Kelas :B
Absen : 21
NIM : 4120022255
b. Dunia Pesantren
Kata pondok pesantren terdiri dari dua kata, “pondok” dan “pesantren”.
Jikaditelusuri, kata ini tidak seutuhnya berasal dari bahasa Indonesia. Akar kata
pondok disinyalir terambil dari bahasa Arab, “funduk” yang berarti hotel atau
asrama. Menurut Manfred Dalam Ziemek (1986) kata pesantren berasal dari kata
“santri” yang diimbuhi awalan ”pe-“ dan akhiran “–an” yang berarti
menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
Soegarda Poerbakawatja yg dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan
pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam
sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul
untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu
lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami
ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian
(2004: 26-27).
b. Suwuk
Suwuk, Ruqyah, atau Jampi-jampi dikatakan suatu hal yang haram dan syirik
karena berbau klenik atau dunia perdukunan lainnya, padahal semua itu adalah
perwujudan ikhtiar lewat doa yang jelas-jelas disahkan menurut Al-quran dan As-
sunah. Memang istilah tersebut identik dengan sesuatu yang mistis dan
kebanyakan digunakan sebagai usaha bila medis sudah angkat tangan. Padahal ini
adalah kefahaman yang salah dan perlu untuk diluruskan. Sebagaimana pelurusan
doa jahiliyah atau mantra-mantra yangg tak diketahui maknanya dan bahkan
berbau kesyirikan yang memang jelas-jaelas diharamkan dalam Islam.
c. Khadam
Khodam adalah bahasa arab yang memiliki arti yaitu pembantu. (khodam =
pembantu wanita. Khadam = pembantu pria). Yang dimaksud khodam dalam
uraian ini adalah penjaga yang didatangkan dari dunia ghaib untuk manusia,
bukan untuk benda bertuah. Ternyata keberadaan khodam tersebut memang ada,
mereka disebutkan di dalamal-Qur’an al-Karim. Diantara mereka ada yang datang
dari golongan Jin dan ada juga dariMalaikat, namun barangkali pengertiannya
yang berbeda. Karena khodam yang dinyatakan dalam Al- Qur’an itu bukan
berupa kelebihan atau linuwih yang terbit dari basyariah manusia yang disebut
“kesaktian”, melainkan berupa sistem penjagaan dan perlindungan yang
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh sebagai buah
ibadah yang mereka lakukan. Sistem perlindungan tersebut dibangun oleh rahasia
urusan Allah SWT yang disebut “walayah”, dengan itu supaya fitrah orang
beriman tersebut tetap terjaga dalam kondisi sebaik-baik ciptaan.