangan yang saling mencintai tapi terpaksa berpisah karena keterikatan
pandangan orang tua, mohon tanya apakah masalah ini benar?

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Pertanyaan baik ! Manusia di dunia terikat oleh
pandangan yang demikian dalam, karena pengaruh pengetahuan belakangan ini,
sehingga mereka yang semarga tidak boleh menikah, telah memutuskan banyak
ikatan jodoh yang baik, sungguh suatu kesalahan, saya akan menjelaskannya,
semoga manusia jangan terpaku pada pandangan itu, untuk menghindari
kesalahan.

Manusia mengatakan mereka yang semarga berasal dari satu leluhur, sehingga
ikatan darahnya dekat, khawatir melahirkan anak cacat mental, sehingga
ditantang ini juga ada kebenarannya, tapi kalau terpaku pada pandangan juga
bisa menciptakan kesalahan.

Karena yang semarga berasal dari leluhur berbagai marga, apa yang perlu
ditakutkan pada saat perekonomian sulit di Taiwan, sering ada kasus ini,
meskipun semarga, asalkan setelah lewat 5 generasi, tidak akan ada kasus
melahirkan anak cacat mental karena nikah semarga. Jika manusia menghadapi
masalah ini, boleh mencari silsilah turunan dulu, jangan begitu menghadapi kasus
semarga langsung putuskan semarga tidak boleh menikah, telah memutuskan
ikatan jodoh yang baik.

Pada zaman dulu, Han San atas petunjuk 2 orang Bodhisattva, melewati rumah
seorang penduduk, melihat mereka lagi ada perjamuan pesta pernikahan, begitu
dilihat dengan jelas ternyata pengantin perempuan adalah buyut dari pengantian
pria yang menitis lahir lagi yang menikah dengan cicitnya sendiri, sehingga
tertawa terbahak-bahak.

Yang saya ceritakan itu adalah pernikahan beda Marga, masih memungkinkan
kamu menikah Leluhur sendiri, coba katakan akankah melahirkan anak cacat
mental? Ap ayang saya sampaikan adalah memberi petunjuk pada manusia,
jangan terpaku pada pandangan mestinya bergiatlah membina hati memupuk
rohani, barulah menjelaskan hakekat kebenaran.

Thung Sheng : Terima kasih atas petunjuk Guru, diyakini setelah manusia membaca
bab ini, akan tersadarkan.
( Pada saat itu Naga emas pelindung mendarat di tanah lapang penjual kambing
di pasar salah satu daerah di Xin Jiang, daratan Tiongkok, terlihat seorang penjual
kambing lagi mengambil pisau ingin menjaga kambing, kambing itu meneteskan
air mata terus menerus seperti ada kata yang mau disampaikan. Buddha berwelas
asih tidak tega melihat pembunuhan, langsung menjelma dirinya jadi seorang
Biksu yang lewat di depannya )

Bhiksu : Berbuat baiklah ! Berbuat baiklah ! Amithofo, mohon tunggu


sebentar, Dengarlah omongan saya, agar kamu bisa terhindar dari kesalahan
besar.

Penjual kambing : Biksu banyak ikut campur urusan orang, saya mau bunuh kambing,
apa urusannya dengan kamu? Minggir ! Kalau tidak, saya akan potong kamu
sekalian.
( Dibilang terlambat tapi tepat waktu juga, pada saat itu pisau jagal diacungkan
ke Bhiksu, saat itu Bhiksu mengucapkan kata suci, penjual kambing menjadi kaku
tidak bisa bergerak, hanya berteriak mohon ampun Bhiksu suci ! mohon ampun
Bhiksu suci, saya tidak berani lagi, mohon Bhiksu suci lepaskan saya )

Bhiksu : Hari ini saya datang kemari untuk memberi petunjuk “Sebab Akibat”
kamu dengan kambing itu, agar kamu terhindar dari kesalahan besar.

Penjual kambing : Silahkan Bhiksu suci berbicara, saya akan dengarkan dengan
seksama

Bhiksu : Kambing itu adalah ayah kamu yang terlahir kembali, pada saat
kamu akan menusukkan pisau ke tenggorokannya, tidakkah kamu melihat air
matanya mengalir terus? Ingin memberitahukan keadaannya tapi tidak bisa
diungkapkan hatinya sangat menderita, hari ini Bhiksu sudah kasih tau.

Ayahmu dulunya adalah penjual kambing, demi kenikmatan mulut, sering


membunuh kambing untuk dimakan, satu kehidupan melakukan banyak
pembunuhan, sehingga pada saat ajal menjemput, arwah-arwah kambing pada
datang menagih, sehingga dia meninggal dalam keadaan merintih kesakitan.

Setelah dia meninggal dihukum Hakim Neraka terlahir sebagai kambing 100 kali
kehidupan, ini merupakan pertama kali sebagai kambing, hari ini melihat anaknya
sendiri yaitu kamu memegang senjata tajam ingin membunuhnya, hatinya
sungguh sedih dan khawatir, karenanya air matanya mengalir terus menerus,
mengharapkan kamu melepaskannya, saya sudah menjelaskan kehidupan kamu,
coba renungkan lagi.
( Saat itu Bhiksu mengucapkan kata suci, penjual kambing mendapat penjelasan,
mengingat kembali apa yang disampaikan Bhiksu tentang situasi ayahnya
menjelang ajal, selain takjub, memeluk kambing itu menangis sedih, saat itulah
Bhiksu itu juga menghilang )

Thung Sheng : Guru, hari ini pandangan murid jadi terbuka, keadaan yang hanya
bisa ditonton dalam sinetron atau film, bisa murid saksikan di depan mata sendiri,
sungguh membuka pandangan murid, memuji Guru mempunyai kekuatan
Buddha tiada batas.

Buddha Ci Kung : Baiklah ! Baiklah ! Semoga manusia bisa menjadikannya peringatan,


janganlah memakan yang lemah dan tidak berdaya, teganya membunuh makhluk
hidup demi kepuasan perut, kasihan sekali, Baiklah hari ini telah menghabiskan
banyak waktu, mari pulang ke Kuil.

Thung Sheng : Murid patuhi.

( Saat itu Guru dan murid berdua naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang
dengan cepat di angkasa menuju ke Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 19

Tanggal 08 – 10 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Pada awal kehidupan manusia, sifatnya polos alami tiada pamrih, sehingga
setelah meninggal dunia bisa kembali ke Nirwana, tidak perlu jatuh ke dalam 6 jalur
tumimbal lahir.
Sampai pada Dinasti Cou dan seterusnya, sifat manusia pelan-pelan berubah
menjadi jahat, baru dibentuklah Neraka, untuk menghukum rohaninya.
Sifat manusia hingga sekarang, pengaruh Budaya Barat lebih kuat daripada
budaya Timur, manusia baik dan jahat dibagi jadi 2 kelompok, yang baik makin baik,
yang jahat makin jahat, perbuatan baik tidak dijalankan, perbuatan jahat dilakukan
terus di mana-mana, senang membongkar urusan pribadi orang, bahkan digunakan
untuk memeras uangnya, ini merupakan dosa besar, membuat korban menderita dan
tidak ingin hidup lagi dan bunuh diri. Sehingga saya membahas ini, semoga manusia di
dunia jika ada melanggarnya, cepatlah sadar, jangan meneruskan perbuatan buruk,
balasan buruk pasti akan tiba.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, Mari pergi membuat buku “Keliling Kasus Sebab
Akibat”
( Saat itu Guru mengucapkan kata suci, bersamaan dengan roh Thung Sheng di
keluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru, beberapa hari sudah tidak
ketemu, murid jadi kangen sama Guru.

Buddha Ci Kung : Guru juga, karena kamu berbuat baik menolong rohani orang,
energi kamu agak terkuras, sehingga tidak memungkinkan kamu untuk keliling
maka pembuatan buku dihentikan sejenak, hari ini semangat kamu sudah
lumayan pulih, sudah boleh keliling untuk buat buku lagi.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, Naga emas pelindung muncul di
angkasa, Buddha Ci Kung dan muridnya naik ke atas Naga, Naga emas terbang
dengan cepat ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru. Beberapa hari yang lalu seorang Aktris terkenal direkam
secara rahasia ( CD hubungan sex ), digunakan untuk memeras uang dalam
jumlah besar, membuat hidupnya gelisah terus, membuat orang kasihan padanya,
meskipun hidupnya di atas rata-rata orang, tapi jika dia menjalankan kehidupan
norma tidak melakukan sex di luar nikah, manalah mungkin terjadi masalah ini?
Buddha Ci Kung : Ini merupakan peringatan pada mereka yang hobi akan sex, laki-laki
cenderung tergoda pada “Kembang Liar”, selalu ada orang yang merusak nama
baik dan citra demi “Kembang Liar”, karena mereka yang melakukan sex di luar
nikah mengira kesialan tidak akan menimpa mereka, untung-untungan
melakukannya, sehingga melakukan hal memalukan ini sekali lalu kedua kali,
kemudian ketiga kali dan seterusnya, ini merupakan hukuman bagi yang hobi sex,
tapi orang yang menjebaknya, hatinya sudah mati.

Tempat yang dikunjungi hari ini, ada kaitan dengan kasus ini. Saya menasehati
manusia di dunia cepatlah sadar, jangan terlena dalam sex terus, ketahuilah di
atas huruf mandarin sex ada satu bilah pisau. Dari dulu hingga sekarang sudah
berapa banyak ksatria yang mabuk terperangkap siasat “Perempuan”,
membuat cita-cita ksatria belum tercapai dan menyesal seumur hidup, manusia
di dunia hendaknya sadarlah.

( Pada saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas sudah sampai di hutan
rimba di tengah Afrika, terlihat banyak gorilla merah berlompatan di pohon
kesana kemari, luar biasa gembiranya. Buddha Ci Kung dan muridnya turun dari
naga emas. Guru dan murid berjalan menuju ke hadapan satu pohon besar,
terlihat seekor gorilla bulu merah lagi berayun kesana kemari. Saat itu kipas
Buddha dikibaskan, tiba-tiba gorilla merah itu merasa pusing dan ingin tidur,
kemudian tidur di atas ranting pohon, Buddha Ci Kung menepuk kepalanya,
rohani gorilla ini dikeluarkan, ternyata seorang mafia yang bertato hijau )

Thung Sheng : Mohon tanya pada abang besar, bagaimana rasanya menjadi gorilla?

