Netralitas ASN Sebagai Pelayan Publik
Netralitas ASN Sebagai Pelayan Publik
PNS
(Pegawai Negeri Sipil) Warga Negara Indonesia yang mempunyai syarat tertentu yang
Warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkaat diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tetentu
sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina dalam rangka tugas
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan pemerintahan
(Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja)
• PELAKSANA KEBIJAKAN
FUNGSI PUBLIK
• PELAYAN PUBLIK
• PEREKAT DAN PEMERSATU
BANGSA dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme
Bebas
Intervensi
Bebas
Pengaruh
Berdasarkan analogi terhadap netralitas keilmuan,
hakekat akan obyektivitas selalu bermakna pada kondisi netral,
maka subtansi netral adalah tidak memihak. Sejatinya kondisi
tidak memihak akan terpenuhi jika berada diluar sistem dan
tidak akan memberikan ruang intervensi kepentigan.
▪ Dalam Pasal 11 ayat (1) UU Federal No 79-FZ ditegaskan;
▪ Bahwa Pegawai Pemerintah tidak boleh menggunkan posisi resminya untuk kepentingan partai
politik, organisasi masyarakat keagamaan, dan lainnya serta untuk mengekpresikan secara
terbuka sikap pegawai pemerintah terhadap perkumpulan tertentu.
▪ Selain dari itu dalam pasal 4 UU federal No. 79 – FZ ; Ditegaskan pula diperlakukan prinsip
perlindungan PNS dari gangguan yang tidak profesional, termasuk didalamnnya adalah
gangguan terhadap profesionalisme kerja dan netralitas PNS
Dalam Pasal 4 Code of Conduct for Ministers, pembatasan hubungan antara PNS dengan pejabat
politik dilakukan secara profesional, ini artinya bahwa tidak diperbolehkan pejabat politik
memberikan pengaruh terhadap promosi jabatan seorang PNS. Namun, demikian pejabat politik
masih diperbolehkan untuk memberikan pernyataan tertulis terhadap kemampuan PNS kepada
Public Service Comission (PSC) sebagai bahan pertimbangan.
Selain itu ada larangan bagi pejabat politik untuk mengarahkan atau meminta PNS untuk
melakukan fungsi yang bertentangan dengan nilai-nilai pelayanan publik Singapura seperti
korupsi, imparsialitas, integritas, dan kejujuran. Pejabat politik juga menghormati tugas PNS
untuk tetap netral dalam segala hal politik dan hal-hal kontroversi publik.
▪ Pasal 3: Kewajiban: butir ke (7), mengutamakan kepentingan negara darapada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan
▪ Pasal 4 Butir (12) Dinyatakan bahwa setiap PNS dilarang memberikan dukungan kepada calon
Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD atau DPRD dengan cara:
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS c. Sebagai
peserta kampanye dengan mengarahkan PNS lain; dan/atau d. Sebagai peserta kampanye dengan
2. Money politic;
5. Black campaign;