Gorilla merah : Sangat susah, karena badan diselubungi kulit bulu, pada musim
dingin masih baik, pada musim panas, luar biasa kepanasan. Apalagi di hutan
Afrika banyak binatang buas, jika tidak hati-hati bisa dimakan ular besar, kamu
melihat kita berayun kesana kemari dengan gembira, sebenarnya setiap hari kami
selalu was-was, khawatir kalau tidak hati-hati maka habislah nyawa kita.

Buddha Ci Kung : Apakah kamu tahu, kenapa bisa terlahir sebagai gorilla bulu merah?

Gorilla merah : Soal itu, saya tidak tahu.

Buddha Ci Kung : Baiklah ! Saya akan bantu kamu memulihkan daya ingat.

( Saat itu Buddha meletakkan kedua tangan di ubun-ubun gorilla merah, setelah
Gorilla merah seperti tertegun dan terkejut sejenak, tiba-tiba mengalirlah air
matanya, luar biasa sedihnya... )
Buddha Ci Kung : Sudah paham ?

Gorilla merah : Sudah paham.

Thung Sheng : Maka cepatlah kamu ceritakan, untuk mengigatkan umat manusia di
dunia atau bisa menebus kesalahan kesalahan kamu yang sangat besar itu.

Gorilla merah : Masalahnya sudah jadi begini, sudah merusak moralitas, tapi jikalau
dengan menceritakan bisa meringankan dosa kesalahan, saya rela
menceritakannya.
Semoga orang yang membaca buku ini bisa menjadikan saya sebagai
peringatan, jangan mengulang hal yang sama lagi.

Pada awal masa revolusi Tiongkok, Dinasti Ching sudah hancur, ada satu anak
muda bermarga Li, ayahnya menjadi pejabat seiring dengan berdirinya negara
Republik, tapi karena ayahnya sebagai pejabat korup, sehingga keluarganya kaya
raya, yang bermarga Li orangnya murah hati, sehingga menjadi anak baik.
Setiap hari hidupnya santai, beberapa temannya yang tidak baik bertindak licik
dan buas, kemana-kemana menindas orang baik, saya adalah orang yang
bermarga Li.

Di kemudian hari, terpengaruh kebiasaan buruk dalam hisap candu, tiap hari
hisap candu, menikmati kesenangan menyedot candu meniupkan asap, pelan-
pelan menghabiskan harta keluarga. Uang hasil korupsia ayah dihabiskan saya,
sehingga menggelandang di jalanan.

Demi bertahan hidup, saya menyusun siasat bersama teman-teman jahat,


menjebak seorang bermarga Cang yang kaya, terlebih dulu kaya, terlebih dulu
saya menyediakan seorang perempuan bar yang cantik dan menarik. Tunggu
saudagar kaya yang bermarga Cang dan rekan bisnisnya membicarakan bisnis di
hotel, wanita itu terus membujuknya minum yang banyak sampai mabuk,
dibopong ke kamar, bajunya dilepas, berdua telanjang bulat di atas tempat tidur.
Saat itu saya disertai teman-teman, berpura-pura sebagai suami wanita itu,
mendobrak pintu dan masuk serta memaki. Saat itu Saudagar kaya Cang
terbangun karena kaget, melihat dirinya dan wanita bar dalam keadaan telanjang
di tempat tidur, dihina lagi, hanya bisa marah dalam hati tidak berani bicara.

Meskipun tahu sudah dijebak orang, tapi demi menjaga nama baiknya, sehignga
diperas saya terus, pelan-pelan sudah tidak punya semangat menjalankan
bisnisnya, senantiasa hidup dalam ketakutan, sampai harta bendanya ludes dan
akhirnya gantung diri.
Setelah meninggal rohnya penasaran, sampai di Neraka Tingkat kelima melapor
pada Hakim Neraka, Hakim Neraka melihat kejahatan saya sangat besar,
mengutus Petugas Neraka ke dunia untuk menyeret saya.

Saya lagi bergembira mendapatkan hasil tipuan, tiba-tiba merasa tekanan darh
saya tinggi, mata berkunang-kunang dan pusing, kemudian terjatuh mati. Begitu
saya sadarkan diri, badan saya dingin membeku jadi mayat, di depan mata saya
hanya ada Malaikat maut menyeret saya ke Neraka, setelah diperiksa oleh Hakim
Neraka, saya hanya bisa membisu dan mengakui kesalahan saya.

Kemudian disiksa di Neraka berupa dilempar ke gunung pisau, congkel hati dan
berbagai siksaan lainnya selama puluhan tahun, sampai 10 tahun yang lalu baru
terlahir sebagai gorilla bulu merah, setiap hari merasa was-was, mengalami panas
dan lembab, luar biasa menderitanya. Suatu kali tidur di atas pohon, hampir di
telan mentah-mentah oleh ular besar, sangat menyesal atas kejadian itu.

Buddha Ci Kung : Baik-baiklah. Kamu masih ada 99 kali untuk terlahir sebagai
binatang lagi, semoga kamu bisa sadar, kelak kalau ada kesempatan terlahir
jadi manusia, hendaknya jadi manusia yang baik, jangan melanggarnya lagi.

Gorilla merah : Saya akan ingat dalam hati.

( Saat itu Buddha Ci Kung melihat waktu tidak pagi lagi, mengembalikan rohani
gorilla merah ke badannya, ketika gorilla merah terbangun, di matanya masih
ada air mata, sepertinya ada merasakan dan mengalirkan air mata, Guru dan
murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat ke Kuil Chiien
Cen )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 20

Tanggal 15 – 10 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Kerisauan orang dalam mengatasi banyak persoalan, badan, mulut dan niat
menciptakan 3 badan karma yang tidak bersih. Setiap kali suka berdebat, menindas
yang baik, mengungkapkan urusan pribadi orang, menertawakan orang, dengan niat-
niat tidak baik, mencelakai orang, merasa senang bisa mencemari atau menjelekkan
orang, ini telah menciptakan dosa besar.

Saya senantiasa bersusah payah menasehati manusia di dunia, sayangnya


manusia tidak percaya dengan Hukum Sebab Akibat, tidak percaya dengan Setan dan
Malaikat, hanya percaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, karenanya beban
karma buruk memupuk terus, satu hawa jahat membumbung ke angkasa.

Setiap kali petugas Langit melaporkan ke Kerajaan Langit, membuat Penguasa


Alam Hawa marah besar, memerintahkan Malaikat wabah menurunkan penyakit di
Asia Selatan, sehingga di dunia heboh dengan Flu Burung dengan Virus H5N1,
merupakan wabah yang disebarkan oleh Malaikat Wabah di Nan Thian.

Saya tidak tega melihat umat manusia berbuat jahat tanpa menyadarinya
sehingga mendapat hukuman dari Langit sehingga rohaninya tersiksa, karena itu selagi
terjadi wabah penyakit menular yang lebih parah, sekali lagi menasehati manusia
cepatlah sadar, jangan terus berbuat tidak baik dan tidak memperbaikinya, kalau
hukuman atas perbuatannya sudah sampai, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”

( Saat Buddha Ci Kung menepukkan kipasnya ke kepala Thung Sheng, roh Thung
Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Disini murid memberi salam hormat pada Guru

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, jangan sungkan ! Rapikan pakaian, siap-siap mau
berangkat membuat buku.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, tiba-tiba Naga emas muncul, di
angkasa bersinar cemerlang keemasan berkilau, dipenuhi hawa baik, Buddha Ci
Kung dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan sangat
cepat menuju tempat tujuan hari ini )
Thung Sheng : Guru, beberapa hari yang lalu di India dan Pakistan terjadi gempa
skala 7,6 menyebabkan 10.000 lebih korban meninggal, melihat situasi yang
mengerikan di TV, membuat orang tidak tega melihatnya, terutama melihat
kekacauan dimana-mana, pemandangan mayat bergelimpangan, hati rasanya
tidak tega, tanpa disadari hati terasa pilu, sangat berharap mimpi buruk ini,
gempa bumi jangan terjadi lagi.

Buddha Ci Kung : Murid saya berhati welas asih, merasakan kepedihan setiap kali
melihat bencana di dunia, hati tidak tega dan meneteskan air mata, Guru juga
demikian. Karena manusia tersesat sifatnya sangat keras, tidak percaya pada
Dharma Buddha, sehingga sulit untuk disadarkan, tapi sebagai murid ajaran
suci jangan karena manusia sulit diselamatkan lantas tidak diselamatkan,
karena akan kehilangan sifat welas asih, dari pembina dalam menyelamatkan
manusia, karena itu hendaknya rajin membabarkan kabar penyelamatan, agar
Buddha Suci selamanya bisa diwariskan, sampai bencana angin nuklir tiba.

Thung Sheng : Baiklah ! Murid akan mengingatnya dalam hati, umat manusia yang
belum diselesaikan akan diingat, selalu mengingat pesan Guru, baru bisa
menyelamatkan umat manusia kembali ke sisi Tuhan.

Buddha Ci Kung : Sungguh tidak mudah kamu punya hati Bodhisattva ini, bisa
memikirkan umat manusia, tidak sia-sia menjadi Murid dan Guru.

Thung Sheng : Guru, setiap kali murid melihat para Bhiksu, menjalankan tugas suci
demi kesenangan diri, serakah akan uang angpao orang atau pemasukan, lagipula
lupa akan ikrar yang diucapkannya pada waktu diresmikan menjadi Bhiksu, mesti
bagaimana menyelamatkannya?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Murid saya bisa menanyakan hal ini, Guru jadi
tenang. Ini juga merupakan ujian Iblis yang harus dihadapi para pembina, mereka
yang membina pasti ada ujiannya, tanpa adanya ujian tidak akan mencapai
kesempurnaan, dengan apa Tuhan mengujinya ?

Dengan uang, harta benda, wanita, sex, kenamaan, kejayaan, jabatan atau posisi,
pada saat saling berhadapan dengan sesama pembina, mengatasi persoalan,
setiap tindak tanduk sebagai ujiannya.

Bahkan banyak para Bhiksu dan Bhiksuni karena pikirannya belum terbuka, belum
paham akan Dharma Buddha, hanya asal jadi pembina ( Bhiksu, Bhiksuni ) tapi
hatinya masih berisi hal-hal duniawi, tidak bisa dilupakan, baik itu uang, harta
benda, kenikmatan sex, hal-hal yang berkaitan dengan kenamaan dan kejayaan,
sehingga terus-menerus menciptakan beban karma kesalahan.

Seperti halnya setiap hari menjalankan Dharma Buddha hanya demi


mendapatkan angpao (uang), bukannya baik-baik memanfaatkan kesempatan
untuk mengikat jodoh baik dengan umat manusia, untuk membabarkan Dharma
Buddha, menyelamatkan umat manusia secara luas, tapi malahan melakukan satu
kesalahan, hanya memikirkan cari uang, cobalah tanyakan pembinaan jenis ini
apalah artinya?

Juga kehilangan ikrar besar yang diucapkannya pada awal menjadi pembina.
Bahkan banyak dari mereka yang melakukan skandal sex, lebih mencemarkan
nama baik ajaran Buddhisme, bukan saja tidak ada harapan kembali ke Nirwana,
malah jalan ke Neraka sudah tampak di depan mata.

Mengharapkan para pembina ( Bhiksu dan Bhiksuni ), bisa melakukan pantangan,


waspadalah dalam menjalankan pembinaan didasarkan penyelamatan umat
manusia sebagai tujuannya, tidak serakah pada uang, harta, kenikmatan sex,
kenamaan, kejayaan, jabatan atau posisi, tidak serakah akan persembahan orang,
bergiat dalam membina, baru ada harapan kembali ke Nirwana.

( Pada saat Buddha Ci Kung lagi berbincang dengan muridnya, Naga emas
pelindung sampai di lahan peternakan bebek di suatu tempat di bagian Selatan,
pelan-pelan mendarat, Buddha Ci Kung dan Murid turun dari Naga emas, berjalan
menuju ke tempat peternakan bebek, berjalan ke depan salah satu bebek lalu
berhenti )

Thung Sheng : Guru, Hari ini kenapa membawa murid ke peternakan bebek ?
Jangan-jangan mau membeli telur bebek, untuk menjamu saudara-saudari
seperguruan.

Buddha Ci Kung : Aaiii... ! Jangan bicara sembarangan, apakah kamu ada melihat
bebek yang di depan mata, terus mengalirkan air mata, sepertinya merasakan
kematiannya sudah dekat sehingga tiada henti mengalirkan air mata.

Thung Sheng : Kalau Guru tidak kasih tahu, murid masih tidak tahu, sekarang
diperhatikan dengan seksama, sungguh benar. Lagipula bebek ini dengan air mata
mengalir terus menatap Guru, Yiii... ? kenapa dia bisa melihat kita ?

Buddha Ci Kung : Ha... Ha... ! Mata binatang, matanya beda dengan mata manusia,
bisa melihat setan dan manusia yang tidak berwujud, karena belakangan ini
pemerintah ada mengumumkan pencemaran senyawa dioksin ( zat penyebab
kanker ) pada telur bebk, sehingga memerintahkan untuk membunuh bebek
petelur yang jumlahnya 410.000 ekor. Karena bebek ini tahu akan dibunuh
sehingga mengalirkan air mata tiada henti.

Thung Sheng : Sungguh tidak tega jadinya, Guru. Cepatlah keluarkan rohaninya,
agar bisa menceritakan sebab kejadian kehidupan lampau, supaya bisa
mengingatkan manusia di dunia.

Buddha Ci Kung : Baiklah ! Tunggu Saya melakukannya.


( Saat itu begitu kipas Buddha Ci Kung dikibaskan, roh bebek petelur ini
dikeluarkan, ternyata seorang Bhiksuni, melihat Buddha Ci Kung, langsung kedua
kakinya berlutut dan menangis terus )

Buddha Ci Kung : Yin Cen ( panggilan Bhiksuni ), murid saya, kalau tahu hari ini akan
begini, mana berani melakukannya dulu, hari ini sudah menerima hukuman
balasan, maka terimalah, ceritakanlah kesalahan kamu pada kehidupan lalu, bisa
menebus dosa kesalahan kamu.

Arwah pendosa : Yin Cen sudah tahu berdosa, membicarakan masa lalu sungguh
memalukan, hari ini saya bisa begini, karena pada awalnya niat hati saya
melenceng dan semakin hari semakin parah, sampai tidak bisa membebaskan diri.

Kalau memang merupakan hukuman balas atas perbuatan saya, maka saya akan
bercerita yang sesungguhnya, mengharapkan para pembina ajaran Buddha
(Bhiksu dan Bhiksuni), jangan meniru apa yang saya lakukan, baru terselamatkan !

Pada kehidupan lampau saya adalah seorang wanita rumahan, karena melakukan
banyak pembunuhan, dari kecil sudah berbadan lemah dan sakit-sakitan, orang
tua tidak sanggup merawat saya, sehingga dibawa ke salah satu Kuil untuk jadi
Bhiksuni, agar bisa tidak kelaparan, juga ada kesempatan untuk belajar, sehingga
dari kecil saya sudah menjadi Bhiksuni, setelah 3 tahun kemudian, saya
diresmikan sebagai Bhiksuni dengan simbol pencukuran rambut.

Karena dalam pembinaan harus bisa membaca kitab suci untuk bertobat, saya
dengan tulus mempelajarinya 10 tahun, kemudian saya menguasai berbagai cara
pertobatan dengan membaca kitab suci.

Karena dari kecil sudah merasa miskin sehingga sangat mengutamakan uang,
setiap kali ada umat datang minta dilakukan upacara, terlebih dahulu membahas
harganya baru bersedia melakukannya, bagi yang tidak punya uang, akan ditolak,
membuatnya kecewa dan pulang, demikianlah setiap hari sibuk, senang dengan
aktivitasnya di bidang agama, karena biaya upacara sangat mahal.
Lagipula tiap 3 atau 5 hari, umat akan menyumbang, sehingga saya menjadi
Bhiksuni yang kaya. Dalam hati berpikir, tidak disangka menjadi Bhiksuni ada
keuntungan demikian besar, sehingga semakin hanyut di dalamnya, senang sekali,
secara perlahan keluar masuk juga mulai menggunakan mobil mewah.

Karena usia makin dewasa, sulit mengendalikan nafsu hati, berhubungan badan
dengan salah satu Bhiksu di Kuil, karena perut saya semakin hari semakin besar,
maka pergi meninggalkan Kuil untuk melahirkan, pada saat melahirkan terjadi
pendarahan sehingga mati.

Setelah meninggal masih berharap bisa ke Nirwana bertemu dengan Buddha, tapi
apa daya yang tampak di hadapan mata adalah petugas Neraka yang tampangnya
seram, muka hijau dengan gigi taring, membuat saya luar biasa ketakutan.

Diseret ke hadapan Hakim Neraka. Hakim Neraka menilai saya, menjadi seorang
Bhiksuni, bukan hanya tidak mematuhi aturan suci Vihara, malah menyimpang
dari cara pembinaan yang semestinya, malah serakah terhadap sumbangan umat,
senang bisa mendapat banyak uang, juga melakukan perbuatan yang
mencemarkan, kesucian Vihara, dosa yang tidak terampuni, divonis hukuman
siksaan 30 tahun di Neraka, juga diputuskan akan terlahir sebagai bebek betina
100 kali kehidupan, sebagai hukuman balasan atas pencemaran kesucian Vihara.

Sekarang sudah terlahir 5 kali, masih ada 95 kali kelahiran, karena belakangan ini
bebek betina tercemar dengan senyawa dioksin sehingga akan dibunuh, karena
tahu ajal saya sudah dekat sehingga bersedih sekali, berharap Buddha menolong
saya.

Buddha Ci Kung : Bukannya Buddha tidak berwelas asih, tapi karena sendiri yang
berbuat dosa, maka harus diri sendiri yang menanggung akibatnya, saya tidak
bisa membantu kamu.

( Waktu itu Buddha mengibaskan kipasnya, roh Bhiksuni itu dikembalikan ke


badan bebek betina, Buddha dan muridnya naik ke atas Naga emas, Naga emas
terbang dengan cepat menujuke Kuil Chiien Cen )

*****
BAB 21

Tanggal 29 – 10 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Saya berkeliling ke penjuru dunia, dimana-mana melihat hawa dunia


membumbung ke Langit hawa serakah dan kejahatan, Malaikat pengawas dan
Malaikat pagi dan malam sudah melaporkan keadaan ini ke hadapan Yii Ti ( Penguasa
Alam Hawa ), kasus dosa sudah menumpuk tinggi bagaikan gunung.

Yii Ti pada dasarnya ingin lebih awal turunkan bencana, untunglah ada para
Buddha dan Boddhisattva yang memohon, sehingga bisa dihentikan, tapi Yii Ti
memerintahkan masing-masing Malaikat lebih cepat memberikan balasan sebab
akibat, pembalasan karma yang mestinya datang pada kehidupan yang akan datang
diubah menjadi pembalasan pada kehidupan sekarang, untuk mengungkapkan
pembalasan karma baik dan buruk, untuk memperingati manusia jangan lagi
melakukan perbuatan yang tidak baiik dan yang jahat, kalau tidak begitu
balasannya sudah datang menghukum, sulit untuk lepas dari derita.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.


( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Sheng : Cuaca mulai sejuk, murid juga merasa jauh lebih nyaman, tiap kali
cuaca panas dan lembab membuat murid sangat susah, karena harus mengalirkan
banyak keringat membasahi badan, susahnya tidak bisa diungkapkan.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha..! Murid saya menjalankan tugas besar dalam penyelamatan
3 alam, ada satu hawa kebenaran di tubuhnya, sehingga sering merasa badanya
ada satu hawa hangat yang harmonis.

Pada musim dingin meskipun sangat dingin, suhunya -10 derajat di daerah
gunung es, kamu masih bisa memakai celana pendek, baju lengan pendek, karena
dalam beberapa tahun ini giat dalam menjalankan Tao, Tuhan memberikan hawa
murni di badanmu.

Thung Sheng : Ternyata demikian, pantas, meskipun cuaca sedingin apapun, murid
juga tidak merasa dingin, hanya merasa sangat nyaman ditiup angin.

Buddha Ci Kung : Ada satu bagian kesungguhan hati dalam menjalankan Tao, maka
akan mendapatkan hasil satu bagian saja, bisa sambil mengobrol sambil jalan.
( saat itu Buddha mengucapkan kata suci, Naga emas pelindung muncul seketika,
Guru dan murid naik ke atas Naga, Naga emas terbang terbang dengan cepat,
menuju ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Hari ini keliling, cuacanya sangat bagus, seketika murid merasa
segar dan nyaman, tidak tahu hari ini akan mengunjungi tempat apa?

Buddha Ci Kung : Bawa kamu mengunjungi satu rumah hantu

Thung Sheng : Rumah hantu ? Ya... ampun ? ! Tidak ke tempat lain, mau ke rumah
hantu, buat apa? Menurut saya, lebih baik kita main ke Disneyland saja.

Buddha Ci Kung : Pikiran yang baik. Kali ini mengunjungi rumah hantu, tujuannya
membuat manusia di dunia agar mengetahui adanya Malaikat dan Hantu, jangan
hanya percaya pada teknologi saja, tidak percaya pada Malaikat dan Hantu,
bertindak seenak hati sendiri, kalau tidak begitu perbuatan buruknya sudah
banyak, baru mengetahui adanya hukuman balasan sebab akibat, waktu itu
menyesal pun sudah terlambat.

Thung Sheng : Murid ada satu pertanyaan yang ingin melaporkan pada Guru, tidak
tahu boleh atau tidak ?

Buddha Ci Kung : Boleh, kamu katakan.

Thung Sheng : Murid melihat banyak orang meskipun sebagai pembina ajaran
tertentu, tapi selalu angkuh dalam menjalankan tugas. Menilai pekerjaan mana
yang lebih rendah, menganggap pekerjaan dibidang tulis menulis lebih tinggi,
amalnya lebih besar, mengira pekerjaan membuka pintu untuk umat lebih rendah,
amalnya lebih kecil, sehingga tidak bersedia melakukannya, menganggap akan
menurunkan cita dirinya, tidak ikhlas melakukannya, mohon Guru berwelas asih
memberi petunjuk, untuk membuka pandangan melenceng dari saudara-saudari
seperguruan.

Buddha Ci Kung : Ha.. Ha.. ! Saya kira ada urusan apa, ternyata Cuma masalah ini,
baiklah saya jelaskanm untuk menyelesaikan pandangan melenceng dari para
pembina.

Manusia ingin meminjam keberadaannya di tempat suci untuk memupuk amal


kebajikan, untuk bisa menghilangkan dosa kesalahannya, kelak bisa mencapai
kesempurnaan, bisa kembali ke kerajaan Tuhan, ini merupakan pandangan yang
tegak dan perbuatan yang benar.
Tapi karena hatinya belum paham makna kebenaran, sehingga hatinya selalu
terpaku pada pandangan yang melenceng, cobalah renungkan lautan luas yang
tidak perduli dengan berbagai kotoran yang ada di dalam aliran sungai serta bisa
di tampungnya, sehingga bisa terlihat kemuliaannya. Karena kosongkan dirinya
baru bisa menampung berbagai hal, sehingga bisa bertahan lama.
Penderitaan hidup manusia singkat saja, pada kehidupan sekarang kalau tidak
bisa membenahi pikirannya kembali ke pikiran baik, hanya berebut pekerjaan
yang dianggap lebih tinggi, pandangan hati sudah melenceng, maka
pembinaannya sulit bisa mencapai kesempurnaan.

Tugas yang dikerjakan tidak dibedakan mulia atau hina, asalkan itu pekerjaan
di tempat suci, selayaknya dikerjakan dengat giat, jangan ada hati membeda-
bedakan, dengan demikian baru tidak menyia-nyiakan harapan para suci.
Umat manusia ada rohaninya, mestinya meneladani semangat Buddha,
membina diri supaya bisa memulihkan sifat rohani, jangan ada hati yang
membeda-bedakan, kalau tidak, akan ada kekurangan dalam pembinaan, tidak
akan mencapai sifat rohani secara total.

Sekarang kamu mengutarakannya, maka Guru meminjam kesempatan ini untuk


menjelaskannya, semoga murid pembina yang ada pandangan demikian bisa
dengan giat memperbaikinya, baru bisa mencapai kesempurnaan hasil.

Thung Sheng : Juga ada seorang saudara yang menjadi penceramah di kalangan Yi
Kuan Tao, pernah bertanya dan di Vihara pernah ada masalah sehingga membuat
hatinya risau, bisakah mohon petunjuk pada Guru ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan yang baik ! apa yang kamu katakan tadi, merupakan
masalah yang dihadapi oleh kalangan Yi Kuan Tao yang sekarang lagi berkembang
pesat.
Karena setelah saya kembali ke sisi Tuhan, selalu ada perselisihan, tiada henti
berebut kekuasaan sebagai Guru kedua dan ketiga. Sebagai seorang pendahulu,
Pandita, karena menganggap posisinya tinggi, sehingga sering menggunakan
kekuasaan atau nada memerintah memperlakukan para umat, membuat umat
marah dalam hati, tidak berani diungkapkan, karena itu Tao ini tidak bisa
dikembangkan dengan lancar.
Juga ada sebutan “Sengketa Nama”, dengan demikian tidak ada yang menurut
siapa pun, masing-masing menyelamatkan sendiri, membuat Guru di Nirwana
merasa sedih.

Sekarang meminjam pembuatan buku ini, memberitahukan para murid, kalau


ingin kembali ke Nirwana, harus membina diri sampai bisa menghilangkan
segala keterikatan wujud duniawi, jangan ada hati yang membedakan “saya
mulia dan kamu hina”, “saya tinggi kamu rendah”, sebagai seorang pendahulu,
pandita, hanya memikul tugas tanggung jawab yang sedikit lebih banyak dalam
menyelamatkan umat manusia, bukannya posisi dia lebih tinggi dari umat,
semestinya berwelas asih, bicara dengan suara lembut dan sopan, bersama
dengan umat merundingkan masalah bagaimana mengembangkan Tao dan
menggugah umat manusia.

Mestinya ada kerjasama di antara 18 jalur benang emas, jangan berjalan


sendiri-sendiri, karena kekuatannya gampang bubar, perkembangan Tao akan
terganggu, umat dan pendahulu di bawah satu jalur yang sama mestinya saling
menghormati jangan menganggap diri lebih tinggi dari umat, tidak mau
mendengar saran dari umat di bawahnya ( Hou Sie ), menganggap dirinya benar,
sehingga mencelakai dirinya dan orang lain, bukan saja tidak menguntungkan
bagi perkembangan kalangan Tao, bahkan mengakibatkan kecurigaan satu
sama lain, sehingga mencelakai Tao dan bertentangan dengan kebenaran.

Semoga Murid-murid syaa bisa mematuhi apa yang telah saya sampaikan,
lepaskan segala “Harga Diri”, mempertahankan semangat seperti pada saat
Chiu Tao, dengan berani maju menjalankan hati keTuhanan, dengan giat
mengutamakan ( Tao = Kebenaran ) dalam jalankan tugas, bukannya
mengutamakan pandangan (diri), ini merupakan urusan besar penyelamatan
umum, kenapa risau tidak bisa mengembangkannya ?

( Pada saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas pelindung berhenti di
angkasa di atas salah satu rumah hantu di bagian Utara, Naga emas turun
dengan pelan-pelan Guru dan murid turun dari Naga emas, melangkah masuk ke
dalam rumah hantu, karena Thung Sheng ketakutan, terus menarik ujung baju
Guru, takut kehilangan jejak membuat orang tersenyum )

Thung Sheng : Minta Guru membawa murid bermain ke Disneyland, Guru tidak
pergi, malah membawa orang jalan-jalan ke rumah hantu, sungguh membuat
orang merinding.

Buddha Ci Kung : Kamu ini murid bodoh, berpikir yang tidak-tidak, ktia yang
menjalankan tugas penyelamatan umum, sudah tidak keburu dalam
menyelamatkan umat manusia, mana ada hati untuk pergi bermain ?

Thung Sheng : Patuh pada Guru, murid lagi keringatan, beranikan diri untuk
bertanya sekarang kita mau ke lantai berapa untuk mencari saudara baik itu ?

Buddha Ci Kung : Kamu ikut Guru ke lantai 2 akan tahu sendiri.


( Sekarang Guru dan Murid naik ke lantai 2, sampai di ruang tengah, terlihat
seorang anak muda dengan muka pucat pasi, lidah menjulur panjang, berlalu
lalang di dalam kamar, mengeluh, tampangnya mengerikan, Thung Sheng
ketakutan hingga gemetaran )

Thung Sheng : Ya ... ampun ! Mohon tanya pada saudara baik ini mengapa kamu
gantung diri disini ? Mengapa arwah kamu tidak melapor ke Neraka ? Malah
tinggal disini menakuti orang ? Apakah bisa diceritakan ?

Arwah Anak muda : Saya bermarga Wu, bernama Gu Yin, pada awalnya karena
masalah kecil lalu bertengkar dengan orang tua, karena emosi sesaat, yang ada
awalnya hanya pura-pura ingin menakuti orang tua, malah terjadi beneran, tidak
hati-hati hingga mati gantung diri di kamar.

Setelah meninggal karena bunuh diri, tidak bisa melapor ke Neraka, hanya bisa
menunggu disini mencari penggantinya, setiap kali ada orang yang tidak tahu
membeli rumah ini, saya akan muncul pada malam hari untuk menakuti mereka,
karena itu tidak ada orang yang berani tinggal, tidak berani beli, sekarang saya
sendirian disini, tidak ada waktu untuk lepas dari penderitaan.

Ini juga salah diri saya yang bandel pada kehidupan lampau, suka menggantung
binatang dalam keadaan hidup, melihat mereka menderita, meronta, merintih
sampai meninggal, saya merasa senang dalam hati, tertawa terbahak-bahak
melakukan pembunuhan sadis, karena itu pada kehidupan ini hanya ada masalah
kecil sudah gantung diri, sekarang memikirkannya sungguh menyesali perbuatan
dulu.

Buddha Ci Kung : Manusia sering menggunakan kekuatannya menindas yang lemah,


menindas binatang kecil sebagai kesenangannya, bahkan disiksa sampai mati,
menciptakan dosa pembunuhan, mengakibatkan kehidupan ini harus gantung diri,
sebenarnya diri sendiri yang mendatangkannya. Kamu harus baik-baik bertobat
disini, jangan menakuti orang lagi, jika kamu bisa melakukannya, sampai
waktunya tiba, saya akan datang menyelamatkan kamu.

Arwah bermarga Wu : Terima kasih pada Buddha Ci Kung yang welas asih. Saya akan
mengingatnya dalam hati, tidak berani melupakannya.

Buddha Ci Kung : Sangat baik ! sangat baik ! Hari ini waktu sudah malam, mari pulang
ke Kuil.

( Guru dan murid berjalan keluar dari rumah hantu, naik Naga Emas pulang ke
Kuil Chiien Cen dengan kecepatan tinggi )
( Kuil Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke tubuh )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 22
Tanggal 19 – 11 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Hati manusia tidak ada kebajikan, menyiksa binatang untuk menikmati


kesenangan, tidak punya hati yang memaklumi keadaannya, kalau badan kamu diiris
pisau, bukankah akan sakit hingga ke relung hati, apa lagi menyiksa binatang ?
Sering membaca surat kabar, ada yang menggunakan gelang karet diikatkan ke
leher anjing gelandangan, membuat dia menderita luar biasa, setelah beberapa hari
kemudian kulit bagian ikatan terluka menjadi borok, kemudian meninggal.
Setiap kali saya keliling dunia, melihat banyak manusia yang menyiksa binatang,
atau dengan pisau tajam memotong kaki dan tangannya, membuat darahnya
mengalir tiada henti lalu mati, atau dengan pisau tajam memotong dagingnya seiris
demi seiris, membuatnya tersiksa kemudian meninggal dengan membawa kebencian,
inilah dosa yang dilakukan manusia di dunia, cepat-cepatlah bertobat sebelum
terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat buku.


( Saat itu Buddha mengibaskan kipasnya, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Saya memberi salam hormat pada Guru, sudah musim dingin, Langit
menjadi gelap lebih panjang waktunya perut juga gampang lapar, hari ini murid
demi pindah ke Kuil baru, sudah sibuk selama seminggu lebih, dalam hati
meskipun terasa gembira, tapi badan ini terasa lelah. Luas daerah Kuil baru ada
39 petak, tanahnya luas, bersihkannya juga melelahkan, seharian bersih-bersih,
sungguh melelahkan.

Buddha Ci Kung : Jerih payah murid, Guru mengetahuinya, juga merasa tidak tega,
dalam seminggu boleh dikatakan kamu tidak menggunakan satu hari pun untuk
istirahat dengan baik, pagi hari selain sibuk mencari nafkah, pada malam hari
sudah banyak orang yang antri untuk ditolong, karena itu luar biasa lelahnya,
kalau bukan karena ketulusan dalam membantu Buddha Suci dalam
menyelematkan umat manusia, sebagian umat biasa tidak sanggup
menjalankannya.

Thung Sheng : Guru terlalu memuji, sebenarnya apa yang dilakukan murid
hanyalah hal yang wajar, siapa suruh murid berikrar jadi Buddha Ci Kung kecil?
Tentu saja haru meneladani semangat Guru, tapi yang paling menjadi beban di
hati murid, masih masalah keuangan. Demi membangun Kuil baru, murid harus
menanggung hutang sebanyak 4.210.000, bebannya berat, semoga banyak umat
yang berkebajikan membantunya, kalau tidak punya kekayaan dan tidak ada uang.
Buddha Ci Kung : Mendengarnya Guru jadi pilu, sungguh luar biasa kamu ini, demi
kebenaran Tao, demikian tulus hati mengorbankan diri, bisa menjadi contoh
teladan para pembina, murid jangan khawatir, Guru akan membantu kamu secara
diam-diam.

Thung Sheng : Ada pepatah mengatakan tak ada yang memahami anak selain
bapaknya, saya mengatakan tak ada yang memahami murid selain Gurunya,
adanya kepastian dari Guru, meskipun murid harus memikul lebih banyak
tanggung jawab, lebih banyak hutang, juga ikhlas.

Buddha Ci Kung : Boleh sambil jalan sambil ngobrol.

( Saat itu begitu kipas Buddha dikibaskan, Naga emas pelindung muncul di
angkasa, warna emas berkemilauan, angkasa yang gelap jadi bersinar terang,
membuat orang berhenti dan memperhatikannya, Guru dan murid naik ke atas
Naga, Naga emas terbang dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kunjungan
hari ini )

Thung Sheng : Guru ! Tidak mungkin membina tingkat kesempurnaan,


rintangannya ada dimana ? Bolehkah Guru kasih petunjuk ? Untuk menyelesaikan
ketidaktahuan manusia di dunia.

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Manusia sulit membina sampai mencapai


kesempurnaan, karena dililit oleh beban hutang karma selama beberapa
kehidupan, ditambah lagi pada kehidupan sekarang tidak cukup dalam
memupuk amal kebajikan, sehingga kebanyakan orang sebelum hutang
karmanya lunas, sudah jatuh sakit dan meninggal dunia, maka harus datang ke
dunia lagi masuk ke Jalur Tumimbal Lahir, tiada hentinya dalam beberapa
kehidupan.

Thung Sheng : Kalau begitu, murid ingin bertanya pada Guru, mestinya harus
bagaimana menjalankannya? Baru bisa cepat mencapai kesempurnaan, kembali
ke Nirwana, lebih awal kembali ke sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Buddha Ci Kung : Murid bertanya dengan baik, manusia cenderung tidak bisa
memandang terbuka pada uang, jika bisa memandang terbuka, seperti Kuil
Chiien Cen pindah ke Kuil baru serta kebutuhan untuk membangun Vihara baru
perlu biaya besar, jika bisa membantu dengan ikhlas merupakan amal
kebajikan yang besar.

Thung Sheng : Yang dimaksud Guru “Amal Kebajikan Besar”, bisa tolong dijelaskan?
Buddha Ci Kung : Sederhana penjelasannya, tapi sulit dijalankan, seperti contoh Kuil
Chiien Cen, dibawah kepengurusan murid, makin hari makin berkembang,
Buletin menyelamatkan umat manusia diterbitkan terus, orang yang
diselamatkan sudah tak terhitung jumlahnya, diri sendiri sudah melakukan
amal istimewa.

Sekarang kalau ingin memperbesar skala penyelamatan manusia, memperluas


Kuil, para pembina mestinya menyumbangkan uang yang sifatnya sementara
untuk mendukungnya, agar kalangan KeTuhanan bisa lebih cepat melunasi
hutangnya.

Berdasarkan aturan Langit, di dunia ada membantu pembangunan Kuil ada


amalnya berdasarkan jumlah sumbangannya besar atau kecil, Tuhan akan
memberikan rezeki, jabatan dan usia panjang, selain itu amalnya masih bisa
melindungi anak cucu, bahkan bisa membuat arwah Leluhurnya bisa lepas dari
penderitaan mendapatkan kebahagiaan, bisa mendapatkan kedudukan, juga
bisa membantu diri lebih awal mencapai kesempurnaan, satu tindakan
mendapat 3 hasil, mengapa ada kebahagiaan tidak dijalankan ?

Setelah Kuil selesai dibangun, masih terus menyelamatkan umat manusia,


amalnya lebih tidak terbayangkan, sehingga dikatakan rezekinya luar biasa.

Thung Sheng : Mendirikan Kuil sudah mempunyai amal kebajikan yang luar biasa,
tidak terbayangkan, disini saya menyeruka pada umat manusia, manfaatkan
kesempatan yang sulit didapat ini, baik-baiklah membantu kalangan keTuhanan

( Pada saat Guru dan murid lagi berbincang, Naga emas berhenti di depan sebuah
rumah sakit. Guru dan murid turun dari naga emas, berjalan ke rumah sakit
masuk ke ruang ICU, melihat seorang pasien di lehernya sudah luka menimbulkan
bau busuk, membuat orang tidak tega melihatnya. Saat itu Buddha mengibaskan
kipas, rohani pasien dikeluarkan )

Arwah Pasien : Siapa kalian berdua? Mengapa masuk ke dalam ruang perawatan
saya?

Buddha Ci Kung : Hari ini datang untuk wawancara kamu, karena perbuatan jahat
kamu pada kehidupan lampau, bisa digunakan untuk mengingatkan umat
manusia sehingga khusus datang mewawancarai, pertama bisa mengurangi
beban kesalahan kamu, kedua bisa menasehati umat manusia, jangan menyiksa
binatang lagi.
Arwah Pasien : Kali ini leher saya terkait kawat papan reklame, saluran pernafasan
hampir putus, nyawa dalam keadaan kritis, tidak tahu kehidupan lampau telah
melakukan kesalahan apa sehingga mendapat balasan buruk ini ?

Buddha Ci Kung : Boleh lihat cermin mustika ini, kamu akan tahu sendiri.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibas cermin mustika sejenak, di dalam cermin
menampilkan pemandangan yang sadis. Seorang anak yang bandel, sedang
mengikatkan satu karet gelang ke leher seorang anjing, anjing itu merintih terus,
anak kecil tidak melepaskannya malah tertawa terbahak-bahak, merasa senang.
Terlihat luka anjing pelan-pelan membusuk, bukannya kasihan, malah tambah
senang. Anjing itu mengalami penyiksaan keras, sehingga beberapa hari
kemudian, karena luka membusuk menyebabkan anjing merintih menderita
kemudian mati, sebab yang tidak hati-hati mengakibatkan berakhirnya satu
kehidupan yang singkat )

Arwah Pasien : Sungguh tidak disangka, cermin itu bisa melihat kejadian saya pada
kehidupan lampau, maka pada kehidupan ini leher saya dipotong oleh papan
reklame, apakah merupakan akibat penyiksaan binatang pada kehidupan lalu ?

Buddha Ci Kung : Benar.

Thung Sheng : Umat manusia takut akan hasil, Bodhisattva takut akan sebab, tidak
tahu umat manusia setelah membaca buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”, apa
yang dirasakannya? Jangan menyiksa binatang kecil lagi, kalau hukuman sudah
datang, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Baiklah, kunjungan hari ini cukup sampai disini, waktu tidak pagi lagi,
mari pulang.

( Waktu Buddha Ci Kung mengembalikan roh arwah pasien, Guru dan murid naik
ke atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat, pulang ke Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai ke Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 23
Tanggal 10 – 12 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Sekarang ini teknik percetakan sudah maju, budaya manusia makin meluas, Dunia
ini menjadi sebuah desa “Bumi”, pengetahuan dan budaya dari berbagai tempat
tersebar melalui buku, sehingga kearifan orang zaman dulu bisa diwariskan pada
generasi berikutnya, kegiatan merawat teks, buku, mempunyai amal kebajikan besar.

Karena tulisan ini membuka kearifan umat manusia, amalnya tidak akan musnah,
semestinya manusia menghormatinya, menyayanginya, tapi manusia bukan saja tidak
menyayanginya malahan diinjak-injak.

Seperti yang sering dijumpai, menggunakan koran untuk menjadi alas barang
atau untuk melap meja, kaca, tindakan mengotori barang yang suci, telah menanam
sebab manusia mengalami mata minus. Ditambah lagi teknologi maju zaman sekarang,
berita tersebar dengan cepatnya melalui media penyiaran, manusia menonton TV,
computer, main games internet, baca buku sambil berbaring merupakan posisi yang
tidak baik, merupakan sebab mata minus pada manusia.

Saya menyampaikan sebab manusia bermata minus, mengotori hal-hal yang suci
makin hari makin banyak dan makin parah, tidak bisa tidak disini untuk diungkapkan
demi mengingatkan umat manusia, semoga manusia paham dan menghormatinya.

Buddha Ci Kung : Ha..Ha.. ! Murid budiman sudah boleh pergi keliling untuk buat buku.

( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru.

Buddha Ci Kung : Murid jangan sungkan, Kuil baru segera akan digunakan, kamu
kurang memperhatikan diri dalam hal makan dan kebutuhan, setiap hari
mengurusi segala hal di Kuil baik yang besar maupun yang kecil, sibuk sampai
tidak ada waktu melakukan yang lain, setiap kali sampai tengah malam, baru bisa
beristirahat, sungguh bersusah payah.

Thung Sheng : Guru terlalu memuji, murid hanya ingin memberikan satu ruangan
yang khidmat dan nyaman pada saudara saudari seperguruan serta umat sekalian,
sehingga mereka ada perasaan pulang ke rumah, dalam keadaan pendanaan yang
cekak, sekuat tenaga bersama-sama turun tangan, semoga kalangan yang paham
kebenaran di Kuil Chiien Cen makin hari makin banyak, sehingga seletih apapun,
bagaimana susah payah pun, murid rela menjalaninya.

Buddha Ci Kung : Sangat baik ! Sangat baik ! Tidak sia-sia menjadi murid baik dari
Guru, punya hati untuk bersusah payah, mana perlu khawatir kebenaran tidak
bisa berkembang dan meluas ? Ha.. Ha...! Bisa sambil jalan sambil bicara

( Saat itu kipas Buddha dikibaskan, Naga emas pelindung muncul di angkasa,
mendarat secara perlahan-lahan, sinar keemasan ditubuhnya membuat angkasa
yang gelap gulita menjadi bersinar terang benderang. Guru dan murid naik ke
atas Naga emas, Naga emas terbang dengan cepat, menuju ke tempat tujuan
hari ini )

Thung Sheng : Guru. Buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” hampir selesai.

Buddha Ci Kung : Benar.

Thung Sheng : Bolehkah minta Guru mengumumkan penghargaan ? umat yang


beramal dalam membantu cetak buku, akan dikasih penghargaan apa ?

Buddha Ci Kung : Baiklah ! Baiklah ! Karena murid sudah bertanya, maka Guru akan
membacakan Titah Suci Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan pengumuman Suci
Tuhan, Tuhan menilai anak-anak di Kuil Chiien Cen ada memupuk amal istimewa
mewakili Tuhan membabarkan kebenaran, terhitung mulai tanggal 15 bulan ini,
setiap Ce-It, Cap-Go pada pukul 7 malam, akan menurunkan petunjuk suci di Kuil
Chiien Cen, mengikat jodoh baik dengan para anak-anak sekalian.

Penghargaan tersendiri bagi mereka yang membantu mencetak buku “Keliling


Kasus Sebab Akibat” diumumkan dengan hormat sebagai berikut :

1. Bagi yang mencetak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” mencapai 10.000
buku, semua hutang karma kehidupan lampau akan ditiadakan, sehingga
membuat yang bersangkutan tidak ditagih oleh arwah hutang karma maka
bisa konsentrasi dalam menjalankan pembinaan.
2. Bagi yang mencetak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” mencapai 5.000
buku, diizinkan untuk melunasi ikatan dendam selamat 3 kehidupan, anak
cucunya akan cerdas dan tanggap, sehat dan berbudi pekerti baik.
3. Bagi yang tidak lancar dalam pekerjaan, perjalanan hidup tidak lancar,
memohon kelancaran dalam usaha dan nama, menjalankan tugas dengan
baik, boleh mencetak buku ini untuk menasehati umat manusia di dunia,
akan mendapat penghargaan sesuai yang diinginkannya.
4. Bagi yang sudah lama sakit tidak sembuh-sembuh, baik itu penyakit
gangguan mental atau penyakit karena balasan hukuman sebab akibat,
boleh berikrar untuk membantu cetak buku ini, berdasarkan amal dalam
mencetak buku ini besar atau kecil, Ibunda Suci mengizinkan kesembuhan
penyakit gangguan mental atau pun penyakit gangguan beban karma sebab
akibat, akan pulih keadaannya menjadi normal lagi, serta badan jadi sehat.

Bagi para pedagang yang memohon peningkatan penghasilan lebih lancar, lebih
perlu membantu mencetak buku ini, Ibunda Suci akan memerintahkan.

1. Malaikat harta kekayaan di 5 Jalur memberikan rezeki pada mereka yang


membantu cetak buku “Keliling Kasus Sebab Akibat” ini, agar harta
kekayaan masuk dengan lebih lancar, jalan rezekinya terbuka.

2. Bagi umat manusia yang berbakti memohon usia panjang untuk orang
tuanya, boleh berikrar untuk membantu cetak buku ini, Ibunda Suci
mengizinkan untuk memberi perpanjangan usia, menambah rezeki, untuk
memenuhi keinginan hati anak-anak yang berbakti, untuk memperpanjang
waktu bagi anak-anaknya bisa memberikan pelayanan, bisa menjalankan
bakti sekuat tenaga.

3. Kalau ada proyek yang agak jarang, memohon keinginan tertentu atau cita-
citanya bisa terkabul, boleh berikrar membantu mencetak buku ini, Ibunda
Suci mengizinkan keinginan hatinya terkabul.

Ketujuh point di atas merupakan anugerah dari Tuhan, umat manusia jika ada
permohonan tersendiri lagi, boleh menulis di atas proyek yang agak jarang, Tuhan
akan memerintahkan Malaikat penanggung jawab tugas tertentu untuk
mengabulkannya, bagi mereka yang ada keinginan tertentu maka akan dikabulkan,
demikian Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Thung Sheng : Wah... ! Umat manusia sungguh beruntung, Ibunda Suci bukan saja
setiap Ce-It, Cap-Go, mengikat jodoh baik dengan umat sekalian dalam
menurunkan petunjuk suci, masih memberikan penghargaan demikian besar,
sungguh merupakan rezeki besar bagi semua umat dan manusia, semoga
mereka yang punya uang bisa dikeluarkan uang, yang punya tenaga keluarkan
tenaga, bersama-sama mendukungnya, pasti bisa menyelamatkan umat
manusia bersama-sama kembali ke sisi Tuhan.

( Pada saat Guru dan murid sedang bicara, Naga emas pelindung berhenti di
samping sebuah tempat yang bertuliskan “Pavilliun Jejak Suci”, terlihat seorang
kakek tua kepalanya bersinar keemasan, pakaian kuno yang dikenakannya tidak
serasi, pas kakek itu sudah selesai membenahi kertas bertulisan, minum teh di
samping, beristirahat sejenak, Buddha mengibaskan kipasnya, tiba-tiba kakek itu
merasa pusing mau tidur, berikutnya terlihat satu energi ringan melayang keluar
dari badannya, ternyata rohani kakek sudah dikeluarkan. )

Kakek Tua : Beranikan diri bertanya, kalian berdua siapa? Tidak tahu ada urusan
apa? Yiii... ? Yang di hadapan ini yang memakai jubah compang camping, topi
rombeng dan sepatu usang, tangan memegang hulu, bukankah Buddha Ci Kung?

Buddha Ci Kung : Benar, hari ini kamu beruntung, saya ingin meminjam kasus kamu
yang menghormati dan menyayangi jejak suci, untuk menyadarkan umat manusia
agar bisa menghormati dan menyayangi kertas bertulisan.

Kakek Tua : Mana berani ! Mana berani ! Tak ada amal kebajikannya,
memalukan ! memalukan !

Thung Sheng : Karena tidak merasa punya amal, justru itulah amal kebajikannya,
saya memohon yang tua menceritakan yang sesungguhnya, untuk menasehati
umat manusia secara luas, ini merupakan kebajikan yang besar.

Kakek Tua : Sungguh memalukan kalau diceritakan, saya sebenarnya hanya


seorang yang miskin, dari kecil menderita dan buta huruf, tidak kenal banyak
huruf yang umum dipakai, susah hati setiap kali hadapi masalah ini, saya selalu
menasehati anak cucu hendaknya menghormati dan menyayangi kertas yang
berhuruf, bergiat untuk belajar terus, untuk menjadi manusia yang berguna.

Juga memanfaatkan hari libur kerja untuk kemana-mana mengumpulkan kertas-


kertas berhuruf yang dikotori dan dibuang orang. Dibawa pulang kemudian dicuci
bersih dan dijemur kering, kemudian selembar demi selembar dirapikan
kemudian diantar ke “Pavilliun Jejak Suci”, untuk dibakar, lalu abu pembakaran
kertas di kubur di tanah yang bersih, atau ditaburkan di sungai bersih yang airnya
mengalir atau ke laut, demikian sudah dijelaskan selama 30 tahun, dari muda
hingga sekarang, sehari pun tidak berhenti, pada dasarnya saya hanya
menganggap ini adalah satu bagian hasil menghormati dan menyayangi Jejak Suci,
juga tidak serakah akan amal kebajikan, tak disangka anak cucu berkepribadian
baik, berbakti dan berhasil semua, menjadi kaya dalam usaha, lebih lagi ada yang
menjadi pejabat tinggi, sungguh tidak terbayangkan.

Buddha Ci Kung : “Berbuat buruk dapat balasan buruk, berbuat baik dapat balasan
baik, bukannya tidak ada balasan, cuma waktunya yang belum sampai”.
Kesungguhan hati kamu dalam menghormati dan menyayangi kertas bertulisan
sudah menanamkan rezeki buat diri sendiri dan anak cucu, setelah kamu
meninggal dunia akan mendapatkan kedudukan Malaikat tingkat menengah.
Sekarang saya akan meminjam kegiatan kakek ini untuk menasehati manusia di
dunia, semoga manusia meneladaninya, bisa mendapat rezeki. Hari ini sudha
lama dalam membuat buku, mari pulang.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipasnya, Guru dan murid naik ke atas
Naga emas, Naga emas terbang cepat menuju Kuil Chiien Cen )

( Kuil Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
BAB 24
Tanggal 17 – 12 – 2005

BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia di dunia dengan cara keras mencela dan menyalahkan orang lain, malah
tidak tahu diri sendiri banyak kekurangannya, hanya tahu mencela orang, justru tidak
tahu introspeksi ke dalam untuk membina diri, mengakibatkan sejumlah dosa
kesalahan masih tidak menyadarinya.
Saya berharap manusia dengan hati lapang dan memaklumi orang lain dalam
melayani orang, “Jangan Keras dalam mencela orang, tapi longgar terhadap diri
sendiri”, hendaknya “Disiplin keras terhadap diri, dan longgar dalam melayani
orang”, dalam menyelesaikan persoalan, supaya tidak menciptakan dosa kesalahan
yang tidak diketahuinya. Berilah semangat diri.

Buddha Ci Kung : Murid budiman, mari pergi buat buku.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika
dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru. Sangat cepat, buku
“Keliling Kasus Sebab Akibat”, sudah memasuki tahap akhir, maka akan ada
sejumlah waktu tidak ketemu Guru, hati murid rasanya tidak rela.

Buddha Ci Kung : Murid mempunyai hati syukur dan menghormati Guru. Guru bisa
merasakannya. Semasa kurun waktu membuat buku, kita Guru dan murid keliling
kemana-mana untuk membuat buku, mewawancarai kasus yang baik maupun
yang buruk untuk menasehati manusia di dunia, walaupun sudah tapi bermakna.

Semoga manusia dalam membaca buku ini bisa introspeksi dan memeriksa
dirinya ada atau tidak ada melakukan pelanggaran seperti yang dilakukan
orang di dalam buku, bisa bersemangat untuk memperbaikinya, supaya
terhindar penciptaan kesalahan dan dosa. Boleh sambil jalan sambil bicara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci dan melambaikan tangan ke
angkasa, Naga emas pelindung segera muncul, Guru dan murid naik ke atas Naga
emas, Naga emas terbang cepat menuju tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru tadi mengatakan hati lapang memaklumi orang, semestinya
bagaimana dijalankan dengan nyata? Supaya tidak membuat diri menciptakan
dosa dan kesalahan.
Buddha Ci Kung : Baik ! Baik ! Murid saya menyangkut persoalan ini memohon pada
Guru, saya akan menjelaskannya.

“Berlapang dada memaklumi orang” berarti senantiasa di dalam hati


memikirkan posisi orang yang bersangkutan, setiap pikiran mendulukan orang
lain sebagai topik, kurangi memikirkan diri sendiri, bisa mempertahankan hati
ini dengan sendirinya tidka akan dislaahkan dan dibenci orang, tidak
mendatangkan bencana, tidak melakukan kesalahan.

Sering terlihat manusia di dunia hanya karena masalah kecil terus lantas
bertengkar mulut, dengan kata-kata yang keras mau menang sendiri, tidak bisa
memaafkan kesalahan kecil orang lain, sehingga pihak lain jadi marah dan malu,
diikuti dengan melayangkan tinju atau pisau atau pistol, akibatnya dua-duanya
terluka, dua-duanya rugi, bahkan mengakibatkan kematian pihak lain atau cedera.

Cobalah kalian lihat di jalan setiap kali kalau ada tabrakan kendaraan, pemilik
mobil kedua pihak akan mengatakan siapa yang benar dan salah, saling membela
diri sampai muka merah, telinga merah, kedua pihak tidak ada yang mau
mengalah, membuat kendaraan di belakangnya macet sampai barisan yang
panjang, masih tidak perdulikan masalah itu, keadaan itu adalah tidak ada hati
berlapang memaklumi orang.

Asalkan saya baik, saya benar, sudah beres, kalau orang lain ada kesalahan harus
dicela habis-habisan, karena itu di masyarakat sering ada kasus kerusuhan,
pemanangnya hanya merasa keren tapi sebenarnya sudah kalah dalam
keharmonisan, karena itulah telah menanamkan “penyebab” bencana.

Saya sering keliling dunia melihat umat manusia sering timbul api amarah, mulut
memaki tiada henti, kata apapun berani diucapkan hanya demi untuk menang
debat, manalah tahu justru kesalahan dan dosa mulainya dari sini,
menyedihkan ...! menyedihkan ... !

Jika manusia tidak percaya, berapa berat kesalahan mulut yang telah diciptakan
beban karma mulut, mulai hari ini boleh dicoba lakukan terus, dijamin kamu akan
menyesal pada saat sudah terlambat.

Thung Sheng : Mendengar ucapan Guru, melebihi membaca buku selama 10 tahun,
kalau begitu manusia harus banyak mengalah, pepatah mengatakan yang
mengalami kerugian adalah orang yang mendapat kemudahan, kelihatannya
mengalami kerugian atau kalah, sebenarnya malah telah memenangkan
keharmonisan, telah memenangkan hati manusia untuk senang dan hormat
kepadanya, coba katakan ini termasuk rugi atau kalah atau mendapatkan
kemudahan? Ha... Ha...

Buddha Ci Kung : Tidak salah, murid pintar ! diceritakan 1 sudah paham 3, tidak sia-sia
telah menjadi murid yang baik dari Guru.

( Saat Guru dan murid lagi ngobrol, naga emas pelindung sudah berhenti di depan
sebuah ruang perawatan pasien, terlihat seorang sukarelawan dengan ramah
membuat suasana nyaman bagi pasien kanker yang sudah diambang kematian,
antusiasme dia sungguh menggugah orang, bagaikan sinar matahari yang
menyinari, menghangatkan bumi )

Thung Sheng : Guru, malam ini membawa murid ke ruang perawatan pasien untuk
apa ?

Buddha Ci Kung : Mewawancarai sukarelawan yang bahagia yang ada di depan mata ini.

Thung Sheng : Dia tidak tidur, berjalan kesana kemari, bagaimana mewawancarai dia?

Buddha Ci Kung : Tidak sulit, kamu akan tahu setelah melihat Guru.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, kipaskan kipasnya, tiba-tiba
sukarelawan merasa teler, merasa sangat lelah, lantas istirahat di salah satu
kursi yang ada di samping, tertidur, tidak lama kemudian, rohaninya melayang
keluar dari badannya, datang ke hadapan Buddha Ci Kung dan Thung Sheng )

Sukarelawan : Yiii... ? Siapa kalian berdua ? yang satu pakai baju kuno, seorang lagi
memakai baju upacara hijau, bagaimana caranya kalian masuk ? mengapa saya
tidak melihatnya ?

Thung Sheng : Tuan jangan kaget dan ragu, yang berdiri di samping saya adalah
Buddha Ci Kung yang terkenal di dunia sedangkan saya adalah “Medium” dari Kuil
Nan Thian Ce Sia Chiien Cen mendapat Titah Suci dari Tuhan dan Yii Ti ( Penguasa
Alam Hawa ) untuk membuat buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”, Bab terakhir ini
adalah mewawancarai kamu, coba katakan apa saja yang kamu lakukan,
bagaimana bisa menjadi sukarelawan di ruang perawatan pasien ini ?

Sukarelawan : Sungguh memalukan untuk diceritakan, saya sebenarnya adalah


penderita kanker, sebenarnya hidup saya sudah diambang ajal, karena merubah
pola pikir, telah menyelamatkan orang lain juga menyelamatkan diri sendiri,
sehingga timbul hati untuk menjadi sukarelawan, untuk merawat pasien yang
diambang kematian, untuk beri semangat pada mereka. Memberikan dorongan
positif, mengharapkan mereka bisa keluar dari cengkeraman Malaikat Maut,
tampil dengan keberanian untuk memulai hidup baru.

Thung Sheng : Bolehkah kamu ceritakan asal mula kisah ini, untuk menasehati
manusia di dunia.

Sukarelawan : Boleh, saya adalah orang yang berhati sempit, setiap kali ketemu
orang yang melakukan kesalahan pasti dicela dengan kata-kata keras, memakinya
habis-habisan dengan kata-kata kasar baru berhenti, sering kali demikian baru
merasa puas.

Saya bekerja di sebuah perusahaan trading, karena kepala keuangan yang baru
tidak cocok dengan saya, seringkali hanya kesalahan kecil lalu saya memarahi dia
dengan suara keras, membuat dia susah hati.

Karena dia baru, memang belum akrab dengan kerjaannya, sehingga sulit
terhindarkan adanya kesalahan kecil, tapi di forum pertemuan saya sering
menjatuhkan dia dengan menceritakan kesalahan dia di depan orang banyak,
membuat dia malu, ditambah dengan stres beban kerjaan, tidak lma kemudian
kepala keuangan itu mengalami kerisauan, kegelisahan, ditambah perasaan malu
juga menderita kanker.

Saya yang sering mencela dan memarahi orang telah menciptakan beban karma
mulut, juga mendapat kanker dubur, pada saat itu kami berdua mundur dari
kerjaan dan dirawat di rumah sakit yang sama.

Waktu itu hati saya menyesal dan bertobat, mengharapkan dia memaafkan saya,
pada saat dia dengan lapang dada memaafkan saya, penyakit kami berdua
mengalami kemukjizatan langsung sembuh, bahkan dokter pun tidak percaya
sehingga saya berikrar seumur hidup akan mengabdikan diri sebagai sukarelawan,
merawat orang lain, juga menceritakan kisah saya kepada orang lain, memberi
dorongan pada mereka untuk berlapang dada memaafkan orang lain, pasti akan
mendapat hasil yang diluar dugaan.

Sekarang saya sudah menjadikan ruang perawatan pasien sebagai rumah saya,
nyawa saya adalah pemberian Tuhan, semasa saya masih punya nyawa, saya akan
manfaatkan untuk menasehati orang untuk berlapang dada memperlakukan
orang lain, kurangi dalam mencela orang, banyak disiplinkan diri, untuk menebus
kesalahan diri.

Buddha Ci Kung : Sangat baik ! Sangat baik ! Tahu salah bisa perbaiki itulah kebaikan
terbesar, kamu bisa segera sadar dan menyesalinya, tidak sia-siakan kehidupan
baru yang telah diberikan Tuhan, tidak lama kemudian, hutang karma kamu akan
lunas dan nantinya kamu bisa kembali ke Surga. Waktu sudah malam, mari pulang
ke Kuil.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, mengembalikan roh


sukarelawan ke badannya, Guru dan murid naik ke atas Naga emas, Naga emas
terbang dengan cepat ke Kuil Chiien Cen )

( Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan )

Buddha Ci Kung : Sudah, saya pulang.

*****
Tanggal 24 – 12 – 2005

NABI KONG HU CU

MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Pada malam hari ini Saya dengan gembira hadir untuk membuat penutupan
Buku ”Keliling Kasus Sebab Akibat”

PENUTUPAN

Di alam semesta berlaku Hukum “Sebab Akibat” merupakan sesuatu yang pasti,
manusia di dunia ini mestinya berdasarkan hati nurani dalam melakukan pekerjaannya,
dan mengatasi persoalan, barulah tidak menciptakan dosa kesalahan, umumnya tidak
ada yang mendoakan para pendosa.

Sekarang Kuil Thai Ciang Nan Thian Ce Sia Chiien Cen mendapat Titah Tuhan dan
Yii Ti untuk membuat buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”, Buddha Ci Kung tanpa lelah-
lelahnya membawa roh “Medium” Thung Sheng untuk keliling 3 alam, mewawancara
langsung sebab akibat suatu kasus, untuk menyadarkan umat manusia di dunia,
mempunyai nilai nyata yang membawa manfaat membukakan mata dan telinga
mereka yang sudah “Buta dan Tuli”

Mengharapkan manusia di dunia mencetaknya dengan tulus hati, suapay bisa


tersebar luas demi penyelamatan manusia yang dalam penderitaan, dan tidak
mengecewakan Tuhan yang lagi menanti di Nirwana.

Dalam kurun waktu terbitnya buku baru ini, khusus mendapat Titah Tuhan hadir
di Kuil Chiien Cen untuk membuat penutupan, Terpujilah kemuliaan Tuhan.

Kata-kata penutupan cukup sampai disini.

Penutupan dari Nabi Kong Hu Cu di Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien Cen.

Tanggal 24 – 12 – 2005

*****
Tanggal 31 – 12 – 2005

YESUS

MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Hari ini saya mendapat Titah Ibunda Suci, khusus hadir untuk membuat penutupan
buku “Keliling Kasus Sebab Akibat”

PENUTUPAN
Kabar gembira Tuhan tersebar ke seluruh dunia, para “Domba” yang tersesat di
dunia cepatlah sadar.

Buddha Ci Kung punya hati welas asih dalam menyelamatkan umat dunia, tidak
mengenal lelah menempuh jalan awan yang demikian jauh hadir di Kuil Chiien Cen.

Pengurus Kuil Chiien Cen, Thung Sheng mempunyai kearifan.

Guru dan murid berkeliling demi menasehati dunia, amal kebajikan tiada tara.

Mengharapkan manusia di dunia bermurah hati untuk bantu mencetaknya.

Budi jasanya tersebar ke penjuru dunia untuk menyelamatkan rohani asal.

Cinta kasih Tuhan (Ibunda Suci) selamanya menyinari hati anak-anak yang baik hati.

Yang mempunyai cita-cita mewakili Tuhan membabarkan kebenaran adalah


mereka yang beruntung

Roh suci saya akan menyinari kalian.

Hari ini beruntung bisa hadir di Kuil untuk membuat penutupan

Semoga sinar kasih Buddha Ci Kung senantiasa menyinari.

Menyinari alam semesta, menyinari kegelapan.

Agar manusia di dunia berjalan ke arah sinar terang.

Penutupan Yesus di Kuil Chiien Cen


Tanggal 31 – 12 – 2005
*****
* KUTIPAN PESAN *

1. Pendahuluan dari Buddha Kwan Im

Buku baru “Keliling Kasus Sebab Akibat”, untuk disebarluaskan, untuk


sadarkan para Budiman yang berhati welas asih, banyaklah membantu mencetak
buku ini, amal kebajikan tiada tara.

2. Pendahuluan dari Hakim Neraka

TIGA AMAL yaitu ( AMAL : Harta, Dharma, Semangat atau Tenaga )

“Sebab” merupakan sebab manusia di dunia melakukan perbuatan baik dan


memupuk kebajikan. “Akibat” merupakan balasan yang didapat dengan menjadi
Dewa, anak cucu kaya dan berkedudukan.

Setiap kali melihat umat di dunia tidak tahu untuk membina dan berbuat
kebaikan, sampai ajalnya datang, baru tahu menyesal dan sadar, tapi saat itu
sudah terlambat !

3. Di bab 1

Tidak percaya akan Hukum Karma Sebab Akibat, tidak hormat akan 3
Mustika, tidak menjalankan kebaikan, ucapannya kotor, menjelekkan Buddha dan
Malaikat, ini merupakan dosa besar. Mengharapkan manusia di dunia yang ada
melakukan pelanggaran ini, cepat-cepatlah sadar, dan bertobat, kalau tidak
begitu balasan hukumannya sudah datang maka menyesal pun sudah terlambat !

Orang suci mengatakan “Mana ada manusia yang tidak buat salah, jika
tahu bersalah maka perbaikilah.”

4. Di bab 2

“Hati manusia mencerminkan Langit, Langit mencerminkan hati manusia”,


ini merupakan hakekat kebenaran yang tidak berubah dari dulu.

Harap orang di dunia bisa memperbaiki kesalahannya menuju kebaikan,


bergiat menjalankan kebaikan dan membina diri.
5. Di Bab 3
Yang di maksud dengan membina adalah setelah meninggalkan Vihara, pada
saat bersama anggota keluarga dan seksama rekan dalam menjalankan tugas,
bisa akur, baru dikatakan membina. Jika ada orang yang tidak masuk ke Vihara,
tapi dalam kehidupan sehari-hari menjalankan hakekat Kesopanan antar
manusia, itulah yang disebut membina.

6. Di Bab 3
Tao ada di dalam hati, mencari Tao di luar hati kita, tidak akan
menemukannya. Asalkan manusia mempertahankan satu hati yang baik, dengan
giat menjalankan hakekat kesopanan manusia, jalankan 3 Landasan, 5 Asas, 4
Pola, 8 Kebajikan, dijalankan dengan sekuat tenaga walaupun tidak mengerti
akan hakekat kebenaran Buddha, sudah tidak sulit mencapai kesempurnaan.

7. Di Bab 4
Memperingatkan manusia di dunia jangan mengatakan “Hukum Sebab Akibat”
tidak ada balasannya, hanya waktunya saja yang belum sampai, kalau waktu
sudah sampai dengan sendirinya balasan akan tiba, tidak terhindarkan.

8. Di Bab 5
Menasehati para pembina, banyaklah pergi jalankan dan sedikit bicara, karena
budiman malu akan perbuatannya, karenanya Saya, Buddha Ci Kung
memberitahukan perbuatan merupakan hal utama dalam pembinaan untuk
nasehati manusia di dunia, inilah sebabnya.

9. Di Bab 6
Perlu di ketahui di antara ratusan kebaikan, “BERBAKTI adalah yang paling
UTAMA”, kalau tidak berbakti bagaimana menegakkan badan menjalankan
kebenaran dan mengatasi persoalan di dunia?

“BAKTI” merupakan jalan yang harus ditempuh oleh orang, juga merupakan
syarat yang harus dipenuhi demi mencapai tingkat Buddha, kalau “BAKTI” tidak
dijalankan maka tidak ada Tao yang bisa dibina lagi.

Jadi bisa diketahui “Kebajikan Bakti” bisa menggugah Langit Bumi, para
Malaikat dan Setan, bisa mencapai kesempurnaan, dan terlepas dari 6 Jalur
Tumimbal Lahir, manusia harus mengetahuinya.

Tuhan melindungi orang yang hatinya baik, bisa menjalankan “Bakti” dan
hakekat manusia dengan baik, dijamin dapat kedudukan.

*****
Sumber :
Buku Sumbangan dari para dermawan di Vihara atau Kelenteng.

Catatan :
Jika diri sendiri tidak membaca, mohon diberikan kepada orang lain untuk dibaca.

Kebaikan jasa pasti tak terhinga besarnya


dan akan menambah bintang terang ke dalam rumah.

Diperbanyak oleh :

Persembahan dharma melebihi persembahan apapun juga


Jasa kebajikan dalam percetakan buku ini kami
Persembahkan dengan penuh kasih kepada :

Tiga Alam dan Sepuluh Penjuru Dunia


( San Jie Shi Fang )

Semoga semua makhluk hidup


terbebas dari penderitaan

Semoga semua makhluk hidup berbahagia


( Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta )

*****

BUKU INI TIDAK DIPERJUALBELIKAN


HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI.

Anda mungkin juga menyukai